2. Pengukuran langsung
Metode pengukuran langsung yang dilaksanaan sangat tergantung pada ketelitian
yang diperiukan. Akan membuang waktu dan biaya apabila kita meiaksanakan
pengukuran teliti, tetapi hanya sedikit ketelitian yang kita perlukan, sebaliknya
ketelitian yang kita perlukan, sebaliknya tidak ada gunakanya mencoba dan
mencapai ketelitian tinggi dengan hanya menggunakan alat ukur rantai atau pita
ukur dad bahan plastik. Pita ukur dari baja biasanyanya Iebih tinggi ketelitiannya
dibandingkan dengan pita dab plastik.
3. Ranging Rods (Yallon = tongkat)
Kalau mengukur jarak antara dua titik, maka panjang jarak yang lurus yang kita
kehendaki. Hal tersebut tidak sulit diukur apabila jarak yang kita ukur kurang (lebih
pendek) dari pita ukur yang kita pakai untuk mengukur. lain halnya bila jarak yang
diukur tersebut, panjangnya melampaui pita ukur yang kita pakai, di sini perlu
sekali dibantu oleh sejumlah ranging rods untuk mengontrol posisi dari pita ukur
agar tetap pada gans lurus. Ranging rods biasanya terbuat dari besi atau kayu
yang dicat dengan warna merah dan putih, diseling tiap 25 cm, panjang yalon
biasanya antara 2 - 2.5 m, dapat berbentuk segitiga, segiempat, atau bulat dengan
diameter 30 cm dan runcing di ujung bawahnya. Proses peletakan ranging rods
pada garis lurus anatar dua titik tersebut disebut me " ranging" (membanjar =
meluruskan garis ukur)
4. Me "ranging" dengan math (meluruskan dengan math)
a. Tancapkan yalon pada tiap ujung dad garis ukur antara dua titik misalnya titik Aft
dengan kedudukan vertikal.
b. Dengan sedikit membungkuk badan di belakang di A untuk mendapatkan garis
pandangan yang rendah, mengincar kedua sisi yalon-yalon tersebut
c. Dengan pertolongan seorang pembantu peganglah sebuah yalon dan Ietakkan
kira-kira pada garis AB sejauh panjang pita ukur dan diletakkan vertikal dengan ibu
jail dan telunjuk.
d. Dengan mengincar sisi yalon di A, instruksikan pada pembantu, bergerak ke
kanan atau ke kiri, sampai tiga yalon tersebut segaris dan baru yalon ditancapkan.
e. Dengan cam yang sama dilakukan lagi beberapa ranging, kalau jarak Ab demikian
panjang.
Pelaksanaannya sering digunakan dalam survei detail dan bahkan dijadikan dasar
dalam survei-survei yang lebih modern, karena itu pengetahuan dasar tentang metode
ini perlu diketahui.
Prinsip pokoknya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Ambiilah sebagai contoh daerah yang akan dipetakan dibatasi oleh 3 buah batas
garis lurus AB, BC dan CA. Jika tiga sisi ini diukur pengukuran yang sederhana ini
akan diplotkan ke dalam peta sebagai berikut :
a. Garis AB, misalnya digambar pada kertas dengan sudah diskalakan, dan
dianggap sebagai base line (garis basis-basis dasar).
b. Panjang garis Ac dimasukkan juga dalam kertas gambar dengan skala yang
sama yang merupakan busur dengan jari-jari AC
c. Dengan skala yag sama pula panjang garis BC digambarkan berupa busur
dengan jari-jari BC;
d. titik C akan dihasilkan oleh perpotongan busur AB dan BC dna titik A, B dan C
telah di plot dalam peta dalam posisi relatif yang sama dengan di lapangan.
2. Apabila daerah yang akan digambarkan dibatasi oelh lebih dari tiga sisi yang lurus,
sedapat mungkin pemetaan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
daerah
terseut dapat diplot dengan prinsip segitiga. Misalnya daerah yang berupa empat
persegi salah satu diagonalnya juga diukur. kemudian diagonal ini yang mula-mula
digambar dalam peta sesudah diskalakan. Dengan demikian dua segitiga akan
tergambar pada kedua belah sisi dari diagonal tersebut.
Offsets
Sebegitu jauh prinsip chain surveying hanya digunakan untuk daerah-daerah yang
batasnya berupa batas lurus. Karena kebanyakan batas-batas yang kita kenal banyak
yang tidak teratur, metode pengukuran posisi-posisi dari batas-batas itu, pertama
adalah
membuat jaring-jaring segitiga yang dapat digambar dan dicheck
Dari garis-garis ukur ini yaitu sisi-sisi segitiga garis offset dibuat dari titik-titik obyek
yang
diukur garis offset ini tegak lurus terhadap garis ukur.
Cara membuat gads tegak lurus terhadap gads ukur dapat dilakukan dengan beberapa
cara :
1. mengirakan dengan mata garis tegak lurus yang dibuat oleh 2 pita ukur;
2. dengan memutar pegas ukur pada offset sehingga mencapai jarak yang
terpendek.
3. dengan prinsip perbandingan garis 3 : 4 : 5 (phytagoras) dari titik A ditarik/diukur
jarak 3 m pada garis ukur (1) misalnya didapat titik B. Dari B dan A dipotong jarak
4
m dan 5 m sehingga didapt A'. Akhirnya didapt A'A
garis ukur (1);
Ketelitian Pengukuran
Untuk menggambarkan ketelitian dalam plotting jarak pada peta sampai 0,2 mm, maka
jarak yang masih mungkin diukur di lapangan akan sangat tergantung kepada skala
petanya. Tabel di bawah ini menunjukkan jarak berapa minimal yang masih dapat
diukur pada tiap-tiap pengukuran dengan skala peta yang dikehendaki.
Skala Jarak yang sudah Dalam praktek
tak dapat diplotkan mengukur sampai
(dalam meter) (dalam meter)
1: 5.000 1, 00 1,00
1: : 50 0,01 0,01
100 mm
Sin 2° = ---------------
X