Sifat → STABIL
Kelebihan marka molekuler dalam melakukan seleksi adalah sifatnya yang stabil, tidak terpengaruh
oleh fase pertumbuhan maupun kondisi lingkungan. Susunan gen dari individu akan tetap sama
pada berbagai fase pertumbuhan maupun kondisi lingkungan yang berbeda.
Penanda molekuler yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut : mempunyai
tingkat polimorfisme yang tinggi; bersifat codominant (dapat membedakan antara homozygot dan
heterozygot); terdapat secara random sepanjang genom; reproducible (hasil relatif sama jika
diulang); mudah, cepat dan murah dalam deteksi; tingkat resolusi yang tinggi dengan jumlah
sampel yang besar; serta non-destruktif.
Enzim restriksi memotong DNA dalam 2 cara dan hasil yang berbeda, yaitu:
Enzim ini memotong secara simetris antara kedua utas DNA maka menciptakan
ujung tumpul. Contoh enzim yang menghasilkan pola seperti ini ialah SmaI (Sma
one)
Tanda panah merah menunjukan situs pemotongan pada masing-masing enzim retriksi
Penamaan
TAHAP RFLP:
DNA diisolasi lalu diberi salah satu enzim retriksi. Enzim retriksi akan memotong fragmen-fragmen
DNA pada sekuen sekuen DNA sesuai dengan situs pemotongannya
RAPD
dikenal sebagai pengulangan tandem pendek atau mikrosatelit adalah salah satu penanda
molekuler
mikrosatelit adalah saluran dna berulang di mana motif dna tertentu yang dapat berkisar
dari satu sampai enam atau lebih pasangan basa diulang biasanya tiga sampai seratus
kali tergantung pada spesies
prinsip sebagai jenis pengulangan bilangan tandem variabel prinsipnya berputar di sekitar
pengulangan set dinukleotida, trinukleotida atau terkadang pengulangan tetranukleotida
seperti di gambar, ssr dapat berupa simple atau compond atau interrupted
Biasanya, hanya satu jenis pengulangan yang terlihat, namun dalam beberapa kasus juga
ditemukan lebih dari satu pengulangan
ssr yang terputus di akhir, memiliki nukleotida acak yang menyelinap a di antara unit berulang
yang akan mengganggu ssr, daerah berulang pendek ini biasanya terjadi di daerah non-coding
dari genom yang dikenal sebagai intron sehingga biasanya tidak menyebabkan mutasi atau
penyakit.
analisis dilakukan dengan mengekstraksi DNA inti dari sel-sel sampel yang diminati, kemudian
mengamplifikasi daerah polimorfik spesifik dari DNA yang diekstraksi melalui PCR . Setelah urutan
ini diamplifikasi, kemudian dilakukan elektroforesis, yang akan memungkinkan analis untuk
menentukan berapa banyak pengulangan urutan mikrosatelit yang dimaksud. Jika DNA diselesaikan
dengan elektroforesis gel, DNA dapat divisualisasikan baik dengan silver staining (sensitivitas
rendah, aman, murah), atau intercalating dye seperti etidium bromida .(cukup sensitif, risiko
kesehatan sedang, murah), atau seperti kebanyakan laboratorium forensik modern
menggunakan, pewarna fluoresen (sangat sensitif, aman, mahal).
ISSR
ISSR melibatkan penggunaan sekuen mikrosatelit sebagai primer dalam
reaksi PCR untuk menghasilkan marka multilokus. ISSR merupakan metode yang
sederhana dan cepat, yang mengkombinasikan keuntungan SSR (Simple Sequence
Repeats) dan AFLP (Amplified Fragment Length Polymorphism) dan
keuniversalan RAPD.
Marka ISSR sangat polimorfik dan berguna untuk mempelajari keragaman genetik,
filogeni, tagging gen, pemetaan genom, dan biologi evolusi. ISSR memiliki
reproduksibilitas tinggi karena pengg unaan primer yang lebih panjang (16 – 25
basa nukleotida) dibandingkan primer RAPD (10 basa nukleotida), yang
memungkinkan penggunaan suhu annealing yang tinggi (45 – 60o C).
Teknik ISSR sangat mirip dengan teknik random amplifikasi DNA polimorfik (RAPD),
kecuali bahwa primer ISSR dirancang dari daerah mikrosatelit.
Tahapnya yaitu dengan amplifikasi daerah DNA yang terletak di antara sekuens berulang yang
berdekatan dengan menggunakan primer tunggal panjang yang terdiri dari sekuens berulang 16-18
pasangan basa (bp) yang ditambatkan, pada ujung 3' atau 5', ke 2-4 nukleotida yang berubah-ubah.
Kemudian di elektroforesis untuk dilihat ada atau tidaknya fragmen dengan ukuran tertentu.