Anda di halaman 1dari 31

1

1. Judul Usulan Penelitian

PENCATATAN PALSU DALAM PROSES LAPORAN KUNJUNGAN

USAHA DAN DATA PEKERJAAN DEBITUR DALAM TINDAK

PIDANA PERBANKAN DI BANK ARTHA GRAHA CABANG KOTA

PANGKALPINANG (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri

Pangkalpinang No. 262/Pid. Sus/2018/PN. Pgp)

2. Latar Belakang Masalah

Mengingat di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 yang selanjutnya disebut UUD NRI 1945, Pasal 33 ayat (4)

menyebutkan perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi

ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan

dan kesatuan ekonomi nasional.1

Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang

sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan perekonomian dan

pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan adalah menyerap dana

dari masyarakat.2 Hal ini terutama karena fungsi bank sebagai perantara

(intermediary) antara pihak-pihak kelebihan dana (surplus of funds) dan pihak

yang memerlukan dana (luck of funds), sebagai agent of development, bank

merupakan alat pemerintah dalam membangun perekonomian bangsa melalui

1
Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.
2
Hermansyah, 2014. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Kencana, Jakarta, hlm. 3.
2

pembiayaan semua jenis usaha pembangunan, yaitu sebagai financial

intermediary (perantara keuangan) yang memberikan kontribusi terhadap

pendapatan negara.3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang

selanjutnya disebut Undang-undang Perbankan, pada Pasal 1 ayat (2)

menyebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak.4

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya. Berdasarkan pergertian tersebut dapat

dikatakan bahwa sistem perbankan adalah suatu sistem yang menyangkut

tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara, dan proses

melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan.5

Bank sebagai lembaga penghimpun dan penyalur dana masyarakat dalam

menjalankan usahanya, dana yang dikumpulkan bank bukanlah jumlah yang

sedikit, bank harus berlandaskan dengan prinsip kehati-hatian. Kesalahan yang

dilakukan oleh bank dalam mengelola dana dari masyarakat, maka akibatnya
3
Ibid.
4
Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
5
Hermansyah, Op. Cit, hlm. 18.
3

bisa fatal. Hubungan yang terjalin antara bank dengan nasabah tersebut

haruslah disertai dengan hak dan kewajiban yang harus dipatuhi kedua belah

pihak. Salah satu pihak melakukan perbuatan yang dapat merugikan pihak

lainnya dengan cara-cara yang melawan ketentuan hukum di bidang perbankan

yang berlaku, maka perbuatan salah satu pihak tersebut dikategorikan sebagai

tindak pidana perbankan atau tindak pidana di bidang perbankan.6

Kreditur dan debitur erat kaitannya dengan perbankan, adapun pengertian

kreditur dan debitur, kreditur adalah pihak bank atau lembaga pembiayaan

lainnya yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang.7

Debitur adalah orang atau badan usaha yang memiliki hutang kepada bank atau

lembaga pembiayaan lainnya karena perjanjian atau undang-undang, orang atau

badan usaha yang sering berhubungan dengan perbankan biasanya disebut

dengan nasabah.8

Undang-undang Perbankan Pasal 16, nasabah adalah pihak yang

menggunakan jasa bank.9 Nasabah terbagi menjadi dua yaitu nasabah debitur

dan nasabah penyimpanan. Nasabah penyimpanan adalah nasabah yang

menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian

antara bank dan nasabah yang bersangkutan. 10 Nasabah debitur adalah nasabah
6
Moch. Anwar, 1986. Tindak Pidana Dibidang Perbankan. Alumni, Bandung, hlm. 7.
7
Riduan Tobink dan Bill Nikholaus, 2003. Kamus Istilah Perbankan. Atalya Rileni Sudeco,
Jakarta, hlm. 118.
8
Ibid.
9
Pasal 16 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
10
Pasal 1 Angka 17 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
4

yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian antara bank dan

nasabah yang bersangkutan.11

Bank Indonesia, pemerintah, dan kepolisian sebagai aparatur penegak

hukum wajib bekerjasama untuk menanggulangi berbagai tindak kejahatan

pencurian dana masyarakat pada bank di Indonesia, apabila masyarakat sudah

tidak percaya pada para penegak hukum di Indonesia dalam mencegah dan

menindaklanjuti berbagai kejahatan perbankan di Indonesia, maka juga akan

berdampak secara tidak langsung kepercayaan masyarakat kepada perbankan

akan tererosi.12 Sanksi pidana tidaklah begitu saja dijatuhkan terhadap

seseorang ketika orang tersebut telah melakukan perbuatan yang bertentangan

dengan hukum atau bersifat melawan hukum. Penjatuhan pidana terhadap

pelaku kejahatan, dapat dilakukan apabila pada perbuatan pelaku dapat

dibuktikan dengan adanya unsur kesalahan dan adanya kemampuan

bertanggungjawab.13

Pemalsuan surat adalah berupa kejahatan yang di dalam mengandung

unsur keadaan ketidakbenaran atau palsu atas sesuatu (objek), yang sesuatunya

itu tampak dari luar seolah-olah benar adanya padahal sesungguhnya

11
Pasal 1 Angka 18 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
12
M. Rizal Situru, 2014. Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank Yang
Melanggar Sistem Prosedur Bank dan Mengakibatkan Terjadinya Suatu Tindak Pidana Di Bidang
Perbankan. dalam Jurnal Keguruan dan Ilmu Pendidikan, No 1, Vol 3, hlm. 2.
13
Faisol, 2019. Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Korporasi Terkait Tindak Pidana
Perdagangan Orang. dalam Jurnal Hukum, No 2, Vol 2, hlm. 2.
5

bertentangan dengan sebenarnya.14 Perbedaan prinsip antara perbuatan

membuat surat palsu dan memalsu surat, adalah bahwa membuat

surat/membuat palsu surat, sebelum pembuatan dilakukan, belum ada surat,

kemudian dibuat suatu surat yang isinya sebagian atau seluruhnya adalah

bertentangan dengan kebenaran atau palsu. Seluruh tulisan dalam surat itu

dihasilkan oleh perbuatan membuat surat palsu. Surat yang demikian disebut

dengan surat palsu atau surat tidak asli.15

Salah satu contoh kasus yang penulis kaitkan adalah kejahatan yang

dilakukan oleh beberapa pegawai Bank Artha Graha, yaitu Willy Christianto

sebagai pimpinan cabang Bank Artha Graha, Willie alias Ayung sebagai AO

(Account Officer) Bank Artha Graha, Erwin Yulanto alias Erwin bin

Sumantri sebagai AO (Account Officer) Bank Artha Graha, Arrizky

Muharrya bin Rusman sebagai karyawan tetap Bank Artha Graha melakukan

pemalsuan pencatatan paslu dalam proses laporan kunjungan usaha dan data

pekerjaan debitur. Tersangka diduga melanggar Undang-undang Perbankan,

dalam kasus pencatatan palsu laporan kunjungan usaha dan data pekerjaan

debitur. Empat tersangka dikenakan Pasal 49 ayat 1 huruf a Undang-undang

Perbankan, menyebutkan bahwa membuat atau menyebabkan adanya

pencatatan palsu dalam pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam

dokumuen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu
14
Adami Chazawi, 2002. Kejahartan Mengenai Pemalsuan. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hlm.3
15
R. Soerodibroto Soenarto, 2003. KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yuriprudensi Mahkamah
Agung dan Hoge Read. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.154.
6

bank. Kasus ini sebagai analisis dalam membantu proses hukum, untuk melihat

penjatuhan putusan terhadap tersangka oleh hakim.

Dilihat dari latar belakang yang telah dijelaskan, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian tentang pencatatan palsu dalam proses laporan kunjungan

usaha dan data pekerjaan debitur dalam tindak pidana perbankan di Bank Artha

Graha cabang Kota Pangkalpinang (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri

Pangkalpinang No. 262/Pid. Sus/2018/PN. Pgp) sehingga dapat membantu para

aparat penegak hukum baik dalam tahap penyidikan hingga persidangan dan

terlebih lagi melahirkan suatu keputusan yang adil bagi semua pihak dan

menjadi suatu putusan hakim yang tetap, dengan skripsi yang berjudul:

PENCATATAN PALSU DALAM PROSES LAPORAN KUNJUNGAN

USAHA DAN DATA PEKERJAAN DEBITUR DALAM TINDAK

PIDANA PERBANKAN DI BANK ARTHA GRAHA CABANG KOTA

PANGKALPINANG (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri

Pangkalpinang No. 262/Pid. Sus/2018/PN. Pgp)

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penulisan skripsi ini adalah:

a. Bagaimana pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap terdakwa

pencatatan palsu dalam proses laporan kunjungan usaha dan data pekerjaan

debitur dalam tindak pidana perbankan di Bank Artha Graha cabang Kota
7

Pangkalpinang (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Pangkalpinang No.

262/Pid. Sus/2018/PN. Pgp)?

b. Bagaimana pertanggungjawaban pidana terhadap terdakwa pencatatan palsu

dalam proses laporan kunjungan usaha dan data pekerjaan debitur (Studi

Kasus Putusan Pengadilan Negeri Pangkalpinang No. 262/Pid. Sus/2018/PN.

Pgp)?

4. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap

terdakwa pencatatan palsu dalam proses laporan kunjungan usaha dan data

pekerjaan debitur dalam tindak pidana perbankan.

b. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap pencatatan palsu

dalam proses laporan kunjungan usaha dan data pekerjaan debitur.

5. Manfaat Penelitian

Sudah seharusnya suatu penelitian memberikan manfaat bagi berbagai

pihak, adapun manfaat dari penulisan skripsi yang diharapkan adalah:

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai saran dalam pemenuhan tugas akhir untuk

memperoleh pendidikan program sarjana (S-1) di Fakultas Hukum

Universitas Bangka Belitung. Selain itu, penelitian itu diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang pencatatan palsu dalam proses laporan

kunjungan usaha dan data pekerjaan data debitur dalam tindak pidana

perbankan.
8

b. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan sebagai acuan atau pedoman untuk

menambah pengetahuan pihak akademisi, baik dosen maupun mahasiswa

atau pihak berkepentingan lainnya. Kemudian penelitian ini bermanfaat

menambah literatur atau referensi di perpustakaan sebagai acuan atau

pedoman yang digunakan oleh mahasiswa yang akan melakukan penelitian

selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan mangenai

permasalahan hukum, sekaligus sebagai media edukasi mengenai arah gerak

hukum di indonesia.

d. Bagi Penegak Hukum

Penelitian ini diharapkan dapat membantu para penegak hukum

dalam menjalankan tugas-tugasnya, khususnya dalam kasus tindak pidana.

e. Bagi Korban

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman terhadap

korban yang terlibat dalam kasus tindak pidana.

6. Landasan Teori atau Landasan Konseptual

Menurut Jon Nixon teori diartikan sebagai pernyataan-pernyataan yang

saling berhungan untuk menjelaskan suatu kebenaran fakta tertentu. 16 Teori

16
Aan Effendi, Freddy Poernomo dan Indra S. Ranuh, 2016. Teori Hukum. PT Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 88.
9

berarti perangkat asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, atau penerimaan fakta-

fakta yang mencoba menetapkan penjelasan yang rasional atau masuk akal

mengenai hubungan sebab-akibat di antara kelompok-kelompok yang teramati

oleh fenomena dan gejala-gejala.17

Moeljatno mengatakan bahwa hukum pidana adalah bagian dari pada

keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-

dasar dan aturan untuk :18

a. Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,

yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi orang

yang melanggar larangan tersebut.

b. Menentukan waktu dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang melanggar

larangan-larangan ini dapat dikenakan dan dijadikan pidana sebagaimana

yang telah diancamkan.

c. Menentukan dengan cara pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila

ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut.

Teori-teori yang digunakan adalah:

a. Teori Pembuktian

Teori pembuktian atau sistem pembuktian yang dianut Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang mana diatur dalam

Pasal 183 memadukan unsur-unsur obyektif dan subyektif dalam

17
Ibid, hlm. 89.
18
Teguh Prasetyo, 2015. Hukum Pidana. Rajawali Pers, jakarta, hlm. 6-7.
10

menentukan salah tidaknya terdakwa.19 Tidak ada yang paling dominan di

antara kedua unsur tersebut, keduanya saling berkaitan. Jika suatu perkara

terbukti secara sah (sah dalam arti alat-alat bukti menurut undang-undang),

akan tetapi tidak meyakinkan hakim akan adanya kesalahan tersebut, maka

hakim tidak dapat menjatuhkan putusan pidana pemidanaan terhadap

terdakwa.20

Pembuktian dalam perkara pidana berbeda dengan pembuktian di

dalam perkara perdata. Dalam pembuktian perkara pidana (hukum acara

pidana) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materil, yaitu kebenaran

sejati atau yang sesungguhnya, sedangkan pembuktian dalam perkara

perdata (hukum acara perdata) adalah bertujuan untuk mencari kebenaran

formil, artinya hukum tidak boleh melampaui batas-batas yang diajukan oleh

para pihak yang berperkara. Jadi hakim dalam mencari kebenaran formil

cukup membuktikan dengan preponderance of evidence, sedangkan hakim

pidana dalam mencari keberanaran materil, maka peristiwanya harus terbukti

beyond reasonable doubt.21

Menurut J.C.T. Simorangkir bahwa pembuktian adalah usaha dari

yang berwenang untuk mengemukakan kepada hakim sebanyak mungkin

hal-hal yang berkenaan dengan suatu perkara yang bertujuan agar supaya

19
Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHAP).
20
Tolib Effendi, 2014. Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana Perkembangan dan
Pembaharuannya Di Indonesia. Setara Press, Malang, hlm. 172.
21
Andi Sofyan, 2013. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar. Rangka Education, Yogyakarta,
hlm. 241.
11

dapat dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk memberikan keputusan

seperti tersebut.22 Menurut Darwan, pembuktian adalah bahwa benar suatu

peristiwa pidana telah terjadi dan terdakwalah yang dinyatakan bersalah

melakukannya, sehingga harus dipertanggungjawabkan atas segala

perbuatan.23

Menurut Sudikno Mertokusumo, menggunakan istilah

membuktikan, dengan memberikan pengertian, sebagai berikut :24

1) Kata membuktikan dalam arti logis, artinya memberikan kepastian yang

bersifat mutlak, karena berlaku bagi setiap orang dan tidak

memungkinkan adanya alat-alat bukti lain.

2) Kata membuktikan dalam arti konvesional, yaitu pembuktian yang

memberikan kepastian, hanya saja bukan kepastian mutlak melainkan

kepastian yang nisbi atau relatif, sifatnya yang mempunyai tingkatan-

tingkatan :

a) Kepastian yang didasarkan atas perasaan belaka, maka kepastian ini

bersifat intuitif dan desebut conviction intime.

b) Kepastian yang didasarkan atas pertimbangan akal, maka disebut

conviction raisonne.

22
Ibid, hlm. 242.
23
Ibid.
24
Ibid, hlm. 243.
12

c) Kata membuktikan dalam arti yuridis, yaitu pembuktian yang

memberikan kepastian kepada hakim tentang kebenaran suatu

peristiwa yang terjadi.

b. Teori Pertanggungjawaban Pidana

Teori pertanggungjawaban pidana menurut Roeslan Saleh adalah

suatu perbuatan yang tercela oleh masyarakat yang harus

dipertanggungjawabkan pada si pembuatnya atau pelaku atas perbuatan yang

dilakukannya, sehingga dengan mempertanggungjabawabkan perbuatan

yang tercela itu pada si pembuatnya, pembuatnya juga dicela atau

pembuatnya tidak dicela, sedangkan dalam hal yang kedua si pembuatnya

tentu tidak dipidana.25

Menurut Moeljatno bahwa untuk adanya kemampuan

bertanggungjawab harus ada kemampuan untuk membeda-bedakan antara

perbuatan yang baik dan yang buruk sesuai dengan hukum dan yang

melawan hukum (faktor akal), kemampuan untuk menentukan kehendaknya

menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi (faktor

perasaan).26

Menurut Setiyono korporasi dapat dipertanggungjawabkan menurut

hukum pidana apabila :27

25
Roeslan Saleh, 2002. Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana. Ghalia
Indonesia, hlm. 10.
26
Moeljatno, 2003. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bumi Askara, Jakarta, hlm. 59.
27
Setiyono, 2005. Kejahatan Korporasi-Analisis Viktimologis dan Pertanggungjawaban
Korporasi dalam Hukum Pidana Indonesia. Bayumedia Publishing, Malang, hlm. 77.
13

1) Agen korporasi melakukan kejahatan.

2) Ketika bertindak dalam ruang lingkup kepegawaian/pekerjaan.

3) Dengan tujuan untuk keuntungan korporasi.

Menurut Erdianto Effendi dalam hukum pidana konsep liability atau

pertanggungjawaban itu merupakan konsep sentral yang dikenal dengan

ajaran kesalahan.28 Dalam bahasa latin ajaran kesalahan ini dikenal dengan

sebutan mensrea, suatu perbuatan tidak mengakibatkan seorang bersalah

kecuali ada pikrian jahat.29

c. Teori Pemidanaan

Menurut Johanes Andenaes bahwa tujuan utama dari pidana adalah

untuk memuaskan tuntutan keadilan (to satesfy the claims of justice),

sedangkan pengaruh-pengaruh lainnya yang menguntungkan adalah hal

sekunder, jadi menurutnya bahwa pidana yang dijatuhkan semata-mata untuk

mencari keadilan dengan melakukan pembalasan.30

Menurut Immanuel Kant bahwa pidana tidak pernah dilaksanakan

semata-mata sebagai sarana untuk mempromosikan tujuan atau kebaikan

lain, baik bagi si pelaku itu sendiri maupun bagi masyarakat, tetapi dalam

semua hal harus dikenakan hanya karena orang yang bersangkutan telah

melakukan suatu kejahatan.31


28
Erdianto Effendi, 2010. Pokok-Pokok Hukum Pidana. Alaf Riau, Pekanbaru, hlm. 61.
29
Ibid.
30
Satochid Kartanegara, 2005. Hukum Pidana Bagian Satu. Balai Lektur Mahasiswa, Jakarta,
hlm. 56.
31
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1998. Teori-Teori dan Kebijakan pidana. Alumni,
Bandung, hlm. 11.
14

Menurut Wirjono Prodjodikoro tujuan pemidanaan yaitu :32

1) Untuk menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan kejahatan baik

secara menakut-nakuti orang banyak (generals preventif) maupun

menakut-nakuti orang tertentu yang sudah melakukan kejahatan agar

dikemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi (spiciale preventif).

2) Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang melakukan

kejahatan agar menjadi orang-orang yang baik tabiatnya sehingga

bermanfaat bagi masyarakat.

Menurut Sholehuddin tujuan pemidanaan yaitu:33

1) Memberikan efek penjeraan dan penangkalan, penjeraan berarti

menjauhkan si terpidana dari kemungkinan mengulangi kejahatan yang

sama, sedangkan tujuan sebagai penangkal berarti pemidanaan berfungsi

sebagai contoh yang mengingatkan dan menakutkan bagi penjahat-

penjahat potensial dalam masyarakat.

2) Pemidanaan sebagai rehabilitasi.

Menurut P.A.F. Lamintang bahwa pada dasarnya terdapat tiga

pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu

pemidanaan, yaitu:34

1) Untuk memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri.

32
Wirjono Prodjikoro, 1980. Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. PT Eresco,
Jakarta, hlm. 3.
33
Sholehuddin, 2003. Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track System
& Implementasinya. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 45.
34
P.F.A Lamintang, 2012. Hukum Penintesier Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 23.
15

2) Untuk membuat orang menjadi jera dalam melakukan kejahatan-

kejahatan.

3) Untuk membuat penjahat-penjahat tertentu menjadi tidak mampu untuk

melakukan kejahatan-kejahatan yang lain, yakni penjahat yang dengan

cara-cara yang lain sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

Andi Hamzah secara tegas memberi pengertian pemidanaan adalah

penghukuman itu berasal dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan

sebagai menetapkan hukum atau memutuskan tentang hukumnya

(berechten).35

Pemidanaan itu sama sekali bukan dimaksudkan sebagai upaya balas

dendam melainkan sebagai upaya pembinaan bagi seorang pelaku kejahatan

sekaligus sebagai upaya preventif terhadap terjadinya kejahatan serupa.

Mengenai jenis pidana yang terdapat dalam sistem pemidanaan di Indonesia,

terdapat dalam pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP),

yang menyatakan:36

1) Pidana pokok:

a) Pidana mati.

b) Pidana penjara.

c) Pidana kurungan.

d) Pidana denda.

35
Tolib Setiady, 2010. Pokok-Pokok Hukum Penintesier Indonesia. Alfabeta, Bandung, hlm.
21.
36
Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
16

2) Pidana tambahan:

a) Pencabutan hak-hak tertentu.

b) Perampasan barang-barang tertentu.

c) Pengumuman putusan hakim.

Menurut Satochid Kartanegara mengekemukakan teori pemidanaan

atau penghukuman dalam hukum pidana dikenal ada tiga aliran yaitu:37

1) Absolute atau vergeldings theorieen (vergelden/imbalan)

Aliran ini mengajarkan dasar dari pada pemidanan harus dicari

pada kejahatan itu sendiri untuk menunjukan kejahatan itu sebagai dasar

hubungan yang dianggap sebagai pembalasan, imbalan (velgelding)

terhadap orang yang melakukan perbuatan jahat, oleh karena kejahatan itu

menimbulkan penderitaan bagi si korban.

2) Relative atau doel theorieen (doel/maksud, tujuan)

Dalam ajaran ini yang dianggap sebagai dasar hukum dari

pemidanaan adalah bukan velgelding, akan tetapi tujuan (doel) dari

pidana itu, jadi aliran ini menyandarkan hukuman pada maksud dan

tujuan pemidanaan itu, artinya teori ini mencari manfaat dari pada

pemidanaan (nut can de straf).

3) Vereninggings theorieen (teori gabungan)

37
Satochid Kartanegara, Op. Cit, hlm. 56.
17

Teori ini sebagai reaksi dari teori sebelumnya yang kurang dapat

memuaskan menjawab mengenai hakikat dari tujuan pemidanaan.

Menurut ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak

pada kejahatan itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan, akan tetapi di

samping itu diakuinya pada sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan

dari pada hukum.

d. Teori Bank Konvensional

Bank konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

secara konvensional yang terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank

Perkreditan Rakyat.38 Kemudian menurut Undang-Undang Perbankan yang

dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit dan

atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.39

Menurut Muhammad Syarif Surbakti, dalam pembahasan

perbedaan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional, telah

menguraikan beberapa ciri perbankan konvensional yaitu:40

38
Rizal Yaya, dkk, 2014. Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer,
Salemba Empat, Jakarta, hlm. 48.
39
Kasmir, 2010. Pemasaran Bank, Kencana, Jakarta, hlm. 9.

40
Muhammad Djumhana, 2008. Asas-Asas Hukum Perbankan Indnesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 126.
18

a. Bank konvensional, karakteristik hubungan adalah kreditur-debitur, kedua

belah pihak telah menetapkan besarnya pendapat untuk biaya yang menjadi

hak dan beban masing-masing dalam bentuk riba.

b. Umumnya kriteria usaha berorientasi pada tingkat keuntungan, kelayakan

arus kas, pengaman kredit, namun ada pembatasan secara kualitatif hanya

berdasarkan nilai etika yang dapat berubah sesuai perubahan nilai

masyarakatnya.

c. Ruang lingkup bidang usaha bank konvenional terbatas pada mekanisme

pinam meminjam dengan instrume ribawi.

d. Akuntansi dan penyajian laporan keuangan berorientasi pada kepentingan

para pemegang saham dan tidak dikenal konsep pertanggungjawaban sosial

dan keadilan, tetapi dalam satu dekade terakhir, ada kecenderungan

akuntansi konvensional mengarah pada konsep yang sejalan dengan islam,

seperti perkembangannya konsep akuntansi pertanggungjawaban, akuntansi

sosial, akuntansi SDM, dan sebagainya.

e. Bagi bank konvensional, konsep corporate governance terbatas pada

pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan dan berlandaskan nilai-nilai

etika.

7. Metode Penelitian

Secara etimologis metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan

atau mengerjakan sesuatu, pengertian ini diambil dari istilah Yunani methodos
19

yang artinya jalan menuju. Bagi kepentingan ilmu pengetahuan, metode

merupakan titik awal menuju proposisi-proposisi akhir dalam bidang

pengetahuan tertentu.41

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan

menganalisisnya kecuali itu juga diadakan pemeriksaan yang mendalam

terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu

pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang

bersangkutan. Sudah tentu dalam penelitian hukum, seorang peneliti hukum

dapat melakukan aktivitas-aktivitas untuk mengungkapkan kebenaran hukum

yang terencana secara metodologis, sistematis dan konsisten atau secara

kebetulan, misalnya dengan mendasarkan diri pada keadaan atau metode

untung-untungnya (trial-eror) dalam aktivitas tersebut. Akibatnya tidak jarang

suatu aktivitas untuk mencari kebenaran hukum lebih didasarkan atas

penghormatan pada suatu pendapat atau penemuan yang telah dihasilkan oleh

seseorang atau lembaga tertentu karena otoritas atau kewibawaan ini, sehingga

melakukan pengujian terhadap temuan-temuannya. Lebih didasarkan pada

usaha-usaha yang dilakukan sekedar melalui pengalaman-pengalaman belaka.

Aktivitas yang seperti ini kerap kali mengabaikan metode dan sistematika, di

41
Bahder J Nasution, 2008. Metode Penelitian Ilmu Hukum. Mandar Maju, Bandung, hlm, 13.
20

samping tidak didasarkan pada pemikiran yang mantap dan pekerjaan yang

terencana.42

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian hukum dalam penelitian ini adalah penelitian hukum

yuridis normatif. Penelitian hukum yuridis normatif yaitu penelitian yang

dilakukan dengan mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat pada

peraturan perundang-undangan dan keputusan pengadilan serta norma-

norma yang berlaku di masyarakat.43 Penelitian hukum normatif yaitu

pendekatan yang menggunakan konsepsi legis positivis. Konsep ini

memandang hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan

diundangkan oleh lembaga atau penjabat berwenang. Sistem normatif

memandang sebagai suatu sistem bersifat mandiri, tertutup dan terlepas dari

kehidupan masyarakat yang nyata.44

Berbeda dengan penelitian hukum empiris yaitu mengkaji

pelaksanaan atau implementasi hukum secara faktual pada peristiwa hukum

tertentu yang terjadi dalam masyarakat.45

b. Sifat Penelitian

42
H. Zainuddin Ali, M.A, 2009. Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 14-15.
43
Peter Mahmud Marzuki, 2011. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
hlm. 15.
44
Ronny Hanitijo Soemitro, 1988. Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia,
Jakarta, hlm. 13-14.
45
Abdulkadir Muhammad, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 136.
21

Sifat penelitian hukum dalam penelitian ini adalah sifat penelitian

hukum persfektif. Dalam penelitian hukum dokrinal, ada sifat penelitian

hukum presfektif dan sifat penelitian hukum teknis atau terapan. Sifat

penelitian hukum persfektif yaitu ilmu hukum yang mempelajari tujuan

hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum,

dan norma-norma hukum, sedangkan sifat penelitian hukum terapan yaitu

ilmu hukum menentapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-

rambu dalam melaksanakan aktivitas hukum.46

c. Pendekatan Penelitian

Pendekatan menurut Van Dyke adalah an approach consists of

criteria of selection-criteria employed in selecting the problems or questions

to consider and in selecting the data to bring to bear, is consists od

standards governing the inclusion of question and data. Dari pengertian

yang diberikan oleh Van Dyke ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa

pendekatan merupakan cara pandang dalam arti lebih luas. Menelaah suatu

persoalan dapat dilakukan berdasarkan atau dengan memakai sudut pandang

dari berbagai cabang ilmu.47

Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah dengan pendekatan

kasus (case approach) dan pendekatan perundang-undangan (statute

approach). Pendekatan kasus bertujuan untuk mempelajari penerapan

46
Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit, hlm. 22.
47
Bahder J Nasution, 2012. Metode Penelitian Hukum. Rajawali Press, Jakarta, hlm. 126-127.
22

norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.

Terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputuskan sebagaimana yang

dapat dilihat dalam yurisprudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi

fokus penelitian, yaitu perkara pidana.48 Pendekatan perundang-undangan

adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang

dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani.49

d. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang

diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka.

Diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer (atau data

dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya

dinamakan data sekunder.50

Sumber data yang digunakan dalam melakukan penelitian hukum ini,

yaitu menggunakan data primer sebagai sumber data utama dan sumber data

sekunder sebagai data pendukung. Sumber data primer data yang bersumber

dari penelitian lapangan yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari

sumber pertama di lapangan yaitu dari wawancara dengan para informan dan

responden.51 Data sekunder, yaitu pustaka yang mencakup dokumen-

48
Johny Ibrahim, 2006. Teori dan Metologi Penelitian Hukum Normatif. Bayu Media
Publishing, Malang, hlm. 321.
49
Peter Mahmud Marzuki, Loc. Cit.
50
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2011. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat. Raja Grafindo Persada, hlm. 12.
51
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Rajawali Press,
Jakarta, hlm. 30.
23

dokumen resmi, buku-buku perpustakaan, peraturan perundang-undangan,

karya ilmiah, artikel-artikel, serta dokumen yang berkaitan dengan materi

penelitian.52 Bahan hukum sekunder tersebut mencakup tiga bagian yaitu:

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

peraturan perundang-undangan yaitu UUD NRI 1945, Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP), Undang-undang Perbankan, Studi Kasus Putusan

Pengadilan Negeri Pangkalpinang No. 262/Pid. Sus/2018/PN. Pgp, serta

peraturan perundang-undangan lainnya yang dapat mendukukng dalam

penelitian ini.

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai

hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian,

hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, contohnya

adalah kamus, ensiklopedia, dan seterusnya.

e. Teknik Pengumpulan Data


52
Soerjono Soekanto dan Sri Mulyadi, Op. Cit. hlm. 13.
24

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data melalui studi

pustaka, yaitu mendapatkan data melalui bahan-bahan kepustakaan yang

dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari peraturan perundang-

undangan, teori-teori atau tulisan-tulisan yang terdapat dalam buku literatur,

bahan bacaan ilmiah, dan lain-lainnya.

f. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, data diolah dengan analisis kualitatif yakni

melakukan analisis-analisis dan menginterpretasikan data yang diperoleh

kemudian merumuskan hipotesa-hipotesa (pertanyaan-pertanyaan).

8. Orisinalitas Penelitian

Nama Judul Skripsi Rumusan Masalah Metode Penelitian

Aqwam Perlidungan Hukum 1. Bagaimana Yuridis Empiris

Aris Debitur dan Kreditur perlindungan hukum

Atas Musnahnya debitur dan kreditur atas

Benda Jaminan musnahnya benda

Fidusia Bagi Yang jaminan fidusia bagi

Telah Diansuransikan yang telah

(Studi Kasus Di PT diansuransikan?

Mandala 2. Bagaimana upaya

Multifinance. Tbk Di hukum kreditur atas

Pangkalpinang) debitur tidak memenuhi


25

prestasi terkait terhadap

musnahnya benda

jaminan fidusia bagi

yang telah

diansuransikan?

Annisa Penegakan Hukum 1. Bagaimanakah Normatif

Terhadap penegakan hukum

Penyebarluasan Video terhadap

Pornografi Ditinjau pernyebarluasan konten

Dari Undang-undang video pornografi

Nomor 44 Tahun ditinjau dari Undang-

2008 Tentang undang Nomor 44

Pornografi (Studi Tahun 2008 tentang

Kasus Kepolisian Pornografi?

Resor Bangka) 2. Faktor yang

mempengaruhi

penegakan hukum

terhadap penyebarluasan

konten video pornografi

ditinjau dari Undang-

undang Nomor 44
26

Tahun 2008 tentang

Pornografi?

Imania Analisis Putusan PN 1. Bagaimana analisis Normatif

r Pangkalpinang Nomor putusan PN

32/Pid. Pangkalpinang Nomor

Sus-TPK/2014/PN. 32/Pid. Sus.

Pgp tentang Tindak TPK/2014/PN. Pgp

Pidana Korupsi tentang Tindak Pidana

penyalahgunaan Dana Penyalahgunaan Dana

Desa Desa?

2. Bagaimana analisis

pertanggungjawaban

pidana perkara Putusan

PN Pangkalpinang

Nomor 32/Pid. Sus-

TPK/2014/PN. Pgp

berdasarkan teori

kesalahan?

9. Sistematika Penulisan
27

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab yang

masing-masing terdiri dari sub-sub bab di antaranya:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan yang pertama mengenai latar belakang,

yaitu permasalahan yang ingin dibahas peneliti. Kedua mengenai

rumusan masalah, yaitu sub-sub permasalahan yang ingin dibahas

melalui pertanyaan. Ketiga mengenai tujuan dan manfaat penelitian,

untuk mengetahui tujuan dari penelitian penulis dan manfaat dari

penelitian. Keempat mengenai landasan teori dimaksudkan teori-

teori yang dipakai dalam penelitian. Kelima metode penelitian,

merupakan metode yang dipakai dalam penelitian penulis dan

terakhir sistematika penulisan, adalah tata urutan dalam penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan teori-teori ilmu hukum dan berkaitan

mengenai pencatatan palsu dalam proses laporan kunjungan usaha

dan data pekerjaan debitur dalam tindak pidana perbankan.

BAB III PEMBAHASAN

Didalam bab ini akan diuraikan kedalam dua sub bab yaitu

mengenai penerapan hukum pidana materil terhadap pencatatan

palsu dalam proses laporan kunjungan usaha dan data pekerjaan

debitur dalam tindak pidana perbankan dan pertimbangan hakim

dalam penjatuhan pidana terhadap terdakwa pencatatan palsu dalam


28

proses laporan kunjungan usaha dan data pekerjaan debitur dalam

tindak pidana perbankan tersebut.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini diuraikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan

merupakan jawaban pokok-pokok permasalahan yang diajukan,

sedangkan saran merupakan sumbangsih pemikiran dari hasil

penelitian dalam upaya mengatasi permasalahan yang ada.

10. Daftar Pustaka

a. Buku

Aan Effendi., Freddy Poernomo., dan Indra S. Ranuh. Teori Hukum. PT


Sinar Grafika, Jakarta, 2016.

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2004.

Adami Chazawi, Kejahartan Mengenai Pemalsuan, PT. Raja Grafindo


Persada, Jakarta, 2002.

Amiruddin dan Zainal Asikin,. Pengantar Metode Penelitian Hukum.


Rajawali Press, Jakarta, 2012.

Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Rangka Education,


Yogyakarta, 2013.
29

Bahder J Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,


2008.

---------------, Metode Penelitian Hukum. Rajawali Press, Jakarta, 2012.

Erdianto Effendi, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Alaf Riau, Pekanbaru, 2010.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta,


2014.

H. Zainuddin Ali, M.A, Metode Penelitian Hukum. Sinar Grafika, Jakarta,


2009.

Johny Ibrahim, Teori dan Metologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang, 2006.
Kasmir, Pemasaran Bank, Kencana, Jakarta, 2010.

Moch. Anwar, Tindak Pidana Dibidang Perbankan, Alumni, Bandung,


1986.

Moeljatno, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Bumi Askara, Jakarta,


2003.

Muladi dan Barda Nawawi Arief,. Teori-Teori dan Kebijakan pidana,


Alumni, Bandung, 1998.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Predana Media Group, Jakarta,


2011.

P.F.A Lamintang, Hukum Penintesier Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,


2012.

Riduan Tobink dan Bill Nikholaus,. Kamus Istilah Perbankan, Atalya Rileni
Sudeco, Jakarta, 2003.
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik
Kontemporer, Salemba Empat, Jakarta, 2014.
Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana,
Ghalia Indonesia, 2002.
30

Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia


Indonesia, Jakarta, 1988.

R. Soerodibroto Soenarto, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yuriprudensi


Mahkamah Agung dan Hoge Read, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2003.

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, Balai Lektur Mahasiswa,


Jakarta, 2005.

Setiyono, Kejahatan Korporasi-Analisis Viktimologis dan


Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana Indonesia.
Bayumedia Publishing, Malang, 2005.

Teguh Prasetyo, Hukum Pidana. Rajawali Pers, jakarta, 2015.

Tolib Effendi, Dasar-Dasar Hukum Acara Pidana Perkembangan dan


Pembaharuannya Di Indonesia, Setara Press, Malang, 2014.

Tolib Setiady, Pokok-Pokok Hukum Penintesier Indonesia, Alfabeta,


Bandung, 2010.

Sholehuddin, Sistem Sanksi Dalam Hukum Pidana, Ide Dasar Double Track
System & Implementasinya, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,. Penelitian Hukum Normatif, Suatu


Tinjauan Singkat. Raja Grafindo Persada, 2011.

Wirjono Prodjikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, PT.


Eresco, Jakarta, 1980.

b. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana


(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang


Hukum Acara Pidana (KUHAP).
31

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang


Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.

c. Jurnal

Faisol, Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Korporasi Terkait Tindak


Pidana Perdangan Orang, dalam Jurnal Hukum, No 2, Vol 2, 2019.

M. Rizal Situru, Pertanggungjawaban Pidana Atas Tindakan Pegawai Bank


Yang Melanggar Sistem Prosedur Bank dan Mengakibatkan
Terjadinya Suatu Tindak Pidana Di Bidang Perbankan, dalam Jurnal
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, No 1, Vol 3 2014.

Anda mungkin juga menyukai