Anda di halaman 1dari 24

PENUNTUN DAN MODUL PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN


TAHUN AJARAN 2022/2023

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Lengkap Praktikum Teknologi Pengolahan Pakan

Laporan Lengkap : Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Lulus Praktikum
Teknologi Pengolahan Pakan pada Fakultas Peternakan,
Universitas Hasanuddin, Makassar

Nama :

NIM :

Kelompok

Hari/Tanggal :

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Makassar, 2022

Koordinator Asisten Asisten Pembimbing

( ) ( )

Menyetujui : Mengetahui :
Koordinator Mata Kuliah Koordinator Praktikum

Dr. Jamila S.Pt. M.Si Marhamah Nadir, SP.,M.Si.Ph.D


NIP : 1975051120031222003 NIP : 19730209200812202

Tanggal Pengesahan :
PENUNTUN PRAKTIKUM

Mata Kuliah : Teknologi Pengolah Lahan

Semester : Awal 2022/2023

A. Deskripsi Singkat : Praktikum ini memberikan pelatihan keterampilan


kepada mahasiswa mengenai kegiatan di laboratorium
untuk melakukan praktikum secara keseluruhan dengan
benar dan tepat.

B. Dosen Pengajar : Dr. Jamila S.Pt. M.Si.


Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si., IPU., Asean Eng
Prof. Dr. Ir. Budiman Nohong. MP.
Dr. Ir Nancy Lahay, M.Si
Marhamah Nadir, SP.,M.Si.Ph.D.

C. Team Asisten : Aurelya Yulyanti Sudarmanto


Eki Putra Nasjum
Zulfiqih Matra Palompai
Muhammad Prawira Anugrah
Andi Baso Manyompa
Reskita Putri Fitria
Fitriani
Nur Amina
Asmiati
Asrullah
Saenal Abidin
Hesty Widiastuti
Adiza Annisa Wahab

D. Jenis Praktikum : 1. Pengolahan Pakan secara Biologis


2. Pengolahan Pakan secara Kimia
3. Pengolahan Pakan secara Fisik
BAB I
PENDAHULUAN

Ketersedian pakan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan ternak sepanjang musim
merupakan faktor yang menentukan keberhasilan bisnis peternakan. Hampir 80% dari total
biaya produksi dikeluarkan untuk keperluan penyediaan pakan. Tersedianya pakan merupakan
faktor penting, sehingga pemanfaatan limbah agroindustry menjadi pilihan ketika rumput segar
sulit diperoleh karena tidak akan mungkin penyediaan rumput segar sepanjang tahun
mengingat adanya kesenggangan musim, baik musim kemarau pada daerah tropis maupun
adanya musim salju pada wilayah non tropis.
Peningkatan nilai manfaat limbah sebagai bahan pakan ternak dapat dilakukan dengan
meningkatkan nilai nutrisi melalui perlakuan dan pengolahan. Jenis perlakuan yang diterapkan
sangat bervariasi dan tergantung pada jenis, asal dan faktor pembatas pemanfaatan limbah
sebagai bahan pakan secara langsung. Faktor pembatas pemanfaatan limbah sebagai pakan
ternak secara umum meliputi kualitas nutrisi yang rendah akibat kandungan serat yang tinggi,
kandungan antinutrisi dan kadar air bahan yang tinggi.
Pemilihan teknik dan metode pengolahan ditentukan oleh faktor pembatas pemanfaatan
limbah sebagai pakan ternak sehingga limbah mempunyai nilai tambah yang lebih baik.

Limbah‐ limbah pertanian (crop residue) dan beberapa limbah yang berasal dari industri

pengolahan hasil pertanian (agroindustry by-product) umumnya mempunyai kandungan serat


tinggi, perlakuan yang diberikan biasanya berupa perlakuan yang diarahkan pada penghilangan
dan atau pemutusan ikatan yang terjadi diantara komponen serat.
Perlakuan yang paling umum dilakukan terhadap limbah yang dapat digunakan untuk
bahan pakan ternak diantaranya berupa perlakuan secara fisik, kimia, biologis dan atau

kombinasi perlakuan fisiko‐ kimia atau fisiko‐ biologis. Melalui kegiatan praktikum mata

kuliah Teknologi Pengolahan Pakan, berdasarkan metode PBL (Project Base Learning),
mahasiswa melakukan pengolahan pakan sederhana memanfaatkan hijauan makanan ternak,
bijian-bijian dan limbah agroindustry sebagai syarat kelulusan matakuliah ini.
Teknologi pengolahan pakan yang menjadi materi kuliah dan praktikum meliputi
pengolahan pakan secara mekanis/fisik, biologis, kimia, dan pengolahan pakan campuran.
Teknologi pakan bertujuan untuk memperbaiki produktivitas pakan misalnya memperpanjang
masa simpan, dengan teknologi pengolahan menjadi tepung, pellet, wafer dan UMMB.
Manfaat lain pengolahan pakan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi ketergantungan pada
musim, perbaikan nilai nutrisi dan efiesiensi waktu, melaui proses fermentasi biologis maupun
amoniasi. Selain itu teeknologi yang menggabungkan teknologi pemgolahan fisik, biologis
dan kimia merupakan teknik pengolahan pakan yang sudah komplit dan dikenal dengan
teknologi pembuatan pakan complete (Complete feed) dan pembuatan konsentrat dari berbagai
bahan pakan alternatif.
Penuntun dan modul ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa mengikuti praktikum,
karena mahasiswa dapat mempersiapkan bahan, materi dan prosedur kerja sebelum
pelaksanaan praktikum dan membuktikan teori tentang beberapa teknologi pengolahan pakan.
Praktikum ini mahasiswa dapat mambuktikan atau membandingkan teori yang telah di peroleh
dari dosen pada waktu mengikuti perkuliahan mata kuliah teknologi pengolahan bahan pakan.
Materi praktikum menjadi bekal ilmu untuk diaplikasikan kepada masyarakat peternak di
pedesaan, seperti limbah pertanian, perkebunan, industri, ternak dan perikanan, terutama pada
musim kemarau yang menunjukkan ketersediaan pakan hijauan yang terbatas.
.
BAB II
PENGOLAHAN PAKAN SECARA MEKANIS/FISIK

Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui cara pengolahan pakan secara fisik mekanis meliputi pengeringan,
pencacahan, penepungan, pembuatan Urea Molases Blok (UMB) dan pembuatan pellet
2. Mengaplikasikan teknik pengolahan pakan secara fisik dan melakukan pengamatan hasil
3. Mengetahui jenis bahan pakan yang dapat diolah secara fisik dan mekanis

Perlakuan secara fisik pada bahan pakan berserat tinggi bertujuan untuk merombak
struktur fisik bahan dan memecah matriks karbohidrat penyusun dinding sel. Perlakuan secara
fisik dapat juga digunakan dalam pengawetan dan atau menghilangkan kandungan antinutrisi
bahan. Beberapa contoh pengolahan fisik sebagai berikut:

1. Pembuatan Hay
Hay adalah hijauan pakan ternak yang sengaja dikeringkan agar dapat tahan lama dalam
proses penyimpanan sehingga dapat digunakan pada saat-saat diperlukan. Tidak semua hijauan
dapat dibuat hay dengan hasil yang baik. Hijauan yang baik untuk dibuat hay adalah hijauan
yang bertekstur halus. Hijauan yang bertekstur kasar sulit untuk dikeringkan sehingga hasil
hay-nya jelek.
Tujuan pembuatan hay atau pengurangan kadar air hijauan adalah: 1. Penyediaan
makanan ternak pada saat-saat tertentu, misalnya di masa-masa paceklik, dan bagi ternak
selama dalam perjalanan, 2. Memanfaatkan hijauan pada saat pertumbuhan terbaik tetapi saat
itu belum dimanfaatkan, misalnya pemanfaatan hijauan pada saat produksi berlimpah (musim
penghujan) dan 3. Keperluan perdagangan
Prinsip pembuatan hay yaitu menurunkan kadar air menjadi 15-20 % didalam waktu
yang singkat, baik dengan panas matahari ataupun buatan. Di dalam pembuatan hay ini
diperlukan proses pengeringan dan cara-cara yang khusus.

Pengeringan dengan Panas Matahari


Keuntungan / kebaikan pengeringan dengan panas matahari.
• Biaya ringan, murah.
• Setiap petani peternak bisa melaksanakan, karena teknis pembuatannya sederhana dan
murah.
• Kandungan vitamin D dalam hijauan lebih tinggi.
Kekurangannya :
• Hanya bisa dilakukan di suatu daerah yang memiliki iklim tropis.
• Proses pengeringan berlangsung lebih lama dibandingkan pemanasan
dengan mesin, sehingga penurunan gizi relatif lebih besar, sebab selama proses
pengeringan ini sel-sel terus bernapas, menggunakan energi seperti gula dan
karbohidrat yang menghasilkan CO2
• Karotin (pro-vitamin A) menurun.
Proses pengeringan berlangsung lebih lama dari pada dengan mesin, sehingga secara
umum menurunkan nilai gizi relatif lebih banyak.

Kriteria hay yang baik


1) Warna hijau kekuningan
2) Tak banyak daun yang rusak; bentuk daun masih utuh atau jelas dan tidak kotor atau
berjamur.
3) Tak mudah patah bila barang dilipat dengan tangan.

Metode Praktikum Pembuatan Hay


Bahan : Daun Indigofera tanpa iradiasi, Indigofera iradiasi sinar gamma, kelor, gamal,
calopogonium, lamtoro, kaliandra, daun singkong, murbei
Alat : Terpal/alas plastik, timbangan dan trash bag untuk penyimpanan setelah
pengeringan
Prosedur Kerja:
1. Pangkas tanaman pisahkan dari cabang dan ranting berkayu
2. Pisahkan antara daun dan lainnya
3. Timbang berat segar seluruh bahan sebanyak 10 kg untuk rumput dan 5 kg untuk legum
4. Keringkan dengan menggunakan sinar matahari
5. Hijauan tersebut ditebarkan tipis-tipis, dan setiap saat harus dibalik-balik 1-2 jam.
6. Usahakan agar proses penjemuran ini bisa ber-langsung dalam waktu singkat 4 – 8 jam
sehingga kadar air menjadi 15 – 20 %.
7. Timbang berat kering bahan
Tabel Hasil Pengamatan
Jenis sampel Berat Segar (g) Berat Kering (g)
Berat bahan keseluruhan
Berat ranting dan tangkai hijau/lunak
Berat daun
Ratio ranting/cabang

2. Pembuatan Tepung Daun


Bahan : Daun Indigofera tanpa iradiasi, kelor, gamal, calopogonium, lamtoro,
kaliandra, daun singkong, murbei
Alat : Terpal, Mesin Penggiling
Prosedur Kerja:
1. Memisahkan daun dari ranting dan biji
2. Sebar daun diatas terpal
3. Kemudian keringkan dibawah sinar matahari sampai kering
4. Setelah daun kering, giling di mesin penggiling hingga menjadi tepung

Tabel Hasil Pengamatan


Parameter yang Diamati Berat (g) Warna
Segar
Kering
Tepung
3. Pembuatan Pellet

Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan
konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan (Parker, 1988).
Keambaan pakan yang diolah menjadi pellet berkurang karena densitasnya meningkat. Pellet
yang memiliki densitas tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang
tercecer, serta mencegah de-mixing yaitu peruraian kembali komponen penyusun pellet
sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar (Stevens,1987).
Menurut hasil sejumlah penelitian, manfaat pelleting adalah untuk memudahkan
penanganan pakan dan meningkatkan performans ternak. Pelleting meningkatkan kepadatan
dan daya alir, mencegah pakan tercecer dan diterbangkan angin, serta meningkatkan konversi
ransum. Peningkatan performans terjadi karena terjadi peningkatan kecernaan, penurunan
pemisahan bahan penyusun ransum, lebih sedikit energi untuk mencerna pakan, serta
peningkatan palatabilitas (Behnke, 1998 dalam Briggs et al., 1999).
Pembuatan pellet terdiri dari proses pencetakan, pendinginan dan pengeringan.
Perlakuan akhir terdiri dari proses sortasi, pengepakan dan pergudangan. Proses penting dalam
pembuatan pellet adalah pencampuran (mixing), pengaliran uap (conditioning), pencetakan
(extruding) dan pendinginan (cooling).
Proses conditioning adalah proses pemanasan dengan uap air pada bahan yang
ditujukan untuk gelatinisasi agar terjadi perekatan antar partikel bahan penyusun sehingga
penampakan pellet menjadi kompak, durasinya mantap, tekstur dan kekerasannya bagus.
Proses conditioning ditujukan untuk gelatinisasi dan melunakkan bahan agar mempermudah
pencetakan. Disamping itu juga bertujuan untuk membuat pakan menjadi steril, terbebas dari
kuman atau bibit penyakit; menjadikan pati dari bahan baku yang ada sebagai perekat; pakan
menjadi lebih lunak sehingga ternak mudah mencernanya; menciptakan aroma pakan yang
lebih merangsang nafsu makan ternak.
Proses conditioning dilakukan dengan bantuan steam boiler yang uapnya diarahkan ke
dalam campuran pakan. Apabila penguapan dilakukan dengan mixer jenis beton molen, proses
penguapan dilakukan sambil mengaduk campuran pakan tersebut. Penguapan tidak boleh
dilakukan di atas suhu yang diizinkan, yaitu sekitar 80°C. Pengukusan dengan suhu terlalu
tinggi dalam waktu yang lama akan merusak atau setidaknya mengurangi kandungan beberapa
nutrisi dalam pakan, khususnya vitamin dan asam amino. Dalam proses pembuatan pakan ayam
ras pedaging, penguapan tidak mutlak diperlukan. Selama proses kondisioning terjadi
penurunan kandungan bahan kering sampai 20% akibat peningkatan kadar air bahan dan
menguapnya sebagian bahan organik. Proses kondisioning akan optimal bila kadar air bahan
berkisar 15 – 18%.
Sistem kerja mesin pencetak sederhana adalah dengan mendorong bahan campuran
pakan di dalam sebuah tabung besi atau baja dengan menggunakan ulir (screw) menuju cetakan
(die) berupa pelat berbentuk lingkaran dengan lubang – lubang berdiameter 2 – 3 mm, sehingga
pakan akan keluar dari cetakan tersebut dalam bentuk pellet. Kelemahan sistem ini adalah
diperlukannya tambahan air sebanyak 10 – 20% ke dalam campuran pakan, sehingga
diperlukan pengeringan setelah proses pencetakan tersebut.

Metode Praktikum Pembuatan Pellet


Bahan : Ampas kedelai 20 bagian (gelas 200 ml), Dedak 10 bagian , 1 bagian
Tepung daun (Indigofera, murbei, gamal,calopogonium), molases/gula
merah/air kelapa, air bersih, garam dapur
Alat : Timbangan, Mesin Penggiling, Oven, Mesin Pellet, Baskom.
Prosedur Kerja:
1. Daun dikeringkan dan dibuat tepung dan digiling halus
terlebih dahulu dengan menggunakan grinder (mesin penggiling).
2. Kemudian setiap bahan pakan diukur berdasarkan volume formulasi tiap perlakuan dan
dicampur secara merata (ampas tahu dan dedak 20:10:4 bagian)
3. Setelah itu tambahkan molasses (air sesuai perlakuan)
4. Setelah bahan tercampur rata lakukan pencetakan dengan menggunakan mesin pelet.
5. Kemudian masukkan pellet kedalam oven agar konsistensi pellet stabil

Tabel Hasil Pengamatan


Jenis Pakan Hari Pengamatan
Bau
Warna
Tekstur
Berat awal (g)
Berat akhir (g)
Berat kering (g)
4. Pembuatan Urea Molases Blok (UMB)

Urea molases block merupakan pakan tambahan untuk ternak ruminansia seperti
sapi. Urea molases block juga disebut sebagai permen ternak ruminansia yang tersusun dari
molases sebagai sumber energi bagi ternak. Molases merupakan produk samping pengolahan
tebu dalam pembuatan gula, biasanya dimanfaatkan sebagai sumber energi karena molases
mengandung glukosa dan asam organik, urea sebagai sumber nitrogen, kapur dan garam
sebagai sumber mineral, dedak padi dan dedak jagung sebagai sumber protein (Maulana dkk.,
2021).
UMB berbentuk padat yang kaya akan zat-zat makanan, dibuat dari bahan utama
berupa molases. Urea molases blok (UMB) merupakan suplemen tambahan untuk ternak
ruminansia yang kaya akan manfaat, mengandung zat-zat gizi yang dibutukan ternak.
Pemberian suplemen atau pakan pelengkap dapat meningkatkan efisiensi pencernaan pakan
sehingga dapat meningkatkan produksi ternak (Nista dkk., 2010).
Manfaat UMB yaitu meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan sintesa
protein oleh mikroba dalam rumen, peningkatan kecernaan pakan dan peningkatan konsumsi
pakan yang semuanya itu akan memberikan keseimbangan yang lebih baik antara suplai asam
amino dan energi dan kebutuhan ternak untuk tumbuh, berproduksi, hal ini meningkatkan
populasi mikroorganisme rumen sehingga kebutuhan serat kasar sebagai media hidupnya akan
meningkat pula, sehingga akan merangsang lemak untuk mengkonsumsi bahan pakan lebih
banyak dari keadaan normalnya, dengan meningkatnya konsumsi pakan maka produksi ternak
(daging) akan meningkat pula. Dosis pemberian UMB menurut Hatmono dan Indriyadi (1997)
yaitu 120 gr/ekor/hari untuk ternak kecil (kambing dan domba).

Metode Praktikum Pembuatan Urea Molases Blok (UMB)


Bahan : Semen/tepung tapioca/sagu 10%, urea 5%, molases/gula merah, air kelapa
15%, garam 40%, ampas kedelai 5%, mineral sapi 20%, dedak 5%
Alat : Baskom, Timbangan, Cetakan UMB, Pengaduk, Kantong Plastik Bening,
Alat Pengering
Prosedur Kerja:
1. Timbang bahan pakan berdasarkan formulasi
2. Larutkan urea kedalam molases
3. Campurkan mineral sapi, semen dan tepung tulang
4. Campurkan NaCl ke dalam poin 2
5. Campurkan poin 3 dan poin 4
6. Lakukan pencetakan
7. Keringkan UMB mengguanakan Oven atau di bawah sinar matahari
8. Pengamatan dan penyimpanan

Tabel Hasil Pengamatan


Parameter yang Diamati Hasil Pengamatan
Bau
Warna
Tekstur
Berat awal
Berat akhir
Berat kering

TUGAS MAHASISWA
1. Foto dan video prosedur kerja praktikum
2. Data Hasil dan Pembahasan Praktikum

3. Kesimpulan, Saran dan Temuan


BAB III
PENGOLAHAN PAKAN SECARA BIOLOGIS

Tujuan Praktikum
1. Mengetahui laju dekomposisi berbagai jenis limbah pertanian dan perkebunan rumput
gajah, jerami padi, jerami jagung, enceng gondok (untuk pakan ternak menggunakan 3
jenis dekomposer yaitu Aspergillus niger, Trichoderma, EM4 dan secara aerobik
2. Mengetahui laju dekomposisi limbah pertanian, perkebunan dan hijauan melalui
fermentasi tanpa penambahan inokulum tapi dengan memberikan lingkungan tumbuh
untuk Bakteri Asam Laktat (BAL) pada kondisi pH asam secara anaerob dan
penambahan EM4 secara anaerob
3. Membandingkan laju dekomposisi hasil fermentasi aerob dan aneroba melalui uji
organoleptik /pengamatan fisik pada semua perlakuan.

Aplikasi perlakuan secara biologis dalam pengolahan bahan pakan limbah bertujuan
untuk mengubah struktur fisik bahan, pengawetan dan mengurangi kandungan antinutrisi.
Perubahan struktur fisik pada pakan kasar dilakukan oleh enzim delignifikasi sekaligus
memperkaya jaringan pakan dengan protein mikrorganisme. Delignfikasi dapat terjadi dengan
merombak dan melarutkan lignin yang terkandung dalam pakan. Perlakuan secara biologis
dilakukan dengan menggunakan enzim pendegradasi dinding sel seperti selulase, hemiselulase
dan enzim pemecah lignin, jamur ligninolitik, bakteri dan jamur rumen.
Pengolahan pakan biologis umumnya dilakukan dengan teknik fermentasi baik melaui
fermentasi aerob maupun anaerob. Cara melakukan fermentasi adalah dengan menambahkan
bahan yang mengandung mikrobia proteolitik, lignolitik, selulolitik, lipolitik dan bersifat
fiksasi nitrogen non simbiotik. Mikrobia tersebut kita kenal dengan sebutan probiotik.
Campuran berbagai mikro organisme tersebut berguna untuk mempercepat proses pemecahan
serat jerami padi, sehingga mudah dicerna oleh ternak .
Mikroba sellulotik umumnya tumbuh pada media yang terdapat kandungan
sellulosa/pati yang tinggi, sehingga mikroba tersebut mudah dijumpai pada bahan organik tapi
hanya sebagian atau lambat yang mampu menghidrolisis sellulosa alami. Beberapa mikroba
terutama dari kelompok fungi memiliki kemampuan untuk menghidrolisis sellulosa alami
melalui aktivitas sellulosa yang dimilikinya.Jamur sellulotik jenis Aspergillus dan
Trichoderma mampu menghasilkan aktivitas selulase yang tinggi menjadi sangat penting untuk
peningkatan nilai nutrisi tongkol jagung, kulit buah coklat, kulit kopi, jerami padi, jerami
jagung dan rumput liar sebagai pakan ternak
Untuk itu bahan pakan yang mengandung sellulodsa dan lignin tinggi seperti limbah
kakao, limbah kulit kopi, tongkol jagung, rumput liar dan jerami perlu di fermentasi dengan
aktivator dari mikroba sellulotik dan lignolitik untuk mendegradasi ikatan tersebut untuk
meningkatkan efektifitas kecernaan mikroba rumen, melalui perenggangan/penghancuran
ikatan ligno-sellulosa

1. Fermentasi Pakan dan Limbah secara Aerob menggunakan berbagai Dekomposer


A. Bahan :
Bahan utama : Rumput gajah, oddot, pakchong, Jerami padi, Jerami jagung,
tongkol jagung, eceng gondok
Bahan Pendukung : Isolat Mikroba sellulotik (Aspergillus niger) dan Trichoderma,
EM4, dan Molases, dedak, Air bersih
B. Alat : Aerator, Ember plastik, Sprayer/botol semprotan, Terpal plastic,
Kain bekas/karung goni, plastik kedap udara, vacuum dan karung
plastic dan trash bag
Cara Kerja :
Aktivasi Inokulan Mikroba

1. Siapkan air bersih yang bebas kaporit


2. Masukkan Molases 5% berat bahan (sesuaikan dengan berat bahan utama)
3. Masukkan inokulan Aspergillus niger, Trichoderma (5% per berat bahan)
4. Aerasi dengan menggunakan aerator selama 12-36 jam
5. Larutan dimasukkan dalam sprayer/botol plastik yang bebas pestisida kimiawi
Prosedur Kerja:
1. Limbah pertanian terlebih dahulu di kering anginkan/ dilayukan hingga kadar airnya
30%
2. Setelah dikeringkan, bahan ditimbang sebanyak 10 kg untuk rumput, 5 kg untuk legum
dan 2,5kg untuk dedak
3. Sebelum diaplikasikan jamur sellulotik di aktivasi 12 -36 jam pada air bersih dan
molases dengan bantuan aerator, komposisi dekomposer 5% dari berat sampel (sesuai
perlakuan masing-masing kelompok) dan komposisi molasses 5% dari volume air)
4. Adapun perlakuan yang akan diuji pada praktikum adalah :
TA : Fermentasi menggunakan Aspergillus niger
TT : Fermentasi menggunakan Trichoderma viridae
TS : Fermentasi dengan EM4
5. Masing-masing sampel di simpan didalam trash bag hitam dan disimpan di tempat
teduh pada suhu ruang kamar 35 -40°C dengan kondisi aerob
6. Sampel perlakuan fermentasi lalu disemprotkan dengan larutan inokulan Trichoderma
viride atau Aspergillus niger jika bahan kering, cek per 2 hari
7. Fermentasi disimpan selama 3, 6 sampai 9 hari (timbang berat hasil fermentasi pada
pengamatan hari ke 3, 6 dan 9 sesuai perlakuan)
8. Limbah yang telah difermentasi dikeringkan dibawah sinar matahari
9. Berat akhir setelah dikeringkan

Tabel Hasil Pengamatan


Hari Pengamatan
Jenis Limbah
3 hari 6 hari 9 hari
Bau
Warna
Tekstur
Berat awal bahan
Berat akhir fermentasi
Berat kering
Kadar Air, pH,

2. Fermentasi Limbah Pertanian Secara anaerob dengan bantuan molases


1. Limbah pertanian terlebih dahulu di keringkan di bawah sinar matahari hingga kadar
airnya menurun.
2. Bahan ditimbang sebanyak 10 kg untuk rumput, 5 kg untuk legum dan 2,5 kg untuk
dedak
3. Menyiapkan larutan molasses, urea dan air (5% molase, 5% urea, 1 liter air bersih)
perbandingan untuk 1000 kg bahan
4. Bahan dicampur dengan larutan molasses: urea: air
5. Bahan dimasukkan ke kantong plastik/karung dan dan selanjutnya divacum
menggunakan penyedot udara dan disimpan selama pengamatan
6. Pada akhir pengamatan (21 hari) hasil fermentasi ditimbang untuk mengetahui
perubahan berat yang dilanjutkan dengan pengamatan organoleptik
7. Limbah yang telah difermentasi dikeringkan dibawah sinar matahari, kemudian di
keringkan selama 1 hari dan ditimbang berat kering

Tabel Hasil Pengamatan


Jenis Limbah Pengamatan hari ke 21 Pengamatan setelah dijemur
Bau
Warna
Tekstur
Berat awal bahan
Berat akhir fermentasi
Berat kering
Kadar Air, pH,

TUGAS MAHASISWA
1. Foto dan Video proses pelaksanaan Praktikum
2. Data Hasil dan Pembahasan Praktikum

3. Kesimpulan, Saran dan Temuan


BAB IV
PENGOLAHAN PAKAN SECARA KIMIA

Tujuan Praktikum
1. Mengetahui fungsi nitrogen untuk membantu proses perombakan serat dan zat
antinutrisi (lignin, silika dan tanin) pada bahan pakan
2. Mengetahui laju dekomposisi limbah pertanian, perkebunan dan rumput melalui
amoniasi menggunakan berbagai jenis sumber urea, konsentrasi urea dan metode
amoniasi yang berbeda
3. Mengetahui komposisi nutrisi hasil amoniasi dan uji organoleptik /pengamatan fisik
pada semua perlakuan.

Perlakuan secara kimia umumnya dilakukan terhadap pakan kasar (roughage) yang
bertujuan untuk meningkatkan kecernaan dan konsumsi pakan bebas dengan cara memecah

komponen‐ komponen dinding sel atau memecah ikatan lignin dengan senyawa karbohidrat

yang terdapat pada sel tanaman. Berbagai perlakuan kimia telah banyak dilakukan untuk
meningkatkan ketersediaan substansi selulosa yang dapat dicerna oleh mikroba rumen.

Perlakuan kimia dapat menyebabkan pemecahan ikatan lignin‐ karbohidrat, oksidasi senyawa

fenol termasuk lignin dan hidrolisis polisakarida menjadi gula. Secara garis besar perlakuan
kimiawi dikelompokkan menjadi tiga yaitu secara alkali, asam dan oksidasi, Bahan kimia yang
sering digunakan adalah kaustik soda (NaOH), potas (KOH), kalsium hidroksida (Ca(OH) 2),
ammonia anhydrase (NH3), larutan amonia (NH4OH), sulfur dioksida (SO2), asam sulfat
(H2SO4), asam klorida (HCl) dan natrium klorida (NaCl). Perlakuan dengan alkali dipandang
paling efektif dalam meningkatkan kualitas limbah pertanian. Secara skematis pada prinsipnya
kerja alkali adalah sebagai berikut :
1. Memutuskan sebagian ikatan antara selulosa dan hemiselulosa dengan lignin dan silika,
2. Esterifikasi gugus asetil dengan membentuk asam uronat
3. Merombak struktur dinding sel, melalui pengembangan jaringan serat, dan memudahkan
penetrasi molekul enzim mikroorganisme.
Cara kerja alkali memecah ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa belum diketahui
secara sempurna. Alkali mempunyai kemampuan untuk mengurangi ikatan hidrogen di dalam
molekul selulosa kristal sehingga selulosa membengkak dan bagian selulosa kristal akan
berkurang. Alkali mampu menghasilkan perubahan terhadap struktur dinding sel yang
mencakup hilangnya grup asetil dan asam fenolik, larutnya silika dan hemiselulosa serta

kemungkinan hidrolisis ikatan hemiselu‐ losa‐ lignin. Pembengkakan selulosa dapat dibedakan

dapat menjadi dua macam yakni pembengkakan di dalam kristal (intercrystalline swelling) dan

pembeng‐ kakan antarkristal (intracrystalline swelling). Air tidak dapat menembus struktur

selulosa, akan tetapi berpengaruh terhadap pembengkakan antarkristal di dalam selulosa.


Membengkaknya selulosa menyebabkan renggangnya ikatan lignoselulosa dan
lignohemiselulosa dan pecah sehingga dinding sel menjadi lemah.
Perlakuan dengan amonia atau amoniasi merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan pakan kasar sebagai pengganti NaOH. Amoniasi mampu meningkatkan nilai
nutrisi pakan kasar melalui peningkatan daya cerna, konsumsi, kandungan protein kasar pakan
dan memungkinkan penyimpanan bahan pakan berkadar air tinggi dengan menghambat
pertumbuhan jamur. Sama dengan alkali lainnya, amonia menyebabkan perubahan komposisi
dan struktur dinding sel yang berperan dalam membebaskan ikatan antara lignin dengan
selulosa dan hemiselulosa. Reaksi kimia terjadi dengan memotong jembatan hidrogen dan
meningkatkan fleksibillitas dinding sel sehingga memudahkan penetrasi oleh enzim selulase
yang dihasilkan mikroorganisme.
Amoniasi adalah suatu proses perombakan dari struktur keras menjadi struktur lunak
(hanya struktur fisiknya) dan penambahan unsur N saja. Untuk mengolah jerami padi dengan
amoniak ada tiga sumber yang dapat dipergunakan yaitu :
 Urea dalam bentuk padat

1) Cara menghitung dosis amoniak 4% untuk proses amoniasi adalah


Dalam 1 kg urea akan terkandung Nitrogen : 46/100 x 1000 gram = 460 gram
untuk 1 kg bahan kering jerami dosis yang diperlukan adalah 4% atau 40 gram Nitrogen
untuk tiap 1000 gram bahan kering jerami padi.
2) Berapa gram dalam bentuk urea ?
Maka urea yang diperlukan untuk tiap kilogram jerami adalah :
100/46 x 40 gram = 86,9565 gram
dibulatkan menjadi 87 gram urea untuk tiap kilogram bahan kering jerami.
3) Cara menghitung bahan kering jerami :
Berdasarkan pengalaman menunjukan bahwa jerami padi kering udara
mempunyai kadar air rata-rata 30%. Maka satu kilogram jerami akan terdiri dari 70%
bahan kering + 30% air atau sama dengan 700 gram bahan kering + 300 gram air atau
700 gram bahan kering + 0,3 liter air.
4) Rumusan pengolahan dengan amoniak
Seperti yang telah di utarakan terdahulu bahwa dosis amoniak optimal adalah
4%, sedangkan kelembaban ideal adalah antara 30-50%. Bila kelembaban 30- 50%
disebut cara basah.
5) Rumus umum yang dipergunakan adalah :
8,7 gram urea + 1 liter air untuk 1 kg bahan kering jerami.
6) Teknik dalam proses amoniasi ialah dengan :
 Kantong plastik
 Drum bekas
 Silo
Metode Praktikum
A. Bahan
Bahan Utama : Rumput Gajah, rumput gajah odot, rumput pakchong, Rumput
Setaria, Jerami Padi, Jerami Jagung, Dedak kasar, Enceng
Gondok, Pucuk tebu
Bahan Pendukung : Urea, Urine sapi/kambing, Molases, dan Air bersih
B. Alat : Timbangan Plastik, Ember, Sendok, botol mineral 1500 ml dan
Alat penyiram
Prosedur Kerja:

1. Bahan ditimbang sesuai dengan jumlah yang diperlukan (10 kg bahan kering per
perlakuan)
2. Rumput atau jerami dipotong-potong dengan ukuran sekitar 5-10 cm,
3. Ditambahkan bahan amoniasi sesuai perlakuan yang diuji (3% dan 6% N untuk
perlakuan yang akan diuji)
4. Sebelum bahan ditumpuk alas pada dasar wadah diberi plastik,
5. Selanjutnya bahan padi yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam wadah plastik,
sehingga membentuk lapisan setebal 10-20 cm,
6. kemudian setiap lapisan disemprot dengan larutan urea secara merata
7. Bahan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk tumpukan ke atas, dan
8. Setelah penumpukan bahan selesai, ditutup dengan rapat menggunakan plastik dan
disimpan
9. Setelah penyimpanan, tutup dibuka, dikering anginkan dan jerami padi amoniasi dapat
digunakan
Tabel Hasil Pengamatan
Jenis Limbah Hasil Pengamatan
Bau
Warna
Tekstur
Berat Awal bahan
Berat akhir bahan
Berat kering bahan

TUGAS MAHASISWA
1. Foto dan Video Proses dan Prosedur kegiatan Praktikum
2.Hasil dan Pembahasan Hasil Praktikum

3. Kesimpulan, Saran dan Temuan


KARTU KONTROL PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PAKAN

NAMA :
3x4
NIM :

GELOMBANG :

KELOMPOK :

Nilai
PRAKTIKUM TANGGAL
R1 R2 Keaktifan Laporan Diskusi Rata-rata

TOTAL

Makassar, ………………. 2022

Mengetahui,

Koordinator Asisten, Asisten Pembimbing,

(……………………) (………………………)

Anda mungkin juga menyukai