Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ENZIM AMILASE
Abdurrahman Shiddiq
D2401211140
Kelompok 1/P1
3.2 Metode
Praktikum ini terdiri dari dua metode yaitu perlakuan waktu dan perlakuan
suhu. Untuk perlakuan waktu hal pertama yang harus dilakukann adalah tabung
reaksi disiapkan sebanyak lima buah, kemudian setiap tabung dimasukan larutan
amilosa 1% sebanyak 3 ml. Masing-masing tabung reaksi ditetesi saliva sapi
sebanyak 2-3 tetes kemudian stopwatch dihidupkan. Pengamatan dilakukan per 5
menit. Adanya amilosa diidentifikasi sesuai dengan waktu yang ditetapkan dengan
diteteskan larutan I2 dalam KI sebanyak 1-2 tetes. Penilaian kecepatan dapat dilihat
dari intensitas warna yang dihasilkan yaitu biru sampai violet. Prosedur dilakukan
kembali untuk bahan saliva McDougall. Untuk perlakuan suhu, tabung reaksi
disiapkan sebanyak lima buah, kemudian setiap tabung dimasukan larutan amilosa
1% sebanyak 3 ml. Masing-masing tabung reaksi ditetesi saliva sapi sebanyak 2-3
tetes kemudia setiap tabung diberi label 0ºC, 30ºC, 50ºC, dan 70ºC. Masing-masing
tabung disimpan pada temperature yang ditentukan selama 15 menit kemudian
disimpan sampai keadaan suhu ruang. Tabung yang sudah mencapai suhu ruang
ditetesi I2 dalam KI dan diamati. Apabila terbentuk warna biru atau violet berarti
masih terdapat amilosa. Prosedur dilakukan kembali untuk bahan saliva
McDougall.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1 menyajikan hasil pengamatan aktivitas enzim amilase pada saliva
manusia dan saliva buatan Mc Dougall dengan perlakuan waktu yang berbeda.
Perubahan terjadi setelah diteteskan larutan I2 dalam KI dan perlakuan waktu
masing-masing yaitu 3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit, dan 15 menit.
Tabel 1 Aktivitas enzim amilase pada perlakuan waktu yang berbeda
Perlakuan Waktu Air Liur Mc Dougall
3 Menit - +
6 Menit - ++
9 Menit - +++
12 Menit - +
15 Menit - +++
Keterangan: (-) bening, (+) biru bening, (++) biru muda, (+++) biru tua, (++++) biru pekat
4.2 Pembahasan
α-amilase merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis polisakarida pati
menjadi oligosakarida untuk kemudian dicerna lebih lanjut menghasilkan glukosa
(Nursamsiar et al. 2020). α-amilase merupakan kelompok enzim endoamilase.
Enzim ini bekerja pada bagian dalam dari amilosa maupun amilopektin dengan
memutuskan ikatan α 1,4 glikosidik (Daud 2019). Mekanisme kerja enzim α-
amilase terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama degadasi amilosa menjadi
maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degadasi ini terjadi sangat cepat
dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua terjadi
pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir dan tidak acak. Keduanya
merupakan kerja enzim α-amilase pada molekul amilosa. Pada molekul amilopektin
kerja α-amilase akan menghasilkan glukosa, maltosa dan satu seri α-limit dekstrin,
serta oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih glukosa yang mengandung
ikatan α-1,6-glikosidik (Ariandi 2016).
Suhu, pH keasaman, konsentrasi substrat, konsentrasi enzim, konsentrasi
aktivator, konsentrasi inhibitor, dan lain-lain semuanya mempengaruhi seberapa
baik suatu enzim bekerja. Menurut pernyataan Wardani et al. (2022), jika suhu
lingkungan enzim turun, maka efisiensi enzim akan berkurang. Enzim juga rentan
terhadap denaturasi jika suhu sekitarnya terlalu tinggi. Pada tingkat pH tertentu,
yang biasanya dalam kisaran 6-8, enzim juga akan berfungsi dengan baik. Saat ini
terjadi, laju reaksi enzim akan meningkat seiring dengan turunnya konsentrasi
substrat. Pada penelitian yang dilakukan Yoretina et al. (2021) dinyatakan bahwa
dibandingkan dengan air liur alami manusia dan air liur yang diproduksi oleh
mukosa, air liur buatan lendir ikan lele memiliki nilai keasaman (pH) yang lebih
rendah. Klaim ini menunjukkan variasi antara pH air liur manusia dan air liur
sintetis. Selain itu, ada perbedaan antara zat organik yang ada dalam air liur buatan
dan yang ditemukan dalam air liur yang sebenarnya. (Adi et al. 2015).
Aktivitas enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Energi kinetik substrat dan
enzim meningkat dengan naiknya suhu, yang berdampak pada laju reaksi. Ikatan
yang menyusun struktur tiga dimensi enzim akan putus ketika suhu naik melebihi
suhu optimal enzim karena adanya peningkatan energi. Oleh karena itu enzim tidak
aktif dan terdenaturasi. Selain itu, kenaikan suhu berpotensi mengubah sifat dan
menonaktifkan substrat. Aktivitas enzim dapat diperlambat oleh suhu rendah
(Phieter et al. 2020). Selain itu waktu juga mempengaruhi kerja enzim. Menurut
Ardiansyah et al. (2018), Salah satu elemen yang mempengaruhi seberapa baik
kinerja enzim selama proses hidrolisis pasien adalah waktu respons. Efisiensi kerja
enzim akan meningkat seiring dengan lamanya waktu reaksi. Namun, kerja enzim
akan berkurang setelah mencapai tingkat ideal.
Hasil praktikum menunjukan bahwa waktu dan suhu dapat mempengaruhi
aktivitas enzim amilase. Kecepatan enzim amilase pada saliva manusia dan saliva
buatan (Mc Dougall) berbeda. Berdasarkan tabel 1 amilase pada saliva manusia
bekerja secara optimum mulai dari setelah penetesan hingga seluruh rentang waktu
perlakuan. Sedangkan pada saliva buatan (Mc Dougall) enzim amilase bekerja
optimal pada 9 menit dan 15 menit setelah penetesan, hal ini dibuktikan dari
indikasi warna yang berubah. Kedua data ini masih berbeda dari literatur yang
ditemui. Menurut literatur dapat diketahui bahwa waktu optimum saliva manusia
dalam menghidrolisis pati yaitu 45 menit (Permatasari dan Muliasari 2022)
sedangkan menurut pernyataan Ardiansyah et al. (2018) dalam penelitiannya ia
menyimpulkan bahwa waktu optimum bagi larutan Mc Dougall adalah setelah 12
menit semenjak enzim bekerja. Hal ini dapat disebabkan karena pati yang
terkandung dalam larutan telah terhidrolisis oleh enzim alpha amilase menjadi
glukosa (Ariandi 2016). Hasil praktikum pada perlakuan suhu yang menggunakan
saliva buatan (Mc Dougall) aktivitas enzim lebih rendah dan lebih sensitif terhadap
suhu dibandingkan dengan menggunakan saliva manusia. Pada saliva manusia
terlihat bahwa semua perlakuan suhu 0ºC, 30ºC, 50ºC, dan 70ºC warna larutan yang
dihasilkan bening yang menandakan tidak adanya amilum dalam larutan tersebut.
Sedangkan pada saliva buatan (Mc Dougall) warna larutan yang dihasilkan terlihat
lebih homogen dengan menunjukkan data larutan biru muda atau biru tua dan hanya
satu menunjukkan biru pekat yaitu pada suhu 30ºC. Hal ini menandakan bahwa
masih banyak amilum yang belum diuraikan oleh enzim amilase. Menurut Isti’anah
et al. (2020) menyebutkan bahwa enzim amilase berada pada suhu optimum 37ºC.
Pada suhu optimum tumbukan antara enzim dengan substrat sangat efektif,
sehingga pembentukan kompleks enzim substrat semakin mudah dan produk yang
dihasilkan meningkat. Diketahui bahwa enzim amilase mulai aktif bekerja pada
kisaran suhu 25-95ºC. Dari perlakuan suhu dapat diketahui bahwa aktivitas enzim
akan semakin tinggi beriring dengan tingginya suhu, tetapi aktivitas enzim paling
optimum terjadi pada suhu 37ºC.
V SIMPULAN