DISUSUN OLEH :
OKTAVIONA
(NIM : 2022-04-14901-053)
Nama : Oktaviona
NIM : 2022-04-14901-053
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Hematesis Melena pada Tn. I di Ruang Teratai RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini
disusun guna melengkapi tugas (KMB I Profesi Ners).
Laporan Pendahuluan dan asuhan keperawatan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Bapak Hermanto, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
4. Ibu Elvry Marthalina, S. Kep., Ners selaku pembimbing lahan yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Palangka Raya, 10 Oktober 2022
OKTAVIONA
(NIM:2022-04-14901-053)
DAFTAR ISI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi Hematesis Melena
Hematemesis didefenisikan sebagai muntah darah dan biasanya disebabkan
oleh penyakit saluran cerna bagian atas, sedangkan melena adalah keluarnya feses
berwarna hitam per rektal yang mengandung campuran darah, biasanya
disebabkan oleh perdarahan usus proksimal (Grace & Borley, 2017).
Hematemesis adalah muntah darah, dan melena adalah pengeluaran feses
atau tinja yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada
lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan asam lambung dan besar
kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan
dan bergumpal-gumpal (Sjaifoellah Noor Dkk, 2013).
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna
hitam. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada
saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang
sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau
ulkus peptikum manusia, sistem pencernaan mengolah makanan atau asupan yang
masuk untuk diubah menjadi zat-zat yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu,
sistem pencernaan yang terdiri dari organ-organ tersebut harus tetap terjaga agar
dapat menjalankan fungsinya secara optimal (Bruner and Suddart, 2011).
Dari beberapa definisi di atas maka penyusun menyimpulkan definisi
Hematesis Melena adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami muntah
darah dan mengeluarkan feses berwarna hitam seperti bercampur darah.
1.1.2 Anatomi Fisiologi
Merupakan organ pertama dari saluran pencernaan yang letaknya meluas dari
bibir sampai istimus fausium yaitu perbatasan mulut dengan faring. Mulut terdiri
dari bagian vestibulum oris dan kavum oris propia. Waktu kita mengunyah gigi
memecah makanan menjadi bagian kecil-kecil.
2. Tenggorokan ( Faring)
Sebuah kantong muskular yang letaknya antara esofagus dan usus halus, sebelah
kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan pankreas dan limpa. Lambung
merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik,
terutama didaerah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah
makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltik tekanan organ lain, dann
postur tubuh.Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
5. Usus Halus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang berpangkal
pada pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya ±6 m dan merupakan saluran
pencernaan paling panjang. Bentuk dan susunannya berlipat-lipat melingkar,
makanan dapat masuk karena adanya gerakan yang memberikan permukaan yang
lebih luas. Pada ujung dan pangkalnya terdapat katup, intestinum minor terletak
dalam rongga abdomen dan dikelilingi oleh usus besar. Usus halus terdiri dari tiga
bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
6. Usus Besar
Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang 1,5-1,7 m dan berpenampang 5-6 m. Usus
besar terdiri dari : Kolon asendens (kanan), Kolon transversum, Kolon desendens
(kiri). Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum). Bakteri di dalam usus besar
juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting
untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa
menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya
terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah
diare.
7. Usus Buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi
pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang
parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi
manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau
hanya appendix) adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan
caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – beda di retrocaecal atau di pinggang (pelvis)
yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9. Rektum dan anus
Pankreas merupaakan organ lunak yang berjalan miring dan menyilang dinding
posterior abdomen pada regio epigastrium, terletak dibelakang lambung dan
terbentang dari duodenum sampai ke limpa. Pankreas merupakan kelenjer eksorin
dan kelenjer endokrin. Kelenejr eksorin menghasilkan sekret yang mengandung
enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak dan karbohidrat. Sedangkan,
kelenjer endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang memegang
peranan penting pada metabolisme karbohidrat.
11. Hati
Hati merupakan kelenjer aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan
berat 1000-1800 gram. Hati terletak disebelah rongga perut bagian kanan atas
dibawah diafragma. Sebagian besar terletak pada region hipokondria dengan
region epigastrium. Hati adalah organ yang terbesar di dalam badan manusia.
12. Kandung Empedu
Kandung empedu (vesika fallea) adalah kantong berbentuk buah pir yang terletak
pda permukaan viseral diliputi oleh peritoneum kecuali bagian yang melekat pada
hati dan terletak pada permukaan bawah hati di antara lobus dekstra dan kaudatus
hati. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran
empedu.
1.1.3 Etiologi
Hematemesis terjadi bila ada perdarahan di daerah proksimal jejenum dan
melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Paling
sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml. Banyaknya darah yang keluar
selama hematemesis sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya
perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis merupakan suatu keadaan
yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit. Menurut (Nurarif,
Amin dkk. 2015).
1. Kelainan esofagus
a. Varises esophagus
Penderita hematemesis yng disbabkanoleh pecahnya varises esophagus,
tidak mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrum. Pada umumnya sifat
perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan berwarna
kehitamhitaman dan tidak embeku karena sudah bercampur dengan asam
lambung.
b. Karsinoma eshopagus
Karsnoma eshopagus serng memberiikan keluhan melena drpda
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis,
hanya sesekali penderita muntah darah dan itu pun tidak massif.
c. Sindroma Mallory – Weiss
Suatu kondisi yang ditandai dengan robekan pada selaput lendir, yang
terletak dibawah kerongkongn. Robekan tersebut biasnya linear dan
muncul dipersimpangan yang menghubungkan esofagus dan lambung,
robekan tersebut rentan thdp pendarahan. Biasanya disebabkan karena
terlalu sering muntah - muntah hebat dan terus - menerus.
d. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten
atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena
daripada hematemesis Tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan
perdarahan jika disbandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
e. Esofagogastritris korosiva
Pernah ditemukan enderita wanita dan pria yang muntah darah setelah
tidak sengaja meminum air keras untuk patri. Air keras tersebut
mengandung asam sitrat dan asam HCl yang bersifat korosif untuk mukosa
mulut, esofhagus dan lambung. Penderita juga mengeluh nyeri dan panas
seperti terbakar di mulut, dada, dan epigastrum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritiserisovahemoragiika
Hematemesi tdk massif dan timbul setelah penderita minum obatobatan
yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh
nyeri ulu hati.
b. Tukak lambung
Penderita mengalami dyspepsia berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang
berhubungan dgn makanan. Sifat hematemesis tidak begitu massif dan
melena lebih dominan dari hematemesis.
c. Karsinoma lambung
Insidensinya jarang, pasien umumnya berobat dalam fase lanjut dengan
keluhan rasaapedih dan nyeri di ulu hati, rasa cepat kenyang, badan lemah.
Jarang mengalami hematemesis, tetapi sering melena.
1.1.4 Klasifikasi
Yang dilihat dari aktivitas perdarahan,menurut (Nurarif, Amin dkk. 2015)
yaitu :
1. Forrest Ia : Perdarahan aktif menyembur (spurting)
2. Forrest Ib : Perdarahan aktif
3. Forrest II : Perdarahan berhenti tetapi masih di sertai kelainan yang nyata
4. Forrest III : Perdarahan berhenti, tanpa menunjukkan sisa
Perdarahan berdasarkan kriteria Endoskopik, yaitu :
1. Perdarahan arteri
2. Perdarahan merembers (oozing)
3. Gumpalan darah pada dasar tukak “visible vessel’
4. Lesi tanpa tanda sisa perdarahan
1.1.5 Patofisiologi
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esopagus dan rektum serta pada dinding abdomen anterior
untuk mengalihkan darah dari sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan
meningkatnya teklanan dalam vena ini, maka vena tsb menjadi mengembang dan
membesar (dilatasi) oleh darah (disebut varises). Varises dapat pecah,
mengakibatkan perdarahan gastrointestinal masif. Selanjutnya dapat
mengakibatkan kehilangan darah tiba-tiba, penurunan arus balik vena ke jantung,
dan penurunan curah jantung. Jika perdarahan menjadi berlebihan, maka akan
mengakibatkan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon terhadap penurunan
curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi untuk mencoba
mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda dan gejala-
gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
digantikan , penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi seluler. Sel-sel
akan berubah menjadi metabolsime anaerob, dan terbentuk asam laktat.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh sistem tubuh, dan
tanpa suplai oksigen yang mencukupi sistem tersebut akan mengalami kegagalan
(Soeparman & Sarwono, 2011).
Pada gagal hepar sirosis kronis, kematian sel dalam hepar mengakibatkan
peningkatan tekanan vena porta. Sebagai akibatnya terbentuk saluran kolateral
dalam submukosa esophagus, lambung dan rectum serta pada dinding abdomen
anterior yang lebih kecil dan lebih mudah pecah untuk mengalihkan darah dari
sirkulasi splenik menjauhi hepar. Dengan meningkatnya tekanan dalam vena ini,
maka vena tersebut menjadi mengembang dan membesar (dilatasi) oleh darah
disebut varises. Varises dapat pecah, mengakibatkan perdarahan gastrointestinal
masif. Selanjutnya dapat mengakibatkan kehilangna darah tiba-tiba, penurunan
arus balik vena ke jantung, dan penurunan perfusi jaringan. Dalam berespon
terhadap penurunan curah jantung, tubuh melakukan mekanisme kompensasi
untuk mencoba mempertahankan perfusi. Mekanisme ini merangsang tanda-tanda
dan gejala - gejala utama yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume
darah tidak digantikan, penurunan perfusi jaringan mengakibatkan disfungsi
selular.
Penurunan aliran darah akan memberikan efek pada seluruh system tubuh,
dan tanpa suplai oksigen yang mencukupi system tersebut akan mengalami
kegagalan. Pada melena dalam perjalanannya melalui usus, darah menjadi
berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna disebabkan oleh HCL
lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin.
Kadang - kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus
atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang / gelap.
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan
pada saluran cerna sekitar 6 -8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam.
Paling sedikit perdarahan sebanyak 50 -100cc baru dijumpai keadaan melena.
Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48 – 72 jam setelah perdarahan
berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut
menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat
pada feses selama 7 – 10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
Varises esophagus Kelainan esofagus Kelainan di lambung Karsinoma lambung
B4 HEMATEMESIS MELENA
Perdarahan
( BLADDER )
B5
( BOWEL )
B2 Perlukaan pada B3
( BLOOD ) lambung ( BRAIN )
MK : Gangguan Pola
Napas Ktidakcukupan
energi
MK : Defisit
MK : Perawatan
Intoleransi Diri
Aktivitas
1.1.7 Komplikasi
Menurut (Primanileda, 2011) komplikasi Hematemesis Melena antara lain :
1. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yng ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena kehilangan cairan
tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan
volume intraventrikel. Gagal ginjal akut Terjadi sebagai akibat dari syok yang
tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok
diobati dengan menggantikan volume intravaskuler.
2. Anemia karena perdarahan
Anemia karena perdarahan adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin. Perdarahan hebat merupakan penyebab tersering dari
anemia. Jika kehilangan darah, tubuh segera menarik cairan dari jaringan
diluar pembuluh darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah
tetap terisi. Akibatnya darah menjadi encer dan persentase sel darah merah
berkurang.
3. Koma hepatik
Suatu sindrombneuropsikiatrik yang ditndai dengn perubahan kesadaran,
intelektual, dan kelainan neurologis yng menyertai kelainan parenkimbhati.
4. Aspirasi pneumoni
Infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran napas.
5. Anemi posthemoragik
Kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari.
1. Risiko Ketidakseimbangan 1. Mempertahankan urine 1. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Cairan berhubungan dengan output sesuai dengan usia 2. Monitor status hidrasi ( kelembapan membran mukosa,nadi
perdarahan (kehilangan cairan dan BB adekuat,tekanan darah ortostatik )
tubuh secara aktif) ditandai 2. Tekanan darah,nadi suhu 3. Monitor vital sign
dengan perubahan pada status tubuh, dalam batas normal 4. Monitor masukan makanan
mental, penurunan tekanan 3. Tidak ada tanda-tanda 5. Kolaborasikan pemberian cairan Iv
darah, tekanan nadi, volume dehidrasi 6. Monitor status nutrisi
nadi, turgor kulit, haluaran urine, 4. Elastisitas turgor kulit 7. Dorong masukan oral
pengisian vena, dan berat badan baik,membran mukosa 8. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
tiba – tiba, membrane mukosa lembab,tidak ada rasa haus 9. Kolaborasikan pengamatan hasil elektrolit serum
kering, kulit kering, peningkatan yang berlebihan 10. Atur kemungkinan tranfusi
hematokrit, suhu tubuh, frekuensi 11. Persiapan untuk tranfusi
nadi, dan konsentrasi urine, haus, 12. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
dan kelemahan. 13. Monitor tingkat HB dan hematokrit
14. Monitor tanda vital
15. Monitor berat badan
16. Dorong pasien untuk menambah intake oral
17. Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala
kelebihan volume cairan
18. Monitor adanya tanda gagal ginjal
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif 1. Tekanan systole dan 1. Observasi status hidrasi (kelembapan membran mukosa, TD
berhubungan dengan diastole dalam rentang ortostatik, dan keadekuatan dinding nadi )
hipovolemik karena perdarahan. normal 2. Monitor HMT, ureum,albumin,total protein,serum
2. Tidak ada ganguan osmolalitas dan urine
mental,orientasi kognitif 3. Observasi tanda-tanda cairan berlebih
dan kekuatan otot 4. Pertahankan intake dan output secara akurat
3. Tidak ada distensi vena 5. Monitor ttv
leher 6. Monitor glukosa darah arteri dan serum,elektrolit urine
7. Monitor hemodinamik status
8. Bebaskan jalan nafas
9. Menejemen akses intravena
4. Defisit Nutrisi : kurang dari 1. Adanya peningkatan berat 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh berhubungan badan sesuai tujuan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
dengan ketidakmampuan mencerna 2. Berat badan ideal sesuai kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
makanan akibat perdarahan pada dengan tinggi badan 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
saluran pencernaan 3. Mampu mengidentifikasi 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein vitamin c
kebutuhan nutrisi 5. Berikan makanan yang sudah dikonsulkan oleh ahli gizi
4. Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
malnutris 7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Tidak menunjukakan 8. BB pasien dalam batas normal
penurunan berat badan 9. Monitor adanya penurunan berat badan
berati
5. Defisit Pengetahuan berhubungan 1. Perilaku sesuai anjuran 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
dengan kurangnya pajanan informasi meningkat 2. Identifikasi faktor – faktor yang dapat meningkatkan dan
tentang penyakitnya. 2. Kemampuan menjelaskan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
pengetahuan tentang suatu 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
topik meningkat 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Perilaku sesuai dengan 5. Berikan kesempatan untuk bertanya
pengetahuan meningkat 6. Melaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
4. Pertanyaan tentang
masalah yang di hadapi
menurun
5. Persepsi yang keliru
terhadap masalah menurun
6. Verbalisasi minat dalam
belajar meningkat
1.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang telah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Sama seperti tujuan dan hasil yang ditentukan oleh data, intervensi
keperawatan ditentukan oleh tujuan dan hasil yang diharapkan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Vaughans,
2013).
Pada langkah ini, perawat memberikan asuhan keperawatan yang
pelaksanaannya berdasarkan rencana keperawatan yang telah disesuaikan pada
langkah sebelumnya (intervensi).