Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL KE-1

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

No Tugas Tutorial Skor Maksimal Sumber Tugas Tutorial


1 Jelaskan faktor apa saja yang 25 Modul 1 tentang Pasar
memicu adanya integrasi pasar Keuangan
keuangan antar negara!
2 Sebutkan dan Jelaskan Jenis 25 Modul 2 tentang Bank dan
Bank dari segi fungsinya, dari Lembaga Keuangan
segi pemiliknya dan dari segi
penciptaan Uang Giral
3 Bagaimana keadaan Perbankan 25 Modul 2 tentang Bank dan
setelah Perang Dunia (1945- Lembaga Keuangan
1949)
4 Bagaimana peran Bank 25 Modul 3 tentang BI, OJK dan
Indonesia, Otoritas Jasa LPS
Keuangan serta Lembaga
Penjamin Simpanan dalam
mengatur maupun pengawasan
Perbankan ?

Jawaban:

1. Faktor-faktor yang menyebabkan integrasi pasar keuangan antar negara adalah:

a) deregulasi atau liberalisasi pasar keuangan di pusat-pusat keuangan dunia. persaingan global
telah mendorong pemerintah di banyak negara untuk menderegulasi berbagai aspek dari pasar
keuangannya. dengan deregulasi ini maka perusahaan-perusahaan keuangan mereka dapat
bersaing secara efektif di seluruh dunia;
b) kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi. teknologi ini digunakan untuk memonitor
banyak pasar keuangan dunia, melakukan transaksi, dan menganalisis peluang-peluang
keuntungan dari transaksi asset keuangan;
c) pesatnya kemajuan kelembagaan pasar uang.

Dari ketiga faktor tersebut, kemajuan teknologi merupakan pendorong (trigger) utama
dalam terintegrasinya pasar keuangan dunia. Kemajuan di dalam sistem telekomunikasi
menjadikan para pelaku pasar di seluruh dunia dapat melakukan transaksi dan memonitor
investasinya dalam waktu seketika (real time). Selain itu perkembangan teknologi informasi,
hardware, dan software komputer memungkinkan informasi tersebar secara aktual, baik
informasi harga aset keuangan maupun informasi-informasi penting lainnya pada seluruh pelaku
pasar di berbagai belahan dunia. Dengan demikian investor dapat memonitor perkembangan
pasar keuangan diberbagai tempat secara bersamaan, dan memanfaatkan informasi tersebut
untuk mengambil keputusan investasinya.
Selain teknologi informasi dan komunikasi, perkembangan komputer memungkinkan
melakukan penghitungan dengan cepat, sehingga informasi pasar secara cepat dapat diolah
diidentifikasi untuk dijadikan pertimbangan keputusan investasi. Hal ini memungkinkan investor
memanfaatkan mekanisme arbitrase untuk mendapatkan keuntungan portofolio.
Perkembangan teknologi di atas menjadikan pasar keuangan di beberapa negara
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Bagi negara yang sudah sangat terbuka sistem
keuangannya, pada umumnya akan banyak perusahaanperusahaan keuangan transnasional yang
melakukan transaksi di pasar keuangan mereka. Ini merupakan salah satu indikator
mengglobalnya pasar keuangan, di mana pelaku pasar tidak terbatas pada pelaku domestik saja.
Selain beberapa faktor di atas, terintegrasinya pasar keuangan dunia juga didorong oleh
perilaku pengusaha yang tertarik untuk memanfaatkan pasarpasar keuangan diluar pasar
keuangan domestik mereka. Motivasi ini didorong oleh beberapa hal, antara lain, pertama, bagi
pengusaha-pengusaha besar kadang-kadang membutuhkan dana investasi yang cukup besar.
Sementara di pasar domestik di mana perusahaan beroperasi, pasar keuangan masih sangat
terbatas kapasitasnya sehingga pasar keuangan yang ada belum mampu memenuhi kebutuhan
dana dari pengusaha tersebut. Dengan kondisi ini, maka mau tidak mau pengusaha tersebut
mencari investor di pasar keuangan yang lebih besar dan lebih maju di negara lain. Hal ini tentu
saja bisa dilakukan hanya apa bila pasar keuangan sudah terintegrasi, sehingga tindakan
pengusaha tersebut tidak akan melanggar regulasi yang ada.
Motivasi kedua, ada kemungkinan di pasar keuangan negara lain dana ditawarkan dengan
biaya yang lebih rendah dari pada di pasar domestik. Akibatnya, dengan asumsi pengusaha
rasional, tentu akan mencari sumber pembiayaan yang paling murah untuk menjalankan
bisnisnya. Motivasi ini akan mendorong banyak pengusaha selalu mencari pasar yang
menawarkan bunga murah. Begitu sebaliknya bagi seorang investor, dengan asumsi investor
rasional, maka mereka akan selalu mencari pasar yang menjual aset keuangan dengan imbalan
yang paling tinggi. Akibatnya investor akan aktif untuk mencari informasi dan melakukan transaksi
di pasar yang paling menguntungkan. Motivasi pengusaha dan investor ini akan mendorong
terintegrasinya pasar keuangan dari berbagai negara di seluruh dunia.
Motivasi lain adalah adanya upaya untuk mengatur dan mendistribusikan risiko oleh para
investor. Apabila seorang investor menginvestasikan dananya hanya di satu negara, maka risiko
investasinya akan besar bila negara tersebut mengalami masalah adalah besar. Sebaliknya, bila
investor tersebut menginvestasikan dananya di berbagai negara, maka risiko ini akan terdistribusi,
sehingga potensi loss-nya akan lebih kecil. Sementara itu, bagi seorang pengusaha sudah barang
tentu akan mencari investor di pasar keuangan yang biaya transaksinya murah. Seperti kita
ketahui, berbagai negara menetapkan pajak transaksi yang berbeda-beda. Perbedaan ini akan
mendorong pengusaha mencari pasar keuangan dari negara yang memungut pajak paling rendah.
Selain itu biaya-biaya transaksi lain juga akan dipertimbangkan oleh pengusaha, yang prinsipnya
pengusaha akan mencari net benefit yang maksimum dari pembiayaan investasinya.
Di samping berbagai motivasi di atas, dari berbagai studi menunjukkan perkembangan
strategi investasi di dunia bisnis adalah sangat cepat. Salah satu yang menarik adalah adanya
motivasi, dimana suatu perusahaan sering tidak mau tergantung pada investor salah satu negara,
karena alasan posisi tawar (bargaining position). Perusahaan-perusahaan transnasional modern
sering menginginkan perubahan investor yang dinamis karena menurut pengalamannya dominasi
investor dari satu negara dalam jangka panjang bisa menjadikan perusahaan kurang sehat.
2 Jenis Bank dari segi fungsinya, dari segi pemiliknya dan dari segi penciptaan Uang Giral

• Jenis_Jenis Bank Berdasarkan Jenisnya:

Jika dilihat berdasarkan dari fungsinya, jenis-jenis bank dibagi menjadi tiga, yaitu bank sentral, bank
umum, dan bank perkreditan rakyat.

a) Bank sentral
Bank sentral adalah institusi atau lembaga yang bertanggung jawab menjaga stabilitas harga dan
nilai mata uang negara tersebut. Setiap negara pasti memiliki bank sentralnya masing-masing.
Nah, kalau di Indonesia, bank sentral itu adalah Bank Indonesia. Bank sentral memiliki memiliki
tujuan menjaga kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa serta menjaga kestabilan
nilai mata uang terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia
selaku bank sentral negara menjalankan tiga tugas utama, yaitu menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, menjaga stabilitas
sistem keuangan.
b) Bank umum
Bank umum adalah bank yang menjalankan usaha konvensional berbentuk pemberian jasa lalu
lintas pembayaran. Bank umum inilah yang jasanya paling sering kita gunakan untuk menabung.
Bank umum memiliki tugas, di antaranya: Menghimpun dana dari nasabah dalam bentuk
tabungan, simpanan giro, deposito. Memberikan pinjaman. Menerbitkan surat pengakuan utang.
Menyediakan tempat untuk menyimpan barang berharga (termasuk surat). Menerima
pembayaran atas tagihan surat berharga.
c) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat adalah bank konvensional yang melaksanakan kegiatan menghimpun
dana dan memberikan kredit. Tugas Bank Perkreditan Rakyat hampir sama dengan bank umum,
tapi lingkupnya lebih sempit. Bank Perkreditan Rakyat tidak menerima simpanan berupa giro,
kegiatan valas, dan perasuransian.

• Jenis jenis Bank Berdasarkan Kepemilikannya

Jenis-jenis bank berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi empat, yaitu bank pemerintah, swasta, asing,
campuran, dan pembangunan daerah.

a) Bank pemerintah
Bank pemerintah adalah perusahaan perbankan yang seluruh atau sebagian besar
kepemilikannya dimiliki pemerintah. Bank ini biasanya disebut sebagai Bank BUMN atau Badan
Usaha Milik Negara. Contoh bank pemerintah antara lain Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), dan Bank Tabungan Negara (BTN). Biasanya bank pemerintah
tidak hanya menawarkan produk simpanan dan pinjaman saja, tetapi juga menawarkan produk
asuransi kesehatan maupun jiwa. Contohnya seperti BRI yang memiliki perusahaan asuransi BRI
Life. Asuransi BRI Life menawarkan produk asuransi jiwa yang terjangkau dengan premi mulai dari
Rp10 ribu dengan manfaat santunan meninggal dunia hingga Rp50 juta.
b) Bank swasta
Bank swasta adalah perusahaan perbankan yang sebagian besar kepemilikannya dimiliki pihak
swasta. Contoh dari bank swasta antara lain Bank Central Asia (BCA), Bank Mega, Bank Bukopin,
Bank Danamon, dan Bank MNC.
c) Bank asing
Bank asing adalah cabang perusahaan perbankan asing yang membuka usaha di Indonesia dan
kepemilikannya dimiliki oleh asing. Contoh bank asing HSBC, Bank of America, Standard
Chartered, Bangkok Bank, dan Citibank.
d) Bank campuran
Bank campuran adalah perusahaan jasa keuangan yang didirikan lebih dari satu bank umum, yang
didirikan badan hukum di Indonesia dan badan hukum luar negeri. Bank ini sering juga disebut
sebagai joint venture bank. Contoh bank campuran adalah Mitsubishi Buana Bank, Bank ANZ
Indonesia, Bank Sumitomo Mitsui Trust Bank Limited, dan Bank DBS Indonesia.
e) Bank pembangunan daerah
Bank pembangunan daerah merupakan bank yang sebagian besar atau seluruh kepemilikannya
dimiliki Pemerintah Daerah. Contoh dari bank pembangunan daerah adalah Bank Jabar, Bank
Jatim, Bank DKI, Bank Sumut, Bank Jambi, dan lainnya.

• Jenis jenis Bank Berdasarkan Penciptaan uang Giral

Bank Umum
Bank umum menciptakan uang giral dengan dua cara : uang giral tercipta apabila nasabah-nasabah
mendepositkan (menyimpan) uang kartal yang dimiliki mereka ke dalam bank-bank umum. Pemilik
uang tersebut akan mendapat buku cek dan dapat menggunakannya untuk melakukan
pembayaran.

3. Keadaan setelah Perang Dunia (1945-1949)

Pada saat itu, terbentuk dua wilayah yaitu daerah Republik yang dikuasai oleh RI dan daerah Federal yang
dikuasai oleh Belanda. Masing-masing daerah mengalami perkembangan perbankan.

A. Perkembangan Perbankan di Daerah Republik

Dua bank pemerintah yang ada pada masa itu adalah Bank Negara Indonesia dan Bank Rakyat Indonesia.

• Bank Negara IndonesiaDidirikan tanggal 5 Juli 1946 dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang No. 2/1946 yang kemudian menjadi Bank BNI 1946. Bank BNI 1946 bekerja sama
dengan Bank Rakyat Indonesia dan Bank Soerakarta membentuk Banking Trading Corporation (BTC)
di Jawa. Tujuan didirikannya BTC adalah untuk memberikan dasar pada perkembangan suatu bank
dagang dalam melaksanakan kredit perdagangan (ekspor danimpor).
• Bank Rakyat Indonesia Didirikan tanggal 22 Februari 1946 dengan Peraturan Pemerintah. BRI
berasal dari The Algemene Volkscredietbank yang pada masa pendudukan Jepang bernama Syomin
Ginko.

Bank-bank Swasta Nasional banyak membantu pemerintah dalam penukaran mata uang Jepang dengan
Oeang Repoeblik Indonesia (ORI), antara lain :
• Bank Negara Indonesia 1946
• Bank Rakyat Indonesia
• Bank Surakarta Maskapai Andil Bumiputra (didirikan tahun 1945 diSolo)
• Bank Indonesia (didirikan tahun 1946 di Palembang)
• Bank Dagang Nasional Indonesia (didirikan tahun 1946 di Medan)
• Bank Nasional Indonesia (di Surabaya)
• Indonesia Banking Corporation (didirikan tahun 1947 di Yogyakarta)

B. Perkembangan Perbankan di Daerah Federal


Bank nasional swasta yang bergerak di bidang perdagangan banyakberdiri pada masa ini, antara
lain :
• N.V. Bank Sulawesi di Manado, didirikan tanggal 8 Februari 1946
• N.V. Bank Perniagaan Indonesia, didirikan tanggal 11 Maret 1948
• Bank Timur N.V. di Semarang, didirikan tanggal 20 September 1949

4. Peran Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan serta Lembaga Penjamin Simpanan dalam mengatur
maupun pengawasan Perbankan

Bank Indonesia

Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak saja
menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem pembayaran).
Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem
keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya,
stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan
merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem
keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya,
ketidakstabilan moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan
juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas sistem keuangan?
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen
suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan
moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak
langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang
terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena
itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang
disebut inflation targeting framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat,
khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme
pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang
dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan
ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan
tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu,
disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum
(law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang
menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya
penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta
sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor
perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan
rencana implementasi Basel II.

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem sistem
pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem
pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk)
sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme
dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat.
Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama
sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan
sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan
keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-
informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential,
Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan (potential
shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat
mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor
keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas
terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank
sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia
sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem
keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi
ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya
krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang
mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard.
Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam
penyediaan likuiditas tersebut.

Otoritas Jasa Keuangan

Salah satu peran OJK di dalam sektor bisnis bank adalah melakukan pengaturan dan pengawasan untuk
kegiatan usaha dalam bidang perbankan. Kewenangan OJK seperti yang tertuang dalam pasal 7 Undang
Undang OJK adalah menetapkan pengaturan dan melakukan pengawasan. Pengaturan dan pengawasan
tersebut meliputi:

Perijinan untuk mendirikan bank, ijin pembukaan kantor bank, rencana kerja, anggaran dasar,
kepengurusan & sumber daya manusia, kepemilikan, merger, pencabutan ijin usaha bank, dan
konsolodasi & akuisi bank.

Kegiatan usaha bank meliputi penyediaan dana, sumber dana, aktivitas di bidang jasa, dan produk
hibridasi.

Dalam pasal 7 Undang Undang OJK juga disebutkan Peran OJK – Otoritas Jasa Keuangan dalam Bisnis Bank
untuk membuat pengaturan dan melakukan pengawasan tentang kesehatan bank yang mencakup:

– Laporan bank yang berkaitan dengan kesehatan dan performa bank

– Pengujian kredit

– Sistem informasi debitur

– Standar akuntansi bank

– Likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, kualitas aset, batas maksimum pemberian kredit, rasio

kecukupan modal minimum, pencadangan bank, dan rasio pinjaman terhadap simpanan.

Pada pasal yang sama OJK juga berwenang di dalam kaitannya untuk membuat pengaturan dan
melaksanakan fungsi pengawasan terkait aspek kehati – hatian bank termasuk tata kelola bank,
manajemen resiko, pencegahan pembiayaan terorisme & kejahatan perbankan, prinsip mengenal
nasabah dan anti terhadap pencucian uang, dan melakukan pemeriksaan bank. Wewenang OJK yang
berhubungan dengan tugas pengawasan bank dimuat dalam pasal 9 UU OJK adalah sebagai berikut:

– Membuat kebijakan operasional pengawasan untuk kegiatan jasa keuangan

– Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas pengawasan yang dilakukan oleh kepala eksekutif

– Memberi perintah tertupis kepada bank dan atau pihak tertentu

– Melakukan pengawasan, penyidikan, pemeriksaan, perlindungan konsumen, dan hal lain terhadap bank,
pelaku, dan penunjang kegiatan jasa keuangan seperti yang disebut dalam peraturan perundangan di
bidang jasa keungan
– Menetapkan penggunaan pengelola statuter

– Melakukan penunjukkan pengelola statuter

– Memberlakukan sanksi administratif pada pihak yang melakukan pelanggaran pada peraturan
perundangan di bidang jasa keuangan

– Memberi ijin dan mencabut izin usaha

Lembaga Penjamin Simpanan

Industri perbankan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perekonomian Nasional.
Sebagai lembaga intermediasi, perbankan memiliki peran penting dalam menggerakkan roda
perekonomian Nasional, sehingga stabilitas sistem perbankan sangat mempengaruhi stabilitas
perekonomian secara keseluruhan.

Berawal dari krisis moneter pada tahun 1998 silam, yang terjadi di kawasan Asia pada saat itu, tak
terkecuali di Indonesia, yang kemudian berimbas pada krisis perbankan. Hal ini ditandai dengan
dilikuidasinya 16 bank dan mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem
perbankan Indonesia. Dalam rangka mengatasi krisis tersebut, pemerintah mengeluarkan beberapa
kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk
simpanan masyarakat (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun
1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193
Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.

Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan


masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas
menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank maupun masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut dan agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan serta
menjaga stabilitas sistem perbankan, program penjaminan yang sangat luas lingkupnya tersebut perlu
digantikan dengan sistem penjaminan yang terbatas. Pemerintah Indonesia lantas memandang perlunya
kehadiran sebuah lembaga penjamin simpanan dan resolusi bank di Indonesia. Maka, pada tahun 2004
pemerintah Indonesia menerbitkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan, UU itu pula sebagai dasar hukum terbentuknya sebuah Lembaga Negara baru, yaitu Lembaga
Penjamin Simpanan dan satu tahun setelahnya, LPS resmi beroperasi pada 22 September 2005.

Peran LPS Pasca Diterbitkannya UU PPKSK

Semakin strategisnya peran dan fungsi LPS, pemerintah Indonesia lalu memperluas mandat LPS dengan
menerbitkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem
Keuangan (UU PPKSK). Melalui UU PPKSK tersebut, LPS mendapat mandat baru yaitu penambahan dua
metode resolusi dalam penanganan bank gagal melalui Purchase & Assumption dan Bank Perantara
(Bridge Bank). Selain itu, LPS juga turut serta berperan dalam pencegahan terjadinya krisis dalam sistem
keuangan nasional melalui Program Restrukturisasi Perbankan. Sejalan dengan perluasan mandat
tersebut, pada tahun 2017, LPS melakukan transformasi dalam rangka melaksanakan tugas dan
wewenang tersebut..
Peran LPS Pasca Diterbitkannya UU Nomor 2 Tahun 2020

Pada tahun 2020, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Coronavirus Disease 2019, dan/atau
Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang. Melalui UU tersebut, LPS memiliki kewenangan baru antara
lain:

Melakukan persiapan penanganan dan peningkatan intensitas persiapan bersama dengan OJK untuk
penanganan permasalahan solvabilitas;

Memutuskan menyelamatkan atau tidak menyelamatkan Bank Selain Bank Sistemik dengan
mempertimbangkan kriteria lain selain biaya penyelamatan paling rendah, dan

Melaksanakan kebijakan penjaminan simpanan untuk kelompok nasabah dengan mempertimbangkan


sumber dana dan/atau peruntukkan simpanan serta besaran nilai yang dijamin bagi kelompok nasabah
tersebut.

LPS Turut Berperan Aktif Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan

LPS bersama dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang terdiri dari Kementerian
Keuangan, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan selalu bersinergi dan bekerja keras dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan nasional yang mengalami disrupsi dampak pandemi. Dan, melalui berbagai
kebijakan strategis yang dikeluarkan, pada akhirnya stabilitas sistem keuangan dan juga perbankan
nasional dapat terjaga hingga saat ini.

Referensi:

http://repository.ut.ac.id/3853/1/EKSI4205-M1.pdf

https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/stabilitas-sistem-keuangan/Pages/Peran-Bank-
Indonesia.aspx

https://lps.go.id/sejarah

Amerta Mardjono. Meninjau Kelembagaan Penjamin Simpanan. www.kompas.com (akses pada


29 April 2014).

http://www.scribd.com/doc/52915298/Lembaga-Penjamin-Simpanan (akses pada 30 April


2014)

www.lps.go.id, (akses pada 30 April 2014)

Anda mungkin juga menyukai