Anda di halaman 1dari 14

GOOD GOVERNANCE

( PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DI INDONESIA )

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah PPKn

Dosen Pengampu : Imam Syafi’I, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Fariqoh Millati (20122170)


2. Alya Faradilla (20122182)
3. Sherly Seviola Tranadisa (20122183)

KELAS E
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2022
Abstrak
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan berkat dan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Good Governance ”. kami juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Makalah ini ditulis untuk melengkapi tugas Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
Didalam makalah ini membahas tentang kemampuan memahami penerapan Good Governance,
yang meliputi pengertian, prinsip-prinsip, karakteristik, faktor penghambat dan faktor pendukung
prinsip good governance dan kasus-kasus tidak berjalannya prinsip-prinsip good governance. Kami
harap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pemerintahan sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dihindarkan dalam hidup setiap
warganegara yang memiliki banyak arti bagi mereka,secara perorangan atau secara bersama-sama.
Pemerintah adalah harapan dan peluang untuk mewujudkan hidup yang sejahtera dan berdaulat
melalui pengelolaan kebebasan dan persamaan yang dimiliki oleh warganegara. Pada sisi lain,
pemerintah adalah tantangan dan kendala bagi warga negara terutama ketika pemerintah terjauhkan
dari pengalaman etika pemerintahan.
Suatu masyarakat tanpa pemerintahan adalah sebuah kekacauan massal. Di dalam
masyarakat manusia beradab, diperlukan lebih banyak peraturan. Diperlukan juga lebih banyak upaya
dan kekuatan untuk menjamin bahwa peraturan-peraturan itu ditaati.Harapan yang ingin diwujudkan
oleh setiap warga negara melalui proses pemerintahan adalah berlangsungnya kehidupan secara
wajar, dalam semua bidang dan ukuran kehidupan mereka. Pemerintahan pertama-tama diharapkan
dapat membentuk kesepakatan warga negara tentang bingkai kepatutan dalam proses kehidupan
kolektif warganegara. Dengan demikian,kebutuhan akan kehidupan yang wajar mensyaratkan
kewajiban pemerintah untuk membentuk hukum yang adil dan melakukan penegakkan hukumdemi
rasa keadilan tersebut pada semua warganegara.
Untuk mewujudkan tujuan dan harapan tersebut, maka diperlukansuatu sistem pemerintahan
yang baik dan efektif yang sesuai dengan prinsip-prinsip bersifat demokratis, konsep pemerintahan
yang baik itu disebut dengan good governance. Good governance selalu menarik dan menjadi
perhatian oleh para pakar keilmuan, bukan hanya pakar politik, melainkan juga para pakar hukum,
ekonomi, manajemen pemerintahan, tata negara,dan bahkan hukum Islam atau ushul fiqh (Anwar,
2007).

Kata Kunci: Good Governance.


A. Pengertian Good Governance
Menurut Sedermayanti (2012:2) Governance, yang diterjemahkan menjadi
tata pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi,politik,dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan
yang mencangkup seluruh mekanisme, proses dan Lembaga-lembaga dimana
warna dan kelompok-kelompok masyarakat mengutamakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban, dan menjembatani perbedaan-
perbedaan diantara mereka.1 Secara umum Good Governance adalah suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab
yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah
alokasi dana investasi dan pencenggahan korupsi baik secara politik maupun
secara administrative menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan
politican framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.2
Good Governance diIndonesia sendiri mulai benar – benar dirintis dan
diterapkan sejak meletusnya era Reformasi yang dimana pada era tersebut telah
terjadi perombakan sistem pemerintahan yang menuntut proses demokrasi yang
bersih sehingga Good Governance merupakan salah satu alat Reformasi yang
mutlak diterapkan dalam pemerintahan baru. Akan tetapi, jika dilihat dari
perkembangan Reformasi yang sudah berjalan selama 15 tahun ini, penerapan
Good Governance di Indonesia belum dapat dikatakan berhasil sepenuhnya sesuai
dengan cita–cita Reformasi sebelumnya. Masih banyak ditemukan kecurangan
dan kebocoran dalam pengelolaan anggaran dan akuntansi yang merupakan dua
produk utama Good Governance. Good governance pada dasarnya adalah suatu
konsep yang mengacu kepada proses pencapaian keputusan dan pelaksanaannya
yang dapat dipertanggungjawabkan secara bersama. Sebagai suatu konsensus
yang dicapai oleh pemerintah, warga negara, dan sektor swasta bagi
penyelenggaraan pemerintahaan dalam suatu negara.

1
Muh. Herwin Wijaya,”Transparasi Pemanfaatan Ongkos Naik Haji (ONH) di Kantor
Kementrian Agama Kota Makassar”,Skripsi, (Makassar:Website,2015),hlm.7.
2
Admin Prokomsetda ,”Pengertian,Prinsip, dan Penerapan Good Governance di
Indonesia” https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/pengertian-prinsip-
dan-penerapan-good-governance-di-indonesia-99(Diakses tanggal 25 Oktober 2022,pukul 12.22
Wib.)
B. Prinsip-prinsip Dasar Good Governance
Kunci utama memahami good governance adalah pemahaman atas prinsip-
prinsip di dalamnya. Bertolak dari prinsip-prinsip ini akan didapatkan tolak ukur
kinerja suatu pemerintahan. Baik-buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah
bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Menyadari
pentingnya masalah ini, prinsip-prinsip good governance diurai satu persatu
sebagaimana tertera di bawah ini:
1. Partisipasi Masyarakat (Participation)
Semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan
keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan
sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut
dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat,
serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Partisipasi bermaksud
untuk menjamin agar setiap kebijakan yang diambil mencerminkan aspirasi
masyarakat. Dalam rangka mengantisipasi berbagai isu yang ada, pemerintah
daerah menyediakan saluran komunikasi agar masyarakat dapat mengutarakan
pendapatnya. Jalur komunikasi ini meliputi pertemuan umum, temu wicara,
konsultasi dan penyampaian pendapat secara tertulis. Bentuk lain untuk
merangsang keterlibatan masyarakat adalah melalui perencanaan partisipatif
untuk menyiapkan agenda pembangunan, pemantauan, evaluasi dan
pengawasan secara partisipatif dan mekanisme konsultasi untuk menyelesaikan
isu sektoral.

2. Tegaknya Supremasi Hukum (Rule of Law)


Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan
kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum. Sehubungan
dengan itu, dalam proses mewujudkan cita good governance, harus diimbangi
dengan komitmen untuk menegakkan rule of law dengan karakter-karakter
antara lain sebagai berikut: Supremasi hukum (the supremacy of law),
Kepastian hukum (legal certainty), Hukum yang responsip, Penegakkan hukum
yang konsisten dan non-diskriminatif, Indepedensi peradilan. Kerangka hukum
harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu, termasuk di dalamnya hukum-
hukum yang menyangkut hak asasi manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan
timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi
dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Tranparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh
proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu dapat diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai
agar dapat dimengerti dan dipantau. Sehingga bertambahnya wawasan dan
pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan, meningkatnya
jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan dan berkurangnya
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.
4. Peduli pada Stakeholder/Dunia Usaha
Lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus berusaha
melayani semua pihak yang berkepentingan. Dalam konteks praktek lapangan
dunia usaha, pihak korporasi mempunyai tanggungjawab moral untuk
mendukung bagaimana good governance dapat berjalan dengan baik di
masing-masing lembaganya. Pelaksanaan good governance secara benar dan
konsisten bagi dunia usaha adalah perwujudan dari pelaksanaan etika bisnis
yang seharusnya dimiliki oleh setiap lembaga korporasi yang ada didunia.
Dalam lingkup tertentu etika bisnis berperan sebagai elemen mendasar dari
konsep CSR (Corporate Social Responsibility) yang dimiliki oleh perusahaan.
Pihak perusahaan mempunyai kewajiban sebagai bagian masyarakat yang lebih
luas untuk memberikan kontribusinya. Praktek good governance menjadi
kemudian guidence atau panduan untuk operasional perusahaan, baik yang
dilakukan dalam kegiatan internal maupun eksternal perusahaan. Internal
berkaitan dengan operasional perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut
bekerja, sedangkan eksternal lebih kepada bagaimana perusahaan tersebut
bekerja dengan stakeholder lainnya, termasuk didalamnya publik.
5. Berorientasi pada Konsensus (Consensus)
Menyatakan bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses
musyawarah melalui konsesus. Model pengambilan keputusan tersebut, selain
dapat memuaskan semua pihak atau sebagian besar pihak, juga akan menjadi
keputusan yang mengikat dan milik bersama, sehingga ia akan mempunyai
kekuatan memaksa (coercive power) bagi semua komponen yang terlibat untuk
melaksanakan keputusan tersebut. Paradigma ini perlu dikembangkan dalam
konteks pelaksanaan pemerintahan, karena urusan yang mereka kelola adalah
persoalan-persoalan publik yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Semakin banyak yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan secara
partisipasi, maka akan semakin banyak aspirasi dan kebutuhan masyarakat
yang terwakili. Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan-
kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh
dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan bila
mungkin, konsensus dalam hal kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan (Equity)
Kesetaraan yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan. Semua warga
masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki atau mempertahankan
kesejahteraan mereka. Prinsip kesetaraan menciptakan kepercayaan timbal-
balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan
memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting masyarakat untuk
berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut
pemerintah daerah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang
kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat. Pemerintah
daerah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui
brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal.
Pemerintah daerah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara
mendapatkan informasi
7. Efektifitas dan Efisiensi (Effectiveness and Efficiency)
Untuk menunjang prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atas,
pemerintahan yang baik dan bersih juga harus memenuhi kriteria efektif dan
efisien yakni berdaya guna dan berhasil-guna. Kriteria efektif biasanya di ukur
dengan parameter produk yang dapat menjangkau sebesar-besarnya
kepentingan masyarakat dari berbagai kelompok dan lapisan sosial. Agar
pemerintahan itu efektif dan efisien, maka para pejabat pemerintahan harus
mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan
nyata masyarakat, dan disusun secara rasional dan terukur. Dengan
perencanaan yang rasional tersebut, maka harapan partisipasi masyarakat akan
dapat digerakkan dengan mudah, karena program-program itu menjadi bagian
dari kebutuhan mereka. Proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang ada seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas adalah pertangungjawaban pejabat publik terhadap
masyarakat yang memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan
mereka. Para pengambil keputusan di pemerintah, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat
maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan. Bentuk
pertanggungjawaban tersebut berbeda satu dengan lainnya tergantung dari jenis
organisasi yang bersangkutan. Instrumen dasar akuntabilitas adalah peraturan
perundang-undangan yang ada, dengan komitmen politik akan akuntabilitas
maupun mekanisme pertanggungjawaban, sedangkan instrumen-instrumen
pendukungnya adalah pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja
penyelenggara pemerintahan dan sistem pengawasan dengan sanksi yang jelas
dan tegas.
9. Visi Strategis (Strategic Vision)
Visi strategis adalah pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi
masa yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif
yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk
mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki
pemahaman atas kompleksitas kesejarahan, budaya dan sosial yang menjadi
dasar bagi perspektif tersebut.
C. Karakteristik Good Governance
Menurut United Nation Development Program (UNDP) 4 , Good
Governance memiliki 8 (delapan) karakteristik utama (Budiseyowati) yaitu :3
1. Participation
Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,
baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang
mewakilikepentingannya.

2. Transparency

Dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.

3. Rule Of Law
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu
terutama hukum untuk hak asasi manusia.
4. Resposiveness
Setiap lembaga dan proses penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan harus mencoba melayani setiap stakeholders.

5. Consensus Oriented
Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal
kebijakan kebijakan maupun prosedur.
3
https://dpmpt.kulonprogokab.go.id/detil/507/good-governance
6. Equality
Semua warga negara mempunyai kesempatan untuk meningkatkan
atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness anf Efisiency
Proses-proses dan lembaga lembaga menghasilkan produknya sesuai
dengan yang telah digariskan, dengan menggunakan sumber-sumber yang
tersedia sebaik mungkin.
8. Accountability
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan
masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-
lembaga stakeholders.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat Good Governance


a. Faktor Pendukung
Dalam membangun pemerintahan yang baik atau good governance, tingkat
keberhasilan tentu dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Terdapat beberapa faktor
yang merupakan faktor kunci. Sehingga faktor-faktor inilah yang sangat
menentukan apakah pemerintah bisa membangun pemerintahan yang baik atau
sebaliknya. Faktor yang dimaksudkan antara lain: 4
1. Keadilan Sosial
Faktor yang pertama dan menentukan sekali suatu pemerintahan yang baik
bisa dibentuk atau tidak adalah adanya keadilan sosial. Keadilan yang tidak
hanya fokus pada satu pihak saja, melainkan bisa dirasakan oleh semua orang. 
Tidak harus menjadi keturunan priyayi, tidak harus berlaku paling sopan, tidak
harus yang punya good looking baru bisa mendapat keadilan. Semua orang
berhak mendapatkannya, agar yang salah bisa bertanggung jawab sesuai aturan
dan norma yang berlaku. 

4
Yusuf Abdhul,”Good Governance: Pengertian, Prinsip dan Faktor Kunci”
https://deepublishstore.com/good-governance/ (Diakses tanggal 25 Oktober 2022,pukul
13.25Wib.
Kedepannya tentu diharapkan tidak ada lagi praktek tidak adil, apapun
perbuatan dan bidangnya. Sebab menurut Pancasila, keadilan adalah untuk
seluruh rakyat Indonesia bukan untuk pihak-pihak tertentu saja. 

2. Modernisasi Birokrasi
Birokrasi di tanah air atau mungkin di sejumlah negara lain di dunia, bisa
jadi perlu dimodernisasi. Ada peralihan sistem yang tadinya manual menjadi
online, untuk memberi kemudahan, kepraktisan, dan transparansi akses
informasi maupun layanan. Tentunya dibuat sistem online yang modern
sekaligus yang memang bagus. Supaya tidak hanya asal mengumumkan sistem
sudah dibuat online. Akan tetapi tidak user friendly yang kemudian membuka
peluang bagi para “calo” untuk beraksi. Modernisasi penting agar layanan dari
pemerintah bisa efektif dan efisien. Hanya saja jangan asal dalam membuat
sistem online, perlu dipastikan bekerja atau berfungsi dengan baik.  Jangan
sampai sistem yang modern justru semakin susah untuk diakses yang tentu
membangun celah bagi mereka yang ingin meraih keuntungan di tengah
kesempitan.
3. Pemerintahan yang Kuat
Faktor ketiga yang menjadi kunci keberhasilan good governance adalah
pemerintah yang kuat. Memiliki kebijakan yang memang tangguh dan
menguntungkan semua pihak, terutama rakyat kecil.  Pemerintah harus punya
tujuan yang jelas dan bisa menerapkan berbagai kebijakan sebaik mungkin
tanpa ada ketimpangan. Perlu punya kebijakan yang menguntungkan rakyat
tanpa ada proses eksploitasi sumber daya yang kemudian dimanfaatkan oleh
pihak luar. 
4. Pemerintahan yang Akuntabel
Berikutnya adalah pemerintahan yang akuntabel, yakni yang memang
terpercaya dan bisa dipercaya. Pemerintah membangun sistem yang setiap
lembaga dan kementerian di bawah naungannya bersifat akuntabel. Yakni bisa
bertanggung jawab penuh atas tanggung jawab atau kewajiban yang diberikan
kepada mereka. Misalnya kewajiban untuk melayani rakyat, maka harus
maksimal dan dibuat efektif, efisien, sekaligus transparan. Pemerintah yang
sudah akuntabel biasanya akan bebas dari tindakan KKN, sekecil apapun KKN
tersebut. Sebab KKN adalah suatu penyakit berbahaya yang bisa tumbuh
dengan cepat seperti sel kanker. Ketika budaya ini sudah hilang, maka
pemerintah bisa lebih sehat. Pemerintahan yang baik pun bisa diciptakan
dengan lebih mudah. Oleh sebab itu, perlu fokus membangun pemerintahan
yang akuntabel agar pemerintahan yang baik bisa diwujudkan. 

b. Faktor Penghambat Good Governance


1. Korupsi
2. Lemahnya penegakan hukum
3. Rendahnya kepercayaan masyarakat
4. Ketiadaan demokrasi
5. Partisipasi masyarakat
6. Sumber daya manusia
7. Kedisiplinan aparat5

Contoh Singkat Good Governance di Indonesia


Dalam menciptakan pemerintahan yang baik, banyak upaya dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Prosesnya sendiri menurut catatan sejarah dimulai sejak era
reformasi, sehingga ada beberapa contoh pemerintahan yang baik terlaksana di
Indonesia. Misalnya: 

1. Presiden diatur masa jabatannya, yang dulunya bisa seumur hidup kemudian
diberi batasan sampai 5 tahun dan maksimal 2 kali mencalonkan diri sebagai
presiden. 
2. Pemilihan umum baik untuk anggota DPR, DPRD, sampai Presiden dilakukan
dengan melibatkan rakyat. Dimana dulunya di Indonesia Pemilu diwakilkan

5
Weny A. Dungga,Abdul Hamid Tome, Apriyanto Moha,”Penerapan Prinsip Good
Governance Dalam Tata Kelola Pemerintahan Desa di Kecamatan Telaga Jaya Kabopaten
Gorontalo”,(Gorontalo:Jurnal Ilmu Hukum,No.1,Vol.11,2017),hlm.13-14.
oleh anggota DPR yang tentu hasilnya bisa tidak selalu sesuai dengan
keinginan rakyat. 
3. Dibukanya seleksi PNS lewat Tes CPNS yang bisa diikuti oleh seluruh warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat dari formasi yang dibuka. Sebab
dulunya, PNS sifatnya seperti dinasti saat ada satu anggota keluarga menjadi
PNS maka anak, cucu, cicit, dan seterusnya biasanya menjadi PNS. Sekarang,
siapa saja bisa selama hasil tes bagus dan memenuhi syarat dari formasi yang
dilamar. 
4. Transparansi terhadap APBN, hal ini menjadi tindak lanjut dari kasus korupsi
terhadap dana APBN yang berlarut-larut. Sehingga dengan mencantumkan
APBN dan laporan rutinnya secara berkala, masyarakat dan semua pihak bisa
menjadi pengawas dan audit terhadap penggunaan APBN. 
5. Dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang menanggulangi
pelaku korupsi di pemerintahan baik daerah maupun pusat. Harapannya dengan
adanya KPK kasus korupsi di Indonesia menurun dan di masa mendatang
generasi muda bahkan tidak kenal apa itu istilah “korupsi”. 
6. Dihapusnya status karyawan honorer di sejumlah instansi dan lembaga
pemerintahan, terutama kampus dan sekolah. Sehingga di masa mendatang
tidak ada lagi guru yang sebulan hanya menerima gaji Rp 200 ribu saja atau
dosen yang hanya menerima gaji Rp 700 ribu sebulan. Semua diangkat menjadi
PPPK jika lolos seleksi, sehingga sampai usia pensiun mendapatkan gaji dan
tunjangan yang layak. 

E. Simpulan
Good Governance adalah suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang
solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar
yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi dan pencenggahan korupsi
baik secara politik maupun secara administrative menjalankan disiplin anggaran
serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.
Good governance adalah semua unsur dalam pemerintahan bisa bergerak secara
sinergis, tidak saling berbenturan, memperoleh dukungan dari rakyat, serta
terbebas dari Gerakan-gerakan anarkis yang bisa menghambat proses dan laju
pembangunan. Karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan
dalam praktik penyelenggaraan good governance meliputi; partisipasi
(participation), aturan hukum (rule of law), transparansi(transparency), daya
tanggap (responsiveness), berorientasi konsensus (consensus orientation), efektif
dan efisien (effectivieness and efficiency), visi strategis (strategic holders).
Penerapan good governance di Indonesia ini sudah mulai terlihat perubhanya,
namun masih ada kendala-kendala dalam penerapanya.

DAFTAR PUSTAKA
Muh. Herwin Wijaya,”Transparasi Pemanfaatan Ongkos Naik
Haji (ONH) di Kantor Kementrian Agama Kota
Makassar”,Skripsi, (Makassar:Website,2015),hlm.7.
Admin Prokomsetda ,”Pengertian,Prinsip, dan Penerapan Good
Governance di Indonesia”
https://prokomsetda.bulelengkab.go.id/informasi/detai
l/artikel/pengertian-prinsip-dan-penerapan-good-
governance-di-indonesia-99(Diakses tanggal 25
Oktober 2022,pukul 12.22 Wib.)
https://dpmpt.kulonprogokab.go.id/detil/507/good-
governance
Yusuf Abdhul,”Good Governance: Pengertian, Prinsip dan
Faktor Kunci” https://deepublishstore.com/good-
governance/ (Diakses tanggal 25 Oktober 2022,pukul
13.25Wib.
Weny A. Dungga,Abdul Hamid Tome, Apriyanto
Moha,”Penerapan Prinsip Good Governance Dalam
Tata Kelola Pemerintahan Desa di Kecamatan Telaga
Jaya Kabopaten Gorontalo”,(Gorontalo: Jurnal Ilmu
Hukum,No.1,Vol.11,2017),hlm.13-14.

Anda mungkin juga menyukai