KONSEP TEORI
DEFINISI
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg
atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran
darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih cepat
memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes
Irianto, 2014)
ETIOLOGI
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi
sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi,
ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi : a. Genetik : respon
neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na. b. Obesitas : terkait
dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat. c.
Stress karena lingkungan d. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang
tua serta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)
FAKTOR RESIKO
A. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
2) Umur
3) Keturunan
4) Pnedidikan
B. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
2) Kurang olahraga
3) Kebiasaan merokok
4) Konsumsi garam berlebihan
5) Minum alkohol
6) Minum kopi
7) Kecemasan
PETA PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf sinpatis, yang
berkelanjutan ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis,
pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimna dengna dilepaskannya neropinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor.
Saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenalin juga terangsang mengakibatkan tambahan aktifasi
vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal menyebabkan pelepasan renin (Kartika, 2014)
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi (Kartika, 2014).
Diagnosa Medik :
Hipertensi
Keluhan Utama:
Klien merasakan susah tidur disertai sakit kepala di tengkuk/ kuduk terasa berat
Pengkajian
Kepala
Rambut tampak panjang, bersih, struktur halus, wajah simetris, wajah klien tampak sedikit
pucat, ekspresi klien tampak sedih setiap kali klien mengungkapkan perasaannya
Status Neurologi
Pada periksaan 12 saraf kranial ditemukan bahwa:
Nervus I : Penciuman baik ditandai dapat memrasakan bau minyak kayu putih.
Nervus II : Penglihatan baik, ditandai dapat meliha disampingnya dengan lirikan.
Nervus III : Klien dapat mengangkat kelopak mata ke atas.
Nervus IV : Klien dapat menggerakkan mata ke atas dan ke bawah.
Nervus V : Klien dapat mengunyah dengan baik.
Nervus VI : Klien dapat menggerakkan mata kanan dan kiri mengikuti jari telunjuk perawat.
Nervus VII: Fungsi pengecapan baik, ditandai dengan klien mengatakan tidak ada keluhan
pada waktu makan dan napsu makan baik. Klien dapat tersenyum.
Nervus VIII : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dengan perawat dan lingkungannya.
Nervus IX : Klien dapat menelan dengan baik.
Nervus X : Fungsi menelan baik, pada saat diinstruksikan mengatakan “ aaa.aaa “ uvula
terangkat dan tetap berada di median.
Nervus XI : Gerakan kepala dan bahu terganggu karena nyeri di kepala.
Nervus XII : Klien dapat menggerakkan lidahnya (terkontrol).
Ekstremitas
a) Tangan: Normal, tidak ada bengkak, tidak ada gangguan pada otot.
b) Kaki : Normal, tidak ada gangguan pada kaki
Abdomen
Abdomen tampak simetris, tidak ada benjolan dan pembengkakan pada abdomen, suara
perkusi abdomen timpani, terdengar suara peristaltik usus 7 kali/ menit, tidak kembung dan
tidak ada asites
TEST DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Darah Rutin
Rontgen dad
Objek
-Klien tanpak sesak nafas
-Skala nyeri 4
TD 180/90mmhg
Nadi: 88×/ m
Pernapasan : 28×/m
Objek
-Napas klien tampak cepat dan dangkal
-Pernapasan : 28×/m
Objek
- klien tampak meringis dan memegang
tengkuknya
- Skala nyeri 6 TD 180/90 mmhg
P 28 x/m
ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP TEORI
DEFINISI
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan
sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup
(Ongkowijaya & Wantania, 2016). Gagal jantung adalah sindrome klinis (sekumpulan
tanda dan gejala), ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas)
yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal jantung disebabkan
oleh gangguan yang menghabiskan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi
diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik) (Sudoyo Aru,dkk 2009)
didalam (nurarif, a.h 2015)
ETIOLOGI
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan sebagai berikut : (Aspani, 2016)
a. Disfungsi miokard
b. Beban tekanan berlebihan-pembebanan sistolik (sistolic overload)
1) Volume : defek septum atrial, defek septum ventrikel, duktus arteriosus paten 2
2) Tekanan : stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasi aorta
3) Disaritmia
c. Beban volume berlebihan-pembebanan diastolik (diastolic overload)
d. Peningkatan kebutuhan metabolik (demand oveload)
FAKTOR RESIKO
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV,
infark miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal kronik, albuminuria,
anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi (antrasiklin,
siklofosfamid, 5 FU), terapi target kanker (transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor),
NSAID, kokain, alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga. (Ford et al., 2015)
PETA PATOFISIOLOGI
Kekuatan jantung untuk merespon sters tidak mencukupi dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Jantung akan gagal melakukan tugasnya sebagai organ pemompa,
sehingga terjadi yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal disfungsi komponen
pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung normal mengalami payah
dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan curah jantung. Semua respon ini
menunjukkan upaya tubuh untuk mempertahankan perfusi organ vital normal.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga mekanisme respon primer yaitu
meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis, meningkatnya beban awal akibat aktifitas
neurohormon, dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk
mempertahankan curah jantung. Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk
mempertahankan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal
jantung dini pada keadaan normal.
Mekanisme dasar dari gagal jantung adalah gangguan kontraktilitas jantung yang
menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal. Bila curah jantung
berkurang, sistem saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk
mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme ini gagal, maka volume sekuncup yang
harus menyesuaikan. Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa pada setiap
kontraksi, yang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu preload (jumlah darah yang mengisi
jantung), kontraktilitas (perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel yang
berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung dan kadar kalsium), dan afterload
(besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa darah melawan
perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh tekanan arteriol). Apabila salah satu komponen
itu terganggu maka curah jantung akan menurun.
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan karena aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium
karena terganggu alirannya darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat
penumpukan asam laktat). Infark miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban
kerja jantung pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan
meningkatkan kontraktilitas jantung.
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun. Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal jantung ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri
murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel brpasangan atau sinkron,
maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan
Diagnosa Medik:
Gagal Jantung
Keluhan Utama:
Pasien mengatakan badan terasa lelah, cepat capek dan sesak nafas saat melakukan aktifitas
ringan seperti duduk dan ubah posisi
Pengkajian
Kepala
Tidak terdapat kelainan pada kepala
Status Neurologi
GCS : E :4 M:6 V :5
Ekstremitas
Terdapat edema di Tungkai
Abdomen
Perut pasien kembung
I : Abdomen tampak simetris
A : Bisingusus 20 x/menit
Pal : Saat dipalpasi teraba massa dikuadran kanan bawah
Per : Saat diperkusi abdomen pekak
TEST DIAGNOSTIK
15/12/2021 Ventrycular
EKG -
Hypertropi
15/12/2021 Foto Thoraks - Kardiomegali
Objek
Ny. M. G mengalami sesak nafas,
menggunakan otot bantu nafas, frekuensi
nafas 31x/menit, irama nafas tidak
teratur
Objek
ADL(activities of daily living) dibantu
oleh keluarga dan perawat
seperti Toileting dan personal
hygiene
TTV;TD.120/80 MmHg, N.102x/menit
S. 36.50C, RR. 28x/menit
Hasil EKG ventrycular hypertropy,
Hasil laboratorium HB 10.7g/dL
ASUHAN KEPERAWATAN
KONSEP TEORI
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. (
Smeltzer, 2002). Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi
ETIOLOGI
1. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
c. Whezing belum ada
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
f. BGA belum patologi
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
b. Whezing
c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
d. Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
b. Sesak nafas berat dan dada seolah- olah tertekan
c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
e. Thorak seperti barel chest
f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
g. Sianosis
h. BGA Pa O2 kurang dari 80%
i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
PETA PATOFISIOLOGI
asma
Anoreksia
Mempermudah
Perubahan nutrisi proliferasi • Batuk, pilek
kurang dari
• Mengi/
kebutuhan tubuh
wheezing
Terjadi sumbatan & • sesak
daya konsolidasi
Hipofentilasi hiferventilasi
Gangguan difusi
Keluhan Utama:
Pasien mengeluh punggung terasa sakit,dada sakit,nafas sesak ,batuk kering
sejak 2 hari yang lalu.
Pengkajian
a. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Tempat/TGL Lahir : Medan/20-09-1983
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl Gelas No 23
Pekerjaan : RT
Tanggal masuk RS : 23 Desember 2021
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Batak
PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan Umum : baik
- Tanda-tanda Vital
TD=130/80 mmHg, N=80 x/I, P=30 x/I, S=37 0C
- Kepala/Rambut
I : Pertumbuhan rambut merata, tidak terdapat uban
P : Tidak ada benjolan pada kepala, tidak ada ketombe
- Hidung
I : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, nafas cepat terdapat pernafasan
cuping hidung
P : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada secret
- Telinga
I : Tidak ada serumen dan lesi, fungsi pendengaran baik.
- Mata
I : mata isokhor, tidak ada anemis, sklera tidak ikterik
- Bibir
Tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab
- Paru
I : bentuk dada simetris
P : tidak ada nyeri tekan
P : suara hipersonor
A : terdapat bunyi wheezing dan ronkhi
- Jantung
I : ictus cordis tidak terlihat pada ica 4-5
P : ictus cordis teraba pada ics 4-5
P : pekak
A : bunyi jantung normal
- Abdomen
I : bentuk agak cembung, tidak ada asites
A : bising usus terdengar 7 x/i
P : tidak ada nyeri tekan
P : tidak ada pekak
- Ekstremitas
Simetris kiri dan kanan, fungsi ekstremitas normal, tidak ada menggunakan alat
bantu, fungsi kekuatan otot normal
555 555
555 555
Pola Kegiatan Sehari-hari (ADL) :
a. Nutrisi :
1. Kebiasaan :
❖ Pola makan : Pasien makan 3x sehari dengan porsi sedikit
karena batuk Pasien minum 5-7 gelas/hari
❖ Frekuensi makan : 3 x / sehari
❖ Nafsu makan : Baik
❖ Makananan pantangan : Makanan bergaram tinggi.
❖ Makanan yang disukai : Bubur lembek
❖ Banyaknya minuman dalam sehari: 5-7 gelas/hari
❖ BB : 53 Kg,
❖ TB : 155 CM.
2. Perubahan selama sakit : Tidak ada.
b. Eliminasi :
1. Buang Air Kecil (BAK) :
❖ Kebiasaan : Frekuensi :6- 7 x / sehari.
Warna : Kuning
Bau : Pesing.
❖ Perubahan selama sakit : tidak ada.
2. Buang Air Besar (BAB) :
❖ Kebiasaan : BAB di toilet
Frekuensi : 3 – 4 x / sehari.
Warna : Kuning
Bau : Tinja
Konsistensi : Padat, lembek
3. Kebersihan diri : Saat sakit pasien hanya dilab badannya dengan
air hangat dan gosok gigi 2 x sehari.
4. Istirahat Tidur : pasien mengatakan saat sakit, tidur terganggu
karena sesak nafas dan batuk. Pasien hanya tidur lebih kurang 4 jam.
ANALISA DATA
Objek :
Objek :
- Pasien tampak letih dan lemah
- TD= 130/80 mmHg, N= 80 x/i,
P=30 x/i, S=37 0C
ASUHAN KEPERAWATAN