Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

PENTINGNYA PANCASILA BAGI BANGSA INDONESIA


DAN IDEOLOGI PANCASILA
SDGs 5

PERAN PANCASILA DALAM MENGATASI


KETIDAKSETARAAN GENDER

Oleh :

Esterlin Imanuela Siahaya 1303220008


Grace Sihotang 1303223179
Irda Syahrani Tamsir 1303223049
Nadya Widdy Astuti 1303223061
Najla Mahfuzah Busran 1303223141

MATA KULIAH PANCASILA


TAHUN 2022
RINGKASAN HASIL ANALISIS

Pancasila sila kelima menuntut masyarakat untuk bertindak adil terhadap sesama. Tidak
terkecuali dalam menerima hak oleh setiap gender. Namun, kondisi masyarakat belum memahami
nilai-nilai Pancasila menyebabkan banyaknya kasus ketidaksetaraan gender.

LATAR BELAKANG

Pancasila merupakan sebuah ideologi bangsa Indonesia dalam konteks kehidupan berbangsa
dan bernegara, seluruh masyarakat berpedoman kepada Pancasila sebagai cita-cita bangsa. Salah
satu tujuan yang terkandung di dalam yakni terwujud keadilan bagi seluruh warga masyarakat,
sama-sama mendapatkan keadilan dan hak-haknya sebagai manusia. Salah satu tantangan untuk
membuktikan kesaktian Pancasila di tengah kondisi masyarakat Indonesia saat ini, adalah ideologi
yang responsif terhadap tuntutan atas kesetaraan gender. Penjelasan Soekarno tentang kedudukan
perempuan dimulai dari lambang negara Garuda Pancasila. Sila Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab disimbolkan oleh gambar rantai, terdiri dari gelang persegi (lambang laki-laki) yang
berhubungan dengan gelang bundar (lambang perempuan). Hubungan kedua jenis rantai tersebut
selain menyatakan kesetaraan laki-laki dan perempuan, juga mengingatkan bahwa
keberlangsungan Bangsa tergantung pada kerjasama warga masyarakat laki-laki dan perempuan.
Persoalan ketidaksetaraan gender bukanlah persoalan sederhana dan berdimensi lokal, namun
persoalan ini ditemui di seluruh belahan dunia, serta berkaitan erat dengan segala sendi kehidupan
manusia.
Gender merupakan serangkaian karakteristik yang berupaya membuat perbedaan dalam hal
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat. Gender bisa dikategorikan sebagai perangkat operasional dalam
melakukan pengukuran terhadap persoalan laki-laki dan perempuan terutama terkait dengan
pembagian peran dalam masyarakat yang dikonstruksi oleh masyarakat itu sendiri. Istilah gender
telah sering diperbincangkan dan menjadi isu penting dalam lingkup masyarakat, apalagi dalam
membahas perbedaan gender. Sesungguhnya perbedaan gender tidak akan menjadi masalah
selama tidak melahirkan ketidakadilan gender, tetapi yang menjadi persoalan ternyata perbedaan
gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan perempuan.
Secara historis, perempuan secara komparatif mengalami marginalisasi, penindasan dan
ketidakadilan baik dalam kehidupan publik maupun pribadi. Meskipun Deklarasi Milenium
menggarisbawahi pentingnya penghapusan segala bentuk dan corak diskriminasi, eksploitasi,
pelecehan sosial, dan bias gender serta semua situasi yang mendorong pelanggaran hak-hak
perempuan melalui kebijakan dan keputusan pemerintah (Saugi, 2015). Ketidakadilan gender
mulai dirasakan oleh para kaum perempuan sebagai bentuk diskriminasi. Diskriminasi ini berasal
dari budaya patriarki yang tidak terkendali. Budaya patriarki merupakan suatu sistem dari struktur
dan praktik sosial dimana laki-laki lebih mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi kaum
perempuan (Walby, 1990).
Gender dan permasalahan yang ada di dalamnya bukan membahas mengenai jenis kelamin
perempuan dan laki-laki melainkan bagaimana agar adanya persamaan diantaranya tanpa adanya
perbedaan, mendapatkan keadilan dan persamaan hak diantara keduanya, secara kodrat laki-laki
dianggap lebih kuat dari perempuan, bisa diartikan laki-laki dapat memberikan perlindungan
kepada perempuan, sedangkan perempuan dapat memberikan kelemahlembutannya kepada pihak
kaum adam dan juga kepada anaknya. Tetapi yang justru terjadi adalah dengan ketidakadilan
gender dan perbedaan tersebut bukannya lebih mendekatkan kedua jenis kelamin itu, tetapi yang
terjadi malah sebaliknya, perempuan kerap kali dijadikan korban, baik korban dalam kekerasan
rumah tangga, pelecehan seksual, perkosaan dan lain sebagainya, di mana pada intinya lebih
mendiskriminasikan perempuan, padahal sekarang adalah zaman emansipasi wanita, artinya
seorang perempuan tidak boleh lagi dijajah, bebas akan hak-haknya dan tidak dapat dibatasi oleh
apapun dan dalam keadaan apapun.
Kesetaraan gender merupakan suatu keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam
hak secara hukum dan kondisi atau kualitas hidupnya sama. Kesetaraan gender merupakan salah
satu hak asasi setiap manusia. Gender itulah yang pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan
perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Peran gender terbagi menjadi peran
produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. Kesetaraan gender juga meliputi
penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
laki. Keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi
dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Namun tidak semua masyarakat memahami
makna dari kesetaraan gender sehingga pelaksanaan kesetaraan gender dalam keluarga dirasa
masih jauh dari harapan. Oleh karena itu diperlukan suatu kajian mendalam untuk mengetahui apa
peran Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan masyarakat dan bagaimana orang-orang dapat
meningkatkan kesadaran serta merubah pola pikir tentang kesetaraan gender terutama dalam
kehidupan bermasyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi persepsi
masyarakat mengenai kesetaraan gender guna menciptakan kehidupan yang lebih harmonis di
masyarakat.

METODE PENELITIAN
Data penelitian diperoleh menggunakan pendekatan kuantitatif dengan penentuan sampel
dilakukan dengan teknik probability sampling. Metode yang digunakan yaitu metode kuesioner
dengan jumlah responden 20 orang. Penelitian ini mencoba mengeksplorasi persepsi masyarakat
mengenai kesetaraan gender dalam masyarakat. Lokasi penelitian dilakukan secara online melalui
google form. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2022.

Kuesioner tersebut terdiri dari tiga bagian kelompok pertanyaan. Bagian pertama terdiri
atas pertanyaan mengenai profil responden yang terdiri dari: nama dan instansi responden. Bagian
kedua berisi 13 pertanyaan terkait kesetaraan gender. Pada bagian kedua, responden diminta untuk
memilih setuju atau tidak pada empat jenis pertanyaan, dan pada sembilan pertanyaan lainnya,
responden diminta untuk memberikan analisis dan pendapat terkait dengan kesetaraan gender.
Bagian terakhir berupa bagian kumpul kuesioner.
Bagian pertama

Bagian kedua

Bagian ketiga

ANALISIS

Hasil penelitian ini mencakup (1) pandangan masyarakat terhadap kesetaraan gender, (2)
perkembangan kesetaraan gender di lingkungan masyarakat, dan (3) peran Pancasila dalam
ketidaksetaraan gender. Hal tersebut akan diuraikan seperti di bawah ini.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, ditemukan sebanyak 20 responden, menyetujui
bahwa kesetaraan gender merupakan hak, tanggung jawab dan kesempatan yang pantas diterima
oleh setiap gender tanpa memandang siapapun.
Hasil data yang kedua, ditemukan sebanyak 16 responden menemukan adanya
ketidaksetaraan gender di lingkungan responden. Dijelaskan juga bahwa ketidaksetaraan gender
disebabkan beberapa faktor seperti paham patriarki yang masih kental dan adanya tradisi suatu
daerah yang masih sangat kental. Empat responden tidak menemukan adanya ketidaksetaraan
gender di lingkungan sekitar.
Hasil data ketiga berupa peran Pancasila dalam ketidaksetaraan gender. 17 responden
menjawab Pancasila dapat mengatasi ketidaksetaraan gender yang terjadi di Indonesia, dengan
beberapa alasan seperti pentingnya pendalaman nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
sehari. Selain itu, adanya lembaga-lembaga perwujudan Pancasila selalu berusaha dalam
menghilangkan paradigma, pola pikir, sikap dan tingkah laku budaya yang dapat menghambat
kesetaraan gender dalam kehidupan bermasyarakat. sedangkan dua responden menjawab
perwujudan nilai-nilai Pancasila belum berhasil menyelesaikan ketidaksetaraan gender dalam
lingkungan masyarakat. Satu responden menjawab Pancasila tidak akan bisa mengatasi
permasalah ketidaksetaraan gender yang terjadi di lingkungan masyarakat, disebabkan oleh
masyarakat yang kurang peduli dan tidak mementingkan serta menerapkan nilai-nilai Pancasila.

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan analisis data, ketidaksetaraan gender bukan hal yang asing lagi di
lingkungan masyarakat dan persepsi masyarakat mengenai kesetaraan gender secara implementatif
sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, akan tetapi masyarakat belum memahami arti atau
makna kesetaraan gender secara istilah. Oleh karena itu, ketimpangan gender ini masih bisa
ditemui di bidang pendidikan, ketenagakerjaan, sosial, politik, maupun dalam jabatan di birokrasi
publik. Pancasila sebagai ideologi negara telah menegaskan Keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagai solusi dari ketidaksetaraan gender. Namun, hal itu belum bisa mengatasi
ketidaksetaraan gender dalam lingkungan masyarakat karena kurangnya pemahaman dan
penanaman nilai dalam lingkup makyarakat.
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan dalam penelitian dan melihat tingkat
pemikiran bangsa Indonesia yang masih minim paham tentang kesetaraan gender, sudah
sepatutnya sebagai bangsa yang adil, masyarakat harus menerapkan sila ke-5 “Keadilan Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia” dan harus menjunjung tinggi rasa saling menghargai tanpa membeda-
bedakan gender guna mendapatkan kehidupan yang adil dan makmur.

DAFTAR PUSTAKA

Ni Luh Arjani,( 2016), Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) dan Tantangan Global, Jawa
Barat.
Herrien, P. (2004). Gender dan Keluarga (Konsep dan Realita di Indonesia). Bandung: Institut
Perempuan Bandung.
Puspitawati, H. (2012). Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: PT IPB
Press.
D, Rr. Dewi Kencana Qur’ani., dkk. (2018). Prespektif Pancasila Terhadap Kesetaraan Gender
Dalam Bidang Politik. Magelang: Universitas Tidar

Anda mungkin juga menyukai