Anda di halaman 1dari 73

STUDI LIVING QUR’AN TERHADAP DZIKIR ASMA’UL HUSNA

DI MAJELIS TA’LIM AT-TADZKIR PALEMBANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Oleh
KURNIA ILLAHI
NIM : 1810304011

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022 M/1443 H

1
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................1


A.Latar Belakang Masalah .................................................................1
B.Rumusan Masalah ............................................................................10
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................11
D.Metode Penelitian ............................................................................12
E.Kajian Kepustakaan ..........................................................................14
F.Sistematika Penulisan .......................................................................17

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG DZIKIR ....................................19


A.Etimologi Dzikir ..............................................................................19
B.Terminologi Dzikir ..........................................................................21
C.Tujuan dan Manfaat Dzikir ..............................................................26
D.Macam- macam Dzikir ....................................................................28.
E.Dzikir Asmaul Husna .......................................................................31

BAB III. RUANG LINGKUP MAJELIS TA’LIM AT-TADZKIR ..........34


A.Sejarah Singkat Majelis Ta’lim AT-Tadzkir ...................................34
B.Keadaan Sosial Keagamaan Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir ....42
C.Keadaan Pendidikan Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir ................43
D.Proses Pelaksanaan Dzikir Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir ......45

BAB IV. WAWASAN DZIKIR ASMAUL HUSNA DI MAJELIS TA’LIM


AT-TADZKIR ......................................................................................50
A.Sejarah Mulainya Pembacaan Dzikir Asmaul Husna ......................50
B.Tafsir Q.S Al-A’raf ayat 180 dengan Dzikir Asmau Husna ............69
C.Pengaruh Dzikir Asmaul Husna bagi Jamaah Majelis Ta’lim
At-Tadzkir ............................................................................................72

BAB V. PENUTUP ........................................................................................83


A.Kesimpulan ......................................................................................83
B.Saran ................................................................................................85

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................86

2
ABSTRAK

Skripsi ini diberi judul “STUDI LIVING QUR’AN TERHADAP


DZIKIR ASMAUL HUSNA DI MAJELIS TA’LIM AT-TADZKIR
PALEMBANG”. Tulisan ini terinspirasi karena adanya cara khusus yang
dilakukan jamaah dalam mengamalkan dzikir asmaul husna. Sehingga penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dzikir asmaul husna bagi jamaah
Majelis Ta’lim At-Tadzkir serta pemahaman jamaah dengan dzikir asmaul husna.
Dan keistimewaan yang terdapat dalam dzikir asmaul husna ini dibandingkan
dzikir yang lain.
Dengan menganalisis menggunakan metode pendekatan yang digunakan
yakni pendekatan kualitatif deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian
lapangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan data sekunder. Adapun data primer yaitu wawancara terhadap Jamaah
aktif dalam kajian mingguan di majelis ta’lim at-Tadzkir. Kemudian data
sekunder yaitu pendukung dari literatur-literatur data primer, data ini berkaitan
dengan pihak-pihak atau sumber- sumber lain seperti buku, majalah, jurnal,
artikel, skripsi, internet, dan hasil penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa dzikir asmaul
husna dapat memberikan perubahan bagi yang mengamalkannya. Dzikir asmaul
husna disini telah lama adanya namun tidak banyak orang yang mengamalkannya
secara langsung sampai mendapatkan keberkahannya. Sehingga mereka tidak
pernah tinggal untuk mengamalkan dzikir asmaul husna ini.

Kata kunci: Dzikir, Asmaul Husna, Majelis Ta’lim At-Tadzkir

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber utama ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Karena pentingnya manfaat

kitabullah khususnya. Salah satu bentuk apresiasi kaum muslimin adalah

memberikan perubahan baik pada diri –Nya. Bentuk apresisasi diri dengan Al-

Qur’an ini seperti diungkapkan dengan tulisan, pemikiran, perbuatan, maupun

nlisan yang dibiasakan dengan Al-Qur’an.

Masyarakat muslim mempunyai keberagaman model atau cara mereka

masing-masing dalam berkomunikasi dengan Al-Qur’an, sebgai bentuk apresiasi

nya dalam ruang sosial dan respon umat islam ini ternyata sangat dipengaruhi

dengan pola pikir dan ruang lingkup kehidupan mereka. Berbagai macam cara

umat muslim dan masyrakat berinteraksi dengan Al-Qur’an inilah yang disebut

dengan Al-Qur’an hidup ditengah –tengah masyarakat.1

Dengan begitu, masyarakat sekaligus dapat memaknai pesan-pesan daalam

ayat Allah yang berisikan tentang peraturan agama. Sampai terekam dalam

fikirannya dan diamalkan pada keberagaman umat dengan tetap memperhatikan

kenyamanan. Karena kenyamanan inilah yang dapat berdampak pada ketenangan

batin dalam hidupnya.

1
Eka Rahayuni, “Tradisi Pembacaan Wirid Sakran (Kajian Living Qur’an di Pondok
Pesantren Irsyadul ‘Ibad Pemayung, Batanghari, Jambi. Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan
Tafsir. Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. UIN Sulthan Thaha Jambi. 2019.

4
5

Dalam melaksanakan ajaran agama Islam dibimbing oleh para ahlinya

sesuai dengan kebutuhan hidupnya, dimana para ahli ini yang dikenal sebutannya

sebagai Ulama mendasarkan pada sumber hukum tertinggi yaitu Al-Qur’anul

Karim dan Hadits. Kemudian agar sampai ajaran islam kepada jamaahnya seorang

ulama memiliki metode dengan bentuk pengajaram yang berbeda-beda antar

ulama’nya. Walau diantara mereka adalah tetap memiliki tujuan yang sama dalam

membbagikan ilmu agama dan membrikan pemahaman tentang kebenaran Agama

Islam.

Akan tetapi, justru fenomena ini yang terdapat dalam masyarakat adalah

sebagai hamba Allah yang hanya menerima saja tanpa mencari tau sendiri akan

kebenaran Agama justru mengakibatkan kurangnya rasa mencinbtai kepada sang

Khaliq untuk menggapai ketenangan dan kenyamanan hidupnya. Dalam

bahasanya Imam Ghozali bahwa terkadang ketika manusia hanya mengandalkan

rasio atau logika dalam menghadapi fenomena problem kehidupan tidak cukup.2

Ialah Allah SWT telah menunjukkan jalan kepada setiap hambanya yang

ingin mengingat-Nya dengan berdzikir. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

surah Ali-Imran ayat 191, yang berbunyi :

      


        
     

Amin Abdullah, Antara Al-Ghazali dan Kant dalam filsafat etika Islam, Bandung,
2

Mizan, 2002, hal.200


6

Bathin yang tenang bermula dari hati yang bersih yang senantiasa selalu

mengingat Allah dimanapun berada dengan menyebut Asma’ Nya. Allah SWT

memiliki 99 nama baik yang disebut dengan Asma’ul Husna, yang didalamnya

mengandung makna luar biasa dan dapat mempengaruhi kejernihan hati serta

fikiran bagi setiap hamba yang mengucapkannya.

Melalui dzikir Asma’ul Husna mereka merasa kan lebih mengenal lagi

nama-nama dan sifat-sifat Allah SWT. Diantara mereka ada yang merasa setelah

mengikuti dan mengamalkan dzikir Asmaul Husna tersebut kehidupannya

mengalamai perubahan. Mereka merasakan kenikmatan dan ketenangan hidup,

kesempurnaan, keutuhan dirinya, kebaikan, hubungan interpersonal yang kuat,

bahkan pengalaman puncak,dsb. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa terjadi

perubahan dalam diri mereka adalah yang dipengaruhi oleh aktivitas dzikir

Asma’ul Husna3.

Didalam kitabullah bahwa makna ketenangan dalam berdzikir bagi setiap

hamba yang selalu mengingat-Nya.

         


  

M. Quraish Shihab menerangkan dalam tafsir Al-Mishbah makna dari

surah diatas adalah Bahwa dzikir mengantar pada ketenangan jiwa apabila dzikir

3
Nurhayati, Dewi Fadiana, Pengaruh dzikir asmaul husna terhadap aktualisasi diri
jama’ah Majelis dzikir asmaul husna masjid jami’ esa tawangsari. Jurusan tasawuf dan
psikoterapi. 2016
7

itu dimaksudkan untuk mendorong kesadaran tentang kebesaran hati dan

kekuasaan Allah SWT, bukan sekedar melalui ucapan saja.4

Kemudian selanjutnya adlah dzikir dengan lisan. Ketika seseorang mampu

menyadari akan kebesaran Allah maka ia akan senantiasa selalu berdzikir dan

mendekatkan diri kepadaNya. Selanjutnya akan merasakan ketenangan hati dan

ketentraman jiwanya. Barulah yang merasakan ketentraman hati dapat dirasakan

bila hati yakin dan percaya bahwa ada sumber yang tidak terkalahkan yang selalu

mendampingi dan memenuhi harapan.5

Salah satu faktor penyakit hati dalam diri manusia, sebab kurangnya hati

manusia yang dekat pada Allah SWT maka manusia akan merasakan kosong

hatinya, tertekan, frustasi dan sebagainya. Hal tersebut dikarenakan tidak

memiliki ketenangan jiwa, karena kurang berdzikir kepada Allah SWT. Maka

perlulah hati manusia dibersihkan (Shofaul Qolbi) dari penyakit hati dengan cara

dzikrullah sebagai bentuk dari pensucian jiwa sehingga manusia akan dekat

dengan Allah. Kedekatan manusia dengan tuhannya akan menjadikan pengukur

bagaimana keadaan dan suasana hati manusia itu sendiri.

Dan pada kenyataannya para mad’u mempersepsi setiap proses kehidupan

ini baik suka, duka, dan seluruh problem kehidupan ini ditentukan oleh faktor

personal berupa Instink, motif dan faktor situasional. 6 Perkembangan psikologi

manusia seringkali mengalami perkembangan yang sesuai dengan kemampuannya

4
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004), Jilid I,hal. 10.
5
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2004).Jilid I, hal.10
6
Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, 2011, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
hlm. 224
8

dalam mengola qolbunya. Sejauh mana dua orang berkomunikasi dapat saling

mengerti antar komunikatornya.

Suatu majelis yang asalnya adalah hanya sebuah padepokan persilatan dan

pada akhirnya kegiatan fisik tersebut mulai dikurangi. Lalu majelis dzikir ini

dibuka di Jakarta diawali dengan dibuka nya pengajian majelis ta’lim At-Tadzkir

dengan ta’lim kecil yang berjamaahkan para pedagang-pedagang kecil dan

pengamen-pengamen. Majelis tersebut bernama At-Tadzkir yang diawali dengan

cara membuka praktek pengobatan dan olahraga beladiri kemudian

menyampaikan Aqidah kepada umat secara terbuka dengan visi “Menyatu dalam

ridho Allah, mewujudkan amal sholeh, menegakkan kebenaran dan keadilan yang

dilandasi Al-Qur’an dan Al-Hadits”.

Fenomena Majelis Ta’lim At-Tadzkir yang secara istiqomah melakukan

mujahadah, pengajian dan sholat sunnah taubat berjamaah setiap dua kali dalam

seminggu. Setiap malam senin dan malam jum’at, ba’da isya berjamaah. Dalam

waktu yang terbatas, jamaah majelis ta’lim sudah mendapatkan simpati publik

sehingga memiliki jamaah yang dari latar belakang yang berbeda-beda. Dari

kalangan anak-anak sampai orang tua (kakek nenek). Juga dalam majelis ini

memiliki keunikan dari latar belakang jama’ahnya yaitu mulai dari mantan

pemabuk, mantan pejudi, mantan ahli ilmu hitam, preman jalanan, wiraswasta,

hingga orang-orang berpendidikan tinggi seperti guru, dosen pun ada. Karena

memang dulunya Guru besar majelis ini mengambil jama’ah dari pada orang-

orang jalanan.
9

Berikut adalah salah satu majelis dzikir yang peneliti lakukan penelitian

terkait dengan isi pesan yang tersampaikan kepada jamaahnya. Dimana majelis

dzikir Asma’ul Husna merupakan majelis dzikir yang terbentuk dengan tujuan

mencapai tingkat spiritualitas dengan mengamalkan dzikir Asma’ul Husna.

Menurut Ujam Jaenuddin keterhubungan diri dengan Tuhan adalah bentuk esensi

spiritualitas, dengan sesama manusia dan alam semesta.7

Sebagaimana disebutkan didalam kitabullah :

       


       

Hal ini memperkuat Jama’ah untuk mengikuti kegiatan rutinan Majelis

Talim At-Tadzkir dengan Asma’ul Husna secara istiqomah dengan berbagai

motivasi tetapi berujung pada peningkatan keimanan mereka kepada sang Khaliq.

Selain kegiatan dzikir, aktivitas keagamaan lainnya ialah menghidupkan ibadah.

Menurut hasil wawancara penulis terhadap Ustadz pembina majelis ta’lim,

mengapa majelis ini memfokuskan dzikir dengan Asma’ul Husna. Karena sebagai

makhluk yang hidup dibumi tentulah memiliki banyak kebutuhan hidup, maka

dari itu melihat dari surah Al-A’raf ayat 180 bahwasanya memohonlah dengan

menyebut Asma’nya. Dan dari sanalah untuk meminta rezeki, jamaah majelis

inidzikir Yaa Fattah Yaa Razzaq agar dibuka kannya pintu rezeki.8

7
Ujam Jaenuddin, Psikologi Transpersonal (Bandung: Pustaka Setia,2012) hlm.196
8
Wawancara dengan Ust. Al-Ghozali, Selaku Pembina Cabang Majelis Ta’lim At-
Tadzkir, Tanggal 28-06-2021, Pukul 21.00
10

Selanjutnya adalah hasil wawancara penulis dengan beberapa perubahan

dari pola pikir, emosional, dan lainnya. Merasa selalu dalam pengawasan Allah

jadi saat ingin berbuat yang tidak baik selalu ingat Allah, perasaan plong lebih

tenang sampai apapun yang terjadi selalu berprasangka baik pada Allah dan tidak

merasa was-was lagi. Karena sudah sering merasakan apa-apa saja yang membuat

sedih pasti itu berlalu dan ada hikmah atau bahagia sesudahnya, jadi saat ada

masalah dihadapi saja dan yakin serta berserah diri atas apa yang dialami. 9

Selanjutnya adalah Rhesti ia merasakan perubahan yang sangat baik, mulai dari

perubahan sikap bertindak juga merespon permasalahan dalam hidup , merasa

makin ingin dekat dengan yang Maha Kuasa karena setelah dirukyah jiwa terasa

tenang dan damai, walaupun awalnya takut tapi ternyata badan pun jadi lebih

segar seperti habis olahraga, yang sebenarnya olahraga tidak menguras energi.

Sering merasa sakit kepala dan sempat berputus asa, dikarenakan kebijakan PHK

disaat pandemi melanda sehingga membuatnya kebingungan untuk melaukan

pekerjaan, sedangkan semua perusahaan rata-rata bayak mengurangi pegawai.

Sejak saat itu ia mengikuti pengajian dengan rutin, dan alhamdulillah kini ia

sudah bisa menerima keadaan dan lebih merasa tenang dan ikhlas atas apa yang

telah terjadi, yang penting tetap semanga karna Allah bersamaNya, ujarnya10

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada jama’ah majelis ta’lim At-

Tadzkir Palembang, penulis menggunakan metode lapangan yang mana lebih

mengedepankan bagaimana reson perilaku komunitas muslim dalam bergaul

9
Wawancara dengan Rizka Amalia,S.THP, Jamaah Majelis TalimAt-Tadzkir, Pada
Tanggal 09-06-2021, Pukul 09.10
10
Wawancara dengan Rhesti, Jamaah Majelis Talim At-Tadzkir, Pada Tanggal 11-06-
2021, Pukul 21.00
11

dengan segala unsur yang menjadikan komponen terjadinya perilaku masyarakat,

agar dapat diungkap makna dan nilai Qur’an hidup dalam masyarakat yang dalam

hal ini meneliti dzikrullah dengan Asma’ul Husna.

Dengan kata lain living Qur’an yang sebenarnya bermula dari fenomena

Qur’an in Everyday Life, yakni epngamalan al-Qur’an yang dipahami langsung

oleh masyarakat muslim. Fenomena sosial dipraktikkan oleh masyarakat. Pada

perkembangannya kajian ini dikenal dengan istilah studi living Qur’an.11

Berdasarkan dari fenomena diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih

mendalam tentang dzikrullah dengan Asma’ul Husna tentang “STUDI LIVING

QUR’AN TERHADAP DZIKIR ASMA’UL HUSNA DI MAJELIS TA’LIM

AT-TADZKIR PALEMBANG"

B. Rumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas dan merucut dalam masalah yang akan dikaji

dalam penelitian proposal ini, maka dapat diambil pokok-pokok rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Hubungan Dzikir Asma’ul Husna dengan surotul A’raf ayat

180?

2. Bagaimanakah Efek Dzikir Asma’ul Husna bagi Jama’ah Majelis Ta’lim

At-Tadzkir Palembang ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


11
Muhammad Mansur, living Qur’an dalam lintasan sejarah studi Al-Qur’an, dalam
Metodologi penelitian living Qur’an dan Hadits, Shahiron Syamsuddin (ed), Yogyakarta,TH
Press,2007,hal.5
12

1. Tujuan Penelitian

1.1. Untuk mengetahui hubungan Dzikir Asma’ul Husna dengan Q.S Al-A’raf

ayat 180.

1.2. Untuk mengetahui efek Dzikir Asma’ul Husna bagi Jama’ah Majelis

Ta’lim At-Tadzkir Palembang.

D. Kajian Kepustakaan

Yang dimaksud kajian kepustakaan disini membahas tentang Dzikir

sebagai Media Dakwah, hampir memiliki kesamaan dalam objeknya tatapi

berbeda pada target dan isi dari Dzikir Asma’ul Husna itu sendiri.

Skripsi tersebut membahas tentang dzikir yang sangat dibutuhkan untuk

meningkatkan keimanan sehingga tercapai ketenangan dan kesembuhan dari

gangguan jiwa. Skripsi ini tidak menitikberatkan pada salah satu tokoh penafsiran,

yang mana hanya membahas tentang dzikir untuk ketenangan jiwa.12

Tesis oleh Tadzkiroh dengan judul “Spiritualitas Kegiatan Dzikir Asma’ul

Husna (Analisis Fenomenologi pada Jamaah Majelis Khidmah Asma’ul Khusna

‘Tombo Ati’ Kesugihan Cilacap). Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam

Pascasarjana. IAIN Purwokerto. 2021.

12 ?
David Amnur, “Zikir dan Pengaruhnya Terhadap Ketenangan Jiwa Menurut Al-Qur’an
(Kajian Tafsir Tematik). Jurusan Tafsir Hadits. Fakultas Ushuluddin. Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau. Tahun 2010.
13

Tesis tersebut membahas tentang spiritualitas jamaah majelis khidmah

Asma’ul Husna yang dilakukan merupakan suatu upaya mendekatkan diri dan

mencari pengalaman seseorang tentang berketuhananNya.13

Dari penjelasan penelitian diatas, dan dari hasil penelusuran peneliti

tentang “Studi Living Qur’an Terhadap Dzikir Asma’ul Husna Majelis Ta’lim At-

Tadzkir Palembang”. Dalam hal ini peneliti mengambil objek dari salah satu

majelis dzikir di Kota Palembang, untuk melihat fenomena atau realita yang

terjadi terhadap jama’ah Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang.

E. Metodologi Penelitian

1. Macam Penelitian

Skripsi dengan metode kualitatif ini memiliki tiga tahapan yang pertama

tahap orientasi atau deskripsi, didalamnya dengan grand tour question

(penjelajahan umum).

2. Sumber Data

Data primer (utama) adalah sumber data yang asli yang berisi informasi

paling dibutuhkna. Dalam penelitian ini data primernya adalah wawancara

terhadap jama’ah yang aktif dalam kegiatan mingguan majelis ta’lim At-Tadzkir

Cabang Kertapati Palembang.

Data Sekunder merupakan pendukung dari literatur-literatur data primer,

data ini berkaitan dengan pihak-pihak atau sumber lain seperti buku, majalah,

artikel, jurnal dan sebagainya.

13
Tadzkiroh, “Spiritualisasi Kegiatan Dzikir Asma’ul Husna (Analisis Fenomenologi
pada Jamaah Majlis Khidmah Asmaul Husna “Tombo Ati” Kesugihan Cilacap).Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam Pascasarjana. IAIN Purwokerto. 2021
14

3. Teknik Pengambilan Data

Agar mendapatkan data-data yang sesuai dengan penelitian ini, maka

teknik penelitian data yakni:

3.1. Observasi

Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi dalam

pengumpulan data,data yang diperoleh melalui lapangan, ke organisasi

masyarakat, atau komunitas, disini peneliti meobservasi jama’ah majelis ta’lim.

Penulis menggunakan observasi partisipatif, objek yang diteliti14.

Penelitian langsung kepada jama’ah majelis ta’lim At-Tadzkir Cabang Kertapati

Palembang dengan cara seperti yang telah dijelaskan.

3.2. Wawancara

Ialah berkomuniasi secara langsung.15 Penulis mendatangi langsung

informan atau narasumber untuk menanyakan suatu hal secara langsung dengan

tujuan untuk mendapatkan keterangan-keterangan.

Adapun pihak-pihak informan adalah jama’ah majelis ta’lim At-Tadzkir

Cabang Kertapati Palembang,dan beberapa keterangan dari tokoh agama untuk

menceritakan sejarah dari ta’lim itu sendiri.

3.3. Dokumentasi

Metode ini bersifat stabil, dapat digunakan sebagai bukti untuk pengujian

14
Lukman Nul Hakim, Metode Penelitian Tafsir, (Noer Fikri Palembang, Januari 2019),
hal.57
15
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy. Metode penelitian survey. ( Jakarta:LP3ES,
1989). Hlm .192. dikutip dari :Sugiyono. Metode penelitian pendidikan (pendekatan kuantitatif,
kualitatif dan R dan D). Bandung :Alfabeta,2012. Hlm.194
15

3.4. Analisis Data

Bagian yang sangat penting dalam pebnelitian ini adalah analisis data

terhadap kasus dengan jama’ah majelis dzikir dengan Asma’ul Husna adalah

analisis deskriptif kritis. Sedangkan penjabaran penelitian dengan ialah

menyeleksi keterangan agar memperoleh penelitian yang valid.16

F. Sistematika Penulisan

Penulis dalam menyelesaikan penelitian juga memahami isi kandungan.

Adapun sistematika penulisan nya yakni :

Bab pertama merupakan awal pembahasan meliputi:objek penelitian,

rumusan masalah, mengetahui arah penelitian, mengetahui fungsi skripsi,

pembahasan kepustakaan,dan cara penulisan.

Bab dua yaitu pembahasan teoritis dari bentuk dzikir, yang meliputi :

Pengertian Dzikir Asma’ul Husna, Tujuan dan Manfaat dzikir, Macam-macam

dzikir asmaul husna.

Bab ketiga merupakan sejarah biografi objek penelitian, keadaan sosial

jamaah tersebut, keadaan pendidikan jamaah Majelis Ta’lim tersebut di

Palembang.

Bab keempat yaitu wawasan dzikir yang penulis bahas yaitu: Sejarah awal

mula pembacaan dzikir Asmaul husna, Tafsir surah Al-A’raf ayat 180 dengan

dzikir Ama’ul Husna, dan Pengaruh dzikir asma’ul husna bagi Jamaah Majelis

Ta’lim At-Tadzkir.

16
Imam Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Cet.I, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), Hlm :85
16

Bab terakhir ialah bagian penutup yakni bagian akhir dalam penelitian

skripsi ini yang berisi.kesimpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG DZIKIR

A. Etimologi Dzikir

Etimologi dalam latin arab (dzakara-yadzkuru-dzikran) ialah sesuatu yang

di tuturkan mengenai Allah SWT melalui hati dan lidah. 17Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, dzikir berarti pujian yang diulang-ulang.18

Dzikrullah dapat diartikan ingat kepada Allah atau menyebut nama

Allahdalam sederhananya bentuk berulang. Ketika dzikir diartikan sebgai

pengingat maka sebaiknya diklakukan secara berulang.

Imam Nawawi menyebutkan bahwa dzikir yang afdhal itu dikerjakan secara

beriringan dengan lisan dan dihati. Dzikir dngan hati adlah yang paling afdhal,

Dengan brgitu, memberikan maknanya dalam hati, yaitu memahami suatu hal

yang harusdiusakan dalam berdzikir.19

B. Terminologi Dzikir

Secara Terminologi, banyak para ahli memberikan definisi tentang dzikir.

Diantaranya adalah Ibn Athaillah al- Sakandari (pakar tasawuf Mesir lahir pada

tahun 648 H) berargumen bahwa dzikir adalah melepaskan diri dari kelalaian

dengan senantiasa menghadirkan hati bersama Allah SWT.20

17
Abu Fadhl, Jamaluddin Muhammad Ibn Makram Ibn Manzhur al-Afrizy al Misry,
Lisan al-‘arab, Jilid IV, (Dar al Shadir, Beirut : 1990) hal. 308.
18
Pusat pembinaan, dan pengembangan bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(Jakarta: balai pustaka, 1990) cet III, hlm. 180
19
Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa : Terapi perilaku lahir & batin Dalam
Perspektif Tasawuf (Surabaya: Karya Agung Surabaya,2008), hlm 244
20
Ibn Athaillah al Sakandari, Bahjat al nufus, (alih bahasa A Farzy Bahreisy dengan
judul Pencerahan Kalbu. Serambi, Jakarta 2002), hlm 163

17
18

Menurut ajaran Islam dzikrullah yaitu yang memiliki makna mengingat

Allah (Al-Qur’an).21 Fazlur Rahman dalam bukunya yang berjudul ‘Islam’ yang

dimaksud kata-kata dzikir menjelaskan dzikir adalah pengucapan berulang-ulang,

dapat dilaksanakan dimana saja asalkan tempatnya suci seperti di Masjid.22

Ruang lingkup dzikir juga tidak hanya sebatas dzikir melalui lisan, hati, dan

perbuatan saja. Namun, dzikir telah dilahirkan dari berbagai cabang yang

misalnya Dzikir dalam terminologi Do’a, Dzikir dalam terminologi Qishah/Kisah,

dan Dzikir dalam terminologi Pengetahuan.

1. Dzikir dalam terminologi Do’a

Dari uraian sebelumnya bahwa dzikir adalah senantiasa mengingat Allah.

Juga bisa dikatakan sebagai do’a, yang sebenarnya dzikir memang bisa memiliki

berbagai makna didalamnya. Karena keistimewaan itulah, ibadah dzikir juga

berperan dalam meminta sesuatu kepadaNya dalam bentuk untaian do’a.

Firman Allah SWT dalam surotul A’raf ayat 180:

       


       

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. Al-A’raf
:180)

21
Ibn Taimiyah, Terj Al Kalimut Thayib, mutiara do’a dan dzikir, (Jakarta: Pustaka
Amani) , hlm.2
22
Bey Arifin, Mengenai Tuhan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1991) hal. 751
Pada ayat diatas, dzikir diartikan juga dengan Do’a yang bermaksud

adalah tempat memohonkan sesuatu kepada-Nya. Setiap hamba dalam

kehidupannya pasti membutuhkan sesuatu untuk kesejahteraan hidupnya. Maka

dari itu dzikir dijelakan dalam ayat ini untuk memohon kepadaNya dengan

sesuatu yang dibutuhkannya.

Menurut Nofrans, dzikir diartikan bentuk strategi coping agar memantau

berbagai kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Kemudan, individu akan

mendapat kekuatan, harapan, optimisme, dan semangat baru untuk memecahkan

masalahnya, dan menghadapinya dengan positif. Individu tersebut jika

mengerjakan hal ini akan mendapatkan pertolongan dari Allah.23

Ayat – ayat dzikir dengan term do’a :

         


        
     
artinya Katakanlah "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah
pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". (Q.S. Al-
Isra’ : 110)

2. Dzikir dalam Terminologi Qishah/Kisah

23
Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra Manajemen emosi sebuah panduan cerdas
bagaimana mengelola emosi positif dalam hidup anda, ,(Jakarta : Bumi Aksara, 2012),Cet.
II,h.255

19
Dalam hal ini dzikir juga muncul dari beberapa kisah yang akhirnya menjadi

sebuah pengingat bagi hamba-Nya dengan melihat berbagai kisah dan mengambil

pelajarannya.

     


“(yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada
hamba-Nya, Zakaria” (Q.S. Maryam: 2)

         


“Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran)
ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang
Nabi”. (Q.S. Maryam: 41)

         


 
“dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam
Al kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang
Rasul dan Nabi”. (Q.S. Maryam: 51)

         


“dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang
tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang Nabi”. (Q.S. Maryam: 56)

Ali Al-Shabuni menafsirkan ayat diatas dengan “Ceritakanlah Wahai

Muhammad SAW akan kisah Nabi Idris a.s yang terdapat dalam kitab Al-Jalil”,

20
mengacu pada penafsiran tersebut, maka dapat dijelaskan derifasi lafazh Dzikir

diatas bermakna “menceritakan”.

3. Dzikir dalam Terminologi Pengetahuan

Dzikir dalam terminologi pengetahuan mampu memberikan keluasan ilmu

bagi setiap yang mau mempelajari setiap keadaan atau sesuatu disekitarnya.

        


 
“dan Inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah
menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran”.
(Q.S Al-An’am:126)

        


       
“dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl:43)

Dalam Hasyiyah Asy-Syihab ala Tafsir Al-Baidhawi lafazh dzikir diatas

berdasarkan tafsir ilmu pengetahuan. Sehingga mereka yang tidak paham akan

suatu ilmu tersebut diharuskan untuk bertanya kepada ahli ilmu dalam bidangnya

agara memperoleh fakta kebenarannya.24

C. Tujuan Dzikir dan Manfaatnya

1. Tujuan Dzikir

24
Ahmad Bin Muhammad Shihabuddin Al-Khafaji, Hasyiyah al-shihab ala tafsir al-
baidhawi, (Surabaya: Dar al-kutub al ilmiyah, 2001), juz 3, hal. 399

21
Dzikir dari yang kita pahami penjelasan diatas bahwa dzikir memiliki

makna yang sangat luas. Maka dari itu dzikir dalam penelitian ini bertujuan untuk

melihat pengaruh dzikir yang dilakukan rutin oleh jama’ah majelis ta’lim At-

Tadzkir dalam hal kesehatan jasmani serta rohani nya. Kemudian menyelesaikan

masalah yang ada pada setiap jama’ah untuk lebih dekat kepada Allah SWT dan

selalu memohon hanya pada -Nya.

D. Macam-Macam Dzikir

Ibnu Ata’illah al-sakandari, menulis Al-Hikam (kata-kata Hikmah)

membagi dzikir atas tiga bagian :

a. Dzikir Jali

Dzikir Jali ialah bentuk perbuatan mengingat Allah SWT. dalam bentuk

ucapan lisan yang mengandung arti pujian, rasa syukur dan do’a kepada Allah

swt. untuk menuntun gerak hati.25

Ucapan lisan akan membimbing hati, dengan sendirinya hati yang

bersangkut menjadi ingat. Menyebut Allah dalam hati itu merupakan sifat ingat,

tanpa menyebut atau mengucap sesuatu. Dzikir sepert ini juga diperintahkan oleh

Allah.26

b. Dzikir Khafi

Dzikir Khafi adalah dzikir yang dilakukan secara khusyu’ oleh ingatan hati,

baik disertai dzikir lisan senantiasa memliki hubungan dengan Allah swt. ia selalu

merasakan kehadiranNya kapan dan dimana saja.

c. Dzikir Haqiqi
25
Nurhayati, D.F. (2016), Pengaruh dzikir Asma’ul Husna terhadap Aktualisasi Diri
Jamaah Majelis Dzikir Asma’ul Husna Masjid Jami’ Desa Tawangsari. Hlm 13-14
26
Amin Syukur, kuberserah, (Bandung, Hikmah,2007), hlm. 102

22
Dzikir Haqiqi yaitu dzikir yang dilakukan dengan seluruh jiwa raga, kapan

dan dimana saja dengan upaya memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah

swt. Untuk mencapai tingkatan dzikir haqiqi ini perlu terbiasa dengan dzikir jali

dan dzikir khafi.27

d. Dzikir Daim

Dzikir Daim ini adalah dzikir khusus yang ada pada Majelis Ta’lim At-

Tadzkir, dzikir yang dilakukan bertujuan untuk melatih konsentrasi jama’ah

ketika sedang melafazhkan dzikir asma’ul husna. Dzikir ini juga dikerjakan setiap

satu bulan sekali dalam pertemuan jama’ah, untuk melihat bagaimana perubahan

yang dialami oleh jama’ah itu sendiri.

Dzikir ini dilakukan dengan berdzikir didalam hati, lidah nya dilipat sampai

benar-benar bahwa dzikir daaim ini sesuai pada tujuannya yaitu berdzikir didalam

hati. Setiap detakan jantung itu menyebutkan lafazh Allah dan Asma’ul Husna

sehingga melatih ketika kita sakratul maut, semua organ tubuh Allah bekukan

lantas yang hanya bisa berucap adalah hati. Dengan begitu, diharapkan ketika

jama’ah majelis ta’lim At-tadzkir sudah mempraktekkan dzikir ini, dan

mengetahui makna yang dalam sehingga dzikir bisa dilakukan pada saat apa saja

dan dimana saja, tanpa alasan apapun.

Waktu-waktu ketika berdzikir tidak ditentukan bagaimana, namun seperti

dzikir Daim ini biasanya dipraktekkan dalam keadaan duduk, diam, tanpa

gerakan. Lalu terfokus mengatur nafas dengan melafazhkan Asma’Nya didalam

hai, dan merenungkan segala dosa yang kita miliki.

Nurhayati, D.F. (2016), Pengaruh dzikr Asma’ul Husna terhadap Aktualisasi Dir
27

Jamaah Majelis Dzikir Asma’ul Husna Masjid Jami’ Desa Tawangsari. Hlm 13-14

23
Di Indonesia, memiliki berbagai cara berhubungan dengan TuhanNya

seperti memuji, memohon, menyembah, berterima kasih, dan sebagainya. Cara

menghadap Allah atau berhubungan dengan Tuhan yang demikian dalam agama

disebut upacara yang cara, waktu, tempat, dan persyaratannya sudah tertentu, dan

ada pula yang coraknya tidak tertentu. Salah satunya dzikir daim ini menggunakan

cara nya tersendiri untuk menghadap Allah SWT.

E. Pengertian Dzikir Asma’ul Husna

Al-asma’ al-husna di Ensiklopedia Islam yaitu “nama-nama yang baik”. Al-

Qur’an menyebut 99 nama atau sifat Allah. Firman Allah SWT:

       


        
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.

Nama Allah mengandung sifat yang berkaitan dengan nama dan keluhuran

Allah swt yang disampaikan oleh para rasul-Nya, agar tersampaikan kepada

makhlukNya tentang nama-nama Asma’Nya.28

Asma’ul Husna artinya nama-nama Allah yang paling baik, paling luas,

paling dalam pengertianNya sebagaimana sabda Rasulullah sawdalam riwayat

bukhori muslim :

َ‫صاهَا َدخَ َل ْال َجنَّة‬


َ ْ‫احدًا َم ْن َأح‬
ِ ‫ِإ َّن هَّلِل ِ تِ ْس َعةً َوتِ ْس ِعينَ ا ْس َما ِماَئةً ِإالَّ َو‬

28
Ensiklopedi Islam, jilid I (Jakarta: PT Ichtiar Baru Va Houve) hlm.159

24
“Sesungguhnya milik Allah 99 nama, barang siapa yang mengihsho nya
maka pasti masuk surga”.

25
BAB III
RUANG LINGKUP MAJELIS TA’LIM AT- TADZKIR

A. Sejarah Singkat Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang

Adapun secara istilah maelis talim dapat dikatakan sebgai tempat duduk

untuk bermusyawarah sesuatu, majelis ta’lim juga disebut sebuah lembaga

pendidikan keagamaan nonformal yang mempunyai jama’ah dengan jumlah relatif

banyak, usia yang berbeda-beda, serta mempunyai suatu tujuan yang sama.29

Effendi Zarkasyi dalam kutipan Muhsin mengatakan, “Majelis ta’lim

merupakan bagian dari model dakwah dan sebagai forum beljar untuk mencapai

suatu tingkat pengetahuan agama”, Syamsuddin Abbas juga memaknai majelis

ta’lim sebagai “Lembaga pendidikan non-formal Islam yang memiliki kurikulum

sendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang

relatif banyak”.30

Helmawati menuturkan bahwasanya majelis ta’lim biasanya sebgai

tempoat mencari ilmu, mengabarkan suatu ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu-

ilmu kehudupan sehingga bertujuan dapat membentuk akhlaq dan pribadi yang

baik. Kemudian dengan begitu dapat membekas bagi mutaallim untuk selanjutnya

dapat disampaikan dan menjadi ilmu yang bermanfaat31

Dilihat dari berbagai sejarah Islami, Majelis Ta’lim telah berkembang

dengan berbagai dimensi sejak zaman Rasulullah SAW. Yang kemudian dalam
29
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam
Pendalaman Ajaran Agama Melalui Majelis Ta’lim, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan,
2007), hal.32.
30
Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim: Petunjuk Praktis Pengelolaan dan
Pembentukannya, (Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009), hal. .2.
31
Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim : Peran Aktif Majelis
Ta’lim Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), 85-86

26
27

catatan sejarahnya terbentuklah berbagai jenis kelompok pengajian yang biasa

disebut dengan halaqoh, yaitu kelompok pengajian di Masjid Nabawi atau Masjid

al-Haram. Dikenal dengan kebiasaan memberi tanda dari pilar masjid yang

digunakan untuk dapat berkumpulnya jama’ah dengan salah satu pimpinan atau

ulama terpilih.32

Selanjutnya pada periode madinah, nab juga menyelenggarakan majelis

dengan berbaga macam pebgajan bagi kaum muslimin untuk menyiarkan agama

islam sekaligus membentuk karakter umat dengan ketaatan dalam mengatur

pemerintahan dan membina kehidupan bermasyarakat.33

Majelis Ta’lim At-Tadzkir berpusat di Kota Bumi Tangerang, yang berdiri

pada tahun 1962 dibawah bimbingan KH. Muhammad Nur Ghazali Saiful Islam. 34

Majelis Ta’lim At-Tadzkir diberbagai daerah Indonesia hingga mancanegara

melakukan Perluasan dilakukan oleh murid-murid yang belajar di Majelis Ta’lim

At-Tadzkir. Murid tersebut adalah seorang yang dianggap bisa untuk mengajarkan

dan menyebarkan ajaran-ajaran tentang dzikir kepada masyarakat.

Cabang perluasan majelis ta’lim At-Tadzkir, berada di Kecamatan

Seberang Ulu I Kota Palembang yang didirikan oleh Ustadz Masrizal pada tahun

2009. Awalnya beliau masih domisili di Tangerang dan masih mengaji dengan

Eyang Nur, namun sebulan sekali beliau diperintahkan Eyang Guru untuk

menyebarkan dzikir di Palembang dan belum menetap. Lalu pada tahun 2012

32
M. Arifin,Kapita Selekta Pendidikan (Cet.II; Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 118)
33
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam (Cet.I; Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995),
hal.203
Wawancara dengan Buya Masrizal,selaku pembina majelis talim Attadzkir, tanggal 29
34

Oktober 2021 pukul 21.00 di Ta’lim Attadzkir, Kertapati, Palembang.


28

beliau diperintahkan Eyang untuk hijrah dan menetap di Palembang untuk

menyebarkan agama dan dzikir.

Menyebarkan ilmu agama di Kertapati ini memiliki kesulitan, sehingga

ustadz Masrizal atau yang biasa dipanggil Buya harus melakukan pengenalan

kepada jamaah majelis Ta’lim dengan keadaan sosial keagamaan masyarakat

setempat, yang saat itu masih kurang pengetahuan tentang agama serta percaya

dengan ajaran leluhur.

Berawal dari hijrah Buya Rizal dan keluarganya Tahun 2009 merintis ke

kota Palembang dengan bermodalkan takwa saja, memboyong kedua anak nya

serta istrinya. Yang mana beliau adalah berasal dari Sumatera Barat yang

kemudian berhijrah ke Bekasi dengan profesi dagang, kemudian dari situlah

beliau menganl Eyang guru At-Tadzkir yang berpusat di Tangerang. Lalu setelah

beliau diperintahkan ke Palembang maka beliau merintis dengan berdagang baju

dipasar 26 ilir selama kurang lebih setahun. Qodarullah buya dan istri kembali

mendapat ujian dari Allah yaitu diperintahkan oleh Eyang Nur untuk memberikan

atau menghibahkan semua barang dagangan beliau kepada jamaah tanpa disisakan

satu pun. Dengan syarat untuk memulai hijrah dengan tekad kepada Allah dan

tidak boleh mengemis, menerima, apalgi meminta-minta kepada jamaah. Ujar

beliau : “Kita memang diperintahkan berjuang untuk majelis At-Tadzkir ini benar-

benar karena Allah swt semata”.35

Pada tahun-tahun pertama Buya Rizal selaku pembina majelis ta’lim At-

Tadzkir cabang Palembang, tidak menggunakan ceramah ataupun dzikir, tetapi

Wawancara dengan Buya Masrizal, Selaku Pembina majelis attadzkir, tanggal 10


35

November 2021 pukul 21.00 di Ta’lim Attadzkir, Kertapati, Palembang.


29

dengan pengobatan masyarakat yang terkhusus mempunyai masalah dalam sakit

jiwa dengan rukyah dan sejenisnya. Lalu ada juga pembinaan untuk remaja yang

sedang pada masa labil dan ego yang tinggi. dan setelah itu mereka bergabung

bersama majelis ta’lim At-Tadzkir kertapati, murid- murid tersebutlah yang

membantu mensyi’arkan majelis ta’lim at- tadzkir dan mengajak remaja lainnya

untuk bergabung belajar dan mengikuti pengajian yang dilaksanakan majelis

ta’lim At-Tadzkir Palembang.

Demikianlah berdirinya talim dari majelis ta’lim At-tadzkir mengajak

masyarakat menjadi jama’ah. Dan kini dengan rukyah tersebut hanya sebagai

hanya lain hal dari dzikir. Kini di majelis ta’lim At-tadzkir cabang kertapati,

Palembang sudah berdakwah secara haqiqi dengan menyampaikan ayat-ayat Allah

dan mendekatkan diri kepada Allah dengan cara berdzikrullah.

Pada awal berdirinya, majelis ta’lim At- tadzkir hanya memiliki 3 keluarga

saja, yang dalam tiga keluarga tersebut berkisar 4 orang saja. Setiap malam senin

dan malam jum’at mengadakan pengajian di majelis ta’lim itu sendiri. Kemudian

barulah bertambah beberapa jamaah yang mengajak keluarga, tetangga, serta

teman terdekat dari masing- masing jamaah. Tujuan awal mereka bergabung yaitu

untuk merukyah dirinya, dan ada juga yang ingin meminta solusi dalam masalah

rumah tangga. Yang mana dapa dikatakan bahwa mereka yang datang ke majelis

memang untuk menyelesaikan maslahnya, jadi syi’ar pertama kali yang dilakukan

oleh Buya Rizal dengan cara seperti itulah. 36 Buya Rizal juga menyebarkan

dakwahnya dengan mengisi ceramah rohani dan beberapa pengajian diberbagai

Wawancara dengan Buya Masrizal, Selaku Pembina majelis attadzkir, tanggal 10


36

November 2021 pukul 21.00 di Ta’lim Attadzkir, Kertapati, Palembang.


30

daerah Palembang, mereka memulai mengikuti pengajian dan mengerjakan

amalan-amalan atau tugas rutin di majelis ta’lim At-tadzkir.

Jama’ah berasal dari selain wilayah kertapati, palembang. Tetapi banyak

juga jama’ah beliau berasal dari luar wilayah sumatera selatan, seperti di Padang

panjang dan padang pariaman, sumatera barat. Disana Buya Rizal mengisi

pengajiannya setiap sebulan sekali, untuk tiap minggu nya dibina oleh menantu

beliau yang sebelumnya adalah murid beliau di Palembang dan kemudian

diperintahkan untuk berhijrah ke sumatera barat. Dan kebetulan Buya Rizal

memang berasal dari Ranah Minangkabau begitupun menantunya yang sedang

membina cabang at-tadzkir disana.

Seluruh jamaah yang berasal dari berbagai kota dan binaan dari luar

palembang, diberi pemahaman tentang berbagai bentuk dzikir yang selalu

diingatkan oleh pembina untuk mengerjakannya. Berikut bentuk dzikir secara

umum yang dilakukan majelis-majelis dzikir lain, yaitu :

a. Dzikir dengan lisan

Dzikir dengan lisan dilakukan dengan kalimat-kalimat dziir baik secara

jahr (suara jelas) atau sir (samar). Dzikir dengan suara sir lebih

mengecilkan suara, maka tidaklah sanggup lidah menguraikannya, tidak

ada kata-kata yang dapat melukiskannya. (Moh Saefullah al-Azi : 194-

195). Kalimat-kalimat dzikir yang telah dicontohkan Rasulullah SAW

seperti Subhanallah, Alhamdulillah, Lailahaillallah, Allahuakbar,

Astaghfirullahal ‘azhiim.37

37
Moh Saefullah al-Aziz, 2005, Fiqih Islam Lengkap Pedoman Hukum Ibadah,
Surabaya : 194-195
31

b. Dzikir dengan fikir ( tafakkur )

Dzikir dengan fikir dilakukan dengan merenungkan ciptaan Allah SWT

disamping dapat memantapkan iman, juga dapat memberikan kemanfaatan

bagi kehidupan.

c. Dzikir dengan perasaan

Dzikir dengan perasaan dilakukan dengan berhusnuzhon kepada Allah

SWT merasakan indahnya rahmat yang telah diturunkannya kepada kita,

dengan merasa dekat dengan Allah SWT., merasa dilindungi, disayangi,

dan mendapat karunia dari Allah SWT.

d. Dzikir dengan keyakinan

Dzikir ini memiliki aqidah tauhid dalam perjalanan hidup, bahwa segala

sesuatu yang terjadi hanya menurut takdir dari Allah SWT

e. Dzikir dengan perbuatan

Dzikir dengan perbuatan dilakukan dengan sika taat dan patuh terhadap

aturan Allah SWT., baik dalam hal aqidah, ibadah, maupun muamalah.

Sehingga segala gerak dan langkah serta tutur kata memancarkan akhlaq

Allah SWT yang penuh rahmah, berbudi luhur, dan jauh dari akhlaq

tercela.38

B. Bentuk Sosial Keagamaan Jama’ah Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Majelis ta’lim At-Tadzkir berdiri bermula dari pengajan yang diikuti oleh

para remaja yang kemudian barulah diikuti oleh bapak ibu yang cukup dibilang
38
Finni, Awalina. Makalah Zikir dan Do’a, hal. 8
32

lansia. Bermula dua keluarga yang mengikuti pengajian dengan dalih ingin

berobat dengan cara rukyah. Karena memang dari awal yang menjadi daya tarik

orang- orang masuk ke majelis ta’lim at-Tadzkir ini ialah untuk merukyah

dirinya.39 Tingkat pengetahuan jamaah majelis ta’lim yang pertama kali kurang

dalam pengetahuan keagamaan, itulah mengapa pertama kali Buya Rizal selain

merukyah mereka dari penyakitnya, juga memberikan pengetahuan ilmu agama.

Untuk respon masyarakat sekitar ta’lim semuanya baik, karena memang

masuknya majelis ta’lim dipalembang bukanlah hal yang baru. Karena banyak

juga terdapat jenis-jenis pengajian lain didaerah tersebut. Tujuan majelis ta’lim

At-Tadzkir ini juga bukanlah hanya sekedar mengajak orang-orang untuk mengaji

lalu pulang, karena hal seperti itula sudah biasa dilakukan oleh masyarakat awam.

Akan tetapi At-tadzkir memiliki tujuan sendiri yaitu mengisi ruh seseorang untuk

lebih dekat dengan Allah dan meminta hanya kepada-Nya. Karena manusia

memiliki banyak kebutuhan, maka dari itu tempat yang baik untuk meminta

segalanya hanyalah pada Allah dengan cara mengerjakan segala yang

diperintahkannnya. Itulah cara yang dilakukan jamaah majelis ta’lim at-tadzkir

untuk merayu sang Khaliq.

C. Keadaan Pendidikan Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Dari segi pengetahuan agama, majelis ta’lim At-tadzkir usai memberikan

pengajaran kepada jamaahnya. Kegiatan yang dibiasakan pengajian majelis ta’lim

39
Finni, Awalina. Makalah Zikir dan Do’a, hal. 9
33

At-Tadzkir palembang yang diadakan setiap minggunya memberikan banyak

pengalaman serta hal baru bagi jamaahnya, sesuai dengan tujuan diawal tadi untuk

mendekatkan diri keada Allah SWT dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Mereka merasakan sendiri kehidupan yang nyaman dan tenang serta menjadi

pribadi yang kuat dan sabar dalam menghadapi hidup. Dan memiliki semangat

yang lebih lagi untuk mencari ilmu di majelis ta’lim At-tadzkir, semangat bekerja

mapun kegiatan lainnya.

Dalam majelis ta’lim ini terdapat jamaah yang berasal dari golongan

tenaga pendidik, misalnya dosen dan guru. Lalu karena mereka memiliki juga

kelebihan dalam keilmuan-Nya maka mereka juga ditunjuk dalam kestrukturan

penegak dalam dakwah majelis ta’lim Attadzkir ini. Lingkungan sekitar ta’lim ini

memiliki banyak perubahan dari pola pikir masyarakatnya, sampai ke prilaku nya,

yang awalnya mereka kurang respek sampai ada yang mencari maslah dalam hal

sangketa lahan, tetapi sekarang semuanya telah saling ikhlas dan berlapang dada.

Mereka juga sesekali mengikuti kegiatan jamaah majelis ta’lim At-Tadzkir,

perubahan yang signifikan terlihat dari mereka yang mulai mau belajar ilmu

agama dan mengamalkan perintah perintahNya yang kemudian membuat

kehidupan mereka menjadi lebih tenang dari sebelumnya.

D. Cara Pelaksanaan Dzikir Majelis Ta’lim At-tadzkir

Majelis Ta’lim At-Tadzkir cabang Palembang telah mengamalkan

kegiatan dzikir selama 9 Tahun. Dilihat dari nama majelis itu sendiri yaitu dzikir
34

asma’ul husna yang berarti dzikrulAllah dengan menyebut asma’Nya. Sehingga

jamaah majelis ta’lim at-tadzkir benar-benar bermula dengan membaca asma’ul

husna dan dibimbing oleh pembina Nya. Karena siapa pun yang senantiasa

mengingat Allah maka Ia tidak akan meninggalkan hambaNya.

Bacaan yang dilafazhkan setiap berdzikir ialah hampir sama dengan

bacaan dzikir lainnya, hanya saja dalam majelis ini lebih terfokuskan dengan

peyebutan Asma’ Allah. Sifat-sifat Allah yang sehingga bagi jamaah tidak hanya

untuk berdzikir namun bisa juga meresapi makna dari asma’Nya dan diharapkan

untuk bisa mengamalkan asma’nya dalam kehidupan sehari-hari agar menjadi

pribadi yang lebih baik lagi. Karena untuk kenal Allah SWT yaitu harus dengan

mengenal sifatNya, namaNya, dan mengenal ciptaan-Nya.40

Pelaksanaan dzikir berjamah diadakan setiap malam senin dan malam

jum’at, diadakan juga setiap bulannya untuk mengaji burdah seluruh jamaah dari

berbagai cabang. Untuk pembelajaran dan pelatihan untuk jamaah dilakukan pada

setiap malam jum’at diisi oleh bapak-bapak, begitupun untuk perempuan dan ibu-

ibu dilatih untuk belajar dakwah disetiap malam senin. Dzikir merupakan amalan

yang paling utama, namun bukan hanya dzikir asma’ul husna tapi juga

menerapkan sholat malam dan juga ceramah yang dijelaskan diatas tadi.

Proses pelaksanaan dzikir ini semua sama sesuai arahan dari yang membina

Majelis Ta’lim At-Tadzkir pusat di Tangerang yaitu Eyang KH. Muhammad Nur

Ghazali Saiful Islam. Sebelum dzikir dimulai, jamaah bersama-sama memulai

Wawancara dengan Buya Masrizal, Pembina majelis talim at-tadzkir, tanggal 15


40

November 2021 pukul 21.00 di Ta’lim Attadzkir, Kertapati, Palembang.


35

dengan membaca Asma’ul Husna dan sholawat nabi. Susunan acara pelaksanaan

Dzikir tersebut antara lain :

a. Pembukaan

Pembukaan majelis dengan sholat Isya’ berjamaah lalu dimulai dengan

pembacaan Asma’ul Husna oleh jamaah dzikir majelis ta’lim Attadzkir. Lalu

dimulai oleh MC untuk membuka pengajian dan diserahkan kepada jama’ah

yang bertugas seperti mengisi kultum untuk melatih berdakwah.

b. Siraman Rohani/ Ceramah

Sebelum dzikir dimulai yang dipimpin langsung oleh Buya Rizal, beliau

mengajak untuk dzikir terlebih dahulu diawal berupa Istighfar dan Hasbiyallah

wani’mal wakiil ni’mal maulaa wani’man nashiir. Kemudian beliau memulai

tausiyah rohani nya serta memberikan amalan-amalan dalam dzikir Nya.

Amalan- amalan dzikir yang kemudian dipimpin oleh pembina dan diikuti

jamaah memberikan makna tersendiri. Terpaut dengan isi dari ceramah yang

disampaikan oleh Buya Masrizal itu sendiri, berisikan tentang nasehat-nasehat,

ilmu, dan lain sebaginya. ceramah adalah jenis pidato yang isinya berkaitan

dengan masalah pendidikan, ilmu pengetahuan atau keagamaan. Ceramah

biasanya berisi nasehat-nasehat atau petunjuk-petunjuk yang bertujuan untuk

meyakinkan pendengar atau pembaca.

c. Dzikir Berjamaah

Dzikir merupakan ibadah yang paling ringan, Kemudian Dzikir berjamaah

di majelis ta’lim At-tadzkir dilakukan saat tausiyah berlangsung, dan juga


36

diselipkan beberapa doa dan hajat disela dzikir berjamaah tersebut.

Pelaksanaan dzikir ini dipimpin langsung oleh Buya Rizal dengan melafazhkan

dzikir Asma’ul Husna. Selain itu beliau mengucapkan do’a dalam bahasa

Indonesia seakan akan sedang mengadu kepada Allah, sementara jama’ah

sambil terus berdzikir dan sampai menangis meminta ampun pada Allah SWT.

lalu ditutup dengan do’a.

d. Sholat Malam Berjamaah

Saat semua urutan selesai maka dilanjutkan sholat sunnah berjamaah, yang

mana ditentukan oleh Buya Rizal dan sesuai perintah atau tugas dari yang

biasanya diberikan oleh Eyang Nur Allahuyarham. Sholat sunnah ini ada

beberapa macam nya sesuai dengan keadaan seperti sholah sunnah taubah,

sunnah hajat, sunnah nurul maghfiroh, dll.

Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa yang

paling afdhal setelah puasa Ramadhan ialah puasa bulan Muharram. Dan sholat

fardhu ialah sholat malam”. Sedangkan amalan sunnah Nabi Muhammad SAW

ini dikerjakan sebanyak 11 atau 13 rakaat paling utama. “Nabi SAW

melakukan sholat sejumlah sebelas rakaat. Itu lah sholat beliau.” dan “Beliau

melaksanakan sebanyak tiga belas rakaat.” (HR. Bukhori)

Sama halnya dengan sholat sunnah yang dicontohkan Rasulullah SAW,

dimajelis ta’lim Attadzkir biasanya juga mengerjakan sholat tersebut, akan

tetapi ada banyak jenis sholat sunnah yang lain seperti yang biasa dikerjakan

jamaah majelis ta’lim. Sholat sunnah nya mengikuti yang diperintahkan oleh

Eyang Nur , dimana sholat sunnah ini dikerjakan sesuai dengan keadaan dan
37

tujuan setiap jamaah. Pada intinya semua sholat sunnah bisa dikerjakan dimana

saja dan kapan saja, asal tetap sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh Nabi

untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allh SWT.

e. Istirahat

Setelah rangkaian acara mingguan di majelis ta’lim Attadzkir ini usai,

jamah beristirahat terlebih dahulu berbincang-bincang, bertukar pikiran antar

jamaah, kemudian masing-masing jamaah ada yang ingin melanjutkan rukyh

atau curhat masalah dalam hidup atau keluarganya bisa langsung menemui

Buya Rizal. Kegiatan terakhir ini biasanya sudah termasuk kedalam akhir

pengajian.41

Dzikir dikerjakan dengan khidmat dan khusyu’. Ada banyak macaam

dzikir yang dilafazhkan dan diamalkan jamaah majelis ta’lim Attadzkir

Palembang yang darinya membuat jamaah karena mereka merasakan hatinya

lebih dekat dengan Allah. Mereka kemudian teringat akan dosa-dosa yang telah

diperbuat pada masa lalunya, tak lupa para jamaah mengirimkan doa-doa

kepada keluarganya baik yang masih ada maupun telah tiada. Oleh karena itu

kegiatan dzikir dimajelis ta’lim Attadzkir ini dirasakan mampu untuk

mengingatkna para jamaah untuk kembali mengingat Allah SWT yang Maha

Kuasa.

Pengamalan atau tugas yang telah diberikan oleh pembina haruslah

dikerjakan individu oleh jamaah majelis ta’lim Attadzkir Palembang. Dan

dianjurkan untuk melafazhkannya dimanapun dan kapanpun didalam hati

Observasi, di Majelis Ta’lim At-Tadzkir tanggal 15 November 2021, Kertapati,


41

Palembang .
38

mereka serta mengerjakan sholat sunnah yang diberikan oleh pembina. Karena

diharapkan bagi jamah majelis ta’lim At-Tadzkir ini mampu memahami makna

dan mengamalkan dzikir bukan hanya ketika berada dimajelis saja. Akan tetapi

dimanapun mereka berada tetap berdzikir kepada Allah SWT.


BAB IV
WAWASAN DZIKIR ASMA’UL HUSNA DI MAJELIS TA’LIM
AT-TADZKIR

A. Sejarah Mulainya Pembacaan Dzikir Asma’ul Husna Di Majelis Ta’lim

At-Tadzkir

Penerapan Living Qur’an di sebuah Majelis Ta’lim atau yang kini sudah

menjadi sebuah Yayasan Pendidikan Islam sudah menjadi hal yang tak asing.

Dalam hal ini Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir menerapkan pembacaan Dzikir

Asma’ul Husna untuk diterapkan qur’an hidup di masyarakat.

Asal mula terbentuknya kegiatan Dzikir Asma’ul Husna yang dibaca

setiap akan memulai majelis tak lepas dari peran pembina Majelis Ta’lim yang

menginginkan jamaahnya yang sudah dianggap sebagai muridnya agar selalu

mengamalkan dzikir asmaul husna ini. Karena terdapat banyak fadhilah yang

dapat dipakai dalam kehidupan sehari- hari khususnya jika mereka menginginkan

sesuatu kepada pencipta-Nya, maka dengan cara menyebut Asma’Nya-lah yang

memiliki banyak makna dan bisa diterapkan dalam pengamalan kehidupan.

Karena dzikir Asma’ul Husna sudah jelas menggunakan nama-nama yang baik

seperti menginginkan rezeki, maka dengan melafazhkan dzikir Yaa Fattah Yaa

Razzaq memiliki arti yang Maha Pembuka Rezeki.

Dalam majelis perkumpulan pengurus dan pembina jamaah Majelis Ta’lim

At-Tadzkir itu sendiri memurtuskan untuk menerapkannya sebagai peraturan

wajib yang dibaca ketika akan memulai Ta’lim dengan pembacaan dzikir Asma’ul

Husna. Tujuan daripada Eyang Guru KH. Nur Ghazali sendiri adalah agar dzikir

39
40

asma’ul husna ini menjadi washilah dan keistiqomahan bagi jamaahnya dalam

menjalani kehidupanNya.

         
   
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah",
kemudian mereka tetap istiqamah. Maka tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.42

Setelah Eyang Nur mendirikan Majelis Ta’lim ini, beliau membiasakan

dan mengajak para jamaahnya untuk selalu berdzikir Asma’ul Husna dengan

Istiqomah. Karena setelah beliau merasakan sendiri efek yang baik dalam

kehidupanNya, maka dari itu beliau berusaha meyakinkan para jamaahnya untuk

istiqomah juga dalam dzikir Asma’ul Husna rutin setiap hari. Khususnya

dibacakan ketika akan memulai ta’lim secara berjamaah sambil menyebutkan

hajatnya masing-masing. Tujuannya selain mendapat berkah dari pengamalan

Dzikir Asma’ul Husna dan juga merupakan salah satu cara agar jamaah majelis

ta’lim At-Tadzkir agar dapat mengamalkan dzikir ini tanpa pernah tinggal.

Karena dikhawatirkan ketika tidak diterapkan sebagai wirid, ada sebagian jamaah

yang mungkin saja lupa untuk membacanya secara rutin.43

Wirid adalah amalan yang rutin dibaca dengan istiqomah. Wirid yang

diamalkan secara istiqomah memberikan manfaat di dunia dan di akhirat, karena

akan mendaatkan dari wirid itu pasti baik dan punya fadhilah tersendiri.44

42
QS. Al-Ahqaf (46) :13
43
Wawancara dengan Buya Masrizal, selaku pembina Majelis Ta’lim At-Tadzkir
Palembang, 05 Desember 2021.
44
Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarifudin Nawawi Syafi’i, At-Tibyan Fi Adabi
Hamalatil Qur’an,... hlm. 55.
41

       


     
      
       
        
    

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah"


kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan
turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang
telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah pelindung-pelindungmu dalam
kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang
kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.

Amalan pembacaan dzikir Asma’ul Husna ini merupakan suatu kebiasaan

yang harus dibaca oleh Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir karena umumnya

merasakan dampak positif dari pengamalan Dzikir Asma’ul Husna karena mereka

merasakan dan meyakini sendiri keutamaan (fadhillah) bahwa dengan

mengamalkan Dzikir Asma’ul Husna mereka akan dilapangkan hatinya,

dimudahkan urusannya, dan diberi ketenangan dalam hidupnya.

Dzikir merupakan salah satu cara aplikasi hamba yang beriman untuk

mengekspresikan bentuk keingatan, kerinduan, dan kebutuhan kepada Allah

SWT. Karena sebagai makhluk independent, dalam menghadapi kehidupan yang

dipercayakan kepadaNya, manusia membutuhkan sesuatu bersifat kemanusiaan

tentu saja dalam hal ini adalah Allah. Dengan dzikir kepada Allah hati manusia
42

akan tenang dan akan dpat memberikan kesembuhan terhadap sakit yang

dideritanya.45

Manusia semakin menyadari bahwa Allah yang Maha Penguasa senantiasa

mendengar dan mengabulkan permohonan hambaNya. Dan mendekatkan diri

kepada Allah adalah kenikmatan yang bukan hanya sekedar aplikasi bentuk cinta,

akan tetapi memberikan efek positif pada diri seseorang.

Nabi Muhammad SAW, bersabda:

َ‫صاهَا َدخَ َل ْال َجنَّة‬


َ ْ‫احدًا َم ْن َأح‬
ِ ‫ِإ َّن هَّلِل ِ تِ ْس َعةً َوتِ ْس ِعينَ ا ْس َما ِماَئةً ِإالَّ َو‬

Artinya : “Sesungguhnya, Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu.


Barangsiapa yang menghafalnya ( menghimpun, memahami, dan
mengamalkannya), maka ia akan masuk surga” (HR. Bukhori dan Muslim
dari Abu Hurairah ra) (Muslim,1977: 1409)

Asma’ul Husna dapat digunakan untuk berdo’a. Bahkan Nabi Muhammad

SAW, berpesan kepada Sayyidatuna Aisyah r.a agar selalu membaca Asma’ul

Husna di setiap do’anya.46

        


       
    
Artinya : “Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan

45
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:
Dana Bhakti Prima Yasa, 1998) hlm. 191
46
Ahmad Zahro, Kuliah Solusi Spiritual Al-Qur’an, (Jakarta: Qaf Media Kreativa), Cet.I,
Mei 2018, hal. 281
43

sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam


hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang”.

Pada hakikatnya, orang yang sedang berdzikir adalah orang yang sedang

berhubungan dengan Allah, berbincang dan curhat dengan Allah. Seseorang yang

senantiasa mengajak orang lain untuk kembali kepada Allah memeiliki

kekhususan dalam melakukan dzikir dibanding muslim lainnya. Dalam Al-

Qur’an, Allah mengingatkan kepada manusia tentang pentingnya senantiasa

berdzikir kepadanya. Allah menyertakan dalam Al-Qur’an 268 ayat yang

didalamnya terdapat kata dzikir memiliki dengan semua bentuk derivasinya.47

a. Proses Pembacaan dan Pelaksanaan Dzikir Asma’ul Husna Di Majelis

Ta’lim At-Tadzkir

Dalam pelaksanaan Dzikir Asma’ul al-Husna Di Majelis Ta’lim At-Tadzkir

memiliki ciri khas tersendiri, selain membacakannya setiap akan memulai Ta’lim

juga dipakai menjadi amalan tersendiri bagi jamaah. Mereka akan diberikan tugas

dalam perhari nya, melafazhkan beberapa dzikir asmaul husna sesuai dengan

kebutuhan nya. Beliau menganjurkan mengamalkan dzikir dengan jumlah yang

lebih banyak dan diimbangi sholat sunnah sesuai yang diperintahkan oleh

pembina.

Kemudian setelah memahami adab-adab berdzikir dapat dipahami bahwa

mengerjakan dzikir tidak boleh dikerjakan dengan sesuka hatinya tanpa melihat

syarat-syarat yang telah dijelaskan diatas. Ketika mengerjakan dzikir akan terasa

47
Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi’, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfai al-Qur’an al-Karim,
(Qahirah: Dar al-Hadits, 1422 H/2001 M) h. 332-337.
44

manfaatnya apabila mengerjakannya sesuai dengan syariat dan dengan keadaan

yang benar-benar siap untuk menghadap Allah SWT.48

Pada proses dzikir ini akan dijelaskan beberapa urutan dalam pelaksanaan

dzikir asma’ul husna yang biasa dipakai oleh jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir.

Proses pelaksanaan dzikir Asma’ul Husna secara berjamaah adalah sebagai

berikut:

1. Tawassul

Tawassul adalah beradab kepada Allah, karena kita kenal dengan Allah

lewat makhluk, tawassul bukanlah tentang memita kepada makhluq. Zahirnya

jasad menghadap kepada makhluq dan batinnya penghadapan seorang hamba

kepada tuhannya. Suatu amalan yang berasal dari kata wasilah (suatu jalan) dalam

kalangan ilmuwan agama maupun masyarakat awwam yakni kepercayaan ummat

Islam.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW juga bersabda:

‫َاب هللاِ َو ُسنَّةَ نَبِيِّ ِه [رواه مالك‬ ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم َأ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬


َ ‫َضلُّوا َما تَ َم َّس ْكتُ ْم بِ ِه َما ِكت‬ ُ ‫تَ َر ْك‬
Artinya: “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua
perkara, selama-lamanya tidak akan tersesat jika kamu sekalian
senantiasa berpegang kepada keduanya; Kitabullah dan Sunnah
Nabi-Nya.” [HR. Malik]49

Adapun rangkaian prosesi tawassul pembacaan dzikir Asma’ul Husna

secara umum terlebih dahulu diawali dengan pelaksanaan sholat isya berjama’ah

48
Wawancara dengan Buya Masrizal, selaku pembina Majelis Ta’lim attadzkir, pada
tanggal 10 Desember 2021, Pukul 20.00
49
Abu Abdillah Malik Bin Anas, Al-Muwatho’ bi Riwayati Yahya bin Yahya al-Laitsi,
Bab Jami’, No 1619 (Beirut: Dar Al-Kitab Al—Alamiah,198), hal. 502
45

di Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang. Setelah itu dilangsungkan pembacaan

tawasul pertama sebagai berikut :

Al- Faatihah.

         


        
       
      
 

Artinya : “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi


Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di hari Pembalasan.
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”50

Surat Al-Fatihah merupakan induknya Al-Qur’an, induknya ibadah. Dalam

makna “Tunjukilah kami ke jalan yang lurus”.51 Pembacaan tawassul yang diawali

dengan surah al- fatihah dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.,

diharapkan sampai hajat jamaah untuk para guru- guru yang telah memberikan

ilmunya, sehingga para jamaah kini dapat lebih memahami agama dengan

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kemudian al- fatihah selanjutnya juga

dikirimkan kepada keluarga- keluarga jamaah yang masih ada maupun yang telah

tiada. Tidak hanya itu, al-fatihah selanjutnya dikirimkan kepada tetangga, kerabat,
50
QS. Al-Faatihah(1): 1-7.
51
Ahmad Zahro, Kuliah Solusi Spiritual Al-Qur’an, (Jakarta: Qaf Media Kreativa), Cet.I,
Mei 2018, hal. 176
46

orang yang suka maupun tidak suka diharapkan Allah bukakan pintu hidayah dan

mengampuni nya. Tak lupa juga yang terakhir dikirimkan al-fatihah kepada diri

masing-masing agar senantiasa selalu ingat dan bersyukur atas nikmat yang telah

diberikan-Nya dan mencintai dirinya sendiri.

Kemudian wirid yang wajib dilafazhkan yaitu Hasbiyallah wa ni’mal

wakiil, ni’mal maulaa wani’mannashiir. Dzikir ini memiliki banyak sekali

fadhilahnya sehingga jamaah majelis ta’lim At-Tadzkir diperintahkan untuk

melafazhkan dzikir ini. Menurut Syekh Ali Jaber, jika wirid tersebut dibaca secara

khusyu’ dan penuh keyakinan, maka Allah akan mempermudah segala urusan di

dunia. Bukan hanya itu, segala hajat dan do’a yang selama ini diharapkan tidak

akan lama lagi akan dikabulkan oleh Allah SWT.52

2. Yaa Lathif Anta Robbi, Yaa Razzaq Anta Robbi.

Melafazhkan dzikir ‘Asma diatas memiliki makna Yang Maha Lembut

Engkaulah Tuhanku, Yang Maha Pemberi Rezeki Engkaulah Tuhanku.

Maksudnya disini adalah ialah Allah yang telah memberikan rezeki kepada

hambaNya. Sesuai dengan asma dan sifat-sifat Allah SWT., maka jamaah majelis

Ta’lim At-Tadzkir mengambil beberapa bagian dari nama- nama baik bagi Allah

yaitu Asma’ul Husna.

Manusia adalah makhluk sosial yang dapat meminta bantuan kepada

manusia lain. Namun, manusia tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhannya

sendiri kecuali dengan rezeki dari Allah SWT., teladan dari dzikir diatas adalah

meminta rezeki kepada-Nya. Dan membantu menolong sesama dalam kebaikan

52
Youtube Moch Hisyam, Portal Jember.com, 23 November 2021.
dapat menghindarkan dari sifat kesombongan.53 Allah SWT berfirman dalam QS.

Al-a’raf ayat 156 :

        


      
“... dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan
rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat kami".

3. Allah Allah Yaa Kholiq, Allah Allah Yaa Malik.

Disebutkan dalam Al-Qur’an :

        


         
     
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah
Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari
langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu
berpaling (dari ketauhidan)?”54

          


 

53
Wawancara dengan Buya Masrizal, Selaku Pembina Majelis Ta’lim At-Tadzkir, 07
Desember 2021. Pukul 21.15 WIB
54
QS. Faatir (35): 3.

47
48

“Maka Maha Tinggi Allah, raja yang sebenarnya; tidak ada Tuhan
selain Dia, Tuhan (yang mempunyai) 'Arsy yang mulia”.55

4. Yaa Jabbar Yaa Qohhar, Yaa Mubiin Yaa Allah.

Sama halnya dengan dzikir Asma’ul Husna sebelumnya, yaa Jabbar yaa

Qahhar yaa mubiin yaa Allah juga memiliki makna yang dalam yaitu makna Al-

Jabbar sebagaimana diriwayatkan dari Tafsir Ibnu Abbas beliau mengatakan

bahwa makn Al-Jabbar adalah yang Maha Agung. yang memiliki segala

keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS.Al-Hasyr

59: 23)

         


      
   
56

Kemudian sembari melafazh dzikir Asma’ul Husna diatas, guru pembina

yaitu Buya Masrizal akan memimpin do’a. Yang mana do’a tersebut ditujukan

kepada seluruh anggota jama’ah majelis Ta’lim At-Tadzkir beserta keluarga,

saudara, serta tetangganya. Maksudnya disini adalah bertujuan agar lebih

tersentuh hati jamaah, karena didalam do’a yang disampaikan merupakan isi hati

dan tujuan dari seluruh jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang.

Selanjutnya jama’ah hanya meng- Aamiin kan do’a-do’a tersebut, banyak dari

mereka yang merintih dan menangis seolah benar-benar dzikir ini menyentuh hati

mereka didalam kehidupannya.

55
QS. Al-Mu’minun (23) :116
56
QS.Al-Hasyr 59: 23
49

5. Do’a

Do’a yang dipanjatkan secara berjama’ah adalah berisikan hajat-hajat dan

curahan hati jamaah. Didalam doa ini juga tidak lupa untuk bertawajjuh atau

bermuwajahah langsung kepada Allah SWT., dengan mengirimkan al-Fatihah

kepada Nabi, keluarga, serta diri masing- masing jamaah. Bacaan do’a juga tidak

ditentukan, diserahkan pada yang memimpin do’a setelah sholat berjama’ah.

Selanjutnya, isi dari do’a itu sendiri seperti meminta keselamatan dunia akhirat,

dilapangkan rezekinya, dimudahkan segala urusannya, dilunaskan hutang

piutangnya, diselesaikan masalah hidupnya, dilapangkan hatinya dalam

menghadapi setiap ujian yang Allah berikan, dan masih banyak lagi.57

6. Yaasiin Thoha Shollallah ‘ala Muhammad

Mengutip dari beberapa ayat dari fawatihussuwar dan sholawat kepada

Nabi, ini ditujukan agar dzikir nya lebih mudah sampai kepada pemahaman

masyarakat awwam dan jama’ah baru. Dengan demikian mereka akan merasakan

besar kenikmatan dari setiap lafazh dzikir yang mereka amalkan.

7. Tawassul Afdholu dzikri fa’lam annahu laailahaillallah.

Dzikir diatas dilafazhkan oleh jama’ah kemudian pembina atau yang biasa

dipanggil Buya Masrizal memanjatkan hajat-hajat dan do’a yang diiringi dzikir

oleh jamaah itu sendiri. Kemudian dilanjutkan dzikir berikut ini :

         




57
Wawancara dengan Buya Masrizal, Selaku Pembina Majelis Ta’lim At-Tadzkir, 07
Desember 2021. Pukul 21.20 WIB.
50

“ Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rezki


kepada yang di kehendaki-Nya dan Dialah yang Maha kuat lagi Maha Perkasa.”58

Selanjutnya setelah semua rangkaian dzikir selesai dikerjakan, maka

jamaah kembali bermunajat dan meminta segala yang dibutuhkannya kepada

Allah SWT., sampai semua benar-benar selesai dan diakhiri dengan sholat sunnah

taubat. Yang mana dalam hal ini sholat taubat dikerjakan secara berjama’ah. Akan

tetapi sholat sunnah taubat ini tidak selalu dikerjakan, kadangkala diperintahkan

sholat tasbih empat rakaat secara berjamaah.

8. Dzikir Daim.

Dzikir daim atau yang biasa dikenal dengan sebutan dzikir nafas, dzikir

qolbi, atau dzikir daim Allah. Ada satu karunia dari Allah yang sering kita

lalaikan dan sering kali tidak kita manfaatkan untuk bersyukur, yaitu karunia

nafas. Padahal ia merupakan tali hidup. Maka dengan ini penulis mengajak agar

kita memperbanyak dzikir dan rasa syukur kepada Allah dengan menggunakan

nafas kita.

Dzikir Daim atau dzikir nafas yang sering dilafazhkan dengan kata ‘HU’

yang merupakan sebutan dzikir nafas. Kemudian dari salah satu nama yang

diperdebatkan dalam masa sekarang ialah ‘HU’ selalu digunakan dalam kalimat

dzikir terutama pada dzikir nafas ini. Lalu dapat dilihat dari lafazh Allah yang

kemudian makna dzikir atau kata yang selalu bersanding dengan kalimat ‘hu’

memiliki makna yang suci, makna yang indah dikarenakan makna ‘Hu’ itu sendiri

merujuk kepada Allah swt. yang maha suci. Pada masa syeikh Muhammad Abduh

58
QS. Asy-Syura (42) : 19.
51

ada sahabat beliau yang bernama syeikh Ali Mahfuzh dalam kitab Al-Ibda’,

kumpulan tentang kritik bid’ah-bid’ah yang terjadi dari masa ia hidup sampai ia

menjadi ulama.

Salah satu yang menjadi isu berat disitu adalah berdzikir dengan Ismul

Fard dengan nama tunggal salah satunya adalah dzikir nafas ini yang belafzh ‘hu’.

Lalu syeikh Ali Mahfuzh rahmatullah ‘alaih dengan sangat objektif menyebutkan

pendapat yang memperbolehkan dengan yang tidak berdzikir dengan lafazh ‘hu’.

Misalnya al-arif athoillah pengarang kitab al-Hikam dan Syaikhul islam Ibnu

Taimiyah, dua orang ulama ini berkonflik mengenai kebolehan dzikir dengan

nama tunggal termasuk ‘hu’. Tetapi Ibnu Taimiyah menyatakan tidak boleh, dan

harus berdzikir dengan kalimat sempurna, dan kemudian dzikir ini hanyalah

warisan terdahulu bukan hal yang baru. Namun tidak masalah jika kita sebagai

orang yang cinta dzikir dan berguru dengan berdzikir ‘hu’, maka bukan menjadi

masalah jika dipakai untuk amalan diri sendiri untuk ketenangan bathin.59

Dzikir nafas atau dzikir qolbu ini selalu dipakai dalam majlis ta’lim

attadzkir, karena dari hasil wawancara bahwasanya terapi dzikir daim ini dapat

menyembuhkan diri dari segala macam penyakit. Contoh sedikit pada masa saat

ini yaitu covid yang banyak merubah semua kehidupan manusia. Menimbulkan

rasa kecemasan diri atau was-was yang kemudian dapat merontokkan cahaya

keimanan, maka harus dibenah dengan dzikir qolbu yaitu ‘hu Allah’ karena nafas

ini milikNya dan kita harus meminta segala sesuatu dengan menyebut nama-Nya.

Dalam praktiknya dzikr ‘hu’ ini dimulai dengan duduk senyaman mungkin sbelah

kaki bersila diatas, kemudian dalam penarikan nafas di qolbi dengan memulai
59
https://youtu.be/BwuNzTtaOXU... dilihat pada 30 Desember 2021
52

nafas satu garis dari perut ke ubun-ubun kemudian diarahkan ke bagian kanan

badan dan terakhir melafazhkan Allah dibagian qolbu (jantung).60

         


  
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.”61

       


“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”62

Berikut adalah langkah-langkah dalam berlatih membiasakan diri dengan dzikir

daim Allah :

Pertama : Lakukan rileksasi diri dengan posisi yang nyaman dan santai. Posisi

punggung diusahakan tegap. Hal ini akan membantu jamaah untuk semakin

mudah mencapai kondisi rileks (santai). Lalu amati dan ikuti nafas yang keluar

dan masuk dengan bebas. Ingat kita hanya mengamati nafas, bukan mengatur

nafas. Biarkan saja ia (nafas) keluar dan masuk dengan bebas. Lakukan hal ini

sampai anda merasa tenang dan tidak terbebani apapun .

Kedua : Iringi nafas kita dengan dzikir Hu Allah. Ketika nafas masuk, kita iringi

dengan dzikir/melafazhkan ‘Hu’ didalam bathin. Dan ketika nafas keluar, kita

iringi nafas kita dengan dzikir Allah. Lakukan hal ini hingga benar-benar merasa
60
https://youtu.be/BwuNzTtaOXU... dilihat pada 30 Desember 2021
61
QS. Al-A’raf (7): 28
62
QS.Al-Ahzab (33) : 41
53

dekat dan bersama Allah. Kita merasakan bahwa Allah lah yang telah

menggerakan nafas kita, memberikan anugerah kita hidup.

Ketiga : Gerakkan jiwa kita untuk mendekat ke Allah dan berserah diri kepada-

Nya. Caranya, ketika kita melafazhkan dzikir ‘Hu’ (dalam bathin), kita arahkan

jiwa kepada Allah yang Laisa kamitslihi syai’un, yaitu yang tak bisa kita

bayangkan seperti apapun. Ketika kita medzikirkan Allah (dalam bathin), kita

pasrahkan diri kepada Allah SWT.63

B. Tafsir QS. Al-A’raf ayat 180

       


        
Asmaul husna ini bisa dijadikan amalan berdoa dan berdzikir sehari-hari

bagi jamaah majelis ta’lim attadzkir. Berdasarkan tafsir al-Wajiz dari Wahbah

Zuhayli memberikan keterangan bahwa hakikatnya manusia akan selalu

menyebut-Nya dalam situasi apapun. Misal ketika manusia dalam keadaan sulit

rezeki, maka ia akan cenderung membutuhkan satu Dzat penolong yang Maha

memberi rezeki. Atau ketika manusia dalam keadaan banyak masalah, maka ia

membutuhkan suatu dzat penolong yang Maha Meluaskan keadaan hati.

Maka dari itu, dalam surat Al-Araf ayat 180 Allah berfirman “Maka

bermohonlah kepadaNya dengan menyebut Asmaul Husna”. Menurut penuturan

Wahbah Zuhayli, anjuran Allah ini mencakup doa dan ibadah. Selain berdoa,

berdzikir dengan Asmaul Husna juga dianjurkan karena Rasulullah SAW

Wawancara dengan Buya Masrizal, Selaku Pembina Majelis Talim At-Tadzkir, 14


63

Desember 2021, Pukul 21.00 WIB.


54

bersabda “Tidak akan datang hari kiamat, selagi masih ada yang menyebut Allah..

Allah” (HR. Muslim). Dalam hadits yang dikeluarkan oleh Abu Daud dan Ibnu

Majah, Rasulullah saw juga menganjurkan untuk membaca lafazh- lafazh asmaul

husna ketika dalam kondisi gundah, “Allahu allahu rabbi, laa usyriku bihi syaian”

(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Kemudian surah Al-Araf ayat 180 diturunkan untuk membantah

pertanyaan orang musyrik tersebut dengan menegaskan asmaul husna adalah

mutlak milik Allah SWT dan bukan milik selain dari padanya.

Dari beberapa penafsiran dari ulama dan mufassirin mengenai ayat ini,

penulis bertujuan untuk memberi pemahaman tentang betapa hebatnya makna

dzikir asmaul husna ini bila ditinjau dari segi penafsiran, dan memiliki hubungan

yang signifikan untuk dijadikan pedoman dalam memaknai surah al-araf ayat 180

dengan asmaul husna. Seperti yang dijelaskan oleh para mufassir bahwasanya

orang-orang jika membutuhkan maka mintanya hanya kepada Allah, karena Ia lah

Maha Pemlik semesta beserta isinya. Dengan begitu, manusia diperlukan cara

tersendiri untuk mencapai pada taraf memohon kepada sang Khaliq yaitu berupa

dengan cara mengamalkan dzikir asamaul husna dengan metode dzikir daim atau

dzikir qolbu dan nafas. Diharapkan jamaah akan terbiasa untuk berkomunikasi

dengan sang pemilik kehidupan.

C. Pengaruh Dzikir Asma’ul Husna bagi jama’ah Majelis Ta’lim At-


Tadzkir Palembang
a. Makna Objektif Pembacaan Dzikir Asma’ul Husna
55

Ketika penulis melihat tradisi pembacaan Dzikir Asma’ul Husna sebagai

dzikir harian dan wirid dalam pengajian dzikir di Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Palembang teori sosiologi pengetahuan.

Makna objektif ialah tindakannya dihadapi secara langsung64. Pembacaan

dzikir Asma’ul Husna ini sudah menjadi kebiasaan rutin yang dilakukan oleh

jamaah majelis ta’lim At-Tadzkir. Hal ini berdasarkan keterangan salah satu

jamaah majelis Ta’lim At-Tadzkir yang bernama Fadilla Maulani saat penulis

melakukan wawancara, Fadilla Maulani menyatakan :

“Pertama kali saya mengenal dzikir asma’ul husna ini ialah


sejak saya kecil, yang mana orangtua saya selalu mengajak pergi
majelisan ke talim At-Tadzkir ini. Dzikir asma’ul husna ini juga
selalu kami bacakan setelah sholat berjamaah bersama keluarga
dirumah. Karena memiliki kebiasaan ini, ketika beranjak dewasa
seperti saat ini saya paham bahwa hidup didunia senantiasa
harus selalu ingat kepada Allah. Dan saya pun terbiasa dengan
dzikir asma’ul husna ini, karena dzikir ini mudah diingat dan
sering juga didengar sehingga menjadi hal yang sudah biasa
untuk dilakukan. Maka tak asing lagi bagi saya jika diberi tugas
oleh pembina dalam dzikir hariannya diambil dari Asma’ul
husna.”65

Wawancara yang diajukan pada sebagian jama’ah majelis Ta’lim At-

Tadzkir mulai dari kalangan remaja sampai lanjut usia. Sebagian besar dari

mereka hampir sudah memahami makna dzikir asma’ul husna ini, dan

mengamalkannya di dalam kesehariannya. sedikit dari mereka belum bisa

memahami dzikir Asma’ul Husna ini dengan baik, namun mereka tetap

mengamalkannya. Dengan begitu, semangat dan ke istiqomahan mereka lah yang

64
Gregory Baum, “Thruth Beyond Relativism (Agama dan bayang-bayang relativisme)”,
penerjemah, Achmad Murtajib dan Masyhuri Arow, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,
1999), hlm. 15
65
Wawancara dengan Fadilla Maulani, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang,
Pada Tanggal 14 Desember 2021, Pukul. 21.00 WIB.
56

perlu diapresiasi dan hal ini baik untuk dicontoh dan diterapkan untuk masyarakat

umum.

Kesimpulan penulis dzikir Asma’ul Husna di Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Palembang adalah suatu bentuk latihan dan melatih kebiasaan para jamaah dalam

mentadabburi makna dalam Al-Qur’an, begitu juga dalam Asma’-asma’Nya agar

selalu sabar dalam menghadapi setiap ujian yang Allah berikan. Juga menjadikan

bacaan-bacaan dzikir ini suatu kebutuhan bilamana jamaah sedang menghadapi

kesulitan dalam hidupnya yang diusahakan selalu mendapat ridho dari-Nya.

Perubahan yang dapat dilihat dari para jamaah majelis ta’lim At-Tadzkir yaitu,

jamaah memiliki karakter yang sabar, ikhlas serta selalu tawakkal dalam

menjalani kehidupan. Baik dalam menyelesaikan masalah keluarga, utang piutang,

mereka menyikapinya dengan sabar dan ikhlas. Karena secara tidak langsung,

dzikir asma’ul husna ini memberikan kesadaran kepada jamaah bahwa setiap

langkah hidupnya, masalah hidupnya sudah takdir dari Allah, dan Allah telah

memberikan tanda bahwa semua jalan keluarnya ada didalam Asma’ul Husna

yaitu nama-nama yang baik dan membuktikan akan kebesaran Allah SWT.

Harapan pembina dan guru tentunya, Buya Masrizal dan Eyang Nur

kepada seluruh jamaah majelis ta’lim At-Tadzkir agar tetap istiqomah

mengamalkan dzikir Asma’ul husna ini serta sholat-sholat sunnahnya dalam

keadaan apapun dimanapun berada. Dengan begitu diharapkan jamaah fokus

dalam melakukan ibadah kepada Allah. Karena jika hatinya tenang maka

fikirannya akan fokus terhadap apa yang dihajatkan.


57

b. Makna Ekspresif Pembacaan Dzikir Asma’ul Husna

ika setelah mengamalkan dzikir asma’ul husna jamaah tidak mengalami

perubahan, kemungkinan jamaah belum memahami dengan baik keutamaan dzikir

asma’ul husna ini sehingga ketika proses dzikir sedang berlangsung, mereka

hanya membaca secara lisan tanpa mengetahui kandungan dan keutamaan

dzikirnya serta tidak bersungguh-sungguh menauhkan harapannya kepada Allah

SWT. Dan Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitiannya kepada jamaah majelis

talim At-tadzkir sebagai pelaku tindakan pengamalan dzikir asma’ul husna yang

sudah terealisasikan cukup lama di Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang.

c. Makna Ekspresif bagi Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Pada jamaah majelis ta’lim At-Tadzkir. Ada empat orang jamaah yang

akan memberikan informasi serta berbagi pengalaman guna mendukung hasil

penelitian. Jama’ah yang diwawancarai berasal dari berbagai kalangan, ada yang

remaja, dewasa, serta lanjut usia. Juga peneliti mewawancarai perwakilan dari

jamaah dan pengurus Majelis Ta’lim At-Tadzkir. Dari hasil wawancara penulis,

ditemukan beberapa ekspresi dari pelaku tindakan, ialah sebagai berikut :

1. Evi

Evi atau yang akrab disapa Ibu Evi ini berusia 48 Tahun bertempat tinggal

di Komplek Bina Azhar Plaju. Beliau merupakan salah satu jamaah terlama yang

bergabung di Majelis Ta’lim At-Tadzkir ini. Ketika penulis mewawancarai beliau,


58

ia menceritakan pengalaman pertama kalinya bergabung At-Tadzkir karena

mempunyai masalah dalam hidupnya, kemudian ia curhat dengan Buya Masrizal

selaku pembina di cabang bekasi saat itu. Kebetulan pula istri dari pembina ini

merupakan sepupu dari saudara Evi, setelah buya mengajak ibu Evi untuk masuk

pengajian agar fikirannya lebih tenang, maka beliau pun rutin mengikuti pengajian

setiap bulannya ketika buya mengisi pengajiannya di Palembang. Karena

berdomisili Bekasi, maka pembina memang sangat jarang untuk mengisi

pengajian di Palembang.

Selanjutnya dengan istiqomah ibu Evi mengikuti pengajian, beliau pun

merasakan ketenangan dan kenyamanan dalam menghadapi hidup. Dimana

sebelumnya beliau adalah termasuk orang yang dikatakan cinta dunia, karena

katanya dulu itu beliau selalu memakai barang-barang branded dan mahal. Selalu

mengikuti trend dan jamannya dengan teman-teman sosialita nya. Namun ketika

beliau masuk at-tadzkir, banyak perubahan yang ia rasakan termasuk menjadi

pribadi yang lebih sederhana dan qona’ah dalam hidupnya.

Dari situlah kemudian beliau mengajak saudaranya untuk bergabung

dengan at-tadzkir. Begitu juga dengan tetangganya yang diajak untuk mengikuti

pengajian, kadang kala banyak dari jamaah yang ingin gabung sendiri. Karena

pada awalnya pengajian ini juga selalu digelar di kediaman beliau, ketika Buya

masih belum menetap di Palembang. Selanjutnya saudara ipar beliau mewakafkan

tanah yang bisa dibilang besar karena terdiri dari garasi mobil untuk para jamaah,

dan beberapa kamar sampai lantai dua. Tanah tersebut berada didaerah kertapati
59

yang kini menjadi sebuah ta’lim nan kokoh yang memiliki banyak jamaah dari

cabang palembang.

Sesuai dengan kebutuhan hidup manusia, dan tak menutup kemungkinan

menjadi hajat ibu Evi juga, maka dzikir asma’ul husna ini sangatlah memberikan

solusi karena didalamnya banyak terkandung nama-nama Allah yang dapat

digunakan sebagai dzikir harian dan sebagai hajat dari para jamaah.66

2. Hj. Mariam

Hj. Mariam atau yang biasa disapa akrab dengan Ombai ini berusia kurang

lebih 70 Tahun, merupakan salah satu jamaah lansia yang paling lama bergabung

di At-Tadzkir. Bermula dari attadzkir yang awalnya pengajian sebulan sekali

disalah satu rumah jamaah, sampai saat ini telah memiliki tempat sendiri. Awal

mula ombai mengikuti dzikir asmaul husna ini ketika beliau mengikuti

tetangganya untuk mengaji, beliau orangnya tidak memiliki masalah hidup, atau

pun keluhan. Jadi memang dari hati beliau sendiri ikut ngaji di attadzkir ini karena

beliau suka dengan kegiatan keagamaan.

Beliau juga menceritakan pengalamannya menjadi jamaah at-tadzkir ini

dari hanya beranggotakan sedikit, tetapi alhamdulillah sudah berkembang luas

dari berbagai daerah. Ombai juga memaparkan bahwa jamaah yang datang itu ada

yang mengeluhkan sakitnya, memiliki masalah dalam keluarganya, dan masih

banyak lagi penyebab datang dengan sendirinya jamaah ke ta’lim at-tadzkir ini.

Dalam hal dzikir menurut ombai tidak ada yang beda bentuk bacaan wirid

dalam ta’lim ini, akan tetapi memang banyak jamaah yang merasakan perbedaan

Wawancara dengan Evi, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang, Pada Tanggal
66

27 Desember 2021.
60

dalam dirinya ketika berada di at-tadzkir. Berbeda dengan pengajian lainnya

dalam hal rasa, dimana attadzkir selalu memainkan rasa di dalam qolbi setiap

jamaahnya. Itulah mengapa sampai saat ini sudah hampir 8 tahun ombai masih

tetap istiqomah datang ke ta’lim untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah

SWT.67

3. Kartika

Disini penulis benar-benar diperlihatkan akan kejadian yang unik, karena

ketika sedang mewawancarai jamaah lain, ibu kartika dengan sendirinya

mengajukan diri untuk menyebutkan efek dari ia mengikuti pengajian dzikir

asmaul husna di attadzkir ini. Artinya, penulis mengambil kesimpulan bahwa

benar-benar telah terjadi kemu’jizatan pada diri jamaah dan mereka merasa

senang tanpa ada rasa paksaaan sedikit pun.

Bahkan ibu kartika merasa di majelis ini sangat erat kekeluargaannya,

ketika jamaah sakit pembina dan seluruh jamaah datang untuk men jenguk dan

mendoakan. Dimana hal seperti itu sangatlah jarang ditemukan, ujar bu Kartika.

Pengalamannya juga dalam berteman, saat sakit atau saat dalam keadaan paling

bawah, teman-temannya malah menjauhinya. Berbeda dengan jamaah attadzkir ini

mereka saling support, saling menguatkan satu sama lain. Sehingga dzikir disini

seperti benar-benar telah merubah perasaan seseorang untuk menjadi pribadi yang

lebih baik.

Ibu Kartika merupakan seorang ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun.

Beliau bercerita bahwa dari mengikuti pengajian di attadzkir ini, beliau merasa

Wawancara dengan Mariam, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang, Pada


67

Tanggal 27 Desember 2021.


61

bahwa Allah telah memudahkan segala urusannya. Yang mana beliau saat itu

sedang dalam keterpurukan, kemudian mengikuti dzikir asmaul husna dengan

istiqomah, dan pada akhirnya beliau sendiri seperti tidak menyangka diberi Allah

kenikmatan berupa dapat memberi motor, mobil, bahkan rumah. Dari situlah

beliau benar-benar tidak menyangka bahwa kuasa Allah sebesar itu, lalu beliau

mengajak saudara, anak, suami, orangtua nya untuk selalu mengikuti dzikir asaul

husna. Karena hidupnya terasa lebih tenang, tidak ada masalah, dan Allah selalu

menuntun jalannya. Ia bahkan saat ini merasa rugi jika satu kali saja tidak datang

untuk ngaji, pernah dalam suatu ketika ia berhalangan untuk mengaji akhirnya

Allah memberikan teguran padaNya. Seketika hal sekecil itu menjadi pelajaran

yang dapat diambil oleh setiap jamaah, karena mereka memang merasakannya

sendiri.68

Hasil wawancara yang penulis ajukan kepada beberapa jamaah, bahwa

pembacaan dzikir asamaul husna ini merupakan hal yang sakral bagi mereka.

Sebelumnya mereka belum menemukan pembina yang begitu mengayomi

jamaahnya seperti keluarga sendiri. Sehingga dengan mudah mereka mampu

mengamalkannya sesuai dengan kebutuhan diri mereka masing-masing. Mereka

selalu mengamalkan dzikir ini karena memang yakin bahwasanya dzikir ini

mampu menyelesaikan masalahnya dan meminta segala hajat nya.

4. Neli Warneli

Neli warneli merupakan salah satu jamaah yang juga berperan dalam

kepengurusan attadzkir, beliau berusia 48 tahun. Dari hasil wawancara penulis

68
Wawancara dengan Kartika, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang, Pada
tanggal 27 Desember 2021.
62

dengan bu neli, sama seperti yang lainnya beliau juga merasakan akan perubahan

dalam hidupnya. Berawal dari ingin berobat karena sakit, beliau merasakan efek

nya lebih dari sehat fisik dan sehat batin. Menurut beliau, dzikir yang diajarkan

Eyang dan Buya dengan dzikir asmaul husna ini sangatlah berbeda, karena jamaah

tidak hanya diperintahkan sekedar ngaji saja, setelah itu hidupnya masing-masing.

Akan tetapi seluruh jamaah diajak untuk berubah secara lahir dan bathinnnya

untuk menjadi pribadi yang lebuh baik lagi. Bahkan para jamaah pun masih

diberikan tugas dzikir harian agar mereka selalu mengingat Allah kapan pun dan

dimanapun.69

d. Makna Ekspresif bagi Pengurus Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Sebagai aktivitas yang bernilai spiritual, berdzikir dan mengamalkan

sholat sunnah yaitu Asma’ul Husna mengandung banyak manfaat dan pelajaran

bagi jamaah, terutama ketika bermunajat untuk dirinya sendiri.

Tradisi pembacaan dzikir Asma’ul Husna yang rutin diamalkan oleh para

jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir sebelum memulai pengajian atau sesudah

sholat fardhu dibacakan secara berjamaah, dan juga diamalkan bagi masing-

masing individu sesuai dengan kadar kebutuhannya. Menurut pembina kebiasaan

ini sudah sering beliau amalkan ketika masih menjadi murid Eyang Nur Ghozali

di Tangerang. Kemudian ketika beliau diperintahkan hijrah ke Palembang, beliau

mulai mengijazahkannya kepada para jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Palembang. Selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai manfaat dzikir

Asma’ul Husna yang beliau sampaikan langsung.

69
Wawancara dengan Neli Warneli, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang, Pada
Tanggal 27 Desember 2021.
63

1) Sebagai jalan agar dimudahkan segala urusan

Dzikir atau usaha bathiniyyah akan dimudahkan untuk mengingat pesan

dari asma’Nya Allah. Kemudian dilihat dari banyaknya kebutuhan hidup manusia,

terkhusus jamaah majelis ta’lim, maka mereka percaya bahwa dengan menyebut-

nyebut Asma’nya adalah salah satu bentuk ikhtiar yang baik.

2) Membentuk akhlaq seseorang yang optimis dan sabar

Secara tidak langsung dzikir Asma’ul Husna ini dengan keyakinan dan

mengamalkan pikirannya yang menganggap segala sesuatu itu hendaknya diminta

kepada sang pencipta dengan mengimani asmaNya Allah SWT. terutama bagi

para jamaah yang datang ke majelis ini ialah pertama kali untuk menyelesaikan

masalah. Obat bagi seseorang yang hatinya sempit akan dilapangkan

Al-Qur’an merupakan obat bagi seluruh penyakit, dengan berdzikir

dengan asmaul husna didalam al-Qur’an maka akan berefek ketenangan jiwa dan

raga. Maka setelah itu mereka akan merasakan nikmatnya hidup tenang dan

lapangnya hati.

3) Mendekatkan diri kepada Allah dengan berharap berkah dariNya

Dzikir Asma’ul Husna memberikan dorongan bahwa seseorang yang

sedang mengalami kesusahan dalam hidupnya, senantiasa ia berserah diri kepada

Allah dan istiqomah dalam mengamalkannya. Maka Allah akan memberikan


64

banyak keberkahan dalam hidupnya, dengan yakin bahwa Allah akan selalu

memudahkan urusannya.70

70
Wawancara dengan Buya Masrizal, Selaku Pembina Majelis Ta’lim At-Tadzkir
Palembang, pada tanggal 14 Desember 2021. Pukul.21.30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan kajian Studi Living Qur’an terhadap Dzikir

Asma’ul Husna di Majelis Ta’lim Palembang, maka dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Hubungan Dzikir Asma’ul Husna dengan QS. Al-A’raf ayat 180

Hubungan dzikir asma’ul husna dengan QS. Al-A’raf ayat 180 ini yakni

sangat berperan dalam kehidupan jamaah, dikarenakan mereka meyakini

bahwasanya segala kebutuhan hidupnya ada di dalam lafazh-lafazh dzikir asmaul

husna. Secara awwam mereka melihat dari makna 99 nama dalam asmaul husna

itu sendiri sesuai dengan hajat dan kebutuhan hidu mereka. Serta dilihat juga dari

makna ayat tersebut bahwasanya dengan asmaul husna maka berdoalah (meminta)

segala hajat mereka. Dengan begitu, jamaah majelis ta’lim At- Tadzkir selalu

mengamalkan dzikir asmaul husna dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan

tujuan selain mendekatkan diri kepada Allah yakni agar dimudahkan jalannya

dalam memohon hajat yang mereka butuhkan.

2. Efek dzikir Asma’ul Husna bagi Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir

Sedangkan efek yang terdapat dalam dzikir asmaul husna jamaah majelis

ta’lim At-Tadzkir Palembang melalui terjemah yang dilihat menggunakan teori

sosiologi pengetahuan menurut Karl Mannheim ada dua, meliputi makna objektif

dan ekspresif.

65
66

a. Makna Objektif dari Dzikir Asmaul Husna di Majelis Ta’lim At-Tadzkir yaitu

makna objektif dalam pembacaan dzikir Asma’ul Husna di Majelis Ta’lim At-

Tadzkir Palembang adalah suatu bentuk latihan dan melatih kebiasaan para

jamaah dalam mentadabburi amanah yang ditegaskan dalam Al-Qur’an, begitu

juga dalam Asma’-asma’Nya agar selalu sabar dalam menghadapi setiap ujian

yang Allah berikan. Juga menjadikan bacaan-baaan dzikir ini suatu kebutuhan

bilamana jamaah sedang menghadapi kesulitan dalam hidupnya yang

diusahakan selalu mendapat ridho dari-Nya. Memahami Al-Qur’an dengan

cara mengetahui asbabun nuzulnya, serta mengamalkannya dalam kehidupan.

Dapat dilihat dari para jamaah majelis ta’lim At-Tadzkir yaitu, jamaah

memiliki karakter yang sabar, ikhlas serta selalu tawakkal dalam menjalani

kehidupan.

b. Makna Ekspresif yakni suatu tindakan yang membuktikan bahwa jamaah At-

Tadzkir benar-benar telah mengamalkan dzikir Asma’ul Husna tersebut.

Dilihat dari perubahan karakter yang mereka rasakan, serta tindakan mereka

dalam berdakwah dan mengamalkan dzikir asmaul husna itu sendiri. Artinya

dalam makna ekspresif ini mereka telah berhasil memaknai nya dengan baik.

B. Saran
67

Setelah penulis melakukan penelitian yang berjudul Studi Living Qur’an

terhadap Dzikir Asma’ul Husna di Majelis Ta’lim Palembang ini. Maka penulis

memberikan beberapa saran bagi para pengkaji Living Qur’an khususnya, dan

pembaca umumnya sebagai berikut :

1. Kepada peneliti sesudahnya

Penelitian Living Qur’an adalah penelitian yang menitik beratkan pada

suatu fenomena di masyarakat terkait pengamalan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an

dengan menggunakannya secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

itu, seorang peneliti living Qur’an harus melakukan wawancara serta observasi

mendalam di lokasi penelitian untuk mendapatkan info yang benar-benar faktual

dan akurat. Selain itu peneliti harus benar-benar selektif dalam memilih dan

memilah data yang kemudian akan dipaparkan dalam skripsinya sesuai dengan

acuan rumusan masalahnya.

2. Kepada pengurus dan jamaah

Terkait amalan dzikir Asma’ul Husna yang terjadi di Majelis Ta’lim At-

Tadzkir ini bernilai positif dan harus diteruskan, diharapkan mampu menjadi

syiar. Selama tidak menyalahgunakan ayat Al-Qur’an dalam kepentingan negatif.

DAFTAR PUSTAKA
68

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya: Juz 1- 30, Jakarta: PT.
Kumudasmoro Grafindo Semarang, 1994.

Adib, Helen Sabera. Metodologi Penelitian, Palembang, Noer Fikri, 2015.

Abdullah, M. Amin. Antara Al-Ghazali dan Kant dalam Filsafat Etika Islam,
Terj: Hamzah, Bandung: Mizan, 2007.

Shahiron, Syamsuddin. Metodologi Penelitian Qur’an dan Hadits, Yogyakarta,


TH Press, 2007.

Mansur, M. “Living Qur’an Dalam Lintasan Sejarah Studi Qur’an”. Dalam


Shahiron Syamsuddin (ed). Metode Penelitian Living Qur’an dan Hadits.
Yogyakarta: Teras, 2007.

Abdullah, M.Zain. Dzikir dan Tasawuf, Qaula Smart Media, Surakarta, 2017.

Shihab, Quraish. Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2004.

Rahmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,


2011.

Jaenuddin, Ujam. Psikologi Transpersonal. Bandung: Pustaka Setia, 2012.

Shahiron, Syamsuddin, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits.


Yogyakarta: PT.Raja Grafindo. 2007

Hakim, Lukman Nul. Metode Penelitian Tafsir, Noer Fikri Palembang, 2019.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1940.

Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy. Metode penelitian survey. (Jakarta:


LP3ES, 1989). Hlm .192. dikutip dari :Sugiyono. Metode penelitian
pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R dan D). Bandung :
Alfabeta, 2012.
69

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Cet.I, Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.

Abu Fadhl, Jamaluddin Muhammad Ibn Makram Ibn Manzhur al-Afrizy al Misry,
Lisan al-‘arab, Dar al Shadir, Beirut : 1990.

Pusat Pembinaan, dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 1990.

Triantoro Safaria dan Nofrans Eka Saputra Manajemen Emosi Sebuah Panduan
Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda, Jakarta:
Bumi Aksara,2009.

Ismail Nawawi, Risalah Pembersih Jiwa : Terapi perilaku lahir & batin Dalam
Perspektif Tasawuf . Surabaya: Karya Agung Surabaya, 2008.

Al Sakandari, Ibn Athaillah. Bahjat al nufus. Serambi, Jakarta 2002.

Arifin, Bey. Mengenai Tuhan, Surabaya: Bina Ilmu, 1991.

Az-Zuhaily, Wahbah. Tafsir Al-Munir Fi al-Aqidah wal Shari’ah wal Manhaj,


Damaskus: al-fikr, 1418 H.

Ahmad Bin Muhammad Shihabuddin Al-Khafaji, Hasyiyah al-shihab ala tafsir


al-baidhawi, Surabaya: Dar al-kutub al ilmiyah, 2001.

Syukur,Amin. Kuberserah, Bandung, Hikmah, 2007.

Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam


Pendalaman Ajaran Agama Melalui Majelis Ta’lim, Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan, 2007.

Muhsin MK, Manajemen Majelis Ta’lim: Petunjuk Praktis Pengelolaan dan


Pembentukannya, Jakarta: Pustaka Intermasa, 2009.
70

Helmawati, Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis Ta’lim : Peran Aktif


Majelis Ta’lim Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
2013.

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada,1995.

Al-Aziz, Moh Saefullah. Fiqih Islam Lengkap Pedoman Hukum Ibadah,


Surabaya, 2005.

Finni, Awalina. Makalah Zikir dan Do’a

Al-Jauziyyah, Ibnul Qayyim. Faedah Dzikir yang Menakjubkan. Pustaka Ibnu


Umar: Jakarta, 2014.

Imam Abi Zakaria Yahya bin Syarifudin Nawawi Syafi’i, At-Tibyan Fi Adabi
Hamalatil Qur’an

Hawari, Dadang Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.


Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1998

Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi’, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfai al-Qur’an al-


Karim, Qahirah: Dar al-Hadits, 1422 H/2001 M.

Abu Abdillah Malik Bin Anas, Al-Muwatho’ bi Riwayati Yahya bin Yahya al-
Laitsi, Bab Jami’, No. 1619 Beirut: Dar Al-Kitab Al- Alamiah

Al- Allamah Abu Abdullah ‘Alawi Al-Yamani, Agamamu Dalam Bahaya.


Seremban : Koperasi As Sofa, 2014.

Zahro, Ahmad. Kuliah Solusi Spiritual Al-Qur’an, Jakarta: Qaf Media Kreativa,
2018.
71

Baum, Gregory. Thruth Beyond Relativism (Agama dan bayang-bayang


relativisme). Penerjemah: Achmad Murtajib dan Masyhuri Arow,
Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999.

Eldeb, Ibrahim. Be a Living Qur’an : Petunjuk praktis Penerapan Ayat-ayat Al-


Qur’an dalam Kehidupan Sehari hari. Penerjemah. Faruq Zaini, Lentera
Hati, 2009.

Ibnu Rusydia al-Maswani, Qur’anic Healing: Al-Qur’an Penghibur Hati Yang


Lelah. Yogyakarta: Laksana, 2018.

Rusmana, Dadan. Metodologi Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir. Bandung, Pustaka


Setia, 2015.

Hasbiansyah, Pendekatan Fenomenologi, Penelitian dalam Ilmu Sosial dan


Komunikasi. Jurnal. Mediator , Vol.9. No. 1, 2008.

Endah Wulandari dan Fuad Nashori, Pengaruh terapi dzikir terhadap


kesejahteraan psikologis pada lansia. Jurnal. Vol 6 No.2, 2014.

Taimiyah, Ibnu. Terj Al Kalimut Thayib, mutiara do’a dan dzikir, Jurnal.
Merdeka.com akarta: Pustaka Amani.

Dewi Fadiana, Nurhayati. Pengaruh Dzikir Asmaul Husna terhadap aktualisasi


diri jamaah majelis dzikir asmaul husna masjid jami’ esa tawangsari.
Skripsi. Jurusan tasawuf dan Psikoterapi. IAIN Tulungagung. 2016

Rahayuni, Eka. Tradisi Pembacaan wirid sakran (Kajian Living Qur’an dipondok
Pesantren ‘Ibad Pemayung, Batanghari, Jambi. Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir . Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama. Skripsi. UIN
Sulthan Thaha Jambi. 2019

Tadzkiroh. Spiritualitasasi kegiatan Dzikir Asmaul Husna (Analisis


Fenomenologi pada jaamah majelis Khidmah Asmaul Husna Tombo Ati”
72

Kesugihan Cilacap. Program studi komunikasi dan penyiaran Islam


Pascasarjana. Skripsi. IAIN Purwokerto. 2021

Amnur, David. Zikir dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa menurut Al-
Qur’an (Kajian Tafsir Tematik). Jurusan Tafsir Hadits. Skripsi. Fakultas
Ushuluddin. UIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau. Pekanbaru. 2021

Luthfiyana, Dzakiyyah. Dzikir sebagai media dakwah (studi pada majelis taklim
at-tadzkir kelurahan sumberejo kecamatan kemiling bandar Lampung).
Fakultas dakwah dan komunikasi. Skripsi. UIN Raden Intan Lampung.
2018.

Rudiantoro, Jacky. Peran Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan islan


di masyarakat. Fakultas Agama Islam. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2010

Masrizal, 51 tahun, Pembina Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang, Sejarah


Majelis Ta’lim At-Tadzkir dan mengupas isi Dzikir Asmaul Husna.

Ahmad Ghozali, 33 tahun, Pembina Majelis Ta’lim At-Tadzkir Palembang,


Sejarah Majelis Ta’lim At-Tadzkir dan mengupas isi Dzikir Asmaul
Husna.

Rizka Amalia, 31 tahun, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir, Efek selama


mengamalkan Dzikir Asmaul Husna.

Rhesti Maidona, 24 tahun, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir, Manfaat yang


diperoleh selama mengamalkan Dzikir Asmaul Husna.

Fadhilla Maulani, 19 tahun, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir, Kemajuan selama


mengamalkan Dzikir Asmaul Husna.

Evi, 48 tahun, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir, Pengalaman selama


mengamalkan dzikir Asmaul Husna.
73

Mariam, 70 tahun, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir, Berbagi amalan yang telah
diperoleh dan senantiasa istiqomah diamalkan.

Neli Warneli, 48 tahun, Pengurus Ta’lim At-Tadzkir Palembang, Berbagi


pengalaman mengamalkan dzikir Asmaul Husna.

Kartika, 44 tahun, Jamaah Majelis Ta’lim At-Tadzkir, Berbagi pengalaman hidup


dengan mengamalkan dzikir Asmaul Husna.

https://youtu.be/BwuNzTtaOXU diakses pada tanggal 30 Desember 2021

Youtube Moch Hisyam, Portal Jember. Com, diakses pada 23 November 2021

Anda mungkin juga menyukai