Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PAJAK PENGHASILAN
1.1. Pendahuluan
Pajak penghasilan dipungut berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan (PPh), yang berlaku sejak 1 Januari 1984. Undang-
Undang ini telah mengalami 4 (empat) kali perubahan dan terakhir kali diubah
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Undang-Undang Pajak
Penghasilan mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap subjek pajak
berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.
Subjek pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh
penghasilan. Subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam
Undang-undang PPh disebut Wajib Pajak. Wajib pajak dikenai pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat
pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban
pajak Subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.
1.2. Subjek dan Objek Pajak Penghasilan
a. Subjek Pajak Penghasilan
Subjek pajak penghasilan, adalah
1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak;
3. Badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya,
badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan
dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak
investasi kolektif; dan
4. Badan Usaha Tetap (BUT).
Subjek pajak dapat dibedakan menjadi sebagai berikut
a. Subjek pajak dalam negeri, terdiri dari:
1) Subjek pajak orang pribadi, yaitu:
a) Orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 hari (tidak harus berturut- turut) dalam jangka waktu
`1
12 bulan
b) Orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia
dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia
2) Subjek pajak badan, yaitu:
Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,
kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria
sebagai berikut.
b) pembentukannya berdasarkan ketentuan perundang- undangan;
c) pembiayaanya bersumber dari APBN/APBD;
d) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau
pemerintah daerah;
pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
3) Subjek pajak warisan, yaitu
Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak
b. Subjek pajak luar negeri, terdiri dari:
1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui badan usaha
tetap di Indonesia.
Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi
yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari
indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui
badan usaja tetap di Indonesia
Perbedaan wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri dapat
dilihat pada Tabel berikut ini :
`2
Wajib Pajak Dalam Negeri Wajib Pajak Luar negeri
Dikenakan pajak atas penghasilan baik Dikenakan pajak hanya atas penghasilan
diterima atau diperoleh dari Indonesia yang berasal dari sumber penghasilan di
dan dari luar indonesia Indonesia
Dikenakan pajak berdasarkan Dikenakan pajak berdasarkan
penghasilan netto penghasilan bruto
Tarif pajak yang digunakan adalah
Tarif pajak yang digunakan adalah tarif
tarif sepadan (tarif UU
umum (tarif UU PPh pasal 17)
PPh pasal 26)
Wajib menyampaikan SPT Tidak wajib menyampaikan SPT
Selain subjek pajak yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa
orang pribadi maupun badan yang dikecualikan/tidak termasuk ke dalam
subjek pajak penghasilan, antara lain sebagai berikut.
1. Kantor perwakilan negara asing.
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat
lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada
mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka
dengan syarat:
a. Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya;
b. Negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik
3. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat :
a. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
b.tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat:
a. bukan warga negara Indonesia;
b. tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk
memperoleh penghasilan di Indonesia
`3
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apapun
Pengertian objek pajak penghasilan di atas, menunjukkan bahwa Undang-
Undang tentang Pajak Penghasilan tersebut menganut prinsip pemungutan pajak
atas penghasilan dalam arti luas, yaitu pajak dikenakan atas setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak, dari
manapun asal atau sumbernya, selama penghasilan tersebut dapat dipergunakan
untuk konsumsi atau dapat menambah nilai kekayaan merupakan objek
pemungutan pajak penghasilan
Penghasilan tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
1. Penghasilan dari pekerjaan dan pekerjaan bebas (gaji, honorarium, dan
penghasilan yang diterima oleh tenaga ahli);
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
3. Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta tak gerak,
bunga, deviden, royalti, sewa, dan keuntungan penjualan harta atau hak yang
tidak dipergunakan untuk usaha; dan
4. Penghasilan lain, yaitu penghasilan yang tidak diklasifikasikan ke dalam salah
satu dari tiga kelompok penghasilan di atas:
a. keuntungan karena pembebasan utang;
b. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
c. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
d. hadiah undian
`4
BAB II
PAJAK PNGHASILAN PASAL 21
`5
4. Peraturan Menteri Keuangan No. 102/PMK.010/2016 tentang penetapan bagian
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan
serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan menimbang
Pajak Penghasilan.
5. Peraturan Pemerintah No. 68/2009 tentang tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus.
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.03/2010 tentang tata cara pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang
manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang dibayarkan
sekaligus.
2.3. Pajak Penghasilan Pasal 21
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang
diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.
`6
2. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pengurang penghasilan
neto, yang hanya diberikan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) sebagai
(WPDN). Sesuai dengan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan, Menteri Keuangan diberikan wewenang untuk menetapkan
penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) setelah
dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Konsultasi Menteri Keuangan
dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2012
dan 15 Oktober 2012 yang menyepakati penyesuaian besarnya
No Jenis PTKP Setahun Sebulan
1 Untuk Wajib Pajak Sendiri 24.300.000 2.025.000
2 Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin 2.025.000 168.750
3 Tambahan untuk istri yang enghasilannya 24.300.000 2.025.000
digabung dengan suami
4 Tambahan untuk setiap anggota keluarga 2.025.000 168.000
sedarah, semenda dalam garis keturunan lurus
(vertikal), serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, maksimal 3 (tiga) orang
WP = 24.300.000
K/0 = 26.325.000
K/1 = 28.350.000
K/2 = 30.375.000
K/3 = 32.400.000
`7
Berdasarkan PMK 101/PMK.010/2016 PTKP dalam satu tahun pajak untuk
tahun 2016 sebagai berikut.
a. Rp.54.000.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi.
b. Rp.4.500.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin.
c. Rp.54.000.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, dengan syarat:
1) penghasilan istri tidak semata-mata diterima atau diperoleh dari satu pemberi
kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan dalam Undang-
Undang PPh Pasal 21; dan
2) pekerjaan istri tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan bebas
suami atau anggota keluarga lainnya.
d. Rp4.500.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat serta anak
angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya (maksimal 3 orang).
No Jenis PTKP Setahun Sebulan
1 Untuk Wajib Pajak Sendiri 54.000.000 4.500.000
2 Tambahan Untuk Wajib Pajak Kawin 4.500.000 375.000
3 Tambahan untuk istri yang enghasilannya 54.000.000 4.500.000
digabung dengan suami
4 Tambahan untuk setiap anggota keluarga 4.500.000 375.000
sedarah, semenda dalam garis keturunan lurus
(vertikal), serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, maksimal 3 (tiga) orang
WP = 54.000.000
K/0 = 58.500.000
K/1 = 63.000.000
K/2 = 67.500.000
K/3 = 72.000.000
`9
2.3. Tarif Pajak
Berdasarkan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan, tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut.
Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri
Tarif tertinggi bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat diturunkan
menjadi paling rendah 25% yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Apabila
penerima penghasilan tidak memiliki NPWP, bendahara melakukan pemotongan
PPh pasal 21 dengan tarif 20% (dua puluh persen) lebih tinggi dari tarif PPh 21
untuk pegawai yang memiliki NPWP
Contoh pengenaan tarif pajak
a. Dr. Irawan Yoga, SH, MH, mempunyai penghasilan kena pajak sebesar
Rp750.000.000,00 maka perhitungan pajak penghasilannya adalah
`10
Berdasarkan perhitungan di atas pajak terutang Dr. Irawan yoga, SH, MH
adalah Rp170.000.000,00.
b. Intan Pratiwi, SE mempunyai penghasilan kena pajak sebesar Rp30.451.000,00.
Intan Pratiwi, SE tidak mempunyai NPWP maka perhitungan pajak
penghasilannya adalah
Rp30.451.000,00 x 5% x 120% = Rp1.827.060,00
Berdasarkan perhitungan diatas pajak terutang Intan Pratiwi, SE sebesar
Rp1.827.060,00
2.5.Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi Pejabat Negara, PNS,Anggota TNI dan
POLRI, serta Pensiunannya
1. Sumber Penghasilan
Sumber penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 adalah
sumber penghasilan yang diperoleh dari penghasilan yang berkaitan dengan
pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang mana penghasilan tersebut
dibayarkan secara tetap dan teratur setiap bulan dan penghasilan lain yang berupa
honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi beban
APBN/APBD. Penghasilan tetap dan teratur adalah penghasilan yang dibayarkan
setiap bulannya yang dibebankan pada APBN/APBD, penghasilan tetap tersebut,
antara lain:
1) gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan; atau
imbalan tetap lain yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang
undangan yang berlaku,yang diterima oleh Pejabat Negara,PNS,TNI,POLRI
dan pensiunannya. Penghasilan tersebut tidak termasuk biaya perjalanan
dinas
2) Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pejabat Negara, PNS, TNI, dan
POLRI dan Pensiunannya yang Bersifat Tetap dan Teratur. Tata cara
perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur, disajikan dalam
tahapan seperti Gambar
`11
Penghasilan Bruto
Dikurangi
Pajak Orang Pribadi
-Gaji Kehirmatan Biaya Jabatan, 5% dari Penghasilan Bruto Maksimal
-Gaji Rp 6.000.000,-/ Thn atau Rp 500.000,-/Bln
-Tunjangan Terkait LainnyaIuran yang Terikat dengan Penghasilan Tetap (Iuran Pensiun, Iuran Tht)
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan yang dibayarkan secara tetap dan
teratur kepada PNS,Pejabat Negara,TNI, POLRI dan pensiunannya berdasarkan PP 80
tahun 2010 ditanggung pemerintah. Apabila PNS, TNI, POLRI dan pensiunannya
diangkat sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga yang tidak termasuk dalam
kriteria Pejabat Negara maka atas penghasilan yang menjadi beban APBN/APBD. Terkait
dengan kedudukannya sebagai pimpinan dan/atau anggota pada lembaga tersebut, tetap
dikenakan pemotongan PPh Pasal 21 sesuai dengan ketentuan Pajak penghasilan yang
berlaku dan PPh Pasal 21 yang terutang tidak ditanggung pemerintah
`12
Rp.50.000. Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Bento
di tahun 2013 tiap bulannya?
Penghasilan gaji sebulan Rp 3.000.000
Tunjangan makan Rp 750.000
Tunjangan transport Rp 500.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja Rp 15.000
Premi Jaminan Kematian Rp 12.000 +
Total Penghasilan Bruto Rp 4.277.000
Pengurang :
Biaya Jabatan (5% x Rp 4.277.000)
(maksimal diperkenankan) Rp 213.850
Iuran JHT Rp 60.000
Iuran Pensiun Rp 50.000 +
Jumlah pengurang Rp 323.850 -
Penghasilan neto sebulan Rp 3.953.150
Penghasilan neto setahun Rp 47.437.800
PTKP (K/0)
Wajib Pajak = Rp 24.300.000
Status Kawin = Rp 2.025.000
Tanggungan K / 0 = 0+
Rp 26.325.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp 21.112.800
Catatan :
Contoh di atas jika wajib pajak memiliki NPWP, akan tetapi jika WP tidak memiliki
NPWP maka jumlah PPp pasal 21 yang harus di potong adalah sebesar 120% x
Rp. 87.750
2. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai yang memperoleh Gaji dan Bonus
Bapak Rayhan (K/3)memperoleh gaji sebulan sebesar Rp5.000.000 dan mendapat
tunjangan jabatan serta tunjangan keluarga masing-masing Rp500.000. Premi
asuransi kecelakaan kerja dan premi asuransi kematian dibayarkan oleh pemberi
kerja masing- masing Rp350.000 dan Rp250.000. Setiap bulan Bapak Rayhan
harus membayar iuran THT dan iuran pensiun masing-masing sebesar Rp30.000
dan Rp50.000. Pada bulan Juli ia mendapat bonus sebesar Rp10.000.000. Berapa
besarnya pajak yang terutang atas gaji dan bonus yang diterima Bapak Rayhan?
(Diasumsikan Bapak Rayhan adalah seorang pegawai tetap)
`13
a. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus
Tunjangan Jabatan Rp 500.000
Tunjangan Keluarga Rp 500.000
Premi asuransi Kecelakaan Kerja Rp 350.000
Premi Asuransi Kematian Rp 250.000 +
Penghasilan Bruto Sebulan Rp 6.600.000
Penghasilan Bruto Setahun Rp 79.200.000
Bonus Rp 10.000.000 +
Penghasilan Bruto Gaji dan Bonus Rp 89.200.000
Pengurang :
Biaya Jabatan (5% x Rp 89.200.000)
(maksimal diperkenankan) Rp 4.460.000
Iuran THT (12 x 25.000) Rp 360.000
Iuran Pensiun (12 x 50.000) Rp 600.000 +
Jumlah pengurang Rp 5.420.000 -
Penghasilan neto Rp 83.780.000
setahun PTKP (K/3)
Wajib Pajak = Rp 24.300.000
Status Kawin = Rp 2.025.000
Tanggungan 3 = Rp 6.075.000 +
Rp 32.400.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp 51.380.000
Pengurang :
Biaya Jabatan (5% x Rp 79.200.000) Rp 3.960.000
Iuran THT (12 x 30.000) Rp 360.000
Iuran Pensiun (12 x 50.000) Rp 600.000 +
Jumlah pengurang Rp 4.920.000 -
Penghasilan neto setahun Rp 74.280.000
PTKP (K/3) Rp 32.400.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp 41.880.000
`14
c. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Bonus :
PPh Pasal 21 atas Gaji dan Bonus = Rp 2.707.000
PPh Pasal 21 atas Gaji = Rp 2.094.000 -
PPh Pasal 21 atas Bonus = Rp 613.000
3. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang mulai / berhenti pada
pertengahan tahun
Tn. Prabowo (K/2) bekerja pada PT Takmaurugi pada bulan April 2013. PT Takmaurugi setiap
bulannya membayar gaji untuk Tn. Prabowo sebesar Rp4.000.000, tunjangan transport dan tunjangan
makan masing-masing Rp350.000 dan Rp1.750.000. Premi asuransi kecelakaan kerja dan premi
asuransi kematian dibayar oleh pemberi kerja masing-masing sebesar Rp55.000 dan Rp35.000. Setiap
bulan Tn. Prabowo membayar iuran THT sebesar Rp200.000 dan iuran pensiun sebesar Rp225.000.
Berapakah besarnya PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan Tn. Prabowo setiap bulannya?
`15
4. Perhitungan PPh Pasal 21 untuk pegawai yang menerima gaji bulanan bagi orang
asing yang menjadi WPDN yang mulai / berhenti bekerja pada pertengahan tahun
Tuan William (K/0) adalah warga negara Belanda yang mulai bekerja di
Indonesia tanggal 2 Juni 2013 pada PT Kicir Angin dan mendapat gaji sebulan
sebesar Rp3.000.000, tunjangan jabatan Rp400.000, dan tunjangan keluarga
Rp200.000. Perusahaan menanggung premi asuransi kecelakaan kerja dan premi
kematian masing- masing sebesar Rp75.000 dan Rp50.000, sementara itu setiap
bulan Tuan William membayar iuran THT sebesar Rp 5% dari gaji pokoknya dan iuran
pensiun sebesar Rp100.000. Berapakah PPh Pasal 21 yang terutang atas
penghasilan Tuan William di tahun 2013?
`16
Catatan :
Ada beberapa perusahaan yang menanggung PPh Pasal 21 dari penghasilan
karyawannya dan ada yang memberikan tunjangan Pajak. Perbedaannya adalah :
Bila perusahaan memberikan tunjangan pajak, maka tunjangan pajak tersebut
merupakan penghasilan karyawan yang bersangkutan dan harus ditambahkan
kedalam penghasilan brutonya sebelum dilakukan perhitungan PPh Pasal 21 atas
penghasilan karyawan tersebut.
Bila perusahaan menanggung PPh Pasal 21 dari karyawannya maka PPh Pasal
21 yang ditanggung perusahaan tersebut bukan merupakan penghasilan dari
karyawan yang bersangkutan sehingga tidak ditambahkan kedalam penghasilan
bruto karyawan tersebut. Dengan syarat bahwa PPh Pasal 21 karyawan yang
ditanggung perusahaan itu juga tidak boleh dianggap sebagai biaya bagi
perusahaan
5. Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan yang memperoleh gaji bulanan dan
tunjangan pajak
Tn. Salim masih bujangan dan tinggal bersama ayahnya yang seorang tunadaksa. Ia
bekerja pada PT Cemerlang dengan gaji sebesar Rp4.500.000 dan tunjangan pajak
sebesar Rp50.000 per bulan. Iuran pensiun yang dibayar Tn. Salim setiap bulannya
sebesar Rp75.000. Berapakah PPh Pasal 21 yang ditanggung Tn. Salim?
`17
Selisih pajak terutang dengan tunjangan pajak sebesar Rp 52.687,50 (Rp
102.687,50 – Rp 50.000) ditanggung oleh pegawai tersebut dengan
dipotongkan dari penghasilannya per bulan.
6. Perhitungan PPh Pasal 21 atas karyawan yang PPh Pasal 21-nya ditanggung pemberi
kerja
Bapak Dadang (K/2) bekerja pada PT Semoga Jaya dengan gaji per bulan sebesar
Rp5.000.000, tunjangan makan Rp200.000, dan pajak penghasilan ditanggung oleh
pemberi kerja. Iuran pensiun dan iuran THT yang dibayar Bapak Dadang per
bulannya masing-masing sebesar Rp100.000 dan Rp150.000. Berapa PPh Pasal
21 yang ditanggung Bapak Dadang?
Perhitungan PPh Pasal 21 yang Terhutang:
Penghasilan gaji sebulan Rp . 5.000.000
Tunjangan makan Rp 200.000 +
Total Penghasilan Bruto Rp 5.200.000
Pengurang :
Biaya Jabatan (5% x Rp 5.200.000)
(maksimal diperkenankan) Rp 260.000
Iuran Pensiun Rp 100.000
Iuran THT Rp 150.000 +
Jumlah pengurang Rp 510.000 -
Penghasilan neto sebulan Rp.4.690.000
Penghasilan neto setahun 12 x Rp 4.690.000 Rp 56.280.000
PTKP (K/2)
Wajib Pajak = Rp 24.300.000
Status Kawin = Rp 2.025.000
Tanggungan 2 = Rp 4.050.000 +
Rp 30.375.000 -
Penghasilan Kena Pajak Rp 25.905.000
`18
7. Perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan Gaji dan Pensiun dari Badan Dana
Pensiun
Tn. Niko (K/3) bekerja pada perusahaan tekstil di Jakarta dengan gaji sebulan sebesar
Rp3.000.000, tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan masing-masing sebesar
Rp30.000 dan Rp100.000. Perusahaan membayarkan premi asuransi kematian dan
premi kecelakaan kerja yang masing-masing besarnya Rp20.000 dan Rp25.000, Tn.
Niko sendiri setiap bulannya membayar iuran THT dan iuran pensiun sebesar Rp
10.000 dan Rp15.000. Pada tanggal 1 September 2013 ia pensiun dan menerima
uang pensiun setiap bulannya sebesar Rp3.000.000. Berapakah PPh Pasal 21
terutang atas gaji dan pensiun yang diterimanya?
`19
b. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji 8 bulan dan Pensiun 4 bulan:
`20
8. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Penghasilan yang dibayarkan kepada tenaga ahli
Kasus 1
Prof. Danang adalah seorang peneliti yang juga berprofesi sebagai pengacara.Pada
bulan Maret 2013 ia menerima fee Rp.50.000.000 dari kliennya sebagai imbalan
pemberian jasa yang telah dilakukan dan pada bulan September di tahun yang sama
menerima pelunasan fee sebesar Rp.150.000.000
Dasar
Dasar
Penghasilan Pemotongan PPh Pasal 21
Pemotongan PPh Pasal Tarif
Bulan Bruto Terutang
PPh Pasal 21 21Kumulatif Pasal
(Rupiah) (Rupiah)
(Rupiah) (Rupiah)
(1) (2) (3) = (50%x 2 ) (4) (5) (6) = (3)x(5)
Maret 50.000.000 25.000.000 25.000.000 5% 1.250.000
September 150.000.000 75.000.000 75.000.000 1 5% 11.250.000
Jumlah 200.000.000 100.000.000 45.000.000 12.500.000
Kasus 2
dr. Sanjay merupakan dokter spesialis penyakit jantung yang melakukan praktik di
RSHarap Sehat Kembalidengan perjanjian bahwa atas setiap jasa dokter yang
dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit sebagai
penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa dokter tersebut akan
dibayarkan kepada dr. Sanjay pada setiap akhir bulan. Berikut ini adalah jasa
dokter yang diterima dr. Sanjay selama semester pertama di tahun 2013
Bulan Pembayaran Pasien atas Jasa Dokter (Rp)
Januari 30.000.000
Februari 30.000.000
Maret 25.000.000
April 40.000.000
Mei 30.000.000
Juni 25.000.000
Jumlah 180.000.000
`21
Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2013:
Dasar Pemotongan
Dasar
Penghasilan Bruto PPh Pasal 21 Tarif PPh Pasal 21
Pemotongan PPh
Bulan (Rupiah) Kumulatif Pasal Terutang
Pasal 21
(Rupiah) (Rupiah)
(Rupiah)
BAB III
`22
PAJAK PNGHASILAN PASAL 22
Jadi, besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan sebesar
Rp150.000. PPh Pasal 22 = 1,5% x harga pembelian tidak termasuk PPN.
Atas pembelian barang yang dananya berasal dari belanja negara atau belanja daerah yang
dikecualikan dari pemungutan PPh Pasal 22 adalah:
1. Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah) yang meliputi
jumlah kurang dari Rp1.000.000,00.
2. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,listrik,gas,air minum/PDAM, dan benda-benda
pos.
3. Pembayaran/ pencairan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) oleh kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara.
`25
Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Impor Barang
Pada tanggal 1 Januari 2016, PT ABC mengimpor barang dari Jerman dengan
harga faktur US$100.000. Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak
termasuk dalam barang-barang tertentu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri
Keuangan No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar
5% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur. Bea masuk dan
bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang ditetapkan
Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp10.000. Hitunglah PPh Pasal 22
yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika PT ABC memili API (Angka Pengenal Impor)
dan jika tidak memiliki API?
Jawab :
No Diketahui Perhitungan Nilai (US$)
a. Harga faktur (cost) US$100.000
b Biaya asuransi (insurance) (5% x US$100.000) US$5.000
c Biaya angkut (freight) (10% x US$100.000) US$10.000
CIF (cost, insurance & freight) (a+b+c) US$115.000
d. CIF (dalam rupiah) (US$115.000 x Rp10.000) Rp1.150.000.000
e. Bea masuk (20% x Rp1.150.000.000) Rp230.000.000
f Bea masuk tambahan (10% x Rp1.150.000.000) Rp115.000.000
Nilai Impor (d+e+f) Rp1.495.000.000
Jadi, PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC, jika PT ABC memiliki API (2,5% x Nilai
Impor):
2,5% x Rp1.495.000.000 = Rp37.375.000
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC jika PT ABC tidak memiliki API (7,5% x Nilai
Impor):
7,5% X Rp1.495.000.000 = Rp112.125.000
Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 atas Penjualan Hasil Produksi Industri Tertentu
Kasus dan Pertanyaan:
1. Pada bulan Agustus, PT Semen Sentosa menjual hasil produknya kepada PT
Indah Bahagia senilai Rp825.000.000. harga tersebut sudah termasuk PPN
sebesar 10%.
2. Pada bulan April, PT Gerhana yang bergerak dalam industri kertas menjual hasil
produksinya senilai Rp550.000.000 kepada PT Halilintar. Harga tersebut sudah
termasuk PPN sebesar 10%.
`26
3. Pada bulan Juli, PT Baja Perkasa menjual hasil produknya kepada PT Adi Karya
senilai Rp1.100.000.000. Harga tersebut sudah termasuk PPN sebesar 10%.
Jawab
No PPh Pasal 22 yang Dipungut Nilai (Rp)
1 DPP PPN = (100/110) x Rp825.000.000 750.000.000
0,25% x Rp750.000.000 1.875.000
2 DPP PPN = (100/110) x Rp550.000.000 500.000.000
0,25% x Rp500.000.000 500.000
3 DPP PPN : (100/110) x Rp1.100.000.000 1.000.000.000
0,25% x Rp1.000.000.000 3.000.000
Contoh Perhitungan PPh Pasal 22 yang Dipungut oleh Pertamina dan Badan Usaha
Selain Pertamina
Kasus
PT Pertamina selaku produsen bahan bakar minyak, gas, dan pelumas menyerahkan
bahan bakar minyak senilai Rp300.000.000 (tidak termasuk PPN) kepada non-SPBU.
Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut?
Jawaban:
PPh Pasal 22 yang dipungut atas penyerahan bahan bakar minyak
adalah: 0,3% x Rp 300.000.000 = Rp.900.000
BAB IV
PAJAK PNGHASILAN PASAL 23
`27
4.1. Pengertian
Pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal dari deviden, bunga, royalti,
sewa dan penghasilan lain atas penggunaan harta dan imbalan jasa teknik
/manajemen dan jasa lainnya. Atau pajak yang dipotong atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri serta badan usaha tetap
dengan nama dan bentuk apapun yang berasal dari modal penyerahan jasa
meliputi deviden, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan penghasilan sehubungan
dengan penggunaan harta dan imbalan jasa tertentu
4.2. Pemotong PPh
Di dalam pasal 23 diatur unsur-unsur atau siapa saja yang berhak melakukan
pemotongan PPH. Ini dia unsur-unsur tersebut:
1. Pemerintah
2. Subjek pajak
3. Penyelenggara transaksi atau kegiatan
4. Bentuk usaha tetap
5. Agen perusahaan luar negeri
6. Wajib pajak orang pribadi
4.3. Objek Pajak PPh Pasal 23
Objek Pajak yang dikenakan tarif 15%
� Deviden (kelebihan dana yang diterima)
� Bunga
� Royalti
� Hadiah
� Penghargaan
� Bonus, dll
`28
4. Jasa Perancang (design)
5. Jasa Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas) kecuali
yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap
6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas
7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas
8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan
9. Jasa penebangan hutan
10. Jasa pengolahan limbah
11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourching service)
12. Jasa perantara dan/atau kegenan
13. Jasa dibidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilaukan oleg Bursa Efek
Catatan:
Pemotongan pajak penghasilan berdasarkan tarif baru sebesar 2 % ini dikenakan
atas jumlah bruto tidak termasuk PPN sedangkan dalam hal penerima imbalan tidak
memiliki NPWP besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus
persen) dari pada tarif yang berlaku
Objek Pajak yang dikenakan tarif 2%
� Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
� Imbalan jasa teknik
� Imbalan jasa manajemen
� Imbalan jasa konsultan
� Imbalan jasa lainnya
Jasa lainnya
� Jasa penilai (appraisal)
`29
� Jasa aktuaris
� Jasa akuntansi, pembukuan, dan laporan keuangan
� Jasa pengeboran
� Jasa penunjang di bidang penambangan migas
� Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas
� Jasa penebangan hutan
� Jasa pengolahan limbah
� Jasa penyedian tenaga kerja (outsourcing)
� Jasa perantara/keagenan
� Jasa perdagangan surat berharga
� Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan surat berharga
� Jasa pengisian suara (dubbing)
� Jasa sofware komputer
� Jasa pemasangan/instalasi mesin, peralatan, listrik, telpon, air, gas, ac. Tv kabel
� Jasa maklun
� Jasa keamanan dll.
`30
hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal jatuh tempo penyetoran atau batas akhir pelaporan PPh Pasal 23
bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran atau pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
Lembar
Pemilik Total deviden PPh pasal 23 Yang Diterima
saham
Saham
PT Akses 6000 Rp 6.000.000 Rp 900.000 Rp 5.100.000
Jawaban
PPh Pasal 23
◦ Jumlah pembayaran (termasuk PPN) = Rp 4.400.000
◦ Objek PPh Pasal 23
`31
10/110 x Rp 4.400.000 = Rp 4.000.000
◦ PPh Pasal 23
2% x Rp 4.000.000 = Rp 80.000
BAB V
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24
5.1. Pengertian
`33
PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah peraturan yang mengatur hak
wajib pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi
nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia. ... Penghasilan berupa imbalan yang
berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak
untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak
terutang yang dimiliki di Indonesia. Tercantum dalam Pasal 24 ayat 1 UU PPh bahwa
pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak
yang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh (UU nomor 36 tahun 2008) dalam
tahun pajak yang sama. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 24 ayat 2 UU PPh,
besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan
Undang-undang PPh (UU nomor 36 tahun 2008 ).
Ketentuan Pasal 24 UU PPh mengatur tentang perhitungan besarnya pajak
atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak
dalam negeri . Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan dalam tahun digabungkannya
penghasilan dari luar negeri dengan penghasilan di Indonesia agar wajib pajak tidak
terkena pajak ganda
`34
5.3. Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong
hutang pajak Indonesia sebagai berikut:
1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan
penggunaan harta-benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan
pertambangan.
7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk
usaha tetap (BUT).
Jika nilai pajak di luar negeri yang telah digunakan sebagai kredit pajak di
Indonesia, telah berkurang atau dikembalikan, sehingga nilai kredit akan
berkurang untuk menutup pajak terutang yang ada di sini, maka harus
membayar jumlah terutang tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia.
Sedangkan apabila penghasilan luar negeri mengalami perubahan, maka wajib
pajak diharuskan melakukan pembetulan SPT tahun pajak yang bersangkutan.
5.4. Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar
negeri, wajib pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal
Pajak dengan dilampiri:
Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
Fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri
Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
`35
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar
negeri tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT tahunan PPh.
`36
Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (Pasal 18 Ayat 2 UU PPh)
dilakukan dalam Tahun Pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Contoh kasus:
PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri
dalam tahun 2016 sebagai berikut:
1. Hasil usaha di negara Jerman dalam Tahun Pajak 2018 sebesar
Rp700.000.000,00
2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di “ABC
Com sebesar Rpl.000.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2012
yang ditetapkan RUPS tahun 2014, dan baru dibayarkan tahun 2018.
3. Di negara Inggris, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di
“DEF Corp.” Sebesar Rp2.000.000.000,00. Saham tersebut tidak
diperdagangkan di bursa efek. Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham
2017 yang berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh
tahun 2018.
4. Penghasilan berupa bunga semester Il tahun 2018 sebesar Rp500.000.000,.00
dari Bangkok Bank di Thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada
bulan April 2019
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan
PT Mandiri dari dalam negeri dalam Tahun Pajak 2018 adalah penghasilan pada
angka 1, 2, dan 3 Sementara itu, penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan
penghasilan PT Mandiri dari dalam negeri dalam Tahun Pajak 2019.
`37
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga,
royalti. Sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak
adalah negara tempat harta tersebut terletak
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah ara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada.
5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap
tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada.
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap
berada.
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk
usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3
unsur/perhitungan berikut ini
Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.
(Penghasilan luar negeri : Seluruh Penghasilan Kena Pajak) x PPh atas seluruh
yang dikenakan tarif Pasal 17
Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh Penghasilan Kena Pajak (dalam hal
Penghasilan Kena Pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).
Contoh Kasus:
PT Cemara memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:
1. Penghasilan dari luar negeri Rp5.000.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar
40%.
2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp4.000.000.000,00.
Maka Jumlah penghasilan neto adalah:
Rp. 5.000.000.000,00 + Rp4.000.000.000,00- Rp9.000.000.000,00
`38
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/perhitungan
berikut
PPh terutang atau dibayar di luar negeri adalah:
40% x Rp.5.000.000.000,00 – Rp.2.000.000.000,00
(Rp.5.000.000.000,00:Rp.9.000.000.000,00) x Rp.2.250.000.000,00
= Rp.l.250.000.000,0
PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp.9.000.000.000,00 x 25%
= Rp.2.250.000.000,00
Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2 sebesar
Rp1.250.000.000,00.
5.7. Batas Maksimum Kredit Pajak untuk Setiap Negara (per country limitation)
Apabila penghasilan luar negeri berasal dari beberapa negara maka
penghitungan batan maksimum kredit pajak dilakukan untuk masing-masing
negara.
Contoh Kasus:
PT Diaswati memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut:
1. Di negara A, memperoleh penghasilan (laba) Rp2.000.000.000,00 dengan tarif
paja sebesar 35% (Rp700.000.000,00).
2. Di negara B, memperoleh penghasilan (laba) Rpl.000,000,000,00 dengan tarif
pajak sebesar 20% (Rp200.000.000,00).
3. Penghasilan usaha di Indonesia Rp5.000.000.000,00.
Penghitungan kredit pajak luar negeri adalah sebagai berikut:
o Penghasilan luar negeri
Laba di negara A Rp. 2.000.000.000,00
Laba di negara B Rp. 1.000.000.000,00
Jumlah penghasilan Rp. 3.000.000.000,00
o Penghasilan dalam negeri Rp. 5.000.000.000.00
o Jumlah penghasilan neto atau Penghasilan Kena Pajaknya adalah
Rp. 3.000.000.000,00 + Rp5.000.000.000,00 = Rp8.000.000.000,00
o PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp8.000.000.000,00 x 25%
= Rp2.000.000.000,00
`39
o Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah:
Untuk negara A:
(Rp.2.000.000.000,00 : Rp.8.000.000.000,00) x Rp 2.000,000.000,00
= Rp500.000.000,00
Pajak terutang di negara A sebesar Rp.700.000.000,00 maka maksimum kredit
pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp500.000.000,00.
Untuk negara B:
(Rp.l.000.000.000,00: Rp.8.000.000.000,00) x Rp.2.000.000.0O0,00
= Rp250.000.000,00.
Pajak terutang di negara B sebesar Rp200.000.000,00 maka maksimum kredit
pajak yang dapat dikreditkan adalah Rp.250.000.000,00.
Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar
Rp.500.000.000,00 + Rp.250.000.000,00 = Rp.750.000.000,00.
`40
o Penghasilan dalam negeri Rp4.000.000.000,00
o Jumlah penghasilan neto atau Penghasilan Kena Pajaknya adalah:
Rp.4 000 000 000,00 + Rp.4.000.000,000,00 = Rp.8.000.000.000,00
o PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp.8.000.000.000,00 x 25%
= Rp.2.000.000,000,00.
o Batas maksimum kredit pajak untuk masing-masing negara adalah:
Untuk negara A
(Rp.l.000.000 000,00: Rp.8.000,000.000,00)x Rp.2.000.000.000,00
= Rp250.000.000.0
Pajak terutang di negara A sebesar Rp. 350.000.000.000,00 maka maksimum
kredit Pajak yang dapat dikreditkan = Rp. 250.000.000.000,00
Untuk negara B
(Rp. 3.000.000.000,00 : Rp. 8.000.000.000,00) x Rp. 2.000.000.000,00
= Rp. 750.000.000,00
Di negara C
PT Fiskal menderita kerugian sebesar Rp. 2.000.000.000,00. Kerugian ini tidak
dapat dimasukkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Kerugian ini
juga tidak dapat dikompensasikan sebagai kredit pajak luar negeri.
o Jumlah Kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah
Rp. 250.000.000.000,00 + Rp. 750.000.000.000,00 = Rp. 1.000.000.000,000,00
`41
Contoh Kasus:
PT Global Prima di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai
berikut :
1. Penghasilan Luar Negeri (tarif pajak 20%) Rp. 1.000.000.000,00
2. Penghasilan Dalam Negeri Rp. 3.000.000.000,00
3. Penghasilan Luar Negeri (Setelah dikoreksi di luar negeri) Rp. 2.000.000.000,00
4. PPh Pasal 25 Rp. 600.000.000,00
SPT 2018
Penghasilan luar negeri Rp. 1.000.000.000,00
Penghasilan dalam negeri Rp. 3.000.000.000,00
Penghasilan kena pajak Rp. 4.000.000.000,00 +
PPh Terutang (menurut pasal 17) Rp. 1.000.000.000,00
Kredit pajak luar negeri yang diperkenankan Rp. 200.000.000,00 -
Harus bayar di Indonesia Rp. 800.000.000,00
PPh pasal 25 Rp. 600.000.000,00 -
PPh pasal.29 Rp. 200.000.000,00
Pembetulan SPT
Penghasilan luar negeri Rp. 2.000.000.000,00
Penghasilan dalam negeri Rp. 3.000.000.000,00 +
Penghasilan kena pajak Rp. 5.000.000.000,00
PPh Terutang (menurut pasal 17) Rp. 1.250.000.000,00
Kredit pajak luar negeri yang diperkenankan Rp. (400.000.000,00)
Harus bayar di Indonesia Rp. 850.000.000,00
PPh pasal 25 Rp. (600.000.000,00)
PPh pasal.29 yang sudah disetor Rp. 200.000.000,00 -
Masih harus dibayar Rp. 50.000.000,00
Terhadap PPh yang masih harus dibayar sebesar Rp. 50.000.000,00 tidak ditagih
bunga.
`42
BAB VI
PAJAK PENGHASILAN PASAL 25
`43
dikenakan Penghasilan Kena Pajak (PKP) x Tarif PPh pada UU PPh Pasal 17 ayat
(1) huruf a.
Jawab:
Kredit pajak:
`44
Tahunan PPh
Tuan Purnama menyampaikan SPT Tahunan PPh 2014 pada bulan Maret
2015. Angsuran PPh Pasal 25 pada bulan Desember 2014 adalah Rp.2.000.000,
maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan Januari dan Februari 2015
masing-masing adalah Rp.2.000.000.
3. Perhitungan Angsuran Pajak Apabila dalam Tahun Berjalan Diterbitkan SKP untuk
Tahun Pajak yang Lalu
Berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak 2013 yang
disampaikan oleh Tuan Purnama pada Maret 2014, perhitungan besarnya angsuran
pajak yang harus dibayar adalah Rp.1.500.000. Pada bulan Juli 2014 diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak (SKP) tahun pajak 2013 yang menghasilkan besarnya
angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp2.000.000. Berdasarkan ketentuan yang
berlaku, maka besarnya angsuran pajak yang harus dibayar Tuan Purnama mulai
Agustus 2014 adalah Rp.2.000.000.Penetapan besarnya angsuran pajak
berdasarkan SKP bisa sama, lebih besar, atau lebih kecil dari nilai angsuran pajak
sebelumnya berdasarkan SPT Tahunan.
4. Perhitungan Angsuran Pajak Apabila Terdapat Kompensasi Kerugian
Penghasilan PT Sinar Rembulan tahun 2014 adalah Rp.250.000.000.
Perusahaan memiliki sisa kerugian tahun 2013 yang masih dapat dikompensasikan
yaitu sebesar Rp.350.0000.000, sedangkan sisa kerugian yang belum
dikompensasikan pada tahun 2013 sebesar Rp.100.000.000.Pada tahun 2014 PPh yang
dipotong atau dipungut pihak lain yaitu sebesar Rp9.000.000, dan tidak ada pajak yang
terutang atau dibayar di luar negeri. Berapa angsuran PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh
PT Sinar Rembulan?
Jawab:
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar perhitungan angsuran PPh Pasal 25
adalah sebesar Rp250.000.000 – Rp100.000.000 = Rp150.000.000.
PPh terutang:
`45
25% x Rp150.000.000 37.500.000
PPh dipotong atau dipungut (9.000.000)
Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2015 28.500.000
Besarnya PPh Pasal 25 PT Sinar Rembulan tahun 2015 = Rp28.500.000/12 =
Rp2.375.000
5. Perhitungan Angsuran Pajak Apabila Wajib Pajak Memiliki Penghasilan Tidak Teratur
Pada tahun 2014 Tuan Mahendra memperoleh penghasilan teratur sebesar
Rp.72.000.000. Sedangkan, Tuan Mahendra memiliki penghasilan tidak teratur pada
tahun 2014 sebesar Rp.28.000.000. Atas penghasilan tersebut, maka penghasilan
yang dapat dijadikan dasar untuk perhitungan PPh Pasal 25 untuk tahun 2015
hanya yang berasal dari penghasilan teratur saja yaitu sebesar Rp72.000.000.
6. Wajib Pajak Membetulkan Sendiri SPT Tahunan Pajak yang Mengakibatkan
Angsuran Pajak Menjadi Lebih Besar dari Angsuran Pajak Sebelum Pembetulan
SPT Tahunan PPh tahun pajak 2011 PT Bahari disampaikan pada tanggal 24
Maret 2012, dengan data sebagai berikut:
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun pajak 2012 dihitung sebagai berikut:
`46
a. Angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Januari sampai Februari 2012 sama
besar dengan jumlah angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Desember 2011
masing-masing sebesar Rp 6.000.000.
b. Angsuran PPh Pasal 25 untuk masa Maret sampai Juli 2012 dihitung
berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2011 sebelum pembetulan
sebagai berikut:
`47
c. Untuk masa Mei 2012 terutang bunga 2% per bulan dihitung sejak 16 Juni
2012 sampai dengan tanggal penyetoran.
d. Untuk masa Juni 2012 terutang bunga 2% per bulan dihitung sejak 16 Juli
2012 sampai dengan tanggal penyetoran.
e. Untuk masa Juli 2012 terutang bunga 2% per bulan dihitung sejak 16
Agustus 2012 sampai dengan tanggal penyetoran.
Tak hanya keenam contoh di atas, terdapat pula contoh penghitungan angsuran
pajak untuk wajib pajak baru dengan berbagai kondisi sebagai berikut:
1. Wajib Pajak Badan Baru Menyelenggarakan Pembukuan
PT Sarana Indah terdaftar sebagai wajib pajak sejak 1 Februari 2015. Peredaran
bruto menurut pembukuan dalam Februari 2015 adalah sebesar Rp200.00.000
dan dikurangi dengan biaya yang diperkenankan, sehingga menghasilkan
penghasilan neto sebesar Rp60.000.000. Besarnya PPh Pasal 25 untuk masa
Februari 2015 yaitu sebagai berikut:
Penghasilan neto Februari 2015 60.000.000
Penghasilan neto yang disetahunkan 720.000.000
PPh terutang: 25% x 720.000.000 180.000.000
Besarnya PPh Pasal 25 PT Sarana Indah tahun 2015 = 180.000.000/12
= 15.000.000.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Baru Menyelenggarakan Pembukuan
Doni Sugianto berstatus menikah dan memiliki 2 orang anak. Doni baru saja
terdaftar sebagai wajib pajak orang pribadi sejak 1 Agustus 2016. Dalam
penyelenggaraan usahanya Doni menggunakan metode pembukuan dengan
penghasilan bruto pada bulan Agustus 2016 sebesar Rp250.000.000 dan biaya
yang diperkenankan untuk mengurangi penghasilan bruto sebesar
Rp50.000.000. Hitung besarnya PPh Pasal 25 Agustus 2016?
Jawab:
Besarnya PPh Pasal 25 masa Agustus 2016:
`48
Penghasilan bruto Agustus 2016 120.000.000
Biaya pengurang yang diperkenankan (90.000.000)
Penghasilan neto Agustus 2016 30.000.000
Penghasilan neto yang disetahunkan 360.000.000
PTKP (K/2) (67.500.000)
Penghasilan Kena Pajak 292.500.000
PPh terutang:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 42.500.000 10.625.000
Total PPh terutang setahun 43.125.000
Angsuran PPh Pasal 25 Agustus 2016 43.125.000/12 3.593.750
Jadi, besarnya angsuran pajak yang harus dibayar oleh Doni Sugianto pada
masa Agustus 2016 adalah sebesar Rp.3.593.700.
3. Wajib Pajak Orang Pribadi Baru hanya Menyelenggarakan Pencatatan dengan
menggunakan Norma Perhitungan Penghasilan Neto
Perusahaan Bahari dimiliki oleh Taslim yang berstatus menikah dan memiliki 3
orang anak. Taslim baru saja terdaftar sebagai wajib pajak sejak 1 Agustus
2016. Peredaran bruto menurut catatan harian selama September 2016 yaitu
sebesar Rp60.000.000. Persentase Norma Perhitungan perusahaan Bahari
berdasarkan jenis usahanya adalah 30%. Hitung besarnya angsuran pajak yang
harus dibayar pada Agustus 2016?
Jawab:
Besarnya PPh Pasal 25 masa Agustus 2016:
Penghasilan bruto Agustus 2016 60.000.000
Penghasilan neto (30% x 60.000.000) 18.000.000
Penghasilan neto yang disetahunkan 216.000.000
PTKP (K/3) (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 144.000.000
PPh terutang:
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 94.000.000 14.100.000
Total PPh terutang setahun 16.600.000
Angsuran PPh Pasal 25 Agustus 2016 16.600.000/12 1.383.333
Jadi, besarnya Angsuran pajak yang harus dibayar oleh Taslim pada masa
Agustus 2016 adalah sebesar Rp1.383.000
`49
4. Perhitungan Angsuran Pajak bagi Wajib Pajak Bank
Bank Dana Sejahtera dalam laporan triwulan April sampai dengan Juni 2015
menunjukkan penghasilan neto sebesar Rp500.000.000. Hitunglah angsuran
PPh Pasal 25 untuk masa Juli, Agustus, September 2015?
Jawab:
Penghasilan neto triwulan 300.000.000
Penghasilan neto yang disetahunkan: 4 x 300.000.000 1.200.000.000
PPh terutang: 5% x 1.200.000.000 300.000.000
Besarnya PPh Pasal 25 masa Juli, Agustus, September 2015 adalah
300.000.000/12 = 25.000.000.
5. Perhitungan Angsuran Pajak bagi Wajib Pajak BUMN atau BUMD
Menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan (RKAP) Tahun 2015 yang
sudah disahkan, PT Jogja Bangkit (sebuah BUMD yang dimiliki oleh pemerintah
Kota Yogyakarta) diperkirakan mempunyai penghasilan neto sebesar
Rp1.000.000.000. Kredit Pajak yang berasal dari PPh Pasal 22, 23, dan 24
adalah sebesar Rp70.000.000. Hitunglah angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun
2015?
Jawab:
Sumber:
`50
Mekari. 2018. Pengertian Kredit Pajak PPh Pasal 24 dan Contoh
Perhitungannya. https://klikpajak.id/blog/bayar-pajak/kredit-pajak-pph-24/
`51