Kelahiran merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi seorang ibu. Anak yang
lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua wanita. Tetapi tidak semua wanita
melahirkan secara normal serta mendapatkan bayi yang sehat. Terdapat berbagai komplikasi
yang terjadi pada saat persalinan. Dalam hal ini yang paling sering ditemukan adalah kasus
asfiksia neonatorum atau asfiksia pada bayi baru lahir.
Menurut WHO, setiap tahunnya , sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian balita, sebanyak 38% meninggal pada masa BBL (IACMEG, 2005). Kematian BBL
di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%),
kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO, 2007)
BAB I
PENDAHULUAN
c. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13cm) yang letaknya
bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada
ketinggian tulan rawan krikoid. Berdasarkan letaknya,faring dibagi menjadi tiga
yaitu dibelakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang
laring (laringo-faring).
d. Laring
Laring sering disebut dengan ”voice box” dibentuk oleh struktur
epiteliumlined yang berhubungna dengan faring dan trakhea. Laring terletak
dianterior tulang belakang ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di
posterior laring.
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal
ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari
tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup
laring. Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian
atas esopagus.Cartilago/tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai
berikut: cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun (Adam’s apple) dan sangat
jelas terlihat pada pria, cartilago epiglottis 1 buah, cartilago cricoidea 1 buah,
cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker.
b. Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan
lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus
bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan
di bawah arteri pulmonalis, sebelurn dibelah menjadi beberapa cabang yang
berjalan ke lobus atas dan bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
c. Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas kecil
gelembung-gelembung (alveoli). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus
terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara
kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau
kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari
3 lobus (lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo
dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus (lobus sinistra
superior dan lobus sinistra inferior).
G. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
a. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat
terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan pendarahan otak. (Hidayat,
Aziz Alimul.(2005)
b. Anuria dan Oliguria
Disfungsi jaringan jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal dengan istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir keorgan seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
J. Pencegahan
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur
denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa
nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia,
dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam
posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan
melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk
mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia
dan mencegah hipotermia. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan
mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena
sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka
paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika
semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau
deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan
pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana
ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna
menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
N DIAGNOSA PERENCANAAN
O
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISAS
3. Ansietas b/d Tujuan : keluarga tidak 1. mengevaluasi tingkat 1. Agar keluarga tah
ancaman kematian cemas pemahaman keluarga penyebab sesak yang dia
KH : klien tentang bayinya
1. Keluarga klien tetap diagnose.
tenang 2. Memberikan 2. Agar dapat mengu
2. Keluarga mengerti dengan kesempatan untuk cemas
apa yang dianjurkan
bertanya dan jawab
dengan jujur antara
keluarga dan perawat.
3. Melibatkan orang 3. Agar keluarga tahu
terdekat dalam perawat lakukan
perencanaan
keperawatan.
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : By. C
Jenis Kelamin : laki-laki
TTL / Usia : 2 Jam
Agama : islam
Alamat :Kota Baru Jambi
Anak ke : 1 (satu)
Suku Bangsa : Melayu
DS :
Bida
n T
meng
ataka
n By.
C
setel
ah
dilah
irkan
tidak
seger
a
mena
ngis
Bida
n T
meng
ataka
n
perna
fasan
nya
tidak
terat
ur
DO :
Bayi
tamp
ak
sulit
berna
pas
RR :
15x/i
N :
90x/i
Klien
tamp
ak
terpa
sang
O2 2
liter.
DS :
Ayah
klien
meng
ataka
n
cema
s
deng
an
keada
an
anak
nya.
DO :
K
el
ua
rg
a
kli
en
ta
m
pa
k
ce
m
as
K
el
ua
rg
a
kli
en
ta
m
pa
k
ge
lis
ah
m
eli
ha
t
an
ak
ny
a
m
asi
h
be
lu
m
m
en
an
gi
s.
K
el
ua
rg
a
kli
en
ta
m
pa
k
ce
m
as
m
eli
ha
t
an
ak
ny
a
ter
pa
sa
ng
al
at
pe
m
ba
nt
u
pe
rn
ap
as
an
(o
ks
ig
en
2
lit
er)
,
da
n
ter
pa
sa
ng
inf
us.
3. Diagnosa Keperawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. C
Usia : 2 Jam
N TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
O DITEGAKKAN
1. 03 Agustus 2012 Gangguan pertukaran gas b/d ekspansi
2011
yang kurang adekuat d.d Bidan T
mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak
segera menangis, bidan T mengatakan
pernafasannya tidak teratur, bayi tampak
sulit bernapas, RR : 15x/I, N : 90x/I, klien
tampak terpasang O2 2 liter.
Kolaborasi
5. Berikan
oksigen
tambahan
4. sulit
menerima
dengan isu
emosi bila
tidak
kenyamanan
fisik menetap.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 Jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Pertama
Kolaborasi :
5. Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang O2
2liter
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
2 4-10-2012 Bersihan jalan nafas Jam 10.00 Jam 12.00
tidak efektif b/d 1. Mengauskultasi
S : Orangtua klien
suara nafas sebelum
penumpukan cairan mengatakan
dan sesudah
anaknya masih
ketuban d.d Bidan T suction.
sesak napas
H: Sebelum : Kreckles
mengatakan Ny.M
Setelah : Vesikuler
O : RR 20x/i
partus lama selama 12 2. Memberitahu
N 102x/i
keluarga tentang
jam, bidan T
suction
A : Masalah
mengatakan warna H: supaya keluarga
bersihan jalan napas
mengetahui bahwa
ketuban hijau dan teratasi sebagian
anaknya akan
kental, tonus otot bayi C dilakukan suction
P : Intervensi
3. Mengobservasi
fleksi ektremitasnya dilanjutkan (3, 4, 5 )
adanya tanda-tanda
tampak lemah, RR: distres pernafasan
H: Pernapasan klien
15x/I, N: 90x/
dapat terpantau
4. Memposisikan
bayi miring
kekanan setelah
memberikan makan
H: Bayi mau diposisikan
Kolaborasi
5. Melakukan hisap
mulut dan
nasopharing dengan
spuit sesuai
kebutuhan
H: Jalan napas kembali
normalJam 10.00
6. Mengkaji frekuensi
kedalaman dan
kemudahan
bernapas.
H : Frekuensi napas
dapat terpantau
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Kedua
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 5-10-2012 Gangguan pemenuhan Jam 14.30 Jam 17.00
kebutuhan O2 b/d 1. Mengkaji frekuensi
ekspansi yang kurang S : Klien masih
kedalaman
adekuat d.d Bidan T tampak
mengatakan By. C dan kesulitan
setelah dilahirkan tidak bernafas
kemudahan
segera menangis, bidan
T mengatakan bernapas. O:
pernafasannya tidak RR : 28x/i
H : Frekuensi napas
teratur, bayi tampak Napas Vesikuler
sulit bernapas, RR : dapat terpantau
15x/I, N : 90x/I, klien A : Masalah teratasi
2. Mengauskultasi bunyi
tampak terpasang O2 2 sebagian
liter, napas
P : Intervensi
3. Memposisikan bayi
dilanjutkan (1, 3, 4 )
pada posisi telentang
dengan gulungan
popok dibawah bahu
untuk menghasilkan
sedikit hiperektensi
Kolaborasi :
4. Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang
O2 2liter
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Ketiga
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 6-10-2012 Gangguan pemenuhan Jam 09.00 Jam 12.00
kebutuhan O2 b/d
1. Mengkaji frekuensi
ekspansi yang kurang S : Klien tampak
adekuat d.d Bidan T kedalaman dan bernafas normal
mengatakan By. C
kemudahan bernapas.
setelah dilahirkan tidak O:
segera menangis, bidan H : Frekuensi napas RR : 33x/i
T mengatakan Napas Vesikuler
dapat terpantau
pernafasannya tidak
teratur, bayi tampak 2. Memposisikan bayi A : Masalah teratasi
sulit bernapas, RR :
pada posisi telentang
15x/I, N : 90x/I, klien P : Intervensi
tampak terpasang O2 2 dengan gulungan dihentikan
liter,
popok dibawah bahu
untuk menghasilkan
sedikit hiperektensi
Kolaborasi :
3. Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang O2
2liter
A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
Asfiksia di bagi menjadi 3 jenis, yaitu Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-6 : Asfiksia
sedang Nilai 7-10 : Normal
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang
peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur
denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa
nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan
upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat,
penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan
buatan (bila perlu).
Diagnosa keperawatan yang dapat diangakat secara teoritis adalah :
f. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
g. Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
h. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
i. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan
ventilasi.
j. Asietas b/d ancaman kematian
B. SARAN
1. Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan
mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit asfiksia dengan
mengadakan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
2. Institusi
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dan bahan
pustaka Seolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai
asuhan keperawatan dengan asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Soetomo. RSU.1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan anak.
Surabaya: FK UNAIR
Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Infomedika
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Manuaba, Ida Bagus, 1998. IlmuKebidananPenyakitKandungan Dan
KeluargaBerencanaUntukPendidikanBidan, Jakarta :Arcan.
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis ObstetriJilid 2. Jakarta : EGCVivian, Nani L.D. 2010.
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.