Anda di halaman 1dari 51

Askep Asfiksia

Kelahiran merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi seorang ibu. Anak yang
lahir dengan kondisi sehat adalah harapan semua wanita. Tetapi tidak semua wanita
melahirkan secara normal serta mendapatkan bayi yang sehat. Terdapat berbagai komplikasi
yang terjadi pada saat persalinan. Dalam hal ini yang paling sering ditemukan adalah kasus
asfiksia neonatorum atau asfiksia pada bayi baru lahir.
Menurut WHO, setiap tahunnya , sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir
mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh
kematian balita, sebanyak 38% meninggal pada masa BBL (IACMEG, 2005). Kematian BBL
di Indonesia terutama disebabkan oleh prematuritas (32%), asfiksia (30%), infeksi (22%),
kelainan kongenital (7%), lain-lain (9%) (WHO, 2007)

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kesehatan merupakan hal yang sangat penting khususnya
bagi ibu yang sedang hamil. Karena dalam kondisi yang seperti ini kesehatan seorang ibu
akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan janinnya. Satu hal yang paling sering
ditemui di dalam dunia kesehatan dimana seorang bayi yang baru lahir akan tetapi bayi itu
akan mengalami kesulitan dalam bernafas. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian
yang paling penting pada anak, terutama bayi, karena saluran napasnya masih sempit dan
daya tahan tubuhnya masih rendah. Salah satu parameter gangguan saluran pernapasan adalah
frekuensi dan pola pernapasan. Pada bayi baru lahir sering kali terlihat pernapasan yang
dangkal, cepat, dan tidak teratur iramanya akibat pusat pengatur pernapasannya belum
berkembang secara sempurna. Pada bayi prematur gangguan pernapasan dapat disebabkan
oleh kurang matangnya paru. Disamping faktor organ pernapasan, keadaan pernapasan bayi
dan anak juga di pengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya
sakit perut, atau lambung yang penuh. (Sibuea, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga
dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia
(penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
(Saiffudin.2001).
Di Amerika Serikat pada tahun 1979 sampai 1990 terdapat 155 kematian ibu akibat
penyulit pada anestesi atau 3,8% dari 4097 kematian terkait kehamilan (Curningham, 2006).
Di negara berkembang, sectio caesarea merupakan pilihan terakhir untuk
menyelamatkan ibu dan janin pada saat kehamilan dan atau persalinan kritis. Angka kematian
ibu karena sectio caesarea yang terjadi sebesar 15,6% dari 1.000 ibu dan kejadian asfiksia
sedang dan berat pada sectio caesarea sebesar 8,7% dari 1.000 kelahiran hidup sedangkan
kematian neonatal dini sebesar 26,8% per 1.000 kelahiran hidup.(Sibuea, 2007).
Angka kematian bayi secara keseluruhan di Indonesia mencapai 334 per 100.000
kelahiran hidup dan penyebab kematian terbesar adalah asfiksia (Mieke, 2006). Angka
kematian bayi di Indonesia menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia mengalami
penurunan dari 46 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 1997) menjadi 35 per 1000 kelahiran
hidup (SKDI 2003). Sedangkan angka kematian ibu mengalami penurunan dari 421 per
100.000 kelahiran hidup (SKDI 1992) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI 2003).
Kematian pada masa perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar 28%.
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi daripada di negara
maju. Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia sedang
atau berat, dari jumlah tersebut 20% diantaranya meninggal. Di Indonesia angka kejadian
asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000 neonatus
meninggal setiap tahun karena asfiksia (Dewi dkk, 2005).
Dalm kasus asfiksia ini, peran perawat adalah bagaimana untuk memacu napas klien
untuk kembali normal. Memberikan terapi oksigen yang baik, memberikan semangat kepada
keluarga klien untuk berfikir positif dan mengurangi rasa cemas.
Pengawasan ini bertujuan menemukan sedini mungkin adanya kelainan yang dapat
mempengaruhi proses persalinan sehingga penanganannya dapat dilakukan dengan baik.
Pemilihan cara persalinan dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan demi keselamatan
ibu dan bayi, untuk ibu hamil preeklamsia cara persalinan yang sering dilakukan adalah
Sectio Caesarea. Sectio Caesarea dilakukan bila terjadi gawat janin atau fetal distress pada
kala I, terjadi ketuban pecah dini, kala II yang lama dan ibu yang mengalami kejang
(Wiknjosastro, 1999).
Pada sekarang ini, perkembangan ilmu kesehatan terutama dalam pengobatan dan
peralatan, sangatlah menunjang dalam pemulihan penyakit. Terutama penyakit yang ada
dalam pembahasan makalah ini. Begitu juga dengan petugas kesehatan, baik dokter, perawat,
ahli gizi dan lain-lain telah banyak membantu dalam pencapaian kesehatan masyarakat yang
optimal, baik dalam segi perawatan maupun dalam segi pengobatannya. Pada asfiksia
neonatorum yang paling baik dan tepat, terutama dalam segi keperawatannya sangatlah
membantu dalam penyembuhan klien. (Wiknjosastro, 1999).
Oleh karena itu dalam makalah ini dijelaskan mengenai penyakit asfiksia neonatorum.
Penyakit ini merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor
ibu, faktor placenta, faktor featus dan faktor neonatus, sehingga menyebabkan bayi sulit untuk
bernafas secara spontan. Setiap penyakit mempunyai gambaran klinik tersendiri terutama
pada tanda dan gejala, pengobatan serta perawatannya.
Dari hasil pemikiran tersebut di atas, penulis ingin membahas lebih jauh tentang
bagaimana seharusnya menangani penderita asfiksia dalam bentuk makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Klien dengan Asfiksia Neonatorum”.

B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis mengambil rumusan masalah tentang,
Bagaimana asuhan keperawatan pada By. C dengan kasus Asfiksia.

C.     Tujuan Penulisan


1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan klien dengan asfiksia neonatorum.

2.    Tujuan Khusus


a.    Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian perawatan pada By. C dengan kasus
Asfiksia.
b.    Mahasiswa mampu melakukan pengelompokan data pada By. C dengan kasus Asfiksia.
c.    Mahasiswa mampu melakukan Diagnosa keperawatan pada By. C dengan kasus
Asfiksia.
d.   Mahasiswa mampu melakukan Perencanaan keperawatan pada By. C dengan kasus
Asfiksia.
e.    Mahasiswa mampu melakukan Pelaksanaan tindakan keperawatan pada By. C dengan
kasus Asfiksa.
f.     Mahasiswa mampu melakukan Evaluasi keperawatan pada By. C dengan kasus
Asfiksia.

D.     Manfaat Penulisan


1.    Bagi Mahasiswa
a.    Agar mahasiswa dapat mengetahui gambaran secara umum tentang asfiksia.
b.    Agar mahasiswa dapat mengetahui rencana asuhan keperawatan asfiksia.

2.    Bagi Institusi


Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka Seolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan keperawatan dengan asfiksia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi


1.    Pengertian Respirasi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung Oksigen
serta menghembuskan udara yang banyak mengandung Karbondioksida keluar dari
tubuh. ( Syaifuddin.2002 ).
Respirasi adalah pertukaran gas antara individu dan lingkungan atau keseluruhan
proses pertukaran gas antara udara atmosfir dan darah serta antara darah dengan sel-sel
tubuh (Guyton.1997)
Sistem respirasi adalah system organ yang berfungsi untuk mengambil O2 dari
atmosfer ke dalam sel-sel tubuh untuk mentranspor CO2 yang dihasilkan sel-sel tubuh
kembali ke atmosfer. Organ-organ respiratorik juga berfungsi untuk produksi bicara dan
berperan dalam keseimbangan asam basa, pertahanan tubuh melawan benda asing, dan
pengatran hormonal tekanan darah.(Syaifudin.2009)
2.  Anatomi Saluran Respirasi
Gambar 1.1 Anatomi saluran pernapasan atas.
Menurut Somantri (2008), Sistem respirasi manusia terbagi menjadi dua, yaitu sistem
pernapasan bagian atas dan sistem pernapasan bagian bawah.
1.    Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terbagi atas :
a.       Lubang hidung (cavum nasi)
Hidung terbentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Bagian
dalam hidung merupakan lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan
oleh sekat. Rongga hidung mengandung rambut yang berfungsi sebagai penyaring
kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan hidung terdapat epitel
bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga
dapat menangkap benda asing yang masuk kedalam saluran pernapasan.
Bagian luar dinding terdiri dari kulit. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan
tulang rawan. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu: konka
nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior.
Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus
superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh
udara pernafasan sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak
yang disebut koana.
b.      Sinus paranasalis
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Sinus
berfungsi untuk : membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat
tulang tengkorak, mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi.

c.       Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13cm) yang letaknya
bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada
ketinggian tulan rawan krikoid. Berdasarkan letaknya,faring dibagi menjadi tiga
yaitu dibelakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang
laring (laringo-faring).
d.      Laring
Laring sering disebut dengan ”voice box” dibentuk oleh struktur
epiteliumlined yang berhubungna dengan faring dan trakhea. Laring terletak
dianterior tulang belakang ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di
posterior laring.
Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal
ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari
tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup
laring. Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit,
glandula tyroidea, dan beberapa otot kecil, dan didepan laringofaring dan bagian
atas esopagus.Cartilago/tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai
berikut: cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun (Adam’s apple) dan sangat
jelas terlihat pada pria, cartilago epiglottis 1 buah, cartilago cricoidea 1 buah,
cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker.

2.        Saluran Nafas Bagian Bawah


Gambar 1.2 Anatomi saluran pernapasan bawah

a.      Trachea atau Batang tenggorok


Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar
2,5 cm. Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan
leher dan di belakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut
manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata
torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran
disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

b.    Bronchus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke
samping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan
lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus
bawah.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan
di bawah arteri pulmonalis, sebelurn dibelah menjadi beberapa cabang yang
berjalan ke lobus atas dan bawah. Cabang utama bronchus kanan dan kiri
bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya
semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran
udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).

c.    Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas kecil
gelembung-gelembung (alveoli). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus
terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara
kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau
kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat
sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari
3 lobus (lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo
dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus (lobus sinistra
superior dan lobus sinistra inferior).

3.  Fisiologi Sistem Pernafasan Respirasi


Menurut Sylvia A (1995), fisiologi sistem respirasi dibagi menjadi dua bagian ,yaitu
respirasi eksternal dimana proses pertukaran O2 dan CO2 ke dan dari paru ke dalam O2
masuk ke dalam darah dan CO2 + H2O masuk ke paru paru darah. kemudian dikeluarkan
dari tubuh dan respirsai internal/respirasi sel dimana proses pertukaran O 2 & CO2 di tingkat
sel biokimiawi untuk proses kehidupan. Proses pernafasan terdiri dari 2 bagian, yaitu
sebagai berikut :
a.    Ventilasi pulmonal
Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya aliran udara antara atmosfir dan
alveoli paru yang terjadi melalui proses bernafas (inspirasi dan ekspirasi) sehingga terjadi
disfusi gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveoli dan kapiler pulmonal serta
ransport O2 & CO2 melalui darah dan dari sel jaringan. Mekanik pernafasan Masuk dan
keluarnya udara dari atmosfir ke dalam paru-paru dimungkinkan olen peristiwa mekanik
pernafasan yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Inspirasi (inhalasi) adalah masuknya O2 dari atmosfir & CO2 ke dlm jalan nafas.
Dalam inspirasi pernafasan perut, otot difragma akan berkontraksi dan kubah difragma
turun (posisi diafragma datar), selanjutnya ruang otot intercostalis externa menarik
dinding dada agak keluar, sehingga volume paru-paru membesar, tekanan dalam paru-
paru akan menurun dan lebih rendah dari lingkungan luar sehingga udara dari luar akan
masuk ke dalam paru-paru.
Ekspirasi (exhalasi) adalah keluarnya CO2 dari paru ke atmosfir melalui jalan nafas.
Apabila terjadi pernafasan perut, otot difragma naik kembali ke posisi semula
(melengkung) dan muskulus intercotalis interna relaksasi. Akibatnya tekanan dan ruang
didalam dada mengecil sehingga dinding dada masuk ke dalam udara keluar dari paru-
paru karena tekanan paru-paru meningkat. (Guyton.1997).
Ventilasi Selama inspirasi udara mengalir dari atmosfir ke alveoli. Selama ekspirasi
sebaliknya yaitu udara keluar dari paru-paru. Udara yg masuk ke dalam alveoli
mempunyai suhu dan kelembaban atmosfir. Udara yg dihembuskan jenuh dengan uap air
dan mempunyai suhu sama dengan tubuh. (Pearce, 2008)
Difusi Yaitu proses dimana terjadi pertukaran O2 dan CO2 pada pertemuan udara
dengan darah. Tempat difusi yg ideal yaitu di membran alveolar-kapilar karena
permukaannya luas dan tipis. Pertukaran gas antara alveoli dan darah terjadi secara difusi.
Tekanan parsial O2 (PaO+) dalam alveolus lebih tinggi dari pada dalam darah O2 dari
alveolus ke dalam darah. Sebaliknya (PaCO2) darah > (PaCO2) alveolus sehingga
perpindahan gas tergantung pada luas permukaan dan ketebalan dinding alveolus.
Transportasi gas dalam darah O2 perlu ditrasport dari paru-paru ke jaringan dan CO2
harus ditransport kembali dari jaringan ke paru-paru. Beberapa faktor yg mempengaruhi
dari paru ke jaringan , yaitu:
1.        Cardiac out put.
2.        Jumlah eritrosit.
3.        Exercise
4.        Hematokrot darah akan meningkatkan vikositas darah mengurangi transport O2
menurunkan CO.
(Pearce, 2008)

b.  Perfusi pulmonal


Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal dimana O2 diangkut
dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) / Oksihaemoglobin darah natrium (98,5%)
sedangkan dalam eritrosit bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma
(1,5%). CO2 dalam ditrasportasikan sebagai bikarbonat, alam eritosit sebagai bikarbonat,
dalam plasma sebagai kalium bikarbonat , dalam larutan bergabung dengan Hb dan
protein plasma. C02 larut dalam plasma sebesar 5 – 7 %, HbNHCO3 Carbamoni Hb
(carbamate) sebesar 15 – 20 % , Hb + CO2 HbC0 bikarbonat sebesar 60 – 80%. (Pearce,
2008)
Pengukuran volume paru Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi
disebut volume paru dan kapasitas paru. Volume paru dibagi menjadi:
1.         Volume tidal (TV) yaitu volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali
bernafas.
2.         Volume cadangan inspirasi (IRV) , yaitu volume udara maksimal yg dapat dihirup
setelah inhalasi normal.
3.         Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
4.         Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi
maksimal.
(Guyton, 1997)

B.       Definisi Asfiksia


Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara
spontan dan teratur setelah melahirkan. (Rahman.2000)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga
dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia
(penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
(FKUI.2007)

C.      Klasifikasi Asfisia


Menurut M. Rahman (2000), Asfiksia dapat di klasifikasikan berdasarkan skor APGAR,
yaitu :
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
nafas dibersihkan
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas Fleksi kuat
(lemah) gerak aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
ekstrimitas biru tubuh

Nilai 0-3   : Asfiksia berat


Nilai 4-6   : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
A=”Appearance” (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P=”Pulse”(denyut) Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi
denyut jantung dengan jari.
G=”Grimace”(seringai) gosok berulang-ulang dasar tumit kedua tumit kaki bayi
dengan jari.perhatikan reaksi pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender
pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender dari mulut dan tenggorokan di
hisap.
A=”Activity”. Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan tanganya atau
tarik salah satu tangan/kakinya.Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya
bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R=”Respiratori”.(Pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi.Perhatikan
pernapasannya.
Dilakukan pemantauan pada nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila
nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor
mencapai 7.Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir
dan menentukan prognosis,bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasinya di
mulai 30 detiksetelah lahir bila bayi tidak menangis.( bukan 1 menit seperti penilaian
skor apgar). ( FKUI, 2007)
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a.    Asfiksia Ringan (Vigorous baby') skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap
sehat dan tidak memerkikan istimewa.
b.    Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis
akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
c.    Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung
kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1.    Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap.
2.    Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

D.      Etiologi Asfiksia


Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan
persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang
sempurna tanpa gejala sisa.
Menurut M. Rachman (2000), pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi
terdiri dari:
1.    Faktor Ibu
a.       Hipoksia ibu. Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b.      Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini
sering ditemukan pada :Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau
tetani uterus akibat penyakit atau obat.
c.       Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
d.      Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2.    Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta.asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta,
misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, plasenta previa dan lain-lain.
3.    Faktor featus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4.    Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial. Kelainan
konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan,
hipoplasia paru dan lain-lain.

E.       Patofisiologi Asfiksia


Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga denyut jantung janin (DJJ) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus
berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi, timbullah kini rangsangan dari
nervus simpatikus, sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang.
Janin akan mengadakan pernapasan intra uterin dan bila kita periksa kemudian terdapat
banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (FKUI.2007)
Apabila asfiksia berlajut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut jantung akan
menurun sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur, dan bayi
memasuki periode apnea primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang
dalam denyut jantung terus menurun. Tekanan darah bayi juga menurun dan bayi akan
terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnea
skunder. (Towwel.2006)

F.       Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada bayi setelah lahir menurut Nelson (1997) adalah sebagai
berikut :
1.         Bayi pucat dan kebiru-biruan
2.         Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3.         Hipoksia
4.         Asidosis metabolik atau respiratori
5.         Perubahan fungsi jantung
6.         Kegagalan sistem multiorgan
7.         Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang,
nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menangis.

G.       Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
a.    Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat
terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan pendarahan otak. (Hidayat,
Aziz Alimul.(2005)
b.    Anuria dan Oliguria
Disfungsi jaringan jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal dengan istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir keorgan seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
c.    Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
d.   Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

H.      Penatalaksanaan Medis


Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut dengan Resusitasi Bayi Baru
Lahir. Tindakan Resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal dengan ABC-resusitasi :
a.       Memastikan saluran napas terbuka :
1.      Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2.      Menghisap mulut, hidung, kalu perlu trakea
3.      Bila perlu masukan Et untuk memastikan napas terbuka
b.      Memulai pernapasan :
1.      Lakukan rangsangan taktil
2.      Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3.      Mempertahankann sirkulasi darah
4.      Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau
bila perlu menggunakan obat-obatan.
(FKUI.2007)

I.         Pemeriksaan Diagnostik


a.       Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
b.      Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus
otot dan reflek
c.       Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
d.      Pengkajian spesifik
e.       Elektrolit garam
f.       USG
g.      gula darah.
h.      PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah
menunjukkan asfiksia bermakna.
i.        Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
j.        Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-
antibodi pada membran sel darah merah.
(Septia Sari,2010)

J.        Pencegahan
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur
denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa
nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia,
dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam
posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan
melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk
mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia
dan mencegah hipotermia. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan
mampu membantu upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena
sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka
paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika
semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan atau
deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi, memberikan
pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera dimana
ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna
menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

K.    Asuhan Keperawatan Klien dengan Asfiksia Secara Teoritis


1.      Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut:
a.    Identitas klien/bayi dan keluarga.
b.    Diagnosa medik yang ditegakkan saat klien masuk rumah sakit.
c.    Alasan klien/bayi masuk ruang perinatologi.
d.   Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
e.    Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu.
f.     Riwayat kelahiran klien/bayi.
g.    Pengukuran nilai apgar score, Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya 4-6 asfiksia
sedang.
h.    Pengkajian dasar data neonatus:
1.      Sirkulasi
a.    Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60
sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di
kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.
c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2.      Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3.      Makanan/ cairan
a.    Berat badan : 2500-4000 gram
b.    Panjang badan : 44-45 cm
c.     Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4.      Neurosensori
a.    Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b.    Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama
setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding,
edema, hematoma).
c.     Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan
abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang).
5.      Pernafasan
a.    Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b.    Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c.     Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik
thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6.      Keamanan
a.       Suhu rentang dari 36,5º C sampai 37,5º C. Ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi).
b.       Kulit: lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah
muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor
(misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie
pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan
kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak
mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama
punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penempatan elektroda internal).

2.      Diagnosa Keperawatan


a.     Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b.     Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c.     Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d.    Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan
ventilasi.
e.     Asietas b/d ancaman kematian
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

N DIAGNOSA PERENCANAA PARA


O N F
KPERAWATA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISAS
N I
1. Bersihan jalan TJ : Setelah 1.        1.      Obstruksi jalan
nafas tidak dilakukan Mengauskult napas dapat
efektif tindakan asi suara dimanefestasika
berhubungan keperawatan nafas n dengan
dengan selama proses sebelum dan adanya bunyi
penumpukan keperawatan sesudah napas tambahan
mukus lendir. diharapkan jalan suction. seperti krekels,
nafas lancar 2.        Memberitahu ronki,wheezing.
Kriteria Hasil: keluarga 2.    Sebelum
1.     Rata-rata tentang melakukan
repirasi dalam suction tindakan
batas normal 3.        berikan penkes
(30-40x/menit) Mengobserva kepada keluarga
2.     Pengeluaran si adanya agar tidak
sputum tanda-tanda terjadi
melalui jalan distres kepanikan/
nafas. pernafasan kesalhpahaman.
3.     Tidak ada 4.        Dan agar ada
suara nafas Memposisika kerjasama dari
tambahan n bayi miring keluarga pasien.
2. (ronchi/wheez kekanan 3.    Untuk
Gangguan eng) setelah membersihkan
pemenuhan memberikan sisa – sisa air
kebutuhan O2 b/d makan ketubn
ekspansi yang Kolaborasi 4.    Untuk
kurang adekuat TJ: pernafasan 1.        Melakukan mencegah
kembali normal hisap mulut terjadinya
dan aspirasi
Kriteria Hasil: nasopharing
1.    Klien tidak dengan spuit
mengalami sesuai
sesak napas kebutuhan
2.    RR klien
normal (30-
40x/menit)
3.    Kulit klien
tidak pucat 1.      Kecepatan napas
Mandiri biasanya
1.      Kaji frekuensi, meningkat
kedalaman 2.      Bunyi napas
pernapasan dan menurun atau
ekspansi dada tidak ada bila jalan
2.      Auskultasi bunyi napas obstruksi
napas 3.      Posisi ini dapat
3.      Posisikan bayi memudahkan
pada abdomen pernapasan dan
atau posisi menurunkan
telentang dengan episode asfiksia
gulungan popok 4.      Merangsang SSP
dibawah bahu untuk
untuk meningkatkan
menghasilkan gerakan tubuh dan
sedikit kembalinya
hiperektensi pernapasan yang
4.      Berikan rangsang spontan
taktil yang segera5.      Memaksimalkan
( mis, gosokkan bernapas dan
punggung bayi ) menurunkan kerja
bila terjadi apnea. napas
5.      Mengobservasi
warna kulit.
Kolaborasi :
6.      Berikan oksigen
tambahan

N DIAGNOSA PERENCANAAN
O
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISAS
3. Ansietas b/d Tujuan : keluarga tidak 1.  mengevaluasi tingkat 1.              Agar keluarga tah
ancaman kematian cemas pemahaman keluarga penyebab sesak yang dia
KH : klien tentang bayinya
1.      Keluarga klien tetap diagnose.
tenang 2.  Memberikan 2.              Agar dapat mengu
2.      Keluarga mengerti dengan kesempatan untuk cemas
apa yang dianjurkan
bertanya dan jawab
dengan jujur antara
keluarga dan perawat.
3.  Melibatkan orang 3.              Agar keluarga tahu
terdekat dalam perawat lakukan
perencanaan
keperawatan.

4.  Memberikan 4.              Agar keluarga


nyaman
kenyamanan fisik

4. Kerusakan TJ: pertukaran gas Mandiri Mandiri


pertukaran gas b/d kembali normal 1.    Kaji status 1.         Takipnea me
gangguan suplai pernafasan,perhatikan distress
oksigen dan Kriteria Hasil: tanda-tanda distres pernafasan,khususn
ketidakseimbangan 5.        Mempertahankan pernafasan(mis, pernfasan lebih da
ventilasi kadar PO2 / PCO2 takipnea, pernafsan setelah 5 jam
dalam batas normal cuping hdung, kehidupan.
( pO2 : 80- mengorok,
100mmHg, pCO2 : retraksi,ronki, atau
35-45mmHg) krekels).
6.        Klien tidak 2.    Gunakan pemantauan 2.         Memberikan pe
mengalami sesak oksigen transkutan noninvasif konstan
napas atau oksimeter nadi. kadar oksigen.
7.        Suhu tubuh dalam Catat kadar setiap
keadaan normal ( S jam. Ubah sisi alat
36-37ºC setiap 3-4 jam.
3.    Hisap hidung dan 3.         Mungkin perl
orofaring dengan mempertahankan
hati-hati,sesuai jalan nafas, khusus
kebutuhan. bayi yang menerim
terkontrol.

4.      Pertahankan 4.         Stres dingin men


kenetralan suhu tubuh konsumsi oksigen
meningkatkan asid
selanjutnya
produksi surfaktan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A.      Kasus Pemicu Asfiksia


By C, usia 2 jam, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku bangsa melayu, alamat kota
baru jambi, masuk RS pada tanggal 03/10/2012. By C merupakan anak pertama dari Ny.M
dan Tn.N. By C masuk RSUD Raden Mattaher Jambi di ruang PRT. Bayi diantar oleh Bidan T
dengan alasan setelah di lahirkan bayi tidak bisa bernafas secara spontan dan tidak menangis,
bidan T mengatakan pernafasannya tidak teratur nilai Apgar score lima menit pertama adalah
5. Bidan T mengatakan bahwa sebelumnya By. C terdapat penumpukan sekret pada mulut
bayi. Menurut keterangan dari bidan hal ini terjadi dikarenakan ibu bayi partus selama 12 jam,
warna air ketuban hijau kental, usia kehamilan saat melahirkan adalah 42 minggu, selama
kelahiran ibu mengalami preeclampsia dengan TD 140/100 mmHg. Saat dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan bayi terlihat sianosis, bibir terlihat pucat dan hidung teraba
dingin, tonus otot lemah, akral teraba dingin, denyut nadi bayi 90 x/I, RR 15x/i, bayi terpasang
O2 2 liter, IVFD Dx 5% 4 tetes/i. Saat ini bayi masih dalam perawatan menurut diagnose
dokter bayi mengalami afiksia sedang dan harus di lakukan tindakan resusitasi. Keluarga klien
mengatakan bahwa dirinya cemas terhadap anaknya.

B.      Asuhan Keperawatan


Ruang : PRT Tgl masuk RS : 3 Oktober 2012
Kelas : II Tgl Pengkajian : 3 Oktober 2012

1.    Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : By. C
Jenis Kelamin : laki-laki
TTL / Usia : 2 Jam
Agama : islam
Alamat :Kota Baru Jambi
Anak ke : 1 (satu)
Suku Bangsa : Melayu

Nama orang tua


a.       Ibu
Nama : Ny. M
Umur : 23 Tahun
Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Kota Bau Jambi
b.      Ayah
Nama : Tn. N
Umur : 25 Tahun
Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Kota Baru Jambi

b.   Data Medik


Diagnosa medik
a)         Saat masuk : asfiksia
b)        Saat pengkajian : asfiksia sedang
d.   Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien masuk rumah sakit Raden Mattaher Jambi pada tanggal 03 Agustus 2011 dengan
alasan bidan T mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan setelah dilahirkan.

e.       Riwayat Kesehatan Saat Ini


Bidan T mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan dan tidak menangis setelah
dilahirkan dengan usaha bernapas lemah,

f.       Riwayat Kehamilan Ibu


a.       Umur kehamilan : 42minggu
b.      Periksa ANC : pada bidan
c.       Frekuensi ANC : 4x selama kehamilan
d.      Penyakit ibu selama hamil: hipertensi

g.      Riwayat Persalinan Ibu


1.      Jenis persalinan
Pervaginam.
2.      partus ditolong oleh bidan.
3.      lama partus selama 12 jam.
4.      Warna air ketuban hijau dan kental
5.      Selama kehamilan ibu mengalami preeklamsia dengan TD :140/100 mmHg

h.      Pemeriksaan fisik


1)   Tanda-tanda vital klien/bayi
a)         Denyut Nadi : 90 x/i
b)         RR : 15x/i
c)         Suhu :37 ⁰C
d)        BB/PB : 3000gr/43cm

2)   Head to Toe


               Kepala : Bentuk : Normal
ChepalHematom : Tidak Ada

               Mata : Bentuk : Simetris


Sekret : Tidak ada
Conjungtiva : Ananemis
Sklera : Anikterik

               Mulut : Bibir : Normal


Gigi : Belum Tumbuh

               Hidung : Simetris, Teraba dingin

               Telinga : Bentuk : Simetris

               Thorax & Abdomen : Bentuk : Normal


Nafas :Megap-megap
Denyut Jantung :Bradi Cardia
Tali Pusat :Tidak ada Perdarahan
               Ekstremitas : Tonus Otot Lemah
Teraba dingin

3)         Nilai APGAR skor bayi lima menit pertama adalah 4.


-          Detak jantung = 1
-          RR =1
-          Refleks saat jalan nafas = 1
-          Tonus otot =1
-          Warna kulit = 0
i.        Terapi
IVFD dx 5% 4 tts/i menggunakan infus set mikro.
O2 2 Liter/menit
2.        Analisa Data

NO DATA ETIO MASA


LOGI LAH
1. DS : Espansi Gangg
bidan T yang uan
mengata kurang pertuka
kan adekuat ran
bahwa gas.
sebelum
nya By.
C
terdapat
penump
ukan
sekret
pada
mulut
bayi
  DO :
2.    
Tonu
s otot Penum
bayi pukan Bersih
C cairan an
fleksi ketuba jalan
ektre n nafas
mitas tida
nya efektip
tamp
ak
lema
h
    RR:
15x/i
      N:
3. 90x/i
   
Dala
m
mulut
bayi Ancam
an
kemati Ansiet
an as

DS :
    
Bida
n T
meng
ataka
n By.
C
setel
ah
dilah
irkan
tidak
seger
a
mena
ngis
    
Bida
n T
meng
ataka
n
perna
fasan
nya
tidak
terat
ur

DO :
     Bayi
tamp
ak
sulit
berna
pas
     RR :
15x/i
     N :
90x/i
    
Klien
tamp
ak
terpa
sang
O2 2
liter.
DS :
     Ayah
klien
meng
ataka
n
cema
s
deng
an
keada
an
anak
nya.

DO :
    
K
el
ua
rg
a
kli
en
ta
m
pa
k
ce
m
as
    
K
el
ua
rg
a
kli
en
ta
m
pa
k
ge
lis
ah
m
eli
ha
t
an
ak
ny
a
m
asi
h
be
lu
m
m
en
an
gi
s.
    
K
el
ua
rg
a
kli
en
ta
m
pa
k
ce
m
as
m
eli
ha
t
an
ak
ny
a
ter
pa
sa
ng
al
at
pe
m
ba
nt
u
pe
rn
ap
as
an
(o
ks
ig
en
2
lit
er)
,
da
n
ter
pa
sa
ng
inf
us.
3.    Diagnosa Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. C
Usia : 2 Jam
N TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
O DITEGAKKAN
1. 03 Agustus 2012 Gangguan pertukaran gas b/d ekspansi
2011
yang kurang adekuat d.d Bidan T
mengatakan By. C setelah dilahirkan tidak
segera menangis, bidan T mengatakan
pernafasannya tidak teratur, bayi tampak
sulit bernapas, RR : 15x/I, N : 90x/I, klien
tampak terpasang O2 2 liter.

2. 05Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d


penumpukan cairan ketuban d.d bidan T
mengatakan bahwa sebelumnya By. C
terdapat penumpukan sekret pada mulut
bayi, tonus otot bayi C fleksi
ektremitasnya tampak lemah, RR: 15x/I,
N: 90x/i

3. 03 Oktober 2012 Asietas b/d ancaman kematian d.d ayah


klien mengatakan cemas dengan keadaan
anaknya, keluarga klien tampak cemas,
keluarga klien tampak gelisah melihat
anaknya masih belum menangis, keluarga
klien tampak cemas melihat anaknya
terpasang alat pembantu pernapasan
(oksigen 2 liter), dan terpasang infus.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Nama : Bayi C
Umur : 2 Jam
NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Gangguan pemenuhan TJ: pernafasan Mandiri Mandiri
kebutuhan O2 b/d kembali normal 1.      Kaji 1.      Kecepatan
ekspansi yang kurang frekuensi, napas biasanya
adekuat d.d Bidan T Kriteria Hasil: kedalaman meningkat
mengatakan By. C 1.      Klien tidak pernapasan
mengalami
setelah dilahirkan dan ekspansi 2.      Bunyi napas
sesak napas
tidak segera 2.      RR klien dada menurun atau
normal (30-
menangis, bidan T 2.      Auskultasi tidak ada bila
40x/menit)
mengatakan 3.      Kulit klien bunyi napas jalan napas
tidak pucat
pernafasannya tidak obstruksi
teratur, bayi tampak
sulit bernapas, RR : 3.      Posisi ini dapat
15x/I, N : 90x/I, klien 3.      Posisikan bayi memudahkan
tampak terpasang O2 2 pada abdomen pernapasan dan
liter, atau posisi menurunkan
telentang episode asfiksia
dengan
gulungan
popok 4.      Merangsang
dibawah bahu SSP untuk
untuk meningkatkan
menghasilkan gerakan tubuh
sedikit dan kembalinya
hiperektensi pernapasan
4.      Berikan yang spontan
rangsang taktil
yang segera
( mis,
gosokkan 5.     
punggung Memaksimalka
bayi ) bila n bernapas dan
terjadi apnea. menurunkan
kerja napas

Kolaborasi
5.      Berikan
oksigen
tambahan

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
2 Bersihan jalan nafas Tujuan Mandiri Mandiri
tidak efektif b/d Pola napas kembali 1.    Auskultasi suara 1. Pernapasan
penumpukan cairan efektif nafas sebelum dan ronki dan
ketuban d.d bidan T sesudah suction. mengi
mengatakan bahwa KH : menunjukkan
sebelumnya By. C         Bayi tidak sesak 2.    Beritahu keluarga obstruksi jalan
terdapat penumpukan napas tentang suction napas.
sekret pada mulut bayi,        TTV normal ( RR 3.    Observasi adanya 2.Megurangi rasa
tonus otot bayi C fleksi 30-0x/menit N tanda-tanda kecemasan
ektremitasnya tampak 45x/menit S 36- distres pernafasan 3.distres
lemah, RR: 15x/I, N: 37ºC) pernapasan
90x/i 4.    Posisikan bayi sering terjadi
miring kekanan pada bayi
setelah 4. agar makanan
memberikan yang sudah
makan masuk tidak
keluar kembali
Kolaborasi
5.      Hisap mulut dan
nasopharing 5.untuk
mengeluarkan
dengan spuit
cairan yng di
sesuai kebutuhan mulut

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
3 Asietas b/d ancaman Mendemostrasikan 1.      Evaluasi tingkat 1.    Orang
kematian d.d ayah hilangnya ansietas dan pemahaman terdekat
klien mengatakan memberikan informasi keluarga klien mendengar
cemas dengan tentang proses tentang diagnose. dan
keadaan anaknya, penyakit. mengasimilas
keluarga klien tampak KH: i informasi
cemas, keluarga klien baru yang
2.      Berikan
tampak gelisah 1.      Menunjukan rentang meliputi
kesempatan untuk
melihat anaknya perawatan yang tepat perubahan
bertanya dan jawab
masih belum dan penampilan wajah ada gambaran
dengan jujur antara
menangis, keluarga tampak rileks atau diri.
keluarga dan
klien tampak cemas istirahat. 2.    membuat
perawat.
melihat anaknya 2.      Mengakui dan kepercayaan
mendiskusikan takut
terpasang alat dan
atau masalah.
3.      Libatkan orang
pembantu pernapasan menurunkan
terdekat dalam
(oksigen 2 liter), dan kesalahan
terpasang infus. perencanaan persepsi
keperawatan. terhadap
informasi.
3.    dapat
4.      Berikan
membantu
kenyamanan fisik
dalam
memperbaiki
beberapa
perasaan
cemas.

4.    sulit
menerima
dengan isu
emosi bila
tidak
kenyamanan
fisik menetap.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 Jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Pertama

No TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
1 4-10- Gangguan pemenuhan Jam 10.00 Jam 12.00
2012 1.    Mengkaji frekuensi
kebutuhan O2 b/d
S : Klien masih
kedalaman dan
ekspansi yang kurang tampak kesulitan
kemudahan bernafas
adekuat d.d Bidan T
bernapas.
mengatakan By. C setelah O:
H : Frekuensi napas - Ekstremitas klien
dilahirkan tidak segera
masih tampak
dapat terpantau
menangis, bidan T sianosis
2.     Mengauskultasi bunyi - Klien tampak pucat
mengatakan
RR : 27x/i
napas
pernafasannya tidak -       Napas ronchi
3.    Memposisikan bayi
teratur, bayi tampak sulit
A : Masalah teratasi
pada posisi telentang
bernapas, RR : 15x/I, N : sebagian
dengan gulungan popok
90x/I, klien tampak
P : Intervensi
dibawah bahu untuk
terpasang O2 2 liter, dilanjutkan (1, 2, 3, 5 )
menghasilkan sedikit
hiperektensi
4.    Mengobservasi warna
kulit.
H : Warna kulit klien
pucat

Kolaborasi :
5.     Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang O2
2liter
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
2 4-10-2012 Bersihan jalan nafas Jam 10.00 Jam 12.00
tidak efektif b/d 1.           Mengauskultasi
S : Orangtua klien
suara nafas sebelum
penumpukan cairan mengatakan
dan sesudah
anaknya masih
ketuban d.d Bidan T suction.
sesak napas
H: Sebelum : Kreckles
mengatakan Ny.M
Setelah : Vesikuler
O : RR 20x/i
partus lama selama 12 2.           Memberitahu
N 102x/i
keluarga tentang
jam, bidan T
suction
A : Masalah
mengatakan warna H: supaya keluarga
bersihan jalan napas
mengetahui bahwa
ketuban hijau dan teratasi sebagian
anaknya akan
kental, tonus otot bayi C dilakukan suction
P : Intervensi
3.           Mengobservasi
fleksi ektremitasnya dilanjutkan (3, 4, 5 )
adanya tanda-tanda
tampak lemah, RR: distres pernafasan
H: Pernapasan klien
15x/I, N: 90x/
dapat terpantau
4.           Memposisikan
bayi miring
kekanan setelah
memberikan makan
H: Bayi mau diposisikan
Kolaborasi
5.           Melakukan hisap
mulut dan
nasopharing dengan
spuit sesuai
kebutuhan
H: Jalan napas kembali
normalJam 10.00
6.  Mengkaji frekuensi
kedalaman dan
kemudahan
bernapas.
H : Frekuensi napas
dapat terpantau

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
3 4-10-2012 Asietas b/d ancaman Jam 11.00wib Jam 12.00 wib
kematian d.d ayah klien3.      mengevaluasi tingkat
S:
mengatakan cemas pemahaman keluarga - Keluarga klien
mengatakan
dengan keadaan klien tentang diagnose.
mengerti dengan
anaknya, keluarga klien4.      Memberikan kesempatan apa yang dijelaskan
- Keluarga klien
tampak cemas, keluarga untuk bertanya dan jawab
mengatakan cemas
klien tampak gelisah dengan jujur antara sedikit berkurang
O : Keluarga klien
melihat anaknya masih keluarga dan perawat.
tampak mengerti
belum menangis, 5.      Melibatkan orang dan paham dengan
penjelasan yang
keluarga klien tampak terdekat dalam
diberikan
cemas melihat anaknya perencanaan -          Keluarga klien
masih sering
terpasang alat pembantu keperawatan.
bertanya
pernapasan (oksigen 2 6.      Memberikan tentang
keadaan
liter), dan terpasang kenyamanan fisik
anaknya
infus. A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan ( 2 )

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Kedua
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 5-10-2012 Gangguan pemenuhan Jam 14.30 Jam 17.00
kebutuhan O2 b/d 1.     Mengkaji frekuensi
ekspansi yang kurang S : Klien masih
kedalaman
adekuat d.d Bidan T tampak
mengatakan By. C dan kesulitan
setelah dilahirkan tidak bernafas
kemudahan
segera menangis, bidan
T mengatakan bernapas. O:
pernafasannya tidak RR : 28x/i
H : Frekuensi napas
teratur, bayi tampak Napas Vesikuler
sulit bernapas, RR : dapat terpantau
15x/I, N : 90x/I, klien A : Masalah teratasi
2.     Mengauskultasi bunyi
tampak terpasang O2 2 sebagian
liter, napas
P : Intervensi
3.    Memposisikan bayi
dilanjutkan (1, 3, 4 )
pada posisi telentang
dengan gulungan
popok dibawah bahu
untuk menghasilkan
sedikit hiperektensi

Kolaborasi :
4.     Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang
O2 2liter

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
2 5-10-2012 Bersihan jalan nafas Jam 14.15 wib Jam 17.00 wib
S : Klien masih
tidak efektif b/d 1.        Mengobservasi
tampak
penumpukan cairan adanya tanda-tanda kesulitan
bernafas
ketuban d.d Bidan T distres pernafasan
mengatakan Ny.M H: Pernapasan klien O:
- Tidak terdapat
partus lama selama 12 dapat terpantau.
penumpukan
jam, bidan T 2.     Memposisikan bayi cairan
-          RR : 27x/i
mengatakan warna miring kekanan
ketuban hijau dan setelah memberikan A : Masalah teratasi
sebagian
kental, tonus otot bayi C makan
fleksi ektremitasnya H: Bayi mau diposisikan P : Intervensi
dilanjutkan (1, 2)
tampak lemah, RR:Kolaborasi
15x/I, N: 90x/i 3.    Melakukan hisap
mulut dan nasopharing
dengan spuit sesuai
kebutuhan
H: Jalan napas kembali
normal
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
EVALUASI
3 5-10-2012 Asietas b/d ancaman Jam 14.15wib Jam 17.00
kematian d.d ayah klien
S : keluarga klien
mengatakan cemas 1.      Memberikan kesempatan mengatakan paham
dan menyerahkan
dengan keadaan untuk bertanya dan jawab
sepenuhnya kepada
anaknya, keluarga klien dengan jujur antara perawat
O : keluarga klien
tampak cemas, keluarga keluarga dan perawat.
tampak paham dan
klien tampak gelisah mengerti
A : masalah teratasi
melihat anaknya masih
P : intervensi
belum menangis, dihentikan.
keluarga klien tampak
cemas melihat anaknya
terpasang alat pembantu
pernapasan (oksigen 2
liter), dan terpasang
infus.

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Ketiga
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 6-10-2012 Gangguan pemenuhan Jam 09.00 Jam 12.00
kebutuhan O2 b/d
1.  Mengkaji frekuensi
ekspansi yang kurang S : Klien tampak
adekuat d.d Bidan T kedalaman dan bernafas normal
mengatakan By. C
kemudahan bernapas.
setelah dilahirkan tidak O:
segera menangis, bidan H : Frekuensi napas RR : 33x/i
T mengatakan Napas Vesikuler
dapat terpantau
pernafasannya tidak
teratur, bayi tampak 2.    Memposisikan bayi A : Masalah teratasi
sulit bernapas, RR :
pada posisi telentang
15x/I, N : 90x/I, klien P : Intervensi
tampak terpasang O2 2 dengan gulungan dihentikan
liter,
popok dibawah bahu
untuk menghasilkan
sedikit hiperektensi

Kolaborasi :
3.     Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang O2
2liter

NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


KEPERAWATAN
2 6-10-2012 Bersihan jalan nafas Jam 09.00wib Jam 12.00
tidak efektif b/d 1.      Mengobservasi
S : Klien tampak
penumpukan cairan adanya tanda- bernafas normal
ketuban d.d Bidan T tanda distres
O:
mengatakan Ny.M pernafasan RR : 33x/i
Tidak terdapat
partus lama selama 12 H: Pernapasan klien
distress
jam, bidan T dapat terpantau. pernapasan
Tidak terdapat
mengatakan warna 2.      Memposisikan
penumpukan
ketuban hijau dan bayi miring sekret
kental, tonus otot bayi kekanan setelah
A : Masalah teratasi
C fleksi ektremitasnya memberikan
tampak lemah, RR: makan P : Intervensi
dilanjutkan oleh
15x/I, N: 90x/i H: Bayi mau diposisikan
keluarga (2)
BAB IV
PENUTUP

A.      KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan
PaO2), hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
Asfiksia di bagi menjadi 3 jenis, yaitu Nilai 0-3   : Asfiksia berat Nilai 4-6   : Asfiksia
sedang Nilai 7-10 : Normal
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan
atau segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang
peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya
pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur
denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa
nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik
meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan
upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat,
penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan
buatan (bila perlu).
Diagnosa keperawatan yang dapat diangakat secara teoritis adalah :
f.      Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
g.     Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
h.     Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
i.       Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan
ventilasi.
j.       Asietas b/d ancaman kematian

B.     SARAN
1.      Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang
telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan
mampu memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyakit asfiksia dengan
mengadakan suatu penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
2.      Institusi
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dan bahan
pustaka Seolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai
asuhan keperawatan dengan asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Soetomo. RSU.1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi Lab/UPF Ilmu Kesehatan anak.
Surabaya: FK UNAIR
Hassan, Rusepno, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta: Infomedika
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta
Manuaba, Ida Bagus, 1998. IlmuKebidananPenyakitKandungan Dan
KeluargaBerencanaUntukPendidikanBidan, Jakarta :Arcan.
Mochtar, Rustam. 1998. Synopsis ObstetriJilid 2. Jakarta : EGCVivian, Nani L.D. 2010.
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai