PERDA NOMOR 19 TAHUN 2009 Pajak Reklame
PERDA NOMOR 19 TAHUN 2009 Pajak Reklame
TENTANG
PAJAK REKLAME
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom yang lainsebagai
Badan Eksekutif Daerah.
5. Dinas teknis adalah Dinas Tata Kota, Bangunan dan Pertamanan Kota Palangka Raya dan Satuan
Kerja Perangkat Daerah yang ditunjuk oleh Walikota Palangka Raya.
7. Badan adalah sekumpulan orang, dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap, dan bentuk badan lainnya.
8. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan orang, pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, dan dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, serta dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah
dan pembangunan daerah.
9. Pajak Reklame yang selanjutnya disebut Pajak adalah pungutan daerah atas penyelenggaraan
reklame.
10. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memujikan suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau
didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
11. Tiang spanduk adalah sarana atau tempat pemasangan reklame spanduk yang disediakan oleh
Pemerintah Kota Palangka Raya.
12. Penyelenggara Reklame adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame, baik
untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggung
jawabnya.
13. Kawasan adalah batasan-batasan wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan lokasi tersebut yang
dapat digunakan untuk pemasangan reklame.
14. Nilai Strategis Reklame adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame
tersebut yang dihitung sebagai perkalian dari nilai titik reklame dengan harga dasar reklame.
15. Titik Strategis adalah suatu titik lokasi yang mempunyai nilai jual tertentu/khusus.
16. Titik Lokasi Reklame adalah tata letak tempat pemasangan reklame pada suatu lokasi penggalan
jalan dan penentuan standar reklame yang dapat dipasang pada tempat itu.
17. Standar Reklame adalah ukuran luas, ketinggian, bentuk dan konstruksi bangunan reklame
termasuk ornamen-ornamennya yang dapat dipasang pada masing-masing titik lokasi.
18. Prasarana Kota adalah tanah atau bangunan milik pemerintah di Wilayah Kota Palangka Raya.
19. Luar Prasarana Kota adalah tanah atau bangunan milik perorangan atau Badan Hukum di Wilayah
Kota Palangka Raya.
20. Kawasan Reklame adalah suatu zona yang dimungkinkan untuk pemasangan reklame.
21. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPPD adalah surat yang digunakan
oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut
Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah.
22. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan oleh
Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Daerah
atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah surat keputusan
yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.
24. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat
Ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
masih harus dibayar.
25. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT,
adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
26. Surat Ketatapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDLB adalah
Surat Ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar dari pada pajak terutang atau tidak seharusnya terutang.
27. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDN adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok Pajak sama besarnya dengan jumlah kredit Pajak,
atau Pajak tidak terutang atau tidak seharusnya terutang.
28. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat dengan STPD adalah Surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
29. Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat Penyidik, untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
30. Juru Sita Pajak adalah pegawai yang ditunjuk untuk melakukan penyitaan dan menguasai barang
atau harta wajib pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang Pajak menurut ketentuan
perundang - undangan yang berlaku.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan reklame.
Pasal 3
(2) Penyelenggaraan reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah perorangan atau badan
yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama
pihak lain yang menjadi tanggungannya;
a. Reklame Papan :
- Billboard
- Megatron
- Midi billboard
- Video Wall
- Bando
- Baliho
- Neonbox atau neon sign
Pasal 4
(2) Pengecualian objek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, tetap harus ada izin
reklame dan titik lokasi harus memperoleh persetujuan dari Dinas Teknis.
Pasal 5
(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan
pemesanan reklame;
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame;
BAB III
IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME
Pasal 6
(1) Setiap penyelenggaraan reklame maupun alat peraga yang menyerupai reklame yang bertujuan
komersial dan non komersial di Wilayah Kota Palangka Raya harus mendapatkan izin dari
Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Palangka Raya atas nama Walikota;
(2) Izin Penyelenggaraan Reklame dapat diterbitkan apabila telah mendapat rekomendasi teknis dari
Dinas Teknis, telah memenuhi persyaratan penyelenggaraan reklame, membayar pajak reklame
dan membayar sewa tanah.
(3) Dalam hal penyelenggaraan reklame, Pihak Pemerintah Kota Palangka Raya dapat bekerjasama
dengan pihak ketiga.
(4) Pelaksanaan kerjasama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pasal ini akan
diatur melalui Keputusan Walikota.
Pasal 7
(2) Untuk reklame Billboard, Baliho atau reklame permanen lainnya, wajib :
a. Mencatumkan masa berlaku izin reklame pada tempat yang mudah dilihat oleh petugas;
b. Mencantumkan nama penyelenggara reklame baik berupa nama advertising maupun badan
atau jasa iklan lainnya pada sisi bawah bidang reklame;
BAB IV
JANGKA WAKTU IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME
Pasal 8
(1) Reklame billboard, baliho, neon box dan yang sejenisnya dengan pemasangan permanen, izin
paling lama diberikan 1 (satu) tahun dan izin reklame dapat diperpanjang kembali tiap tahun oleh
penyelenggara reklame;
(2) Khusus untuk reklame kain dan sejenisnya, masa berlaku izin reklame disesuaikan dengan
kekuatan bahan reklame;
(3) Perpanjangan izin reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dapat diberikan
apabila mendapat persetujuan / rekomendasi teknis dari Dinas Teknis.
BAB V
SYARAT-SYARAT PENGAJUAN IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME
Pasal 9
(1) Untuk mendapatkan Izin Penyelenggaraan Reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
Peraturan Daerah ini, maka penyelenggara reklame harus mengisi formulir permohonan yang
telah disediakan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dengan melampirkan :
a. Fotokopi KTP pemohon;
b. Gambar lokasi / sketsa lokasi;
c. Gambar konstruksi bangunan reklame disertai dengan ukuran dan perhitungan teknis
kekuatan konstruksi (khusus untuk reklame yang permanen);
d. Gambar / teks reklame yang dipasang;
e. Surat pernyataan menanggung segala resiko bila terjadi kecelakaan yang diakibatkan
penyelenggaraan reklame dilapangan (diatas meterai 6000);
f. Persetujuan pemilik bangunan/tanah apabila lokasi diluar prasarana kota;
g. Rekomendasi dari Dinas PU Kota Palangka Raya terhadap kelayakan konstruksi reklame;
(2) Formulir permohonan dan surat pernyataan ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Pasal 10
(1) Pengambilan surat izin penyelenggaraan reklame dilakukan setelah melunasi Pajak Reklame
sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 11
Penyelenggaraan reklame pada semua kawasan reklame juga harus memperhatikan persyaratan sebagai
berikut :
Pasal 12
Permohonan izin penyelenggaraan reklame sebagaimana dimaksud pada pasal 6 Peraturan Daerah ini
dapat ditolak apabila reklame yang akan diselenggarakan menurut pertimbangan Walikota akan
mengurangi keindahan atau akan menganggu ketertiban, keamanan, kenyamanan, rasa kesusilaan,
kesehatan dan kepentingan pembangunan daerah serta pada kawasan yang tidak diperbolehkan sebagai
tempat pemasangan reklame.
BAB VI
PENETAPAN KAWASAN REKLAME, STANDAR REKLAME
DAN TITIK LOKASI REKLAME
Pasal 13
(1) Setiap pemasangan reklame di Wilayah Kota Palangka Raya harus sesuai dengan zona/kawasan
reklame, standar reklame pada suatu kawasan serta sesuai dengan titik-titik lokasi yang telah
ditentukan;
(2) Penentuan zona/kawasan reklame, standar reklame dan titik lokasi reklame diperlukan mengingat
konsentrasi penduduk yang tersebar diberbagai tempat di Wilayah Kota Palangka Raya yang
mempengaruhi penentuan efektivitas pemasangan reklame, menjaga ketertiban, keamanan dan
keindahan kota.
(3) Penetapan kawasan / zona reklame, standar reklame dan titik-titik lokasi reklame akan diatur
melalui Peraturan Walikota;
Pasal 14
(1) Kawasan-kawasan dan atau daerah yang tidak diizinkan sebagai tempat pemasangan reklame
adalah :
a. Pada pagar bangunan baik kantor, tempat ibadah, tempat pendidikan, rumah sakit, rumah
tempat tinggal maupun pagar-pagar ditaman kota;
b. Melintang jalan umum khusus untuk spanduk;
c. Dipasang melekat pada batang pohon, tiang listrik, tiang telepon, maupun pada tiang
billboard atau baliho serta fasilitas umum lainnya;
d. Khusus untuk umbul-umbul, banner dan bendera tidak diizinkan dipasang pada lokasi khusus
didalam Bundaran Besar, Bundaran Kecil dan Bundaran Burung serta bundaran-bundaran
lainnya yang ada di Kota Palangka Raya, kecuali untuk kepentingan Pemerintah Daerah.
(1) Apabila menggunakan halaman bangunan sebagai tempat pemasangan reklame, maka diwajibkan
untuk membuat tiang reklame sebagai tempat pemasangan reklame.
(2) Penyelenggaraan reklame pada halaman bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas,
tetap harus ada izin reklame dan dipungut pajak reklame tapi tidak dipungut sewa tanah.
BAB VII
PENCABUTAN IZIN REKLAME DAN DENDA
Pasal 15
Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Palangka Raya berhak untuk mencabut izin reklame
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Peraturan Daerah ini, apabila :
a. Diadakan perubahan pada suatu reklame baik bentuk, lokasi, isi reklame (gambar/teks) sedemikian
rupa sehingga menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah dicantumkan dalam surat izin
reklame;
b. Penyelenggara reklame tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, 11 dan
14 Peraturan Daerah ini;
Pasal 16
Pencabutan izin reklame sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini dilaksanakan
setelah pemegang izin diberi peringatan terlebih dahulu.
Pasal 17
Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini dapat disertai perintah
untuk menghentikan, mencabut, menyingkirkan atau menurunkan reklame atas biaya pemegang izin.
Pasal 18
(1) Keterlambatan perpanjangan izin reklame akan dikenakan denda pajak reklame;
(2) Perhitungan denda pajak reklame sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas, akan dimulai setelah 15
(lima belas) hari sejak berakhirnya masa berlaku izin reklame dan dihitung denda tiap bulan;
(4) Keterlambatan 1 (satu) hari tetap akan dihitung untuk 1 (satu) bulan;
Pasal 19
(1) Pemasangan reklame yang dilaksanakan sebelum izin keluar dan atau dipasang dahulu kemudian
baru mengurus izin reklame akan dikenakan sanksi.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas, adalah pembongkaran dan penyitaan materi
reklame yang terpasang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
Pasal 20
(1) Dinas Teknis berhak untuk menghentikan, mencabut, menyingkirkan atau menurunkan reklame
yang tidak berizin serta reklame yang dipasang pada lokasi yang tidak diizinkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) Peraturan Daerah ini.
(2) Biaya yang timbul akibat pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas, dibebankan
kepada penyelenggara reklame.
Pasal 21
(1) Dalam waktu 3 (tiga) kali 24 (dua puluh empat) jam, penyelenggara reklame yang tidak berizin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah ini dapat mengambil
bongkaran reklame dengan mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh petugas untuk
menghentikan, mencabut, menyingkirkan atau menurunkan reklame.
(2) Apabila sampai batas waktu 3 x 24 jam bongkaran reklame tidak juga diambil oleh
penyelenggara reklame, maka akan menjadi milik Pemerintah Daerah dan atau juga dapat
dimusnahkan.
(3) Pembongkaran dan pencabutan ditetapkan oleh yang berwenang sesuai standar upah minimum.
BAB VIII
DASAR PENGENAAN TARIF PAJAK
Pasal 22
Pasal 23
(1) Nilai strategis lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3), meliputi :
a. Nilai guna lahan, sebagai berikut :
1. kawasan hijau dan taman kota (termasuk bundaran), dengan angka indeks 4,0;
2. kawasan perdagangan dan jasa, dengan angka indeks 3,6;
3. kawasan pemukiman, dengan angka indeks 3,2;
4. kawasan pariwisata, olahraga, dan rekreasi dengan angka indeks 2,8;
5. jembatan penyeberangan, dengan angka indeks 2,4;
6. kawasan pemerintahan dan perkantoran, dengan angka indeks 2,0;
7. kawasan pendidikan, dengan angka indeks 1,6;
8. kawasan kesehatan, dengan angka indeks 1,2;
9. kawasan industri dengan angka indeks 0,8;
10. kawasan lain-lain, dengan angka indeks 0,4.
(3) Ukuran/satuan media Reklame, batas masa/frekuensi, dan harga Reklame, sebagai berikut :
Jangka Ukuran/
No Jenis Reklame Waktu/ satuan media Harga (Rp)
Frekuensi reklame
1 2 3 4 5
1. Reklame papan
a.Papan/rombong :
1). Sederhana (dengan nama toko dan merk 1 tahun m2 20.000,00
produk barang)
2). Sedang (dengan nama toko dan merk 1 tahun m2 30.000,00
produk barang)
3). Mewah (dengan nama toko dan merek 1 tahun m2 40.000,00
barang)
b. Midi Billboard :
1). Ukuran 1 – 3 meter 1 tahun m2 40.000,00
2). Ukuran 3 – 6 meter 1 tahun m2 50.000,00
c. Billboard ( uk. diatas 6 m2 ) 1 tahun m2 200.000,00
d. Megatron 1 kali tayang 3 detik 120.000,00
e. Video Wall 1 kali tayang 3 detik 120.000,00
f. Bando 1 tahun m2 400.000,00
g. Baliho 1 tahun m2 100.000,00
h. Neon box/Neon sign 1 tahun m2 100.000,00
Reklame kain/bahan lain bukan besi/seng
a. spanduk 1 hari per buah 5.000,00
b. Umbul-umbul 1 hari per buah 5.000,00
c. Banner 1 hari per buah 5.000,00
d. Baligo 1 hari m2 35.000,00
e. Layar toko 1 hari m2 3500,00
Reklame Selebaran/Stiker 1 kali per 100 lbr 5.000,00
Reklame Berjalan (termasuk melekat pada
kendaraan) 1 tahun m2 5.000,00
Reklame udara 1 bulan per buah 15.000,00
Reklame suara 1 hari - 10.000,00
Reklame peragaan 1 hari - 15.000,00
Reklame Film/Slide 1 hari - 5.000,00
Pasal 24
(1) Pemerintah Daerah dapat membangun/menyediakan sarana Reklame untuk digunakan sebagai
tempat penyelenggaraan/pemesanan reklame oleh orang dan/atau Badan;
(2) Dalam membangun/penyediaan sarana Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan pihak lain yang dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Nilai sewa Reklame yang diselenggarakan/dipesan pada tempat yang dibangun/ disediakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut :
BAB IX
TATA CARA PENETAPAN PAJAK
Pasal 25
(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 26
(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), Kepala Daerah menetapkan
pajak terutang dengan menerbitkan SKPD.
(2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dibayar setelah lewat 15 (lima belas)
hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
tiap bulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Pasal 27
(1) Wajib Pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak yang terutang.
(2) Dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sesudah saat terutang pajak, Kepala Daerah dapat
menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN.
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu 24 (dua
puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutang pajak.
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur
secara tertulis dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen) sebulan dihitung
dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan sejak saat terutang pajak.
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga kenaikan sebesar 25% (dua puluh
lima persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga 2% (dua persen)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutang pajak.
(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data baru
atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak terutang,
akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pajak tersebut.
(5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit
pajak.
(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana
dimaksud ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang
telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD detambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga 2% (dua persen) sebulan.
Pasal 28
Didalam menghitung Pajak Reklame maka bagian yang kurang dari ½ (setengah) m2 dibulatkan
menjadi ½ (setengah) m2, dan bagian lebih dari ½ (setengah) m2 tetapi kurang dari 1 (satu) m2
dibulatkan menjadi 1 (satu) m2, dan kurang dari 25 (dua puluh lima) lembar dibulatkan menjadi 25
(dua puluh lima) lembar, dan kurang dari 1 (satu) hari dibulatkan menjadi 1 (satu) hari.
BAB X
TATA CARA PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 29
(1) Pembayaran pajak reklame dilakukan di Bendaharawan Khusus Penerima Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu Kota Palangka Raya.
(2) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan SSPD.
(3) Reklame yang sudah dibayar penuh pajaknya, diberi tanda lunas pajak reklame.
Pasal 30
(2) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengansur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara teratur
dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak
yang belum atau kurang bayar.
(4) Walikota dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga denda sebesar 2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau
kurang bayar.
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran
angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (4) ditetapkan oleh Walikota.
Pasal 31
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pasal (29) diberikan tanda bukti pembayaran
dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud ayat (1) ditetapkan oleh Walikota.
BAB XI
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
DAN PENYITAAN REKLAME
Pasal 32
(1) Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban membayar pajak reklame dan biaya-biaya lain
yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan reklame, maka Kantor Pelayanan Perizinan
Terpadu Kota Palangka Raya melakukan penagihan.
(2) Penagihan Pajak dan biaya lain sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dilakukan dengan cara
menyampaikan Surat Peringatan (SP) kepada Wajib Pajak terhutang, selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari setelah tanggal jatuh tempo pembayaran, harus sudah dilunasi.
(3) Apabila Wajib Pajak sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah
tanggal jatuh tempo pembayaran berakhir, tetap tidak juga melaksanakan pembayaran pajak
reklame dan biaya-biaya lain yang telah ditetapkan, maka Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
berkewajiban menyampaikan Surat Teguran (ST) terhutang selambat-lambatnya 14 (empat
belas) hari setelah tanggal jatuh tempo berakhirnya izin penyelenggaraan reklame, harus dilunasi
semua pajak dan biaya lain yang telah ditetapkan termasuk perhitungan denda.
(4) Apabila selama 15 (lima belas) hari setelah tanggal jatuh tempo izin penyelenggaraan reklame
berakhir, pajak reklame yang telah ditetapkan termasuk denda yang telah diperhitungkan belum
juga dilunasi, maka akan diterbitkan tagihan dengan Surat Paksa.
(5) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat Paksa diterima, Wajib Pajak tidak juga
memenuhi kewajiban membayar pajak reklame termasuk denda, maka akan diterbitkan Surat
Perintah Penyitaan (SPP) disertai perintah penurunan gambar/cover reklame.
(6) Pelaksanaan penyitaan oleh Tim Pengawasan dan Penertiban Reklame dan barang hasil sitaan
menjadi hak milik Pemerintah Daerah dan dapat juga dilakukan pelelangan terhadap barang
sitaan.
Pasal 33
(1) Reklame hasil sitaan dan titik lokasi reklame selanjutnya dikelola oleh Dinas Teknis dan dapat
ditawarkan ke pihak lain.
(2) Bagi penyelenggara reklame yang mempunyai surat izin tetap, setiap tahun harus
membayar pajak reklame dan memperpanjang izin reklame sesuai dengan jangka waktu
yang tercantum dalam SKP/SKR.
Pasal 34
(2) Dari hasil pemeriksaan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis atau
salah hitung.
Pasal 35
(1) Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT) dan Surat Tagihan Pajak
(STP) merupakan dasar penagihan pajak.
(2) Jumlah pajak dan denda yang tercantum dalam Nota Perhitungan Pajak, SKP, SKPT dan STP
dapat ditagih dengan surat paksa.
Pasal 36
(1) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan pembayaran pajak kepada Walikota.
(2) Walikota dapat mengabulkan atas keberatan pembayaran pajak dimaksud sebesar-
besarnya/maksimum 30% dari pokok pajak.
BAB XII
PEMBONGKARAN REKLAME
Pasal 37
(2) Pembongkaran reklame dilakukan oleh Tim Pengawasan dan Penertiban Reklame dan
dituangkan dalam Berita Acara Pembongkaran.
(4) Tim Pengawasan dan Penertiban Reklame ditetapkan melalui Keputusan Walikota.
BAB XIII
PENGAWASAN DAN PENERTIBAN
Pasal 38
Pasal 39
(1) Kegiatan pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota, Bangunan dan
Pertamanan Kota Palangka Raya melalui Bidang Pengawasan dan Pengendalian Perkotaan;
(3) Pengawasan rekame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a pasal ini setelah izin diberikan
dilakukan untuk menilai sebagai berikut :
a. Aspek dimensi atau ukuran reklame serta jumlah reklame
b. Lokasi pemasangan reklame.
c. Gambar atau teks / aspek pesan reklame yang disajikan pada bidang reklame yang
terpasang
d. Pencatuman nama perusahaan jasa periklanan pada sisi bagian bawah reklame
e. Pencantuman masa berlaku izin reklame.
f. Aspek struktur konstruksi panggung reklame
g. Kekuatan pondasi / kedalaman pondasi panggung reklame
h. Jika menggunakan lampu penerangan, maka harus diperhatikan penempatan kabel-kabel
listrik agar tidak membahayakan masyarakat umum.
(4) Pengawasan reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b pasal ini dilakukan untuk
menilai hal-hal sebagai berikut :
a. Pemilikan dan masa berlaku izin reklame
b. Aspek dimensi dan ukuran reklame serta jumlah reklame
c. Aspek lokasi pemasangan reklame
d. Gambar atau teks / aspek pesan reklame yang disajikan pada bidang reklame yang terpasang
e. Kelayakan struktur konstruksi panggung reklame
f. Pencatuman nama perusahaan jasa periklanan pada sisi bagian bawah reklame
g. Pencantuman masa berlaku izin reklame.
h. Penambahan atribut panggung reklame termasuk pemasangan lampu penerangan / listrik.
(5) Apabila dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan (3) pasal ini
diketemukan pelanggaran, maka petugas pengawasan wajib melakukan pengusutan atas
pelanggaran tersebut.
(6) Apabila dalam melakukan pengusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pasal ini
diketemukan data baru (novum), maka data tersebut dipakai sebagai dasar untuk melakukan
tagihan susulan.
(7) Setiap pemasangan reklame yang baru maupun rekonstruksi reklame yang ada, harus
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Dinas Teknis.
Pasal 40
(1) Penertiban reklame yang terpasang dilakukan oleh Dinas Teknis terhadap :
a. Reklame terpasang tanpa izin.
b. Reklame terpasang dengan izin yang telah berakhir masa berlakunya.
c. Reklame terpasang tanpa stiker/peneng atau tanda reklame.
d. Reklame terpasang yang terdapat perubahan, sehingga tidak sesuai lagi dengan izin yang
diberikan, antara lain perubahan :
1. titik lokasi reklame
2. konstruksi reklame
3. bentuk reklame
4. gambar/teks reklame
5. luas reklame
6. pemasangan lampu penerangan pada reklame
2) Pelaksanaan penertiban terhadap reklame terpasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini dilakukan secara koordinasi antara Dinas Teknis dengan instansi terkait melalui Tim
Pengawasan dan Penertiban reklame.
Pasal 41
(1) Penertiban terhadap reklame terpasang sebagaimana dimaksud dalam pasal 40 dilaksanakan
dalam bentuk penyegelan dan atau pembongkaran.
(2) Sebelum dilaksanakan tindakan penyegelan dan atau pembongkaran terhadap reklame terpasang,
penyelenggara reklame terlebih dahulu diberikan surat peringatan dan atau surat teguran
sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 Peraturan Daerah ini.
Pasal 42
(1) Apabila penyelenggara reklame terpasang tetap tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud Pasal 41 ayat (3), maka reklame yang terpasang akan disingkirkan atau dibongkar oleh
Dinas Teknis atas nama Walikota.
(2) Pembongkaran reklame terpasang harus berdasarkan Surat Perintah Pembongkaran yang
disiapkan oleh Dinas Teknis atas nama Walikota, dan dilaksanakan secara koordinasi antara
Dinas Tata Kota dan Bangunan dengan instansi terkait.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1) Pelanggaran terhadap penyelenggaraan reklame yang diatur dalam Peraturan Daerah ini diancam
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,-
(lima juta rupiah);
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XV
PENYIDIKAN
Pasal 44
Selain oleh Penyidik POLRI, penyidikan atas tindak pidana pelanggaran dalam Peraturan Daerah ini
dilaksanakan oleh pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah
yang pengangkatannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 45
Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik sebagaimana dimaksud Pasal Peraturan Daerah
ini berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret tersangka;
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik POLRI bahwa tidak
terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya
melalui Penyidik POLRI memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau
keluargannya;
i. Melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP
Pasal 46
Izin Penyelenggaraan Reklame yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini, masih
tetap berlaku sampai dengan jangka waktu izinnya berakhir.
Pasal 47
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan ditetapkan oleh Walikota sepanjang
mengenai pelaksanaannya.
Pasal 48
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Palangka Raya Nomor 11 Tahun 1984 Tentang Pajak Reklame dan Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Palangka Raya Nomor 3 Tahun 1998 tentang Pajak Reklame dinyatakan tidak
berlaku lagi;
ttd
CHARLES M. HAMUN
LEMBARAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2009 NOMOR 19