Degradasi lahan
Kebiasaan membakar kayu dan ranting sisa pembukaan lahan biasanya
diteruskan oleh petani dengan membakar sisa tanaman. Bila pembakaran dilakukan
hanya sekali saja pada waktu pembukaan lahan, tidak akan banyak merusak tanah.
Tetapi pembakaran yang dilakukan berulang-ulang setiap musim akan cepat
menurunkan kadar bahan organik tanah yang akhirnya menurunkan produktivitas
tanah. Pembakaran sisa-sisa tanaman tiap tahun akan mempercepat proses
pencucian dan pemiskinan tanah. Merosotnya kadar bahan organik tanah akan
memperburuk sifat fisik dan kimia tanah. Struktur tanah menjadi tidak stabil.
2. Kerusakan tubuh tanah
Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat
lain. Peningkatan erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah
atau akibat kegiatan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah.
Erosi umumnya mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik
untuk pertumbuhan tanaman. Erosi dapat mengakibatkan terjadinya kemunduran
sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
3. Dampak pemupukan yang berlebihan
Pemupukan yang berlebihan dan larut ke dalam air juga dapat menyebabkan
meningkatkan kesuburan sungai (eutrofikasi). Ganggang dan tumbuhan sungai,
misalnya eceng gondok, tumbuh dengan subur. Akibatnya hewan-hewan air akan
kekurangan oksigen sehingga mengalami kematian. Selain itu, tumbuhan air yang
makin subur dapat menyebabkan terjadi pendangkalan pada waduk dan bendungan.
4. Lahan pertanian terbatas/semakin sempit
Sehingga lahan yang dulunya sebagai lahan pertanian menjadi semakin
sempit. Selain itu, lahan pertanian di Indonesia banyak pula yang belum benar-benar
dimanfaatkan untuk pertanian karena lahan tersebut berupa lahan kritis dan gambut
yang memerlukan perlakuan dan penanganan lebih apabila dijadikan lahan untuk
pertanian. Lahan-lahan kritis, gambut, serta tanah kosong yang tidak dimanfaatkan
akhirnya dialihfungsikan menjadi daerah pemukiman maupun industri.