Muhammad Rizki Mulyanudin - Kuis Administrasi Pembangunan
Muhammad Rizki Mulyanudin - Kuis Administrasi Pembangunan
BERKELANJUTAN (PB)
(SUSTAINABLE DEVELOPMENT)
Kota : Jatinangor
Oleh :
M. Rizki Mulyanudin NPM. 170110170043
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR – SUMEDANG
2019
Perbandingan Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan
Latar belakang lahirnya pemikiran model pembangunan berkelanjutan didasari oleh beberapa
permasalahan yang mulai muncul di Masyarakat. Antara lain: kemiskinan yang tak kunjung
berakhir, bagi para golongan masyarakat miskin yang tidak memiliki daya dan upaya untuk
meningkatkan taraf kehidupannya karena tidak adanya saran pendukung seperti kesehatan,
pendidikan, dan bantuan perekonomian. Selain itu kekhawatiran akan eksploitasi SDA yang
tidak terkendali juga mendorong lahirnya pemikiran ini. Sehingga diperlukan adanya pola
produksi dan konsumsi baru yang dapat lebih memperhatikan lingkungan. Diharapkan
dengan pola tersebut akan lahir pembangunan yang bersifat berkelanjutan sehingga apa yang
kita rasakan saat ini masih dapat dirasakan oleh generasi-generasi berikutnya. Demi
mewujudkan hal tersebut diperlukan intervensi pemerintah yang dalam hal ini dengan cara
menjaring sebanyak mungkin stakeholder yang ada dengan prinsip public private partnership
(Wynberg, 2002).
Dengan banyaknya negara yang mengalami permasalahan yang sama dan dengan melalui
berbagai konsensus-konsensus yang ada, lahirlah istilah Pembangunan Berkelanjutan yang
dikemukakan oleh Commision On Environment And Development (Burtland Commision)
dalam laporannya Our Common Future pada tahun 1987. Tepat setelah lahirnya istilah
tersebut muncul berbagai pandangan tentang pembanguna berkelanjutan ini. Ada yang
berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pemenuhan kebutuhan generasi saat
ini tanpa mengorbankan generasi selanjutnya (WCED, 1987), ada juga yang berpendapat
pembangunan berkelanjutan adalah total modal sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, politik,
personal yang ditranfer dari satu generasi ke generasi minimal sama (Serageldin, 1996), dan
terakhir ada pula yang berpendapat tidak boleh mengorbankan dalam pembangunan terutama
triple bottom line: ekonm, sosial, dan lingkungan.
Dari berbagai pandangan tersebut lahirlah dua konsep utama yang menjadi inti dalam model
pembangunan berkelanjutan Pertama, konsep tentang kebutuhan atau needs yang sangat
esensial untuk penduduk miskin dan perlu diprioritaskan. Kedua, konsep tentang keterbatasan
atau limitation dari kemampuan lingkungan untuk memenuhi generasi sekarang dan yang
akan datang. Untuk itu diperlukan pengaturan agar lingkungan tetap mampu mendukung
kegiatan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia (Hadi, 2001)
Adapun dimensi dimensi dalam konsep tersebut terdiri dari dimensi ekonomi yang mewakili
pembangunan ekonomi yang bersifat dinamis, lalu dimensi sosial politik dan budaya yang
memandang pembangunan secara sosial dan politik harus dapat diterima serta sesitif terhadap
aspek-aspek budaya yang ada, dan terakhir dimensi lingkungan yang menjadi pembeda model
pembangunan ini dengan model pembangunan lainnya. Memandang sebuah pembanguna
harus bersifat ramah lingkungan.
Terakhir, demi terlaksananya model pembangunan berkelanjutan ini sesuai dengan apa yang
telah direncanakan dan diharapkan maka diperlukan prinsip-prinsip untuk menjaminnya.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ini meliputi prinsip-prinsip kehidupan yang
berkelanjutan, terdiri dari:
1. menghormati dan memelihara komunitas kehidupan
2. memperbaiki kualitas hidup manusia
3. melestarikan daya hidup dan keragaman bumi
4. menghindari sumber-sumber daya yang tidak terbarukan
5. berusaha untuk tidak melampaui kapasitas daya dukung bumi
6. mengubah sikap dan gaya hidup orang perorang
7. mendukung kreatifitas masyarakat untuk memelihara lingkungan sendiri
8. menyediakan kerangka kerja nasional untuk memadukan upaya pembangunan
pelestarian
9. dan menciptakan kerjasama global
Critical Review Artikel Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Oleh: Dr. Arif Zulkifli Nasution
Selain itu pandangan penulis dalam memahami kasus-kasus yang ada di Indonesia terkesan
terlalu cepat dalam menarik kesimpulan. Akan lebih baik jika kasus-kasus tersebut dijabarkan
pro dan kontra nya sesuai dengan dimensi pembangunan berkelanjutan yang ada. Sehingga
pembaca bisa ikut andil dalam memikirkan apa yang menjadi seharusnya dilakukan
pemerintah saat itu. Bukan hanya informasi bulat yang tidak melatih pemikiran pembaca
karena telah berupa kesimpulan sepihak dari pandangan masyarakat umum.
Dan terakhir mengenai aturan pemerhatian lingkungan yang rumit dan tidak dihiraukan.
Memang benar beberapa masyarakat umum memiliki pandangan yang buruk terhadap
AMDAL di Indonesia yang dianggap sebagai instrumen politik saja. Namun bukan berarti
AMDAL ini tidak dibutuhkan justru sangat kritikal peranannya. Ada baiknya bila penulis
lebih menekankan dalam hal ini karena sangat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat
ditemukan solusi bersamanya bagi pemerintah saat ini.
Daftar Pustaka