Anda di halaman 1dari 7

MODEL PEMBANGUNAN YANG

BERKELANJUTAN (PB)
(SUSTAINABLE DEVELOPMENT)
Kota : Jatinangor

Oleh :
M. Rizki Mulyanudin NPM. 170110170043

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:


ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
Dosen : Dr. Drs. H. Entang Adhy Muhtar, M.S.
Dr. Darto, S.IP., M.Si.

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI SARJANA (S1) ADMINISTRASI PUBLIK
JATINANGOR – SUMEDANG
2019
Perbandingan Pembangunan Berwawasan Lingkungan dan Pembangunan
Berkelanjutan

Segi/aspek Pembangunan Berwawasan Pembangunan Berkelanjutan


Lingkungan
Filosofis Pembangunan yang berwawasan Pembangunan berkelanjutan adalah
lingkungan adalah upaya sadar proses pembangunan (lahan, kota,
dan terencana menggunakan dan bisnis, masyarakat, dsb) yang
mengelola sumber daya secara berprinsip “memenuhi kebutuhan
bijaksana dalam pembangunan sekarang tanpa mengorbankan
yang terencana dan pemenuhan kebutuhan generasi masa
berkesinambungan untuk depan” (Keeble, 1988).
meningkatkan mutu hidup
manusia.
Pendekatan Prinsip polluter pays principle Pertama, konsep tentang kebutuhan
adalah pendekatan yang atau needs yang sangat esensial untuk
diterapkan sebagai kebijakan penduduk miskin dan perlu
pemerintah dalam pembangunan. diprioritaskan. Kedua, konsep tentang
Prinsipnya yaitu siapa yang keterbatasan atau limitation dari
menjadi penyebab terjadinya kemampuan lingkungan untuk
pencemaran pada komponen memenuhi generasi sekarang dan
lingkungan, harus melakukan yang akan datang. Untuk itu
upaya untuk diperlukan pengaturan agar
menebusnya/membayarnya. lingkungan tetap mampu mendukung
kegiatan pembangunan dalam rangka
memenuhi kebutuhan manusia (Hadi,
2001)
Sasaran Pengelolaan lingkungan hidup Dalam World Summit on Sustainable
harus mempunyai sasaran yang Development (Wynberg, 2002):
tepat. Sasaran pengelolaan mendeklarasikan tiga cakupan
lingkungan hidup dapat diuraikan program pembangunan berkelanjutan
sebagai berikut: (PB):
a. tercapainya keselarasan, 1. Memberantas kemiskinan –
keserasian, dan keseimbangan terutama bagi mereka berpendapatan
antara manusia dan lingkungan < US$1/kapita/hari, tidak
hidup; mendapatkan pendidikan, kesehatan,
b. terwujudnya manusia air bersih .
Indonesia sebagai insan 2. Merubah pola produksi dan
lingkungan hidup yang memiliki konsumsi yang tidak sustainable,
sikap dan tindakan untuk terutama di DCs untuk mengurangi
melindungi dan membina penggunaan SDA dan enerji, serta
lingkungan hidup; pembuangan limbah dan polusi
c. terjaminnya kepentingan 3. Melindungi dan mengelola SDA
generasi masa kini dan generasi penunjang sistem kehidupan serta
masa depan; lingkungan agar mampu menopang
d. tercapainya kelestarian fungsi pembangunan secara berlanjutan.
lingkungan hidup;
e. terkendalinya pemanfaatan
sumberdaya secara bijaksana;
f. terlindungnya NKRI terhadap
dampak usaha dan/atau kegiatan
di luar wilayah negara yang
menyebabkan perusakan
lingkungan hidup.
Karakteristi Dimensi lingkungan dalam 1. Economically viable: pembangunan
k dan pembangunan adalah ekonomi yang dinamis.
dukungan menciptakan keadilan intern 2. Socially-politically acceptable and
disiplin ilmu generasi dan menjaga culturally sensitive: pembangunan
keselarasana hubungan manusia yang secara sosial politik dapat
dengan lingkungan. Dimensi ini diterima serta peka terhadap aspek-
sangat penting karena akan aspek budaya.
berkaitan dengan dampak 3. Environmental friendly: ramah
pembangunan terhadap lingkungan.
lingkungan, baik dampak negatif
ataupun dampak positif.
Intisari Artikel Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Oleh: Dr. Arif Zulkifli Nasution

Latar belakang lahirnya pemikiran model pembangunan berkelanjutan didasari oleh beberapa
permasalahan yang mulai muncul di Masyarakat. Antara lain: kemiskinan yang tak kunjung
berakhir, bagi para golongan masyarakat miskin yang tidak memiliki daya dan upaya untuk
meningkatkan taraf kehidupannya karena tidak adanya saran pendukung seperti kesehatan,
pendidikan, dan bantuan perekonomian. Selain itu kekhawatiran akan eksploitasi SDA yang
tidak terkendali juga mendorong lahirnya pemikiran ini. Sehingga diperlukan adanya pola
produksi dan konsumsi baru yang dapat lebih memperhatikan lingkungan. Diharapkan
dengan pola tersebut akan lahir pembangunan yang bersifat berkelanjutan sehingga apa yang
kita rasakan saat ini masih dapat dirasakan oleh generasi-generasi berikutnya. Demi
mewujudkan hal tersebut diperlukan intervensi pemerintah yang dalam hal ini dengan cara
menjaring sebanyak mungkin stakeholder yang ada dengan prinsip public private partnership
(Wynberg, 2002).

Dengan banyaknya negara yang mengalami permasalahan yang sama dan dengan melalui
berbagai konsensus-konsensus yang ada, lahirlah istilah Pembangunan Berkelanjutan yang
dikemukakan oleh Commision On Environment And Development (Burtland Commision)
dalam laporannya Our Common Future pada tahun 1987. Tepat setelah lahirnya istilah
tersebut muncul berbagai pandangan tentang pembanguna berkelanjutan ini. Ada yang
berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pemenuhan kebutuhan generasi saat
ini tanpa mengorbankan generasi selanjutnya (WCED, 1987), ada juga yang berpendapat
pembangunan berkelanjutan adalah total modal sosial, ekonomi, lingkungan, budaya, politik,
personal yang ditranfer dari satu generasi ke generasi minimal sama (Serageldin, 1996), dan
terakhir ada pula yang berpendapat tidak boleh mengorbankan dalam pembangunan terutama
triple bottom line: ekonm, sosial, dan lingkungan.

Dari berbagai pandangan tersebut lahirlah dua konsep utama yang menjadi inti dalam model
pembangunan berkelanjutan Pertama, konsep tentang kebutuhan atau needs yang sangat
esensial untuk penduduk miskin dan perlu diprioritaskan. Kedua, konsep tentang keterbatasan
atau limitation dari kemampuan lingkungan untuk memenuhi generasi sekarang dan yang
akan datang. Untuk itu diperlukan pengaturan agar lingkungan tetap mampu mendukung
kegiatan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia (Hadi, 2001)
Adapun dimensi dimensi dalam konsep tersebut terdiri dari dimensi ekonomi yang mewakili
pembangunan ekonomi yang bersifat dinamis, lalu dimensi sosial politik dan budaya yang
memandang pembangunan secara sosial dan politik harus dapat diterima serta sesitif terhadap
aspek-aspek budaya yang ada, dan terakhir dimensi lingkungan yang menjadi pembeda model
pembangunan ini dengan model pembangunan lainnya. Memandang sebuah pembanguna
harus bersifat ramah lingkungan.

Terakhir, demi terlaksananya model pembangunan berkelanjutan ini sesuai dengan apa yang
telah direncanakan dan diharapkan maka diperlukan prinsip-prinsip untuk menjaminnya.
Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ini meliputi prinsip-prinsip kehidupan yang
berkelanjutan, terdiri dari:
1. menghormati dan memelihara komunitas kehidupan
2. memperbaiki kualitas hidup manusia
3. melestarikan daya hidup dan keragaman bumi
4. menghindari sumber-sumber daya yang tidak terbarukan
5. berusaha untuk tidak melampaui kapasitas daya dukung bumi
6. mengubah sikap dan gaya hidup orang perorang
7. mendukung kreatifitas masyarakat untuk memelihara lingkungan sendiri
8. menyediakan kerangka kerja nasional untuk memadukan upaya pembangunan
pelestarian
9. dan menciptakan kerjasama global
Critical Review Artikel Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Oleh: Dr. Arif Zulkifli Nasution

Setelah membaca artikel Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) oleh Dr.


Arif Zulkifli Nasution saya memahami bila penulis memiliki idealisme yang tinggi. Hal ini
terlihat dari akhir bagian tulisannya yang seringkali membahas kondisi ekonomi di Indonesia
yang sedang tidak baik sedangkan diawal tulisan penulis mengkritik mengenai pembangunan
industri yang menyengsarakan rakyat. Mari kita melihat sejarah bahwa lahirnya Revolusi
Industri di Inggris merupakan tonggak awal dari pengklasifikasian negara maju dan
berkembang. Hal ini disebabkan karena negara negara maju memiliki kesamaan dalam
perkembangan perindustriannya yang maju sedangkan negara berkembang memiliki
kesamaan dalam pusat perekonomiannya yang bergantung dalam sektor agraria. Dari sini kita
pahami bahwa agar Indonesia tergolong kedalam negara maju maka perkembangan
perindustrian merupakan suatu keharusan. Namun bukan berarti sektor agraria dan sektor
ekonomi lainnya perlu diabaikan. Akan tetapi dalam pembangunan sebuah negara tentunya
ada prioritas-prioritas yang harus dipatuhi tergantung pada kondisi negara tersebut.

Selain itu pandangan penulis dalam memahami kasus-kasus yang ada di Indonesia terkesan
terlalu cepat dalam menarik kesimpulan. Akan lebih baik jika kasus-kasus tersebut dijabarkan
pro dan kontra nya sesuai dengan dimensi pembangunan berkelanjutan yang ada. Sehingga
pembaca bisa ikut andil dalam memikirkan apa yang menjadi seharusnya dilakukan
pemerintah saat itu. Bukan hanya informasi bulat yang tidak melatih pemikiran pembaca
karena telah berupa kesimpulan sepihak dari pandangan masyarakat umum.

Dan terakhir mengenai aturan pemerhatian lingkungan yang rumit dan tidak dihiraukan.
Memang benar beberapa masyarakat umum memiliki pandangan yang buruk terhadap
AMDAL di Indonesia yang dianggap sebagai instrumen politik saja. Namun bukan berarti
AMDAL ini tidak dibutuhkan justru sangat kritikal peranannya. Ada baiknya bila penulis
lebih menekankan dalam hal ini karena sangat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat
ditemukan solusi bersamanya bagi pemerintah saat ini.
Daftar Pustaka

Hadi, S. P. (2001). Dimensi lingkungan perencanaan pembangunan. Gadjah Mada University


Press.
Keeble, B. R. (1988). The Brundtland report:‘Our common future’. Medicine and War, 4(1),
17-25
Serageldin, I. (1996). Sustainability and the Wealth of Nations. In International Conference
on Environmentally Sustainable Development 1995: World Bank). World Bank.
WCED, S. W. S. (1987). World commission on environment and development. Our common
future, 17, 1-91.
Wynberg, R. (2002). A decade of biodiversity conservation and use in South Africa: tracking
progress from the Rio Earth Summit to the Johannesburg World Summit on Sustainable
Development. South African Journal of Science, 98(5), 233-243.

Anda mungkin juga menyukai