Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN PEMERINTAH DENGAN GERAKAN KOPERASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah


Koperasi Syariah dan UMKM
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM.

Disusun oleh :

FITHRI AZIZAH
90500120095
firhriazizah@gmail.com

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita

dapat menyelesaian Makalah HUBUNGAN PEMERINTAH DENGAN GERAKAN KOPERASI.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Koperasi Syariah dan UMKM dengan

dosen pengampu Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani, MM.

Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Semoga Makalah ini

dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita mengenai bank syariah. Saya menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan

saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Makassar, 21 Mei 2022

Fithri Azizah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
A. Tahapan Pertumbuhan Gerakan Koperasi di Indonesia .................................................................... 3
B. Sikap Pemerintah Terhadap Gerakan Koperasi ................................................................................ 4
C. Peran Pemerintah Terhadap Gerakan Koperasi di Indonesia .......................................................... 10
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ..................................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi merupakan bentuk perusahaan organisasi dimana tujuan utama nya

bukan mencari keuntungan tetapi mencari kesejahteraan dari anggotanya.Koperasi

sebagai perkumpulan untuk kesejahteraan bersama, melakukan usaha dan kegiatan di

bidang pemenuhan kebutuhan bersama dari para anggotannya. Koperasi mempunyai

peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang

mempunyai kemampuan ekonomi terbatas. Dalam rangka usaha untuk memajukan

kedudukan rakyat yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas tersebut, maka

Pemerintah Indonesia memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan perkumpulan-

perkumpulan Koperasi. Pemerintah Indonesia sangat berkepentingan dengan Koperasi,

karena Koperasi di dalam sistem perekonomian merupakan soko guru. Koperasi di

Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan

kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam

penguasaan faktor produksi khususnya permodalan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah tahapan pertumbuhan gerakan koperasi di indonesia?

2. Bagaimanakah sikap pemerintah terhadap gerakan koperasi?

3. Bagaimanakah peran pemerintah terhadap gerakan koperasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui tahapan pertumbuhan gerakan koperasi di indonesia.

1
2. Mengetahui sikap pemerintah terhadap gerakan koperasi.

3. Mengetahui peran pemerintah terhadap gerakan koperasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahapan Pertumbuhan Gerakan Koperasi di Indonesia


Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang cocok diterapkan di Indonesia.
Karena sifat masyarakatnya yang kekeluargaan dan kegotongroyongan, sifat inilah yang
sesuai dengan azas koperasi saat ini. Sejak lama bangsa Indonesia telah mengenal
kekeluargaan dan kegotongroyongan yang dipraktekkan oleh nenek moyang bangsa
Indonesia. Kebiasaan yang bersifat nonprofit ini, merupakan input untuk Pasal 33 ayat 1
UUD 1945 yang dijadikan dasar/pedoman pelaksanaan Koperasi. Kebiasaan-kebiasaan
nenek moyang yang turun-temurun itu dapat dijumpai di berbagai daerah di Indonesia di
antaranya adalah Arisan untuk daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, paketan, mitra cai
dan ruing mungpulung daerah Jawa Barat, Mapalus di daerah Sulawesi Utara, kerja sama
pengairan yang terkenal dengan Subak untuk daerah Bali, dan Julo-julo untuk daerah
Sumatra Barat merupakan sifat-sifat hubungan sosial, nonprofit dan menunjukkan usaha
atau kegiatan atas dasar kadar kesadaran berpribadi dan kekeluargaan. Bentuk-bentuk ini
yang lebih bersifat kekeluargaan, kegotongroyongan, hubungan social, nonprofit dan
kerjasama disebut Pra Koperasi. Pelaksanaan yang bersifat pra-koperasi terutama di
pedesaan masih dijumpai, meskipun arus globlisasi terus merambat kepedesaan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada pertengahan abad ke-18 telah
mengubah wajah dunia. Berbagai penemuan di bidang teknologi ( revolusi industri )
melahirkan tata dunia ekonomi baru. Tatanan dunia ekonomi menjadi terpusat pada
keuntungan perseorangan, yaitu kaum pemilik modal ( kapitalisme ). Kaum kapitalis atau
pemilik modal memanfaatkan penemuan baru tersebutdengan sebaik-baiknya untuk
memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat serakah ini
melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem ekonomi kapitalis / liberal
memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal dan melahirkan
kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat ekonomi lemah.

Dalam kemiskinan dan kemelaratan ini, muncul kesadaran masyarakat untuk


memperbaiki nasibnya sendiri dengan mendirikan koperasi. Pada tahun 1844 lahirlah

3
koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama Koperasi Rochdale di bawah
pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich Willhelm Raiffeisen dan Hermann
Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di Perancis, muncul tokoh-tokoh kperasi
seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand Lassalle. Demikian pula di
Denmark. Denmark menjadi Negara yang paling berhasil di dunia dalam
mengembangkan ekonominya melalui koperasi.

Kemajuan industri di Eropa akhirnya meluas ke Negara-negara lain, termasuk


Indonesia. Bangsa Eropa mulai mengembangkan sayap untuk memasarkan hasil industri
sekaligus mencari bahan mentah untuk industri mereka. Pada permulaannya kedatangan
mereka murni untuk berdagang. Nafsu serakah kaum kapitalis ini akhirnya berubah
menjadi bentuk penjajahan yang memelaratkan masyarakat. Bangsa Indonesia, misalnya
dijajah oleh Belanda selama 3,5 abad dan setelah itu dijajah Jepang selama 3,5 tahun.
Selama penjajahan, bangsa Indonesia berada dalam kemelaratan dan kesengsaraan.
Penjajah melakukan penindsan terhadap rakyat dan mengeruk hasil yang sebanyak-
banyaknya dari kekayaan alam Indonesia. Penjajahan menjadikan perekonomian
Indonesia terbelakang. Masyarakat diperbodoh sehingga dengan mudah menjadi mangsa
penipuan dan pemerasan kaum lintah darat, tengkulak, dan tukang ijon. Koperasi
memang lahir dari penderitaan sebagai mana terjadi di Eropa pertengahan abad ke-18. Di
Indonesia pun koperasi ini lahir sebagai usaha memperbaiki ekonomi masyarakat yang
ditindas oleh penjajah pada masa itu.

Untuk mengetahui perkembangan koperasi di Indonesia, sejarah perkembangan


koperasi Indonesia secara garis besar dapat dibagi dalam “ dua masa ”, yaitu masa
penjajahan dan masa kemerdekaan.

B. Sikap Pemerintah Terhadap Gerakan Koperasi


Koperasi merupakan badan usaha bersama yang bertumpu pada prinsip ekonomi
kerakyatan yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.Berbagai kelebihan yang dimiliki
oleh koperasi seperti efisiensi biaya serta dari peningkatan economies of scale jelas
menjadikan koperasi sebagai sebuah bentuk badan usaha yang sangat prospekrif di
Indonesia. Namun, dari kelebihan tersebut justru koperasi masih sangat sulit untuk
berkembang di Indonesia. Dalam perkembangannya koperasi masih saja mengalami

4
pasang surut meskipun upaya Pemerintah untuk memberdayakan koperasi seolah tidak
pernah habis.Berbagai bantuan dari Pemerintah seperti KKop, Kredit Usaha Tani (KUT),
pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK
dari bank dan Kredit Kesehatan Pangan yang merupakan kredit komersial dari perbankan,
Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan
ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang
menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM
(Pengusaha Kecil Menengah), yang sebagai memacu gerakan ini untuk terus
maju.Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi
marjinal, pelaku bisnis yang perlu “dikasihani”. Adapun berbagai permasalahan yang
sering dihadapi di Koperasi :

1. Kurangnya partisipasi anggota

2. Sosialisasi Koperasi

3. Manajemen

4. Permodalan

5. Sumber daya manusia

6. Kurangnya keadaan masyarakat

7. Demokrasi ekonomi yang kurang

Secara umum permasalahan yang dihadapi koperasi dapat di kelompokan


terhadap 2 masalah, yaitu :

a. Permasalahan Internal

1. Kebanyakan pengurus koperasi telah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas;

2. Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap jabatan” ini
menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap pengelolaan koperasi berkurang
sehingga kurang menyadari adanya perubahan-perubahan lingkungan;

5
3. Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam
memulihkannya;

4. Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan fasilitas
(mesin-mesin), padahal teknologi berkembang pesat; hal ini mengakibatkan harga pokok
yang relatif tinggi sehingga mengurangi kekuatan bersaing koperasi;

5. Administrasi kegiatan-kegiatan belum memenuhi standar tertentu sehingga


menyediakan data untuk pengambilan keputusan tidak lengkap; demikian pula data
statistis kebanyakan kurang memenuhi kebutuhan;

6. Kebanyakan anggota kurang solidaritas untuk berkoperasi di lain pihak anggota


banyak berhutang kepada koperasi;

7. Dengan modal usaha yang relatif kecil maka volume usaha terbatas; akan tetapi
bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak mampu
menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena insentif rendah sehingga orang tidak
tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang kompleks.

b. Permasalahan eksternal

1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas
memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi;

2. Karena dicabutnya fasilitas-fasilitas tertentu koperasi tidak dapat lagi


menjalankan usahanya dengan baik,

3. Kegagalan koperasi pada waktu yang lalu tanpa adanya pertanggungjawaban


kepada masyarakat yang menimbulkan ketidakpercayaan pada masyarakat tentang
pengelolaan koperasi;

4. Tingkat harga yang selalu berubah (naik) sehingga pendapatan penjualan


sekarang tidak dapat dimanfaatkan untuk meneruskan usaha, justru menciutkan usaha.

Persoalan-persoalan yang dihadapi koperasi kiranya menjadi relatif lebih akut, kronis,
lebih berat oleh karena beberapa sebab :

6
1. Kenyataan bahwa pengurus atau anggota koperasi sudah terbiasa dengan sistem
penjatahan sehingga mereka dahulu hanya tinggal berproduksi, bahan mentah tersedia,
pemasaran sudah ada salurannya, juga karena sifat pasar “sellers market” berhubungan
dengan pemerintah dalam melaksanakan politik. Sekarang sistem ekonomi terbuka
dengan cirri khas : “persaingan”. Kiranya diperlukan penyesuaian diri dan ini memakan
waktu cukup lama.

2. Para anggota dan pengurus mungkin kurang pengetahuan/skills dalam


manajemen. Harus ada minat untuk memperkembangkan diri menghayati persoalan-
persoalan yang dihadapi.

3. Oleh karena pemikiran yang sempit timbul usaha “manipulasi” tertentu, misalnya
dalam hal alokasi order/ tugas-tugas karena kecilnya “kesempatan yang ada” maka orang
cenderung untuk memanfaatkan sesuatu untuk dirinya terlebih dahulu.

4. Pentingnya rasa kesetiaan (loyalitas) anggota; tetapi karena anggota berusaha


secara individual (tak percaya lagi kepada koperasi) tidak ada waktu untuk
berkomunikasi, tidak ada pemberian dan penerimaan informasi, tidak ada tujuan yang
harmonis antara anggota dan koperasi dan seterusnya, sehingga persoalan yang dihadapi
koperasi dapat menghambat perkembangan koperasi.

Adapun Sikap dan kebijakan Pemerintah terhadap Koperasi :

1. Antagonism (antipasti)

Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah pada waktu


itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan pengawasan yang keras terhadap
koperasi.Sikap-sikap tersebut ditunjukkan dengan sistem perpajakan yang tidak adil,
peraturan-peraturan atau undang- undang yang mencegah atau menyulitkan dalam hal
menjalankan teknik ke- koperasian.Di negara-negara totaliter terlihat pengawasan
Pemerintah yang berlebihan terhadap gerakan Koperasi.Pemerintah memberikan aturan
yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh rakyat dengan bayaran pajak yang tinggi ataupun
birokrasi administrasi yang berbelit-belit.Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada masa

7
penjajahan Belanda. Pemerintahan Belanda berupaya menghalangi pembentukan koperasi
karena khawatir akan menjadi kekuatan yang dapat melawan pemerintahan Belanda.

2. Indiference (Netral)

Sikap pemerintah yang memperlakukan koperasi sama dengan berbagai bentuk


badan usaha lain. Sikap acuh tak acuh atau tidak memperhatikan ternyata dari tidak
adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi bekerja secara wajar.Sikap
pemerintah tersebut sepertinya tidak menggambarkan sikap menghalangi gerakan, tetapi
tidak pula mengerti bahwa gerakan koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam
perekonomian serta sosial negara-negara dan negara berlaku seolah-olah gerakan ini tidak
ada.Sikap ini sering muncul di negara-negara Eropa dimana koperasi baru lahir.

Sikap pemerintah yang acuh tak acuh (indifference), biasanya terjadi pada saat koperasi
baru berdiri pada negara atau daerah yang menganut otonomi daerah.Pemerintahannya
tidak memberikan perhatian ataupun layanan yang memadai terhadap koperasi.Sehingga
koperasi yang ada seakan-akan ada dan tiada.

3. Over Sympaty (terlalu simpati)

Sikap pemerintah yang memanjakan atau membantu berlebihan terhadap


koperasi.Ada beberapa negara yang memberikan perhatian sangat besar terhadap gerakan
koperasi.Pemerintah ingin sekali menjalankan segala sesuatu sedapat- dapatnya bahkan
memberikan bantuan yang berlebih-lebihan untuk gerakan koperasi.Semua itu dilakukan
karena sistem koperasi dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk
mengadakan perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara
bersangkutan.Wujud sikap over sympaty ini ialah memberikan dorongan secara aktif
untuk pembentukan koperasi-koperasi secara cepat.Namun hal ini justru merugikan
koperasi itu sendiri karena kelangsungan hidupnya tergantung oleh bantuan
pemerintah.Dalam perkembangan perkoperasian ini, Indonesia pernah mendapatkan
sikap tersebut yaitu pada saat koperasi terlahir.Berdirinya koperasi mendapatkan
dorongan dari Pemerintah yaitu dengan memberikan bantuan tenaga atau modal.

4. Wheel Balance (Simpati)

8
Sikap ideal (well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang wajar sesuai
dalam batas dan prinsip koperasi.Pemerintah tidak memanjakan koperasi, sehingga
koperasi dapat berkembang dengan baik dan mampu mandiri pada akhirnya.Koperasi
yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak
terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah yang menggambarkan sikap yang berbeda
dengan tindakan negara lainnya.Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap
yang diperlihatkan pemerintah terhadap koperasi.Sikap-sikap pemerintah terhadap setiap
koperasi berbeda-beda sesuai dengan kondisi koperasi tersebut.Sikap pemerintah dapat
bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati berlebihan dan seimbang.Sikap ini tergantung
dari kondisi koperasi. Pada umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang
diterapkan di Indonesia adalah sikap over sympathy dan well balance . Kedua sikap
tersebutlah yang mendasari perkembangan dan pasang surut koperasi sampai saat
ini.Pada dasarnya pemerintah, berupaya untuk menumbuh kembangkan koperasi menjadi
alternatif gerakan kekuatan ekonomi rakyat.Oleh karena itu, perlu dipelajari dan
dipahami sikap dan kebijakan pemerintah mana yang paling cocok untuk diterapkan pada
Koperasi Indonesia untuk menghadapi gempuran globalisasi.

Dari empat sikap dan kebijakan Pemerintah tersebut, menurut pendapat saya sikap
pemerintah yang antipasti terhadap koperasi pernah terjadi di negara Jerman pada masa
pemerintahan Hilter. Sikap antipasti tersebut juga pernah terjadi di Hindia Belanda
(Indonesia) pada zaman penjajahan karena pada masa itu pemerintah jajahan merasakan
bahaya dengan adanya koperasi sebagai organisasi rakyat yang mengajarkan demokrasi.
Sikap pemerintah yang netral terhadap koperasi terdapat antara lain di negara Amerika
Serikat dan Australia dimana koperasi harus bersaing dengan badan usaha lain, siapa
yang kuat maka akan menang.

Sikap terlalu simpati pada koperasi tercermin pada peranan pemerintah yang
memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi. Namun, sikap tersebut dapat
mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi sendiri karena membuat koperasi menjadi
tidak mandiri. Sikap simpati pada koperasi ditunjukkan oleh berbagai negara seperti
India, Malaysia, Korea, dan Indonesia dimana pemerintah memberikan iklim yang baik
kepada koperasi untuk melakukan usahanya. Peran pemerintah disini bukan untuk

9
memasuki manajemen koperasi, melainkan untuk memberikan dorongan kepada koperasi
untuk memajukan koperasi karena hal tersebut pemerintah tidak ikut campur dalam
pengambilan keputusan, tetapi koperasi sendirilah yang mengambil keputusannya.
Pemerintah di negara-negara sedang berkembang pada umumnya turut aktif dalam upaya
membangun koperasi dengan tujuan untuk mendorong adanya kesadaran untuk
menggerakan koperasi yang dapat mensejahterakan masyarakat. Keikutsertaan
pemerintah dalam pembinaan koperasi tersebut dapat berlangsung secara efektif, tentu
perlu dilakukan koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannya adalah
agar terdapat keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara nasional.
Terbangunnya keselarasan dalam pola pembinaan maka diharapkan dapat benar-benar
meningkatnya kemampuannya, baik dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat disekitarnya, maupun dalam turut serta membangun system perekonomian
nasional.

Bantuan dari pemerintah diharapkan untuk membantu berkembangnya koperasi,


namun pemberian bantuan tersebut perlu memperrhatikan hal berikut :

1. Bantuan dari luar, hendaknya dimaksudkan : “menolong agar yang


berkepentingan selanjutnya dapat menolong diri sendiri” – “Helping People to Help
Themselves”

2. Di dalam praktek sulit membedakan untuk menentukan batas bantuan pemerintah


yang wajar lenyap dan pemanjaan mulai. Batas tersebut apabila koperasi tidak lagi dapat
berdiri sendiri (hidup) atau tidak dapat berjalan lagi apabila bantuan dihentikan atau
ditiadakan.

3. Bantuan pemerintah yang diberikan kepada koperasi dapat berdampak positif


maupun negative.

C. Peran Pemerintah Terhadap Gerakan Koperasi di Indonesia


Koperasi yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja yang
semakin baik, tidak terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah yang menggambarkan
sikap yang berbeda dengan tindakan negara lainya. Pertumbuhan gerakan koperasi
ditentukan adanya sikap yang diperlihatkan oleh pemerintah terhadap koperasi.

10
Dalam perkembangannya koperasi masih saja mengalami pasang surut meskipun
upaya Pemerintah untuk memberdayakan koperasi seolah tidak pernah habis. Berbagai
bantuan dari Pemerintah seperti KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham
(satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, Permodalan Nasional Madani (PNM),
terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya
bantuan program, ada institusi khusus yang menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri
Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha Kecil Menengah), yang sebagai memacu
gerakan ini untuk terus maju. Adapun berbagai permasalahan yang sering dihadapi di
koperasi yaitu seperti kurangnya partisipasi anggota, sosialisasi koperasi, manajemen,
permodalan, sumber daya manusia, kurangnya keadaan masyarakat, serta demokrasi
ekonomi yang kurang.

Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain, memberi bimbingan


berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan penelitian bagi perkembangan
koperasi serta bantuan konsultasi terhadap permasalahan koperasi, melakukan
pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadapkoperasi berupa penetapan bidang
kegiatan ekonomi yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan
oleh badan usaha lainnya, memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta
pengembangan jaringan usaha dan kerja sama. Peran pemerintah ini sangat penting untuk
perkembangan koperasi agar menjadi lebih baik lagi. Koperasi juga ikut dilindungi oleh
pemerintah, agar apa yang telah dilaksanakan koperasi tidak dilaksanakan dengan bidang
usaha lainnya.

Adapun peran dan kebijakan pemerintah terhadap koperasi:

a. Antagonism (antipati)

Pada mulanya timbul gerakan Koperasi di negara-negara, pemerintah pada waktu


itu memperlihatkan sikap merintangi atau melakukan pengawasan yang keras terhadap
koperasi. Sikap-sikap tersebut ditunjukkan dengan sistem perpajakan yang tidak adil,
peraturan-peraturan atau undang- undang yang mencegah atau menyulitkan dalam hal
menjalankan teknik ke- koperasian. Namun di negara totaliter terlihat pengawasan

11
Pemerintah yang berlebihan terhadap gerakan Koperasi. Pemerintah memberikan
aturan yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh rakyat dengan bayaran pajak yang tinggi
ataupun birokrasi administrasi yang berbelitbelit. Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada
masa penjajahan Belanda.

b. Indifference (Netral)

Sikap pemerintah yang memperlakukan koperasi sama dengan berbagai bentuk


badan usaha lain. Sikap acuh tak acuh atau tidak memperhatikan ternyata dari tidak
adanya peraturan-peraturan yang memungkinkan koperasi bekerja secara wajar. Sikap
pemerintah tersebut sepertinya tidak menggambarkan sikap menghalangi gerakan,
dimana gerakan koperasi itu merupakan bagian yang dinamis dalam perekonomian serta
sosial di negara-negara.

Sikap pemerintah tersebut biasanya terjadi pada saat koperasi baru yang berdiri
pada negara atau daerah yang menganut otonomi daerah. Pemerintahannya tidak
memberikan perhatian ataupun layanan yang memadai terhadap koperasi. Sehingga
koperasi yang ada seakan ada dan tiada.

c. Over Sympaty (terlalu simpati)

Sikap pemerintah yang memanjakan atau membantu berlebihan terhadap


koperasi. Hal tersebut hanya memberikan perhatian terhadap gerakan koperasi dimana
Pemerintah ingin sekali menjalankan segala sesuatu sedapat- dapatnya bahkan
memberikan bantuan yang berlebihlebihan untuk gerakan koperasi. Semua itu dilakukan
karena sistem koperasi dianggap sebagai organisasi rakyat yang baik dan tepat untuk
mengadakan perbaikan ekonomi dan sosial masyarakat di negara-negara bersangkutan.
Wujud sikap simpati ini ialah memberikan dorongan secara aktif untuk pembentukan
koperasi-koperasi secara cepat.

d. Wheel Balance (Simpati)

Sikap ideal (well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang wajar sesuai
dalam batas dan prinsip koperasi. Pemerintah tidak memanjakan koperasi, sehingga
koperasi dapat berkembang dengan baik dan mampu mandiri pada akhirnya. Koperasi

12
yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak
terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah yang menggambarkan sikap yang berbeda
dengan tindakan Negara lainnya. Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap
yang diperlihatkan pemerintah terhadap koperasi. Sikap-sikap pemerintah terhadap setiap
koperasi berbeda beda sesuai dengan kondisi koperasi tersebut. Sikap pemerintah dapat
bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati berlebihan dan seimbang. Sikap ini
tergantung dari kondisi koperasi.

Pada umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang diterapkan di Indonesia


adalah sikap over sympathy dan well balance. Kedua sikap tersebutlah yang mendasari
perkembangan dan pasang surut koperasi sampai saat ini. Pada dasarnya pemerintah,
berupaya untuk mengembangkan koperasi menjadi alternatif gerakan kekuatan ekonomi
rakyat. Oleh karena itu, perlu dipelajari dan dipahami sikap dan kebijakan pemerintah
manakah keputusan yang tepat untuk Koperasi Indonesia dalam menghadapi gempuran
globalisasi.

Sikap pemerintah yang antipati terhadap koperasi pernah terjadi di negara Jerman
pada masa pemerintahan Hilter. Sikap antipasti tersebut juga pernah terjadi di Hindia
Belanda (Indonesia) pada zaman penjajahan karena pada masa itu pemerintah jajahan
merasakan bahaya dengan adanya koperasi sebagai organisasi rakyat yang mengajarkan
demokrasi. Sikap pemerintah yang netral terhadap koperasi terdapat antara lain di negara
Amerika Serikat dan Australia dimana koperasi harus bersaing dengan badan usaha lain,
siapa yang kuat maka akan menang. Sikap terlalu simpati pada koperasi tercermin pada
peranan pemerintah yang memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi.
Namun, sikap tersebut dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi sendiri
karena membuat koperasi menjadi tidak mandiri. Sikap simpati pada koperasi
ditunjukkan oleh berbagai Negara seperti India, Malaysia, Korea, dan Indonesia dimana
pemerintah memberikan iklim yang baik kepada koperasi untuk melakukan usahanya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintah dengan koperasi tentu saja sangat berhubungan karena pemerintah

juga cukup berperan penting dalam gerakan koperasi itu. Peranan pemerintah dalam

gerakan koperasi antara lain, memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan

ataupun melakukan penelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi

terhadap permasalahan koperasi, melakukan pengawasan termasuk memberi

perlindungan terhadapkoperasi berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah

berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya,

memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan jaringan usaha

dan kerja sama. Peran pemerintah ini sangat penting untuk perkembangan koperasi agar

menjadi lebih baik lagi. Koperasi juga ikut dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang

telah dilaksanakan koperasi tidak dilaksanakan dengan bidang usaha lainnya.

B. Saran

Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mampu memahami lebih jauh

tentang Hubungan Pemerintah Dengan Gerakan Koperasi lebih dalam lagi walaupun

penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.

Untuk itu, penulis menyarankan agar mencari referensi-referensi bacaan lebih banyak lagi

selain dari makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Putri, B. K., Sptono, H., & Njatrijani, R. (2016). Peran Pemerintah terhadap Koperasi Sekunder.
Diponegoro Law, 1-13.

Sitepu, C. F., & Hasyim. (2018). Perkembangan Ekonomi Koperasi di Indonesia. NIAGAWAN, 59-68.

15

Anda mungkin juga menyukai