Makalah 9-Hubungan Pemerintah Dengan Gerakan Koperasi
Makalah 9-Hubungan Pemerintah Dengan Gerakan Koperasi
Disusun oleh :
FITHRI AZIZAH
90500120095
firhriazizah@gmail.com
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya kita
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Koperasi Syariah dan UMKM dengan
Saya berharap makalah ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca. Semoga Makalah ini
dapat menambah ilmu dan pengetahuan kita mengenai bank syariah. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Fithri Azizah
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peranan yang cukup besar dalam menyusun usaha bersama dari orang-orang yang
Indonesia belum memiliki kemampuan untuk menjalankan peranannya secara efektif dan
kuat. Hal ini disebabkan Koperasi masih menghadapai hambatan struktural dalam
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
2. Mengetahui sikap pemerintah terhadap gerakan koperasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada pertengahan abad ke-18 telah
mengubah wajah dunia. Berbagai penemuan di bidang teknologi ( revolusi industri )
melahirkan tata dunia ekonomi baru. Tatanan dunia ekonomi menjadi terpusat pada
keuntungan perseorangan, yaitu kaum pemilik modal ( kapitalisme ). Kaum kapitalis atau
pemilik modal memanfaatkan penemuan baru tersebutdengan sebaik-baiknya untuk
memperkaya dirinya dan memperkuat kedudukan ekonominya. Hasrat serakah ini
melahirkan persaingan bebas yang tidak terbatas. Sistem ekonomi kapitalis / liberal
memberikan keuntungan yang sebesar-besarnya kepada pemilik modal dan melahirkan
kemelaratan dan kemiskinan bagi masyarakat ekonomi lemah.
3
koperasi pertama di Inggris yang terkenal dengan nama Koperasi Rochdale di bawah
pimpinan Charles Howart. Di Jerman, Frederich Willhelm Raiffeisen dan Hermann
Schulze memelopori Koperasi Simpan Pinjam. Di Perancis, muncul tokoh-tokoh kperasi
seperti Charles Fourier, Louis Blance, dan Ferdinand Lassalle. Demikian pula di
Denmark. Denmark menjadi Negara yang paling berhasil di dunia dalam
mengembangkan ekonominya melalui koperasi.
4
pasang surut meskipun upaya Pemerintah untuk memberdayakan koperasi seolah tidak
pernah habis.Berbagai bantuan dari Pemerintah seperti KKop, Kredit Usaha Tani (KUT),
pengalihan saham (satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, skim program KUK
dari bank dan Kredit Kesehatan Pangan yang merupakan kredit komersial dari perbankan,
Permodalan Nasional Madani (PNM), terus mengalir untuk memberdayakan gerakan
ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya bantuan program, ada institusi khusus yang
menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri Negara Urusan Koperasi dan PKM
(Pengusaha Kecil Menengah), yang sebagai memacu gerakan ini untuk terus
maju.Namun, kenyataannya, Koperasi masih saja melekat dengan stigma ekonomi
marjinal, pelaku bisnis yang perlu “dikasihani”. Adapun berbagai permasalahan yang
sering dihadapi di Koperasi :
2. Sosialisasi Koperasi
3. Manajemen
4. Permodalan
a. Permasalahan Internal
2. Pengurus koperasi juga tokoh dalam masyarakat, sehingga “rangkap jabatan” ini
menimbulkan akibat bahwa fokus perhatiannya terhadap pengelolaan koperasi berkurang
sehingga kurang menyadari adanya perubahan-perubahan lingkungan;
5
3. Bahwa ketidakpercayaan anggota koperasi menimbulkan kesulitan dalam
memulihkannya;
4. Oleh karena terbatasnya dana maka tidak dilakukan usaha pemeliharaan fasilitas
(mesin-mesin), padahal teknologi berkembang pesat; hal ini mengakibatkan harga pokok
yang relatif tinggi sehingga mengurangi kekuatan bersaing koperasi;
7. Dengan modal usaha yang relatif kecil maka volume usaha terbatas; akan tetapi
bila ingin memperbesar volume kegiatan, keterampilan yang dimiliki tidak mampu
menanggulangi usaha besar-besaran; juga karena insentif rendah sehingga orang tidak
tergerak hatinya menjalankan usaha besar yang kompleks.
b. Permasalahan eksternal
1. Bertambahnya persaingan dari badan usaha yang lain yang secara bebas
memasuki bidang usaha yang sedang ditangani oleh koperasi;
Persoalan-persoalan yang dihadapi koperasi kiranya menjadi relatif lebih akut, kronis,
lebih berat oleh karena beberapa sebab :
6
1. Kenyataan bahwa pengurus atau anggota koperasi sudah terbiasa dengan sistem
penjatahan sehingga mereka dahulu hanya tinggal berproduksi, bahan mentah tersedia,
pemasaran sudah ada salurannya, juga karena sifat pasar “sellers market” berhubungan
dengan pemerintah dalam melaksanakan politik. Sekarang sistem ekonomi terbuka
dengan cirri khas : “persaingan”. Kiranya diperlukan penyesuaian diri dan ini memakan
waktu cukup lama.
3. Oleh karena pemikiran yang sempit timbul usaha “manipulasi” tertentu, misalnya
dalam hal alokasi order/ tugas-tugas karena kecilnya “kesempatan yang ada” maka orang
cenderung untuk memanfaatkan sesuatu untuk dirinya terlebih dahulu.
1. Antagonism (antipasti)
7
penjajahan Belanda. Pemerintahan Belanda berupaya menghalangi pembentukan koperasi
karena khawatir akan menjadi kekuatan yang dapat melawan pemerintahan Belanda.
2. Indiference (Netral)
Sikap pemerintah yang acuh tak acuh (indifference), biasanya terjadi pada saat koperasi
baru berdiri pada negara atau daerah yang menganut otonomi daerah.Pemerintahannya
tidak memberikan perhatian ataupun layanan yang memadai terhadap koperasi.Sehingga
koperasi yang ada seakan-akan ada dan tiada.
8
Sikap ideal (well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang wajar sesuai
dalam batas dan prinsip koperasi.Pemerintah tidak memanjakan koperasi, sehingga
koperasi dapat berkembang dengan baik dan mampu mandiri pada akhirnya.Koperasi
yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak
terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah yang menggambarkan sikap yang berbeda
dengan tindakan negara lainnya.Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap
yang diperlihatkan pemerintah terhadap koperasi.Sikap-sikap pemerintah terhadap setiap
koperasi berbeda-beda sesuai dengan kondisi koperasi tersebut.Sikap pemerintah dapat
bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati berlebihan dan seimbang.Sikap ini tergantung
dari kondisi koperasi. Pada umumnya sikap pemerintah terhadap koperasi yang
diterapkan di Indonesia adalah sikap over sympathy dan well balance . Kedua sikap
tersebutlah yang mendasari perkembangan dan pasang surut koperasi sampai saat
ini.Pada dasarnya pemerintah, berupaya untuk menumbuh kembangkan koperasi menjadi
alternatif gerakan kekuatan ekonomi rakyat.Oleh karena itu, perlu dipelajari dan
dipahami sikap dan kebijakan pemerintah mana yang paling cocok untuk diterapkan pada
Koperasi Indonesia untuk menghadapi gempuran globalisasi.
Dari empat sikap dan kebijakan Pemerintah tersebut, menurut pendapat saya sikap
pemerintah yang antipasti terhadap koperasi pernah terjadi di negara Jerman pada masa
pemerintahan Hilter. Sikap antipasti tersebut juga pernah terjadi di Hindia Belanda
(Indonesia) pada zaman penjajahan karena pada masa itu pemerintah jajahan merasakan
bahaya dengan adanya koperasi sebagai organisasi rakyat yang mengajarkan demokrasi.
Sikap pemerintah yang netral terhadap koperasi terdapat antara lain di negara Amerika
Serikat dan Australia dimana koperasi harus bersaing dengan badan usaha lain, siapa
yang kuat maka akan menang.
Sikap terlalu simpati pada koperasi tercermin pada peranan pemerintah yang
memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi. Namun, sikap tersebut dapat
mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi sendiri karena membuat koperasi menjadi
tidak mandiri. Sikap simpati pada koperasi ditunjukkan oleh berbagai negara seperti
India, Malaysia, Korea, dan Indonesia dimana pemerintah memberikan iklim yang baik
kepada koperasi untuk melakukan usahanya. Peran pemerintah disini bukan untuk
9
memasuki manajemen koperasi, melainkan untuk memberikan dorongan kepada koperasi
untuk memajukan koperasi karena hal tersebut pemerintah tidak ikut campur dalam
pengambilan keputusan, tetapi koperasi sendirilah yang mengambil keputusannya.
Pemerintah di negara-negara sedang berkembang pada umumnya turut aktif dalam upaya
membangun koperasi dengan tujuan untuk mendorong adanya kesadaran untuk
menggerakan koperasi yang dapat mensejahterakan masyarakat. Keikutsertaan
pemerintah dalam pembinaan koperasi tersebut dapat berlangsung secara efektif, tentu
perlu dilakukan koordinasi antara satu bidang dengan bidang lainnya. Tujuannya adalah
agar terdapat keselarasan dalam menentukan pola pembinaan koperasi secara nasional.
Terbangunnya keselarasan dalam pola pembinaan maka diharapkan dapat benar-benar
meningkatnya kemampuannya, baik dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan
masyarakat disekitarnya, maupun dalam turut serta membangun system perekonomian
nasional.
10
Dalam perkembangannya koperasi masih saja mengalami pasang surut meskipun
upaya Pemerintah untuk memberdayakan koperasi seolah tidak pernah habis. Berbagai
bantuan dari Pemerintah seperti KKop, Kredit Usaha Tani (KUT), pengalihan saham
(satu persen) dari perusahaan besar ke Koperasi, Permodalan Nasional Madani (PNM),
terus mengalir untuk memberdayakan gerakan ekonomi kerakyatan ini. Tak hanya
bantuan program, ada institusi khusus yang menangani di luar Dekopin, yaitu Menteri
Negara Urusan Koperasi dan PKM (Pengusaha Kecil Menengah), yang sebagai memacu
gerakan ini untuk terus maju. Adapun berbagai permasalahan yang sering dihadapi di
koperasi yaitu seperti kurangnya partisipasi anggota, sosialisasi koperasi, manajemen,
permodalan, sumber daya manusia, kurangnya keadaan masyarakat, serta demokrasi
ekonomi yang kurang.
a. Antagonism (antipati)
11
Pemerintah yang berlebihan terhadap gerakan Koperasi. Pemerintah memberikan
aturan yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh rakyat dengan bayaran pajak yang tinggi
ataupun birokrasi administrasi yang berbelitbelit. Hal ini pernah terjadi di Indonesia pada
masa penjajahan Belanda.
b. Indifference (Netral)
Sikap pemerintah tersebut biasanya terjadi pada saat koperasi baru yang berdiri
pada negara atau daerah yang menganut otonomi daerah. Pemerintahannya tidak
memberikan perhatian ataupun layanan yang memadai terhadap koperasi. Sehingga
koperasi yang ada seakan ada dan tiada.
Sikap ideal (well balanced), pemerintah memberikan bantuan yang wajar sesuai
dalam batas dan prinsip koperasi. Pemerintah tidak memanjakan koperasi, sehingga
koperasi dapat berkembang dengan baik dan mampu mandiri pada akhirnya. Koperasi
12
yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan kinerja yang semakin baik tidak
terlepas dari sikap dan kebijakan pemerintah yang menggambarkan sikap yang berbeda
dengan tindakan Negara lainnya. Pertumbuhan gerakan koperasi ditentukan oleh sikap
yang diperlihatkan pemerintah terhadap koperasi. Sikap-sikap pemerintah terhadap setiap
koperasi berbeda beda sesuai dengan kondisi koperasi tersebut. Sikap pemerintah dapat
bersifat berlawanan, acuh tak acuh, simpati berlebihan dan seimbang. Sikap ini
tergantung dari kondisi koperasi.
Sikap pemerintah yang antipati terhadap koperasi pernah terjadi di negara Jerman
pada masa pemerintahan Hilter. Sikap antipasti tersebut juga pernah terjadi di Hindia
Belanda (Indonesia) pada zaman penjajahan karena pada masa itu pemerintah jajahan
merasakan bahaya dengan adanya koperasi sebagai organisasi rakyat yang mengajarkan
demokrasi. Sikap pemerintah yang netral terhadap koperasi terdapat antara lain di negara
Amerika Serikat dan Australia dimana koperasi harus bersaing dengan badan usaha lain,
siapa yang kuat maka akan menang. Sikap terlalu simpati pada koperasi tercermin pada
peranan pemerintah yang memasuki manajemen koperasi untuk membantu koperasi.
Namun, sikap tersebut dapat mematikan inisiatif yang tumbuh dari koperasi sendiri
karena membuat koperasi menjadi tidak mandiri. Sikap simpati pada koperasi
ditunjukkan oleh berbagai Negara seperti India, Malaysia, Korea, dan Indonesia dimana
pemerintah memberikan iklim yang baik kepada koperasi untuk melakukan usahanya.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemerintah dengan koperasi tentu saja sangat berhubungan karena pemerintah
juga cukup berperan penting dalam gerakan koperasi itu. Peranan pemerintah dalam
berhasil diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya,
dan kerja sama. Peran pemerintah ini sangat penting untuk perkembangan koperasi agar
menjadi lebih baik lagi. Koperasi juga ikut dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang
B. Saran
Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mampu memahami lebih jauh
tentang Hubungan Pemerintah Dengan Gerakan Koperasi lebih dalam lagi walaupun
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis menyarankan agar mencari referensi-referensi bacaan lebih banyak lagi
14
DAFTAR PUSTAKA
Putri, B. K., Sptono, H., & Njatrijani, R. (2016). Peran Pemerintah terhadap Koperasi Sekunder.
Diponegoro Law, 1-13.
Sitepu, C. F., & Hasyim. (2018). Perkembangan Ekonomi Koperasi di Indonesia. NIAGAWAN, 59-68.
15