Anda di halaman 1dari 14

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS DAN

KEMAJUAN GENETIK HARAPAN VARIETAS-VARIETAS


BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.)

Dosen Pengampu:
Yuliawati SP., M.Si.

Disusun oleh:
Ilham Rizky Rianda
A.2010562

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2022
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Tujuan............................................................................................................3
BAB II. METODELOGI.......................................................................................4
2.1 Waktu dan Tempat.........................................................................................4
2.2 Alat dan Bahan...............................................................................................4
2.3 Rancangan dan Pelaksanaan Percobaan.........................................................4
2.4 Peubah Amatan..............................................................................................6
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................7
4.1 Hasil dan Pembahasan...................................................................................7
BAB V. PENUTUP...............................................................................................10
5.1 Kesimpulan..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) berasal dari Amerika, tepatnya di
wilayah selatan Meksiko dan wilayah panas Guatemala. Sementara itu, kacang
buncis tipe tegak (kidney bean) atau kacang jogo merupakan tanaman asli lembah
Tahuacan-Meksiko. Penyebarluasan tanaman buncis dari Amerika ke Eropa
dilakukan sejak abad ke-16. Daerah pusat penyebaran dimulai di Inggris (1594),
kemudian menyebar ke Negara Eropa, Afrika hingga Indonesia (Rukmana, 2014).
Buncis tegak banyak diminati masyarakat karena memiliki rasa yang manis,
renyah, dan manfaat yang diperoleh dari mengkonsumsinya. Kandungan dalam
100 gram buncis meliputi 630 SI Vitamin A; 19 mg Vitamin C; 35 kalori energi;
2,40 gr protein; 0,20 gr lemak; 7,70 gr karbohidrat (Dayan, et al. 2019).
Permasalahan saat ini ialah masih rendahnya produktivitas hasil tanaman
buncis di Indonesia. Berdasarkan data statistik produksi buncis nasional setiap
tahun cenderung mengalami peningkatan selama kurun waktu 2018-2021.
Produksi buncis tersebut berturut – turut mencapai angka 304.445 ton, 299.311
ton, 305.923 ton dan 320.774 ton dengan luas lahan panen masing – masing
sebesar 25.014 ha, 24.635 ha, 24.003 ha, dan 23.091 ha (BPS 2021). Menurut
Direktorat Jendral Hortikultura (2021) Produktivitas buncis polong segar dapat
mencapai 20 ton/ha, sedangkan baby buncis sebesar 10 ton/ha.
Produksi tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
faktor genetik, lingkungan dan interaksi genotipe dan lingkungan (Chahal dan
Gosal 2002). Peningkatan hasil produksi dapat dilakukan dengan memperbaiki
teknik budidaya dan faktor genetik melalui pemuliaan (Yuliawati et al., 2018).
Melalui kegiatan pemuliaan, diharapkan dapat dihasilkan beragam kultivar unggul
baru, selain memiliki produktivitas yang tinggi, juga memiliki beberapa karakter
lain yang mendukung upaya peningkatan kualitas dan daya saing bagi kehidupan
manusia (Distan Bulelengkab 2014).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengevaluasi keragaman genetik,
heritabilitas, dan kemajuan genetik harapan varietas – varietas buncik tegak.
BAB II. METODELOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Pelaksanaan penelitian dilakukan pada 05 Maret – 04 Juni 2022 di lahan
percobaan yang berlokasi di Desa Cipayung Datar, Kecamatan Megamendung,
Bogor, Jawa Barat.

2.2 Alat dan Bahan


Bahan yang dibutuhkan adalah benih buncis tegak, pupuk kandang, pupuk
NPK, insektisida dan fungisida. Peralatan yang digunakan saat praktikum meliputi
alat budidaya, alat tulis, label, kantong plastik bening, tali rapia, bambu (ajir),
kamera digital, dan timbangan digital

2.3 Rancangan dan Pelaksanaan Percobaan


Kegiatan pengolahan lahan dan petak-petak percobaan dilakukan pada awal
percobaan. Masing-masing benih per galur ditanam 2 benih/lubang dalam dua
baris, tiap baris terdiri atas 10 tanaman dan jarak tanam 20 x 20 cm. Dosis pupuk
kandang yang diaplikasikan adalah 10 ton/ha dan NPK 200 kg/ha atau 8,5
gr/lubang. Penyulaman dilakukkan pada saat tanaman berumur 14 hari setelah
tanam (HST). Panen dilaksanakan secara berkala sebanyak 3 kali pemanenan.
Pemasang ajir dilakukan setelah 1 bulan penanaman dengan ketinggian kurang
lebih 60 cm.
Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial 9 taraf
menggunakan varietas – varietas tanaman buncis dengan model Linier Aditif.
Analisis ragam tiap karakter varietas – varietas buncis tegak (Tabel 1.) dilakukan
tabel sidik ragam.

Yij     i   j   ij

Keterangan:
i = 1, 2, …, p dan j=1, 2,…,r
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
 = Rataan umum
i = Pengaruh perlakuan ke-i
j = Pengaruh kelompok ke-j
ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Tabel 1. Analisis ragam dan kuadrat tengah harapan buncis tegak


Nilai
Sumber Keragaman Db JK KT F-hit
Harapan
Kelompok r-1 JKK KTK KTK/KTG
Perlakuan p-1 JKP KTP (M2) σ2e + r(σ2g) KTP/KTG
Galat (p-1) (r-1) JKG KTG (M1) σ2e
Total pr-1 JKT
Keterangan: Db = Derajat bebas, Jk =Jumlah kuadrat, KT = Kuadrat tengah, σ 2e = ragam lingkungan, σ2g =
ragam genetik

Berdasarkan kuadrat tengah dan nilai harapan pada (Tabel 1.), dapat diduga nilai
komponen ragam sebagai berikut:

σ2e = M1

σ2g = M2-M1
r

σ2p = σ2g + σ2e

h2bs = σ2g x 100%


σ2p

Keterangan:
M1 : Kuadrat tengah galat
M2 : Kuadrat tengah genotipe
σ2g : Ragam genetik
σ2e : Ragam lingkungan
σ2p : Ragam fenotipe
r : Banyaknya ulangan pada percobaan
h2bs : Heretabilitas arti luas

Koefisien keragaman genotip (KKG) tiap karakter dihitung dengan rumus:

KKG = √ σ 2 g x 100 %

Keterangan:
σ2g : Ragam genetik
ẋ : Rata-rata seluruh populasi tiap karakter
2.4 Peubah Amatan
Pengamatan dilakukan pada 5 sampel tanaman tiap satuan perlakuan yang
diamati seluruh tanaman tiap aksesi. Pengukuran sampel dilakukan sebanyak 3
kali setelah pemanenan. Peubah yang diamati sebagai berikut:

1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal batang hingga ujung daun
terpanjang daun.
2. Diameter batang (cm), diukur bagian tengah batang dari sisi ke sisi lain
batang.
3. Jumlah cabang, dilakukan dengan menghitung percabangan yang ada pada
tanaman.
4. Jumlah daun, dilakukan dengan menghitung daun (trifoliate) yang tumbuh
dari semua cabang.
5. Berat brangkasan (gr), dilakukan dengan menimbang berat basah tanaman.
6. Panjang polong (cm), diukur dari sisi terpanjang polong, pangkal polong ke
sisi ujung polong lain
7. Jumlah polong, dilakukan dengan menghitung polong yang pada tanaman.
8. Diameter polong (cm), diukur pada bagian tengah polong dari sisi terpendek
polong.
9. Bobot polong (gr), dilakukan dengan menimbang berat polong total.
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Keragaman genetik dan heritabilitas sangat bermanfaat dalam proses
seleksi. Seleksi akan efektif jika populasi tersebut mempunyai keragaman genetik
yang luas dan heritabilitas yang tinggi. Menurut Jemeela et al. (2014) Semakin
tinggi keragaman genetik yang dimiliki akan semakin besar peluang keberhasilan
bagi program pemuliaan tanaman. Nilai heretabilitas hasil analisis per varietas
tanaman tertera pada (Tabel 2.). Nilai dugaan heritabilitas suatu karakter perlu
diketahui untuk menduga apakah karakter tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor
genetik atau lingkungan karena heritabilitas dalam arti luas merupakan proporsi
ragam genetik terhadap ragam fenotipiknya (Nasution, 2018). Beberapa parameter
genetik yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu peubah dapat
dijadikan kriteria seleksi, yaitu variabilitas genetik, variabilitas fenotipe, koefisien
keragaman genetik (KKG) dan heritabilitas (Sugianto, et al. 2015)
Tabel 2. Komponen Ragam Varietas - Varietas Buncis Tegak
Karakter σ2g 2σσ2g Kriteria σ2p 2σσ2P Kriteria
Tinggi Tanaman (cm) -5,93 -2,44 Sempit 30,14 5,49 Luas
Diameter Batang (cm) -0,004 0,06 Sempit 0,02 0,13 Sempit
Jumlah Cabang 0,30 0,55 Sempit 7,21 2,69 Luas
Jumlah Daun -11,37 -3,37 Sempit 111,27 10,55 Luas
Bobot Brangkasan (gr) 1533,65 39,16 Luas 14823,79 121,75 Luas
Panjang Polong (cm) 1,07 1,03 Luas 1,71 1,31 Luas
Jumlah Polong 51,8 7,20 Luas 462,9 21,52 Luas
Diameter Polong (cm) 0,01 0,09 Sempit 0,11 0,33 Sempit
Bobot Polong (gr) 3765,86 61,37 Luas 19333,18 139,04 Luas
Keterangan: σ2g = Ragam genetik, 2σσ2g = Standar deviasi genetik, σ2p = Ragam fenotip, 2σσ2P = Standar
deviasi fenotip

Keragaman genetik dan fenotip dikelompokkan menurut formulasi Pinaria


et al. (1995), diantaranya σ2g<2σσ2g (sempit), σ2g>2σσ2g (luas), dan σ2p<2σσ2P
(sempit), σ2p>2σσ2P (luas). Terdapat beberapa karakter yang memiliki duga ragam
genetik luas, yaitu bobot brangkasan, panjang polong, jumlah polong dan bobot
polong. Nilai variasi genetik yang luas dapat memberikan kesempatan luas untuk
memilih karakter tanaman unggul berdasarkan karakter tersebut, sehingga dapat
digunakan pada kegiatan seleksi untuk perakitan varietas unggul baru (Sobari dan
Wicaksana, 2017). Pengetahuan tentang latar belakang genetik populasi sangat
penting untuk memulai seleksi. Menurut Saadah (2019) Keragaman genetik yang
luas untuk beberapa karakter pada populasi ini disebabkan karena latar belakang
genetik populasi yang berbeda.
Data tabel menunjukkan keragaman genetik yang sempit meliputi tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah cabang, jumlah daun, dan diemeter polong.
Kemudian, keragaman fenotip untuk semua karakter cenderung memiliki kriteria
luas. Keragaman fenotip sempit terdapat pada karakter diameter batang dan
diameter polong. Pendapat Syukur et al. (2010) bahwa karakter yang memiliki
keragaman genetik yang luas akan memiliki keragaman fenotipe yang luas, akan
tetapi keragaman yang memiliki keragaman genetik yang sempit belum tentu
memiliki keragaman fenotipe yang sempit pula. Hal ini disebabkan karena
keragaman fenotipe dipengaruhi oleh keragaman genetik dan lingkungan.
Keragaman genetik yang sempit akan menyebabkan hasil yang tidak efektif.
Menurut Sugandi et al. (2012) Karakter berdasarkan beberapa varietas dan galur
dengan keragaman genetik yang sempit sudah tidak efektif.
Tabel 3. Nilai Koefisien dan Heritabilitas Varietas – Varietas Buncis Tegak
Karakter KKG (%) Kriteria h2bs (%) Kriteria
Tinggi Tanaman (cm) 0,00 Rendah 0,00 Rendah
Diameter Batang (cm) 0,00 Rendah 0,00 Rendah
Jumlah Cabang 6,99 Rendah 4,20 Rendah
Jumlah Daun 0,00 Rendah 0,00 Rendah
Bobot Brangkasan (gr) 10,35 Rendah 15,93 Rendah
Panjang Polong (cm) 5,96 Rendah 62,38 Tinggi
Jumlah Polong 14,40 Rendah 11,19 Rendah
Diameter Polong (cm) 9,51 Rendah 6,75 Rendah
Bobot Polong (gr) 24,05 Rendah 19,48 Rendah
Keterangan: KKG = Nilai Koefisien Keragaman Genotip, h2bs = Heritabilitas Arti Luas

Kriteria nilai koefisien keragaman menurut Moedjiono dan Mejaya (1994),


yaitu rendah (0%<x<25%), agak rendah (25%<x<50%), cukup tinggi
(50%<x<75%) dan tinggi (75%<x<100%). Nilai KKG pada semua karater (Tabel
3.) berkisar antara 0 – 24,05% memiliki kriteria rendah dengan nilai KKG,
presentase tertinggi pada bobot polong dengan sifat rendah. Nilai koefisien
keragaman genetik dapat memberi informasi mengenai keragaman genetik dari
suatu tanaman sehingga dapat diketahui tingkat keluasan dalam pemilihan
genotipe harapan. Menurut Herlinda et al. (2018) bahwa nilai koefisien
keragaman genetik yang bernilai rendah dan agak rendah memiliki keragaman
yang sempit serta penampilan yang seragam. Semakin besar tingkat keragaman
dalam populasi, efektifitas seleksi untuk memilih suatu karakter yang sesuai
dengan keinginan semakin besar pula, karena karakter tersebut mudah diwariskan
(Wati, et al. 2022).
Fehr (1991) membagi nilai duga heritabilitas menjadi tiga kriteria, yaitu
rendah (H<20%), sedang (20%<H<50%) dan tinggi (H>50%). Nilai dugaan
heribilitas pada (Tabel 2.) hasil evaluasi aksesi-aksesi lokal dalam kriteria rendah
hingga tinggi interval 0 – 62,38 %. Dari data yang diperoleh (Tabel 3.) karakter
yang memiliki heritabilitas rendah, yaitu tinggi tanaman, diameter batang, jumlah
cabang, jumlah daun, bobot brangkasan, jumlah polong, diameter polong, dan
bobot polong.
Nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter panjang polong, sedangkan
yang bernilai rendah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang, jumlah
daun, bobot brangkasan, jumlah polong, diameter polong, dan bobot polong.
Penelitian Yulistya (2012) menghasilkan nilai heritabilitas tinggi pada karakter
panjang polong buncis. Menurut Jameela et al. (2014) Nilai heritabilitas yang
tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar variasi total berada pada kendali
pengaruh genetik dibandingkan lingkungan, sebaliknya penampilan fenotipik
karakter dengan nilai duga heritabilitas rendah lebih banyak dipengaruhi oleh
faktor lingkungan dibandingkan faktor genetik. Nilai duga seleksi akan efektif
jika populasi tersebut mempunyai heritabilitas yang tinggi, sehingga hasil seleksi
diharapkan akan memperoleh kemajuan genetik yang tinggi pula serta seleksi
untuk suatu karakter yang diinginkan akan lebih berarti jika karakter tersebut
mudah diwariskan (Wulandari et al. 2016).
Karakter panjang polong dapat dijadikan seleksi karena memiliki faktor
genetik yang dominan dan heritabilitas tinggi. Seleksi efektif apabila kemajuan
genetik tinggi ditunjang dengan salah satu nilai variabilitas genetik dan atau
heritabilitas yang tinggi (Arif et al. 2015).
Selain itu, karakter berat brangkasan dan bobot polong juga dapat menjadi
bahan seleksi karena memiliki keragaman genetik tinggi, meskipun nilai
heritabilitasnya rendah. Namun, pewarisan gen akan lebih sulit karena pengaruh
lingkungan lebih kuat dibandingkan gen (Kristamtini et al. 2016).
BAB V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Nilai ragam genetik yang luas terdapat pada bobot brangkasan, panjang
polong, jumlah polong dan bobot polong. Nilai koefisien keragaman genetik pada
semua karakter rendah. Umumnya semua karakter memiliki heritabilitas rendah
yang menandakan karakter tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan lebih kuat
dibandingkan dengan gen. Karakter panjang polong memiliki ragam genetik luas
dan heritabilitas tinggi, sehingga karakter tersebut dapat dijadikan seleksi yang
efisien dan efektif untuk perakitan varietas unggul baru.
DAFTAR PUSTAKA

Arif M, Damanhuri dan Purnamaningsih SL. 2015. Seleksi famili F3 buncis


(Phaseolus vulgaris L.) polong kuning dan berdaya hasil tinggi. Jurnal
Produksi Tanaman 3(2): 120-125.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Produksi Tanaman Sayuran 2018-2021.
https://www.bps.go.id. [17 Juli 2022].
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2021. Luas Panen Tanaman Sayuran Menurut
Provinsi dan Jenis Tanaman 2018-2021. https://www.bps.go.id. [17 Juli
2022].
Chahal GS, Gosal SS. 2002. Principles and procedures of plant breeding,
biotechnological and conventional approaches. Delhi: Narosa Publishing
House.
Dayan H, Subagiono, dan Setiono. 2019. Karakter morfologi tanaman buncis
(Phaseolus vulgaris L.) terhadap pemberian limbah kulit kopi. Jurnal Sains
Agro 4(3): 1-7.
[Distan] Dinas Pertanian Bulelengkab. 2014. Plasma Nutfah.
https://distan.bulelengkab.go.id/. [14 Juli 2022].
Direktorat Jendral Hortikultura. 2021. SOP Budidaya Buncis. Jakarta: Direktorat
Sayuran dan Tanaman Obat.
Fehr W. 1991. Principles of Cultivar Development: Theory and Technique.
Agronomy Books. 1.
Herlinda G, Soenarsih SDAS, dan Syafi S. 2018. Keragaman dan heretabilitas
genotip jagung merah (Zea mays L.) lokal. Techno 7(02): 192-199.
Jameela H, Sugiharto AN dan Soegianto A. 2014. Keragaman Genetik Dan
Heritabilitas Karakter Komponen Hasil Pada Populasi F2 Buncis
(Phaseolus vulgaris L.) Hasil Persilangan Varietas Introduksi Dengan
Varietas Lokal. Jurnal Produksi Tanaman (2)4: 324-329.
Kristamtini, Surtano, Wiranti EW, dan Widyayanti. 2016. Kemajuan genetik dan
heritabilitas karakter agronomi beras hitam pada pupulasi F2. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan 35(2): 119-124.
Moedjiono MJ dan Mejaya. 1994. Variabilitas genetika beberapa karakter plasma
nutfah jagung koleksi Balittas Malang. Zuriat 5(2): 27-32.
Nasution NA. 2018. Evaluasi Keragaan Karakter Kuantitatif Kacang Bogor
(Vigna subterranea (L.) Verdcourt) Berkulit Biji Warna Terang Asal Lanras
Sumedang. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Peratanian Institut Pertanian Bogor.
Pinaria S, A. Baikhi, R. Setiamihardja, dan A.A. Daradjat. 1995. Variabilitas
genetik dan heritabilitas karakter-karakter biomassa 53 genotipe kedelai.
Zuriat. 6 (2): 88-92.
Rukmana R. 2014. Sukses Budidaya Aneka Kacang Sayur Di Pekarangan Dan
Perkebunan. Yogyakarta: Lily Publisher
Saadah N. 2019. Keragaman Genetik Tanaman Pearl Millet (Pennisetum
glaucum) pada Generasi M3. [Skripsi]. Jakarta: Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Sobari E dan Wicaksana N. 2017. Keragaman Genetik dan Kekerabatan Genotip
Kacang Bambara (Vigna subteranea L.) Lokal Jawa Barat. Jurnal Agro.
4(2): 90-96.
Sugandi R, Nurhidayah T dan Nurbaiti. 2012. Variabilitas Genetik Dan
Heritabilitas Karakter Agronomis Beberapa Varietas Dan Galur Sorgum
(Sorghum bicolor (L.) Moench). [Skripsi]. Riau: Fakultas Pertanian
Universitas Riau.
Sugianto, Nurbiati, dan Deviona. 2015. Variabilitas genetik dan heritabilitas
karakter agronomis beberapa genotipe sorgum manis (Sorghum bicolor L.
moench) koleksi Batan. JOM Faperta 2(1): 1-12.
Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R, dan Nida K. 2010. Pendugaan komponen
ragam, heritabilitas dan korelasi untuk menentukan kriteria seleksi cabai
(Capsicum annuum L.) Populasi F5. J. Hort. Indonesia 1(2): 74-80.
Wati HD, Ekawati I, dan Ratna P. 2022. Keragaman genetik dan heritabilitas
karakter komponen hasil jagung varietas lokal Sumenep. Cemara
19(1): 85-94.
Wulandari JE, Yulianah I dan Saptadi D. 2016. Heritabilitas dan kemajuan
genetik harapan empat populasi F2 tomat (Lycopersicum esculentum mill.)
pada budidaya organik. Jurnal Produksi Tanaman 4(5): 361-369.
Yuliawati, EK YW, Surahman M, dan Rahayu A. 2018. Keragaman Genetik Dan
Karakter Agronomi Galur-Galur Kacang Bogor (Vigna subterranea L.
Verdc.) Hasil Seleksi Galur Murni Asal Lanras Sukabumi. Jurnal Agronida.
4(1): 56-63.
Yulistya RT. 2012. Keragaman dan Heritabilitas 12 Genotip Buncis (Phaseolus
vulgaris L). (Skripsi). Malang: Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai