Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

“PENGUKURAN POTENSIAL AIR JARINGAN”

Dosen Pengampu:
Dr. Ir, Arifah Rahayu, M.Si.
Yuliawati SP., M.Si.

Disusun oleh:

ILHAM RIZKY RIANDA


A.2010562

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................................... 4
III. BAHAN DAN METODE .................................................................................................. 5
3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................................... 5
3.2 Bahan dan Alat ................................................................................................................. 5
3.3 Prosedur ........................................................................................................................... 5
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................... 6
4.1 Hasil ................................................................................................................................. 6
4.2 Pembahasan...................................................................................................................... 7
V. PENUTUP ............................................................................................................................ 8
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 9
LAMPIRAN............................................................................................................................ 10
I. PENDAHULUAN

Air merupakan komponen utama sel dan jaringan tumbuhan karena sebagian besar sel
dan jaringan tumbuhan terdiri dari air. Secara umum jaringan tumbuhan mengandung air
dengan kisaran 60-85 %. Beberapa jaringan atau organ tertentu dapat mengandung air lebuh
dari 85%, seperti buah tomat mengandung hingga 95 % air. Jaringan transport memiliki kisaran
kadar air mulau dari 35-75.
Air merupakan komponendan penunjang utama kehidupan makhluk hidup terutama
tumbuhan. Semua proses fisiologi di dalam jaringan tumbuhan tidak akan terjadi tanpa adanya
air yang yang berperan penting dalam proses tersebut. Tumbuhan akan mengalami
pertumbuhan yang subur dan perkembangan secara normal jika di dalam sel-selnya terdaoat
air. Air memiliki peranan penting diantaranya berfungsi sebagai pelarut bahan-bahan organik,
bahan utama dalam proses fotosintesis dan lain-lain. Jika tumbuhan mengalami kekurangan air
maka proses pretumbuhan dan perkembangan tidak akan terjadi secara normal. Air dapat
masuk ke dalam tubuh tumbuhan melalui proses difusi. Proses pemasukan air secara difusi ini
dapat terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi yaitu konsentrasi di dalam sel tumbuhan
lebih rendah dibandingkan konsentrasi yang berada di luar sel tumbuhan.
Sel tumbuhan dapat mengalami kehilangan air yang besar jika potensial air di luar sel
lebih rendah dibandingkan dengan potensial air di dalam sel. Kekurangan air di dalam jaringan
tumbuhan dapat mengganggu aktivitas fisiologis maupun morfologis tumbuhan sehingga
mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Difesiensi air yang terus menerus dapat mengakit
dapat mengakibatkan perubahan irresibilatas pada akhirnya tumbuhan akan mati.
Arah dan pergerakan air dalam jaringan dapat diketahui dengan mengukur potensial air
sel-sel jaringan dalam tumbuhan. Air akan bergerak dari sel yang memiliki potensial air lebih
tinggi menuju sel yang memiliki potensial air lebih rendah, sampai terjadi keseimbangan
potensial diantara kedua sel tersebut. Sel yang mendapat tambahan air akan meningkat
turgiditasnya dan potensial tekanan/turgornya akan menjadi lebih besar, sehingga potensial air
sel tersebut naik. Tanaman yang cepat kehilangan air karena laju transpirasi yang tinggi akan
menyebabkan potensial air sel dan jaringan tumbuhan akan menurun dan tumbuhan akan
mengalami defisit air.

1.2 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk menentukan potensial air jaringan umbi kentang dan
memperkenalkan salah satu metode populer dalam mengukur potensial air jaringan tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan secara tepat
keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah potensial dari suatu sel
atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap air dari
dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial air, semakin besar kemampuan jaringan
untuk memberikan air kepada sel yang mempunyai kandungan air lebih rendah. Potensial air
dari tanaman sebenarnya merupakan pengabungan antara potensial osmosis dan potensial
tekanan (Bidlack dan James, 2011).
Potensial tekanan dapat menambah atau mengurangi potensial air. Sedangkan potensial
osmosis menunjukkan status larutan didalam sel tersebut. Dengan memasukkan suatu jaringan
tumbuhan kedalam seri larutan yang telah diketahui potensial airnya, maka potensial air
jaringan tumbuhan tersebut dapat diketahui. Faktor-faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi
atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur
metode air dengan metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap. (Fitler, et
al. 1991).
Menurut Lovelles (1991) bahwa ketika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah
gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam
sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial
larutan lebih rendah maka sel akan kehilangan air. Penambahan dan kehilangan air tersebut
akan mempengaruhi bobot masa sel.
Menurut Rukmana (1995) dalam Yahya (2015) Umbi adalah salah satu jenis tanaman
yang mengalami peristiwa difusi dan osmosis. Umbi merupakan bagian tanaman yang
terbentuk didalam tanah yang dapat berfungsi dalam penyerapan air dalam tanah. Kandungan
utama kentang adalah air, yaitu dengan presentase sebesar 80%. Osmosis adalah berdifuinya
zat pelarut dari larutan yang konestrasinya rendah ke larutan yang konsentrasinya tinggi
melalui selapu semi permeabel. Selaput sitoplasma terdiri dari plasmolema (selaput plasma)
disebelah luar dan tonoplast (selaput vakuola) di bagian dalam. Keduanya sangat permiabel
terhadap air tetepi sebaliknya tidak permiabel terhadap bahan terlarut.
III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 Juni 2021 yang berlokasi di
Laboratorium Universitas Djuanda, Ciawi, Kecamatan Ciawi, Bogor, Jawa Barat.

3.2 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan pada praktikum diantaranya umbi kentang solanum, laruta
sukrosa (0,0; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25; 0,30; 0,35; 0,40; 0,45; 0,50; dan 0,60 Molal).
Sedangkan alat yang dipakai meliputi silet, tabung reaksi, dan timbangan analitik.

3.3 Prosedur
1. Siapkan 12 tabung reaksi dengan masing-masing disikan dengan 50 ml larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0,0; 0,05; 0,10; 0,15; 0,20; 0,25; 0,30; 0,35; 0,40; 0,45; 0,50; dan 0,60
Molal.
2. Buatlah potongan umbi kentang dengan ukuran 4 cm dengan cepat
3. Irislah potongan umbi kentang tersebut menjadi irisan tipis-tipis yang seragam dengan
setebal ± 1-2 mm
4. Bilas dengan menggunakkan air ataupun akuades, keringkan dengan menggunakan tisu
dan timbang sebagai (berat awal).
5. Masukkan irisan umbi kentang ke dalam tiap-tiap larutan perlakuan sukrosa.
6. Setelah perendaman 2 jam, keluarkan irisan umbi kentang dari masing-masing tabung
reaksi lalu keringkan dengan tisu dan timbang (berat akhir)
7. Perhitungan perubahan berat dapat menggunakan rumus sebagai berikut:
Berat akhir − berat awal
% perubahan berat = x 100
Berat awal
8. Buatlah grafik dan plotkan: a. Berat atau presentase berat pada ordinat dan konsentrasi
larutan (molal) pada absis, b. Berat atau presentase berat pada ordinat dan potensial pada
absis.
9. Potensial osmotik dihitung menggunakan rumus:
-Ψs = miRT
10. Hitung potensial osmotik lainnya menggunakan rumus
M1 M2
= Ψ2
Ψ1
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan bobo tumbi kentang sebelum dan setelah perendaman dengan
larutan sukrosa
Konsentrasi Bobot Sebelum Bobot Setelah %
Perubahan
Sukrosa Perendaman Perendaman Perubahan Ψs
bobot (g)
(M) (g) (g) bobot
0,0 4,3 4,3 0 0 0
0,05 4,6 4,9 0,3 6,52 1,245
0,10 4,1 4,2 0,1 2,43 2,49
0,15 3,0 3,1 0,1 3,33 3,735
0,20 3,0 3,0 0 0 4,98
0,25 3,0 3,8 0,8 26,67 6,225
0,30 2,8 2,3 -0,5 -17,86 7,47
0,35 3,3 2,8 -0,5 -15,15 8,715
0,40 2,8 1,7 -0,9 -32,14 9,96
0,45 3,8 2,9 -0,8 -21,05 11,205
0,50 3,4 2,8 -0,6 -17,65 12,45
0,60 4,1 2,6 -1,5 -36,59 14,94

Grafik Perubahan Bobot Kentang Berbanding Nilai


Potensial Zat Terlarut Larutan Sukrosa (Ψs)
1
Perubahan Bobot (gr)

0,5

0
0 1,245 2,49 3,735 4,98 6,225 7,47 8,715 9,96 11,205 12,45 14,94
-0,5

-1

-1,5

-2
Ψs

Gambar 1. Grafik perubahan bobot dengan nilai potensial zat terlarut larutan sukrosa (Ψs)
4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum penetapan potensial air jaringan menggunakkan bahan umbi
kentang menunjukkan perubahan berat antara sebelum dan setelah perendaman sukrosa. Pada
larutan sukrosa konsentrasi 0,05M terjadi perubahan berat sebesar 0,3 gr. Pada larutan sukrosa
0,10 M dan 0,15 perubahan berat sebesar 0,1 gr. Pada larutan 0,20 tidak terjadi perubahan berat
atau 0 gr. Kemudian larutan konsentrasi 0,25 M terjadi perubahan berat 0,8. Selanjutnya pada
larutan konsentrasi 0,30 M hingga 0,60 M terjadi perubahan bobot negatif. Semakin tinggi
konsentrasi molalitas menunjukan perubahan berat menjadi semakin negatif.
Perubahan bobot ini disebabkan oleh masuknya air di dalam larutan sukrosa ke dalam sel
kentang dengan cara osmosis. Osmosis pada tumbuhan adalah peregerakan air secara difusi
melintas membrane selektif permeabel dari potensial tinggi ke potensial rendah hingga
mencapai titik keseimbangan. Proses osmosis akan berhenti ketika telah terjadi kesetimbangan
antara potensial air sel tumbuhan sama dengan potensial air larutan.
Terlihat dari (Grafik 1.), bahwa pada larutan sukrosa pada konsentrasi 0,20 M tidak
menyebabkan pertambahan maupun pengurangan bobot kentang. Pada konsentrasi ini bersifat
sebagai isotonis, yaitu yang memiliki potensial air sama dengan sel tumbuhan atau dikenal
dengan Flaccid. Konsentrasi larutan 0,05 M; 0,10 M dan 0,15 M terjadi penambahan berat
kentang dikarenakan potensial air dalam sel lebih rendah dibandingkan potensial air larutan
(viskositas atau kekentalan rendah) sehingga sel kentang menyerap air masuk ke dalam
(hipotonik) yang dikenal dengan istilah Turgid. Selanjutnya konsentrasi larutan konsentrasi
0,30 M; 0,35 M; 0,40 M; dan 0,60 M terjadi penurunan bobot secara bobot kentang maupun
penambahan konsentrasi. Hal ini disebabkan karena sel berada pada larutan hipertonik yang
menyebabkan air keluar dari sel dan menyebabkan kentang mengkerut (Plasmolisis). Dalam
artian, semakin tinggi kadar larutan glukosa yang diberikan maka semakin cepat terjadinya
plasmolisis dan semakin tinggi tekanan osmosis yang terjadi pada sel tumbuhan tersebut,
semakin tinggi tekanan osmosisnya maka tekanan turgor akan semakin menurun. Berdasarkan
hasil grafik nilai potensial zat terlarut larutan sukrosa (Ψs) menunjukan nilai semakin tinggi.
Hal ini sejalan dengan Campbell et al. (2004) potensial zat-terlarut dari suatu larutan (Ψs)
selalu negatif, dan semakin besar konsentrasi zat-zat terlarut, semakin tinggi nilai Ψs.
Pada konsentrasi 0,25 M; 0,45 M dan 0, 50 M seharusnya bobot mengalami pengurangan
seiring penambahan kosentrasi, hal ini diduga kesalahan praktikan maupun penggunaan
kentang yang berbeda. Menurut Ridwan et al. (2015) potensial air pada umbi lain secara
fisiologi berbeda, baik berasal karena umur, ukuran, jenis ataupun varietas umbi kentan serta
kondisi air yang berada dalam lingkungan tumbuh.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Air masuk ke dalam sel maupun jaringan tanaman melalui osmosis secara difusi, yaitu
perpindahan konsentrasi di dalam sel lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi luar sel
melalui membran semi permeabel. Pada larutan isotonik, sel tidak mendapat atau kehilangan
air atau jumlah air yang masuk atau keluar sel sama. Pada larutan hipotonik sel menyerap air
bila berada pada larutan hipotonik, membuat vakuola membesar dan mendorong sitoplasma ke
arah dinding sel (turgid). Kemudian pada larutan hipertonik sel kehilangan air bila berada pada
larutan hipertonik, membuat protoplas mengkerut (plasmolisis). Semakin pekat larutan makan
perubahan bobot semakin negatif. Hal ini dikarenakan air dalam kentang yang cenderung
hipotonis akan keluar menuju konsentrasi yang hipertonis.
DAFTAR PUSTAKA

Fitler AH, Hay RKM, Sri A, Srigandono B, dan Purbayanti ED. 1992. Fisiologi lingkungan
tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Bidlack, James E. 2011. Stern’s Introductory Plant Biology edition twelve. USA: MC Graw
Hill.
Campbell, A N, Recee JB dan Mitchell LG. 2004. Biologi Edisi ke-5 Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Lovelles AR. 1991. Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropik. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ridwan I, Brown PH, Lisson S, dan Nurfaida. 2015. Effect of Temperature and Water Potential
on Sprouting of Potato (Solanum tuberosum L.) Seed Tubers from Different Seed Lots.
Jurnal Agrotan. 1(1): 1-14.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum Tuberosum Dan
Doucus Carota. Jurnal Biology Education. 4(1): 196-206.
LAMPIRAN

Diketahui:
Suhu ruang 27 0C

Ψs (hasil tetap positif)

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,0


Ψs = MiRT
= 0,0 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
=0

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,05


Ψs = MiRT
= 0,05 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 1,245

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,10


Ψs = MiRT
= 0,10 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 2,49

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,15


Ψs = MiRT
= 0,15 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 3,735

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,20


Ψs = MiRT
= 0,20 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 4,98

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,25


Ψs = MiRT
= 0,25 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 6,225

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,30


Ψs = MiRT
= 0,30 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 7,47

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,35


Ψs = MiRT
= 0,35 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 8,715
- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,40
Ψs = MiRT
= 0,40 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 9,96

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,45


Ψs = MiRT
= 0,45 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 11,205

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,50


Ψs = MiRT
= 0,50 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 12,45

- Ψs pada konsentrasi sukrosa 0,60


Ψs = MiRT
= 0,60 x 1 x 0,083 x (27 + 273)
= 14,94

Anda mungkin juga menyukai