Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik, dan
hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Makalah ini dengan baik serta tepat waktu.
Mudah-mudahan Makalah yang kami buat ini bisa menolong menaikkan pengetahuan kita jadi
lebih luas lagi. Kami menyadari kalau masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.
Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
kesempurnaan Makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kepada pihak yang sudah
menolong turut dan dalam penyelesaian Makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. KONSEP STRESS
B. RENTANG SEHAT SAKIT JIWA
C. KOPING
D. KONSEPTUAL MODEL DALAM KEPERAWATAN PRIMER, SEKUNDER
DAN TERSIER
PENUTUP
A. KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuatu hal dapat terjadi pada setiap orang, baik hal yang buruk ataupun baik,
seperti kondisi stress atau peningkatan kesehatan. Pemahaman tentang stress dan
akibatnya sangatlah penting bagi upaya pengobatan dan pencegahan stress itu sendiri.
Setiap orang mengalami sesuatu yang disebutstress sepanjang kehidupannya. Masalah
stress sering dihubungkan dengan kehidupan moderndan sepertinya kehidupan modern
merupakan sumber bermacamgangguan stress. Para ahli telah banyak meneliti masalah
stress,terutama yang bertalian dengan situasi dan kondisi hidup. Stres dapat memberikan
stimulus terhadap perkembang dan pertumbuhan, dan dalam hal ini stress adalah hal
positif dan diperlukan. Namun demikian, terlalu banyak stress dapat menimbulkan
gangguan-gangguan seperti, penyesuaian yang buruk, penyakit fisik dan
ketidakmampuan untuk mengatasi atau koping terhadap masalah. Sejumlah penelitian
yang telah dilakukan menunjukan adanya suatu hubungan antara peristiwa kehidupan
yang menegangkan atau penuh stress dengan berbagaikelainan fisikdan psikiatrik (Yatkin
& Labban, 1992). Claude Bernand, tahun 1867, adalah satu dari ahli fisiologi
pertamayang mengenali konsekuensi stress. Ia menyatakan perubahan dalamlingkungan
internal dan eksternal dapat mengganggu fungsi suatu organnismedan hal ini penting bagi
organisme untuk mengadaptasi stressor sehinggaorganisme tersebut dapat bertahan.
Walter Cannon, tahun 1920, menyelidikirespons fisiologis terhadap rangsangan
emosional dan penekanan fungsi adaptif dari reaksi ‘melawan atau lari’ (fight or flight).
Cannon juga menunjukan bahwa respon ini adalah hasil dari pengaruh emosional pada
tubuh dan bahwa respon selanjutnya adalah adaptif dan fisiologis (Robinson,1990).
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien adalah manusia
utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio, psiko, sosial, dan spritual tuntutan masyarakat
akan kwalitas pelayanan perawatan cenderung semakin meningkat. Hal ini membawa
dampak yang positif terhadap peran dan fungsi perawat untuk mengantisipasi tuntutan
masyarakat mutu pelayanan perawatan. Pada pengkajian seringkali perawat hanya
memusatkan perhatian pada aspek biologis atau fisiknya saja, sehingga asuhan
keperawatan secara konprensif tidak tercapai. Maka dari itu perlunya perawat untuk
membekali baik ilmu maupun pengalaman- pengalaman. Sehingga respon klien dapat
terkaji lebih dalam dengan tujuan mengenal dan menentukan masalahnya atau
kebutuhannya.
Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan
sakit sebagai sesuatu Hitam atau Putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan
dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang
sederhana ini tentu dapat diterapkan dengan mudah; akan tetapi mengabaikan adanya
rentang sehat-sakit. Saat ini sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya
aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup,
jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian
tertentu (Haber, 1994). Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari
penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek
fisik, emosi, sosial dan spiritual.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang disebut dengan konsep stress ?
2. Apa itu rentang sehat sakit jiwa dan koping ?
3. Bagaimana konseptual model dalam keperawatan sekunder dan tersier ?
C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui konsep stress
2. Mengetahui rentang sehat sakit jiwa dan koping
3. Mengetahui konseptual model dalam keperawatan sekunder dan tersier
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP STREES
1. Pengertian stress
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkanpengertian tersebut dapat
dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang
tersebut tidak dapat mengatasi tugas yangdibebankan itu, maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugastersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami
stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis. Stress dapat
menyebabkan perasaan negative atau yang berlawanan dengan apa yang diinginkan atau
mengancam kesejahteraan emosional. Stress dapat menggangu cara seseorang dalam
menyerap realitas, menyelesaikan masalah, berfikir secara umum dan hubungan
seseorang dan rasa memiliki. Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang
dinamakan stressor,stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau
eksternal.Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. Kondisi
sakit,menopause, dll ). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang atau lingkuangan
(mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dll ).
Pengertian stress akan berbeda satu dengan lainnya, hal ini bergantung dengan cara
pandang seseorang dalam mendefinisikannya. Ada beberapa pengertian yang perlu
diketahui mahasiswa yaitu,
a. (Hans Selye,1976)
Stress adalah rspon tubuh yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan beban
atasnya.
b. Emanuelsen&Rosenlicht, 1986
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosionalterhadap tuntutan yang dialami
individu yang diiterpretasikansebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan
c. Soeharto Heerdjan, 1987
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak ataumencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang.
d. Maramis, 1999
Secara umum, yang dimaksud 3Stres adalah reaksi tubuhterhadap situasi yang
menimbulkan tekanan, perubahan,ketegangan emosi, dan lain-lain ́. 3Stres adalah segala
masalahatau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu, sesuatu yangmengganggu
keseimbangan kita ́
e. Vincent Cornelli, sebagai manadikutip oleh Grant Brecht(2000)
Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yangdisebabkan oleh perubahan dan
tuntutan kehidupan, yangdipengaruhi baik oleh lingkungan maupun penampilan
individudi dalam lingkungan tersebut.
f. Keliat, B.A. , 1999
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapatdihindari. Stres disebabkan
oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian.
2. Gejala stress
Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya,
tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik
individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami
stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi,
Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda
berikut ini :
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab, merasa
panas, otot-otot tegang, pencernaanterganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit
kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya,
gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah konsentrasi, dan sebagainya.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas panik,
kurang percaya diri, penjengkel.
Menurut Braham, gejala stres dapat berupa tanda-tanda,sebagai berikut :
1. Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala, sulit buang air besar,
adanya gangguan pencernaan, radang usus, kulit gatal-gatal.
2. Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu sensitif,gelisah dan cemas,
suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis.
3. Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun, sulit
berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja.
4. Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain, sering mengingkari janji,
suka mencari kesalahan orang lain, menutup diri, mudah menyalahkan orang lain.
3. Ciri-ciri stress
Ciri-ciri stres yang baik:
1. Mengahadapi sesuatu dengan penuh harapan untuk melawan rasa takut dalam diri.
2. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi didalam sela-sela jadwal yang padat itu ada
aktivitas yang sangat diharapkandan sangat dinikmati.
3. Memiliki komitmen yang lebih terhadap apa yang Anda sayangi. Misalnya:
pernikahan, menjadi seorang ayah/ibu, menjadi pekerja, atau menjadi pegawai negeri.
4. Bekerja dengan tujuan tertentu dan Anda tahu kecepatan Anda saat bergerak akan
berkurang saat tujuan itu tercapai atau bahkan saat baru akan tercapai.
5. Merasa tertantang, siap dan bersemangat untuk menerima dan menyelesaikan tugas
yang akan Anda hadapi.
6. Merasakan kondisi badan yang cukup lelah namun akhirnya akan menikmati tidur
yang lelap dan nyaman.
Ciri-ciri stres yang jahat:
1. Menghadapi segala sesuatu dengan perasan takut, resah, gelisah dan khawatir.
2. Memiliki jadwal yang sangat padat, tetapi tak ada satupun yang dapat Anda nikmati
dan mau tidak mau, harus Anda penuhi kewajiban itu.
3. Merasa bahwa semua yang Anda lakukan tidaklah penting, tidak memenuhi seluruh
kebutuhan Anda, dan tak sebanding dengan tenaga, pikiran dan waktu yang Anda
curahkan.
4. Merasa tidak memegang kendali dan selalu merasa panic seakan-akan tidak ada jalan
keluar untuk menyelesaikan tugas, merasa tidak ada selesainya, dan merasa tidak ada
yang membantu menyelesaikannya.
5. Merasa lebih baik bekerja daripada berhenti/istirahat sejenak saat jam kerja.
6. Memiliki tidur yang tidak lelap, tidur yang resah, sering sakit maag, sakit punggung
dan mempunyai sakit yang sifatnya menahun.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi stress
Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Meskipun
stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan mengalami stress
karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama
yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu :
1) Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh
pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan. Dalam faktor
lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi karyawan yaitu
ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian
terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena stress. Hal
ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru
terhadap teknologi akan membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai
karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang
singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya.
2) Faktor Organisasi
Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress yaitu
role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational
leadership.
Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands
Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan
mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin
dicapaibersama.
b. Interpersonal Demands
Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi.
Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya
akan dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan
dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat
perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya.
c. Organizational Structure
Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut
dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan
maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi.
d. Organizational Leadership
Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu
organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316)
dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan
pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta
karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan
saja. Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari
adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan
oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-
permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya
diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001:563).
3) Faktor Individu
Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah
ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara
keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan
dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan
masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan
penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan
tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang
dapat menimbulkan stress terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang
tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus
diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang.
5. Koping/cara mengatasi stress
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh indifidu unyuk menghadapi situasi
yang menekan.Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian dari penyesuaian
diri,namun koping merupakan istilah yang khusus digunakan untuk menunjukkan reaksi
individu ketika menghadapi tekanan/stress.
Ada berbagai macam koping.Pendapat berbagai tokoh pun beragam.Ada yang
menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan yang sifatnya
positif.Namun ada juga yang melihat koping sebagai istilah yang netral.
Koping yang negatif menimbulkan berbagai persoalan baru di kemudian hari,bahkan
sangat mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu yang
bersangkutan.Sebaliknya koping yang positif menjadikan individu semakin
matang,dewasa dan bahagia dalam menjalani kehidupannya.
Ada berbagai cara untuk mengatasi stress.kalau akibat stres telah mempengaruhi fisik,dan
bahkan menimbulkan penyakit tertentu,peranan obat/medikasi biasanya
diperlukan.namun obat itu sendiri kurang efektif untuk mengatasi stress dalam jangka
panjang.Ada efek negatif bila menggunakan obat terus menerus.Disamping obat-obat
tertentu membutuhkan biaya yang mahal,obat juga bias mengakibatkan ketergantungan
dan bahkan membuat orang tertentu kebal terhadap obat tertentu.Untuk mencegah dan
mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan
dengan cara :
1. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan
istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan
memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
2. Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan
kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari
pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan
keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
3. Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat
meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
4. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres.
Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan
semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak
mengandung alkohol.
5. Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres
karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang
seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
6. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi
stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan
fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu
secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan
waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat.
7. Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan
cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial
yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat
mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan
adalah anti cemas dan anti depresi.
8. Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami
sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
9. Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan
seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di
mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami
percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan
secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif
dan lain-lain.
10. Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan
psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam
mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,
sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
11. Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam
menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh
mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme
pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa
homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara
stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu
sistemendokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi
dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini
dapat melalui empat cara di antaranya:
a. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti
dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam
tubuh.
c. Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari
keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh
dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik
untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d. Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.
Pencegahan terhadap stres bisa dilakukan dengan mengubah sikap hidup.Orang yang
terlibat lebih aktif dengan pekerjaan dan kehidupan masyarakat,lebih berorientasi pada
tantangan dan perubahan ,dan merasa dapat menguasai kejadian-kejadian dalam hidupnya
adalah orang yang tidak akan mudah terkena efek negatif stress.
B. RENTANG SEHAT SAKIT JIWA
1. Konsep sehat sakit
a. Defenisi sehat
Sehat adalah keadaan fisik , mental dan sosial yang baik, tidak hanya terbebas dari
penyakit , cacat , atau kelemahan .arti sehat secara harfiah adalah sesuatu yang
berhubungan dengan kondisi fisik seseorang . orang dikatakan apabila terbebas dari
serangan penyakit .
Sehat adalah keadaan yang sempurnabaik fisik, mental maupun social, tidak hanya
terbebas dari penyakit/cacat. (WHO dalam Notosoedirjo, 2005). Di indonesia kriteria
sehat ditetapkan melalui undang-undang nomor 1960 tentang pokok-pokok kesehatan dan
telah diperbaharui dengan pasal 1 ayat (1) yang bunyinya : kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan , jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.
(sumber:suyono,M.sc,Dr.budiman,s.pd,SKM,S.kep,M.Kes.ilmu kesehatan masyarakat.1-
2.2010)
b. Ciri-ciri sehat
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan
Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual
dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain
atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan,
status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhada
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa
(siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak
berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara
sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan
kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
c. Defenisi sakit
Dalam pengertian sederhana , sakit adalah deviasi /penyimpangan dari status sehat
seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun(kronis) , atau gangguan
kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja /kegiatannya terganggu.walaupun
seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek , tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya , maka ia dianggap tidak sakit.
Ada tiga kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit sakit , yaitu :
1) Adanya gejala , seperti naiknya temperatur nyeri
2) Presepsi bagaimana tentang mereka merasakan: baik,buruk,sakit.
3) Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja ,sekolah. (sumber:anik
maryunani.keterampilan dasar praktik klinik kebidanan.5.2011).
d. Ciri-ciri sakit
1. Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat /
merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
2. Asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).Penerimaan terhadap sakit.
A. KESIMPULAN
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik
terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Manifestasi Stress ; Stres sifatnya universiality,
yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang
berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda
untuk setiap orang. Faktor yang mempengaruhi stress yaitu, faktor lingkungan, faktor
organisasi, dan faktorindividu. Sehat adalah keadaan fisik , mental dan sosial yang baik, tidak
hanya terbebas dari penyakit , cacat , atau kelemahan .arti sehat secara harfiah adalah sesuatu
yang berhubungan dengan kondisi fisik seseorang . orang dikatakan apabila terbebas dari
serangan penyakit . Dalam pengertian sederhana , sakit adalah deviasi /penyimpangan dari
status sehat.seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun(kronis) , atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja /kegiatannya terganggu.walaupun
seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek , tetapi bila ia tidak terganggu
untuk melaksanakan kegiatannya , maka ia dianggap tidak sakit.
Koping merupakan cara-cara yang digunakan oleh indifidu unyuk menghadapi situasi yang
menekan.Oleh karena itu meskipun koping menjadi bagian dari penyesuaian diri,namun
koping merupakan istilah yang khusus digunakan untuk menunjukkan reaksi individu ketika
menghadapi tekanan/stress. Ada berbagai macam koping.Pendapat berbagai tokoh pun
beragam.Ada yang menyebutkan istilah koping hanya untuk cara-cara mengatasi persoalan
yang sifatnya positif.Namun ada juga yang melihat koping sebagai istilah yang netral.
Koping yang negatif menimbulkan berbagai persoalan baru di kemudian hari,bahkan sangat
mungkin memunculkan berbagai gangguan pada diri individu yang bersangkutan.Sebaliknya
koping yang positif menjadikan individu semakin matang,dewasa dan bahagia dalam
menjalani kehidupannya
Model konseptual memberikan kerangka kerja dengan cara mengidentifikasi suatu
pertanyaan untuk mendapatkan pemecahan masalah. Model konseptual keperawatan jiwa
digunakan perawat sebagai acuan untuk menolong seseorang agar dapat menghadapi stressor
melalui meksnisme koping yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
FIK UI & WHO, 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa
(MPKP), Jakarta: Tidak diterbitkan Keliat, B.A., dkk. 2005. Modul Basic Course
Community Mental-Psychiatric Nursing. Jakarta: Tidak diterbitkan Ralph S.S.,
Rosenberg, M.C., Scroggins, L., Vassallo, B., Warren, J., 2005, Nursing Diagnoses :
Definitions & Classification, NANDA International, Philadelphia Rawlins, R.P.,
Heacoch, P.E., 1993, Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Mosby Year Book,
Toronto Rawlins, R.P., Williams,S.R., Beck, C.M.,1993, Mental Health Psychiatric
Nursing a Holistic Life Cicle Approach, Mosby Year Book, London Stuart, G.W.,
Laraia, M.T., 1998, Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 6 th Edition,
Mosby, St. Louis Stuart, Gall Wiscart and sundeen, Sandra J. Pocket guide to
psychiatric nursing (2 nd. Ed) Mosby Year Book, St. Louis, baltimore. Boston
Chicago. London. Sydney. Toronto. Stuat, G.W., Sundeen, S.J., 1998, Keperawatan
Jiwa, Buku Saku, Terjemahan Hamid, A.S., Edisi 3, EGC, Jakarta TIM Jiwa FIK UI.
1999. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Keperawatan Jiwa. Jakarta: Bagian
Keperawatan Jiwa Komunitas FIK UI, tidak diterbitkan Townsend, M.C. 1998.
Diagnosis Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk Pembuatan
Rincian Perawatan, Jakarta: EGC