Dosen pembimbing :
Dr. Alfa Narendra, ST, MT
Disusun oleh :
FAHRUL IMAM MUTTAQIN (5111419084)
Laporan Magang ini telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi salah satu syarat
menempuh mata kuliah Praktik Kerja Lapangan Program Studi Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Tahun 2022 pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 30 September 2022
Mengetahui,
Dr. Rini Kusumawardani, S. T., M. T., M. Sc. Dr. Alfa Narendra, S.T., M.T.
NIP. 197809212005012001 NIP. 197705262005011004
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan banyak kesempatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktik Industri dengan baik. Laporan ini disusun guna
melengkapi salah satu prasyarat dalam menyelesaikan Praktik Industri dan dalam
melaksanakan Seminar Hasil Praktik Industri bagi mahasiswa Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya
laporan Praktik Industri ini tidak terlepas dari dukungan, semangat, serta bimbingan
dari berbagai pihak, baik bersifat moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih antara lain kepada:
1. Ibu Dr. Rini Kusumawardani, S. T., M. T., M. Sc., selaku Kepala Program
Studi Teknik Sipil.
2. Bapak Dr. Alfa Narendra, S.T., M.T., selaku Dosen Koordinator Praktik
Industri.
3. Bapak Ir. Hadi Yudariansyah, M.T , IPU selaku Pembimbing lapangan dan
Wakil Tim Leader PT.RAYAKONSULT Jawa Tengah pada Proyek
Pembangunan Jalur KA Elevated Solo Balapan - Kadipiro (Fase I) yang
telah memberikan izin dan menyediakan tempat demi keberlangsungan
Praktik Industri (PI).
4. Segenap Engineer dan Staff PT. Rayakonsult yang telah mendidik dan
memberikan ilmu selama magang.
5. Irfa Aprilianto dan Firman Diva Kasta Setta, selaku teman-teman kelompok
Magang yang sudah bekerja keras, bekerja sama, bekerja cerdas demi
penulisan laporan akhir Magang ini. Teman-teman sepermagangan Rivan,
Akbar, Irfan, Mas Hamdan, Mas Akhdan, Elsa, Amanda, Irkham, Mita, dan
Lily.
6. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penyusunan Praktik Industri ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun
masih terdapat kekurangan di dalam penyusunan laporan ini. Semoga Laporan
Praktik Industri ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi semua pihak yang bersangkutan.
BAB I ...................................................................................................................... 9
PENDAHULUAN .................................................................................................. 9
BAB II .................................................................................................................. 13
BAB IV ................................................................................................................. 58
BAB V................................................................................................................... 74
d) Spesifikasi Bahan,
e) Dokumentasi Proyek.
f) Data Lapangan
g) Wawancara
Bab ini menjelaskan beberapa poin yaitu latar belakang proyek, lokasi
proyek, data umum proyek, data teknis jembatan, pelelangan, dan system
kontrak.
Pada bagian ini membahas tentang standar teknis yang meliputi struktur
organisasi, sistem laporan dan rapat proyek,,dan hubungan kerja dalam
proyek, Rencana Kerja.
Pada bab ini menjelaskan tentang proses pengerjaan track detour mulai
dari pemasangan track detour sampai swotch over.
2.3.3 Ballast
Material ballast yang digunakan harus sesuai dengan kriteria yang tertera pada
SPEKTEK 2021-3-T6 dengan ketentuan ballast harus dari batu pecah yang
homogen, non-porous, padat, keras, dan berdaya tahan tinggi terhadap impact,
abrasi dan cuaca. Quarry asal ballast berada di daerah Mayong, Jepara, Jawa
Tengah. Rincian spesifikasi terdapat pada tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.2 Spesifikasi ballast
2.3.4 Geotextile
Material geotextile yang berfungsi sebagai lapis perkuatan tanah dan separator
berasal dari PT. Andira Pratama yang berlokasi di CBD Bidek Blok G No.23 Jl.
Pahlawan Seribu BSD City, Tangerang Selatan. Jenis material dasar geotextile
adalah non-woven, 100% polypropylene, UV stabilized. Dengan spesifikasi teknis
terdapat pada tabel 2.4 berikut ini.
Tabel 2.3 Spesifikasi geotextile
2.3.5 Bantalan
Bantalan yang digunakan merupakan bantalan beton blok tunggal prategang
untuk lebar jalur 1067 mm yang berasal dari PT. WIKA Beton. Kriteria bantalan
harus sesuai dengan SPEKTEK 2021-3-T4 dengan bentuk penampang bantalan
menyerupai trapesium, dengan luas penampang bagian tengah tidak kurang dari
85% luas penampang area dudukan rel. Rincian kriteria bantalan beton dapat dilihat
pada tabel 2.5
Tabel 2.4 Spesifikasi bantalan beton
2.3.6 Rel
Tipe rel yang digunakan merupakan tipe R54 dengan bahan dasar basic oxygen
steel atau electric arc furnace steel yang telah melalui proses penyempurnaan
sekunder via ladle arc, vacuum degassed dan continuously cast. Persyaratan rel
yang digunakan sesuai dengan SPEKTEK 2021-3-T1 yang terdapat pada tabel 2.6.
Tabel 2.5 Spesifikasi rel R54
Material penjepit rel terbuat dari alloy spring steel atau setara
dengan rincian pada tabel 2.7.
Clip harus dilapisi perlindungan anti korosi seperti cat atau setara.
Tingkatan perlindungan dapat diverifikasi dengan uji semprotan garam
dalam waktu setidaknya 480 jam.
Untuk menentukan celah sambungan rel digunakan termometer rel. Pada saat
setting rel, persyaratan celah sambungan tergantung pada suhu rel sebenarnya,
sesuai tabel 2.12.
Tabel 2.11 Lebar celah pada sambungan rel
e. Kontrak Presentase
Pada proyek Konstruksi Rel Kereta Api Elevated Joglo, kontrak yang
digunakan adalah sistem kontrak gabungan lumsump dan harga satuan.
2.5 Pelelangan
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, pengadaan barang/jasa Pemerintah yang
selanjutnya disebut dengan Pengadaan barang/jasa adalah kegiatan unutk
memperoleh barang/jasa oleh kementerian/Lembaga/ satuan kerja perangkat
daerah/institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa
(Winokan, 2015).
Pelelangan dapat didefinisikan sebagai srangkaian kegiatan untuk menyediakan
barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang seat diantara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan tata cara
tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat
sehingga terpilih penyedia terbaik (Ervianto Wulfram I., 2002).
Pelelangan dalam proyek konstruksi adalah suatu sistem penawaran pekerjaan
kepada kontraktor untuk mendapatkan kesempatan mengajukan besarnya biaya
pkerjaan melaksanakan suatu pekerjaan. Tujuan pelelangan adalah diperolehnya
penawaran yang beragam yaitu suatu harga bangunan yag dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan persyaratab dari bangunan tersebut. Proses
pelelangan pekerjaan melibatkan dua pihak, sebagai pihak satu pemberi tugas dan
pihak dua kontraktor (Tripoli & Mubarak, 2013).
2.5.1 Jenis Pelelangan
Berdasarkan kepemilikan dapat dibedakan atas :
1. Proyek Pemerintah
a. Pelelangan Umum
b. Pelelangan Terbatas
c. Pemilihan Langsung
d. Penunjukan Langsung
e. Pengadaan Langsung
2. Proyek Swasta
a. Memiliki NPWP
b. Memiliki TDP/NIB
35 PT.BAHTERAJAYA 01.278.777.6-323.000
46 P T.H a p s a k a M a s 01.392.774.4-061.000
d. Pemberian penjelasan.
3. Pemberian Penjelasan
6. Pembuktian Kualifikasi
7. Penetapan Pemenang
9. Masa Sanggah
MANAJEMEN PROYEK
3.1 Pengertian Umum
Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan
mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber
daya organisasi untuk mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan (Stoner,
1994:7). Pada organisasi kegiatan manajemen dibagi dalam beberapa bagian,
termasuk didalamnya manajemen personalia. Manajemen personalia adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian atas pengadaan
tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan, dan pemutusan
hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan,
organisasi dan masyarakat (Flippo; 1995:5)
Pengertian Manajemen, menurut Sidharta Kamarwan dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang (referensi), di antaranya sebagai berikut.
1. Manajemen sebagai suatu ilmu pengetahuan (management as a science),
adalah bersifat interdisipliner yang dalam hal ini mempergunakan bantuan
dari ilmu-ilmu sosial, filsafat, dan matematika.
2. Manajemen sebagai suatu sistem (management as a system) adalah suatu
rangkaian kegiatan yang masing-masing kegiatan yang dapat dilaksanakan
tanpa menunggu selesainya kegiatan lain, walaupun kegiatan-kegiatan
tersebut saling terkait untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Manajemen sebagai suatu proses (management as a process) adalah
serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan
dengan pemanfaatan semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia.
4. Manajemen sebagai kumpulan orang (management as people/ group of
people) adalah suatu istilah yang dipakai dalam arti kolektif untuk
menunjukkan jabatan kepemimpinan di dalam organisasi antara lain
kelompok pimpinan atas, kelompok pimpinan tengah, dan kelompok
pimpinan bawah. (Kamarwan, 1998)
Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah kemampuan untuk memperoleh
hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan sekelompok orang. Untuk
itu, tujuan perlu ditetapkan terlebih dahulu, sebelum melibatkan sekelompok orang
yang mempunyai kemampuan atau keahlian dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain, manajemen berfungsi untuk melaksanakan
semua kegiatan yang diperlukan dalam pencapaian tujuan dengan batas-batas
tertentu.
Fungsi-fungsi manajemen pada hakikatnya merupakan tugas pokok yang harus
dijalankan pimpinan dalam organisasi apapun, dan mengenai macamnya fungsi
manajemen itu sendiri, ada persamaan dan perbedaan pendapat, namun sebetulnya
pendapat-pendapat tersebut saling melengkapi. Fungsi-fungsi manajemen terdiri
dari Perencanaan, Pengorganisasian, Penggerakan, dan Pengawasan.
1. Perencanaan (Planning)
“Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan
datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan”. (Siagian
2003:36). “Griffin.R.W Dalam Boy.S.Sabarguna (2006:13) mendefinisikan
perencanaan adalah proses untuk menyusun kerangka dan cara-cara
mencapai tujuan di masa datang”.
“Perencanaan menurut Hadari Nawawi (2003:24), adalah pemilihan
atau penetapan tujuan-tujuan organisasi, dan penentuan strategi,
kebijaksanaan, program, proyek, metode, sistem (cara), anggaran dan
standar (tolak ukur) yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan”.“S.P.Hasibuan (2008:93) perencanaan adalah sejumlah keputusan
mengenai keinginan dan berisi pedom pelaksanaan untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Jadi setiap rencana mengandung dua unsur, yaitu
tujuan dan pedoman”.
Perencanaan adalah hal memilih dan menghubungkan fakta-fakta serta
hal membuat dan menggunakan dugaan-dugaan mengenai masa yang akan
datang dalam hal menggambarkan dan merumuskan kegiatan kegiatan yang
diusulkan, yang dianggap perlu untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
(George.R.Terry dalam Moekijat 2000:15). Kegiatan-kegiatan
perencanaan yang dimaksud meliputi:
1. Menjelaskan, memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai.
c. Memotivasi anggota.
3.2 Sistem
Sistem pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi, menurut Perpres ini, terdiri atas:
a.Seleksi; b.Pengadaan Langsung; dan c.Penunjukan Langsung. Adapun Seleksi
sebagaimana dimaksud, menurut Perpres ini, dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi
bernilai paling sedikit di atas Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Sedangkan
Pengadaan Langsung sebagaimana dimaksud dilaksanakan untuk Jasa Konsultansi
yang bernilai sampai dengan paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah),
dan Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud dilaksanakan untuk Jasa
Konsultansi dalam keadaan tertentu.
Dalam bunyi Pasal 41 ayat (6) Perpres ini “Dalam hal dilakukan Penunjukan
Langsung untuk Penyedia Jasa Konsultansi sebagaimana dimaksud, diberikan
batasan paling banyak 2 (dua) kali,”. Dimana syarat yang 1) Pemenang pada
Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah); atau 2) Pemenang pada Seleksi atau
penyedia pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi
dengan nilai diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Dalam proyek pembangunan Jalur Ka Elevated Solo Balapan - Kadipiro (Fase
I) sistem pemilihan yang dilakukan adalah sistem penunjukan langsung terhadap
penyedia Jasa Konsultan MK. Konsultan MK memberikan layanan konsultasi di
mana produk yang dihasilkan berupa gambar-gambar rencana dan peraturan serta
syarat-syarat, Serta Konsultan memberikan gambar rencana dan peraturan serta
syarat-syarat, kemudian kontraktor harus merealisasikan menjadi sebuan bangunan,
selain itu peran Konsultan juga mengawasi saat pelaksanaan apakah gambar
rencana serta syarat syarat tersebut telah terpenuhi dengan baik atau bisa
memberikan masukan terhadap metode kerja dan lain sebagainya.
Mutu adalah sifat dan karakteristik produk atau jasa yang membuatnya memenuhi
kebutuhan pelanggan atau pemakai (customers). Pengendalian mutu merupakan salah
satu faktor pendukung untuk mencapai hasil kerja yang baik sesuai dengan spesifikasi
mutu yang telah ditetapkan diawal pelaksanaan proyek dan tercantum dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Penggelolaan mutu bertujuan untuk mencapai
persyaratan mutu proyek pada pekerjaan pertama tanpa adanya pengurangan dengan
cara yang efektif dan ekonomis. Setelah dilakukan seleksi terhadap bahan-bahan yang
akan digunakan, kemudian diadakan pengujian. Untuk pengujiannya, pada proyek ini:
b. Uji Slump
Uji Slump dilakukan untuk mengetahui kekentalan dan workability dari
beton yang dipesan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Uji slump
dilakukan pada saat campuran beton tiba di lokasi proyek dari batching plant
berdasarkan SNI-2847-2013 yaitu sebelum adukan beton digunakan. Jika beton
yang dipesan ketika tiba di lokasi proyek dan diuji tidak lulus uji slump atau
telah melewati waktu ikatnya, maka beton tersebut dikembalikan ke batching
plant. Ukuran uji slump yang dipakai pada. Pada proyek Pembangunan Jalur
KA Elevated Antara Solo Balapan - Kadipiro Km. 104+700 s/d Km. 107+000
(Fase 1) adalah 10±2 cm.
c. Pengujian Kuat Tekan
Kuat tekan beton adalah kemampuan beton keras untuk menahan gaya
tekan dalam setiap satu satuan luas permukaan beton. Pengujan ini dilakukan
untuk mengetahui bahwa beton yang dipesan sudah sesuai dengan mutu yang
diharapkan atau belum. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan beton
yaitu fas, rasio agregat-semen, derajat kepadatan, umur beton, cara perawatan,
jumlah semen, dan kualitas agregat. Prosedur pengujian kuat tekan beton di
Indonesia dapat dilakukan dengan mengacu SNI : 03-1974-1990. Pada setiap
satu kali pengecoran akan dibuat beberapa sampel benda uji.
d. CBR Test
e. DCP Test
f. Sandcone Test
Salah satu penyebab pembengkakan biaya adalah kerusakan material dan fluktuasi
harga material. Akibatnya, kontraktor memiliki perkiraan biaya yang tidak akurat dan
memerlukan pengendalian biaya yang konsisten. Pada proyek Pembangunan Jalur KA
Elevated Antara Solo Balapan - Kadipiro Km. 104+700 s/d Km. 107+000 (Fase 1)
dalam progresnya sempat mengalami keterlambatan namun untuk saat ini proyek ini
dapat melebihi terget progress yang artinya pihak kontraktor dapat memanajement
dengan baik dalam pengendalian waktu dan biaya.
4. Peralatan
Perencanaan secara terperinci terhadap jenis peralatan kerja yang digunakan sangat
penting karena berpengaruh pada kelancaran dan kemudahan pekerjaan yang akhirnya
berpengaruh pula terhadap operasional yang dilakukan. Pada proyek Pembangunan
Jalur KA Elevated Antara Solo Balapan - Kadipiro Km. 104+700 s/d Km. 107+000
(Fase 1) masalah peralatan tidak mengalami masalah yang signifikan, kebanyakan alat
yang ada dalam proyek dalam keadaan bagus.
5. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dalam perencanaan yang baik, akan didapatkan pembagian jumlah
tenaga kerja yang tepat pada setiap bagian pekerjaan sehingga berguna untuk
kelancaran proyek. Tenaga kerja pada proyek Pembangunan Jalur KA Elevated Antara
Solo Balapan - Kadipiro Km. 104+700 s/d Km. 107+000 (Fase 1) di manage dengan
baik berdasarkan sesuai dengan keahlian dan pekerjaan masing-masing.
Ekskavator adalah salah satu alat berat yang terdiri dari mesin di atas roda khusus
yang dilengkapi dengan lengan (arm), alat pengeruk (bucket), keranjang dan rumah
rumah dalam sebuah wahana putar dan digunakan untuk penggalian (akskavasi).
Biasanya digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian tanah
yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh tangan manusia.
Bulldozer adalah salah satu jenis alat berat yang dan berfungsi untuk pemerataan
material seperti tanah, pasir, kerikil yang memiliki kemampuan dorong atau tenaga
yang tinggi. Bisa digunakan untuk menggali, mendorong, menggusur meratakan,
menarik beban, menimbun. Mampu beroperasi di daerah yang lunak sampai daerah
yang keras sekalipun.
Vibro Roller adalah alat berat yang digunakan untuk pekerjaan yang berkaitan
dengan pemadatan tanah. Alat berat yang satu ini banyak digunakan untuk
menggilas dan juga memadatkan hasil timbunan. Sesuai dengan namanya, alat ini
dilengkapi dengan vibrator untuk menjalankan tugasnya tersebut. Hasil tanah yang
dipadatkan menggunakan vibro roller, menjadi lebih padat.
Secara umum Dump truck adalah alat yang isinya dapat dikosongkan tanpa
penanganan. Dump truk biasa digunakan untuk mengangkut barang semacam pasir,
kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. dump truk dilengkapi dengan bak
terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa
diangkat keatas sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa turun ke
tempat yang diinginkan. Pada proyek ini dump truk di gunakan untuk mengangkut
bahan-bahan dari tempat asal ke proyek.
Gambar 4.4 Dump Truck
Pompa celup adalah mesin pompa yang dipakai didalam air dan umumnya
digunakan pada kolam ikan yang berfungsi sebagai sirkulasi air dikolam. Di proyek
ini pompa celup ini berfungsi untuk proses pekerjaan dewattering tanah galian.
6. Generator Set
7. Katrol
Katrol adalah katrol adalah menarik dan mengangkat suatu benda dengan
menggunakan roda atau poros sehingga bisa terasa menjadi lebih ringan dan mudah
untuk diangkat.
8. Palu
Palu atau Martil adalah alat yang digunakan bagi memberikan tumbukan bagi
benda. Palu umum digunakan bagi memaku, memperbaiki suatu benda, penempaan
logam dan menghancurkan suatu obyek. Palu dirancang bagi tujuan tertentu dengan
variasi dalam wujud dan struktur. Wujud umum palu terdiri dari gagang palu dan
kepala palu, dengan sebagian agung berat berada di kepala palu.
Gambar 4.8. Palu
Linggis merupakan suatu alat bantu yang digunakan dalam melakukan aktivitas
seseorang seperti mengali tanah, mencabut paku dan fungsi lainnya. Sehingga
dengan adanya alat linggis pekerja merasa dipermudahkan dalam melakukan
aktivitasnya.
Ballast Rake adalah alat yang ujungnya berbentuk seperti garpu yang berfungsi
sebagai alat untuk meratakan ballast dan alat untuk menghamparkan ballast di jalur
kereta api
Gambar 4.10. Ballast Rake
11. Cangkul
Cangkul adalah alat tradisional untuk menggali tanah dan di proyek ini cangkul
berfungsi sebagai alat bantu pekerja untuk membantu merapikan tanah bekas galian
dan timbunan tanah.
12. Matisa
Matisa adalah alat ukur yang berfungsi untuk menentukan tingkat ketegakan
suatu permukaan/alat yang digunakan untuk mengukur atau menentukan sebuah
benda atau garis dalam posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun
horizontal. Alat ini biasanya digunakan untuk mengukur perbedaan ketinggian
antara satu titik acuan ke titik acuan yang lainnya.
Gambar 4.12. Matisa
Hand Tie Tamper adalah alat untuk memadatkan ballast menggunakan tenaga
manusia yang dibantu dengan alat generator set
Multi Tie Tamper adalah alat untuk memadatkan ballast hingga bawah bantalan
dengan pemadatan secara merata setiap antar bantalan. Alat bekerja dengan
membaca track yang akan dipadatkan dahulu lalu alat MTT akan berfungsi.
Gambar 4.14. Multi Tie Tamper
PBR adalah alat untuk meratakan ballas rel setelah pekerjaan MTT (Multi Tie
Tamper) dengan mekanisme membaca track yang akan dikerjakan lalu alat akan
berfungsi.
Hydraulic Shearing adalah alat untuk memotong sisa – sisa pengelasan lsatermit
dengan cara menggunakan kompresor untuk mengoprasikan alat tersebut.
Alignment Plate atau Molding adalah alat pencetak untuk pengelasan dengan
metode las thermit untuk menyambungkan rel kereta api.
Gambar 4.17. Molding
Rel Drill adalah alat bor untuk melubangi rel untuk pekerjaan pemasangan
mechanical joint dengan memasang plat sambung pada sambungan rel.
Tungku Pemanas adalah alat untuk mencampurkan thermit atau bubuk besi
untuk pekerjaan pengelasan dengan metode las thermit.
Gambar 4.19. Tungku Pemanas
20. Gerinda
Gerinda adalah alat pemotong rel untuk pekerjaan switch over dengan cara
memotong bagian rel yang sudah ditentukan oleh konsultan untuk penyambungan
rel eksisting dengan rel detour
21. NP 12
22. Dongkrak
Dongkrak adalah alat bantu mengangkat rel yang berfungsi untuk pekerjaan
listring track kereta api dan untuk memudahkan dalam pekerjaan penghamparan
ballast.
Alat Pengujian Sandcone terdiri dari Botol Uji, Corong Kalibrasi, Plat, Sendok,
Kuas, Speedy Test, Pahat, Kaleng, Timbang 20 Kg, dan Pasir Besi bergradasi ¾ inch
atau Pasir kuarsa.
Gambar 4.23. Alat Pengujian Sandcone
Alat Pengujian CBR terdiri dari Truk, Dongkrak, Cincin Penguji, Keping Beban,
Plat Baja, dan Arloji.
a. Bahan Konstruksi
2) Bantalan
Bantalan Rel Kereta Api yang digunakan dalam pekerjaan detour track
diproduksi oleh PT. Wika Beton yang berfungsi sebagai landasan tempat rel kereta
bertumpu
5) Timbunan Tanah
Timbunan tanah yang digunakan digunakan dalam pekerjaan detour track ini
berasal dari Quarry Banyubiru, Surakarta Jawa Tengah yang berfungsi sebagai lapis
penopang untuk perbaikan tanah dasar dapat dihampar dalam satu atau beberapa
lapis yang harus dipadatkan dengan persetujuan khusus tergantung kondisi lapangan
Gambar 4.29. Timbunan Tanah
7) Thermit
Thermit yang digunakan digunakan dalam pekerjaan detour track ini diimport
dari German. Thermit adalah adalah salah satu metode pengelasan rel. Pengelasan
pada sambungan rel merupakan titik lemah terutama pada daerah pengaruh panas,
sebab jika terjadi beban kejut dapat mengakibatkan patah.
• Jumlah Track :2
Koordinat X Y
BC 480086,0533 9166952,8232
EC 480134,0637 9166783,0934
𝑑1 = 176,389 𝑚
• Perhitungan Sudut
480086,0533 − 480134,0637
𝛼1 = tan−1 ( ) = 15˚
9166952,8232 − 9166783,0934
BC 480086,0533 9166952,8232
176,389 15˚
EC 480134,0637 9166783,0934
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 998,784 𝑚
• Peninggian Rel
5,95 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
5,95 × (136)2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
1000
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 110,0512 𝑚𝑚
8,8 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
8,8 × (136)2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
1000
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 109,2248 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 110 𝑚𝑚
Diambil h = 110 mm
𝐿𝑠 = 0,01 × ℎ × 𝑉
𝐿𝑠 = 149,6 𝑚
Koordinat X Y
• Vrencana = 60 km/jam
𝑑1 = 21 𝑚
𝑑2 = 36,315 𝑚
𝑑3 = 21 𝑚
• Perhitungan Sudut
480140,1775 − 480146,3717
𝛼1 = tan−1 ( ) = 17,155˚
9166763,6781 − 9166743,6127
480146,3717 − 480156,2524
𝛼2 = tan−1 ( ) = 14,71˚
9166743,6127 − 9166705,9777
480156,2524 − 480160,7136
𝛼3 = tan−1 ( ) = 12,265˚
9166705,9777 − 9166685,4573
• Sudut Belok
21 17,155
36,315 14,71
21 12,265
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0,054 × 𝑉 2
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 194,4 𝑚
• Peninggian Rel
5,95 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
5,95 × (60)2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
200
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 107,1 𝑚𝑚
8,8 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
8,8 × (60)2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
200
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 104,86 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 110 𝑚𝑚
Diambil h = 107,1 mm
• Panjang Lengkung Peralihan (Ls)
𝐿𝑠 = 0,01 × ℎ × 𝑉
𝐿𝑠 = 0,01 × 107,1 × 60
𝐿𝑠 = 64,26 𝑚
Sudut Spiral
90 𝐿𝑆
𝜃𝑆 = ×
𝜋 𝑅
90 64,26
𝜃𝑆 = ×
𝜋 200
𝜃𝑆 = 9,2˚
Sudut Lingkaran
𝜃𝐶 = |∆1 − 2𝜃𝑆 |
𝜃𝐶 = |0,966 − 2 × 9,2|
𝜃𝐶 = 15,955˚
𝜃𝐶
𝐿𝐶 = 2𝜋𝑅
360
15,955
𝐿𝐶 = 2 × 𝜋 × 200
360
𝐿𝐶 = 55,693 𝑚
𝐿𝑇 = 𝐿𝐶 + 2𝐿𝑆
𝐿𝑇 = 55,693 + 2 × 64,26
𝐿𝑇 = 184,213 𝑚
𝐿𝑆 2
𝑦𝑆 =
6×𝑅
64,262
𝑦𝑆 =
6 × 200
𝑦𝑆 = 3,441 𝑚
𝐾 = 𝐿𝑆 − 𝑅 sin 𝜃𝑆
𝐾 = 32,284 𝑚𝑚
𝑄 = 𝑦𝑆 − 𝑅 (1 − cos 𝜃𝑆 )
𝑄 = 0,868 𝑚𝑚
Koordinat X Y
• Vrencana = 60 km/jam
𝑑1 = 21 𝑚
𝑑2 = 38,910 𝑚
• Perhitungan Sudut
480164,9446 − 480169,4058
𝛼1 = tan−1 ( ) = 12,265˚
9166665,4528 − 9166644,9324
480169,4058 − 480179,2866
𝛼2 = tan−1 ( ) = 14,71˚
9166644,9324 − 9166607,2974
480179,2866 − 480185,4808
𝛼3 = tan−1 ( ) = 17,155˚
9166607,2974 − 9166587,2320
• Sudut Belok
21 12,265
38,910 14,71
21 17,155
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0,054 × 𝑉 2
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 194,4 𝑚
• Peninggian Rel
5,95 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
5,95 × (60)2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
200
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 107,1 𝑚𝑚
8,8 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
8,8 × (60)2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
200
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 104,86 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 110 𝑚𝑚
Diambil h = 107,1 mm
𝐿𝑠 = 0,01 × ℎ × 𝑉
𝐿𝑠 = 0,01 × 107,1 × 60
𝐿𝑠 = 64,26 𝑚
Sudut Spiral
90 𝐿𝑆
𝜃𝑆 = ×
𝜋 𝑅
90 64,26
𝜃𝑆 = ×
𝜋 200
𝜃𝑆 = 9,2˚
Sudut Lingkaran
𝜃𝐶 = |∆1 − 2𝜃𝑆 |
𝜃𝐶 = |0,966 − 2 × 9,2|
𝜃𝐶 = 15,955˚
𝜃𝐶
𝐿𝐶 = 2𝜋𝑅
360
15,955
𝐿𝐶 = 2 × 𝜋 × 200
360
𝐿𝐶 = 55,693 𝑚
𝐿𝑇 = 𝐿𝐶 + 2𝐿𝑆
𝐿𝑇 = 55,693 + 2 × 64,26
𝐿𝑇 = 184,213 𝑚
𝐿𝑆 2
𝑦𝑆 =
6×𝑅
64,262
𝑦𝑆 =
6 × 200
𝑦𝑆 = 3,441 𝑚
𝐾 = 𝐿𝑆 − 𝑅 sin 𝜃𝑆
𝐾 = 32,284 𝑚𝑚
𝑄 = 𝑦𝑆 − 𝑅 (1 − cos 𝜃𝑆 )
𝑄 = 0,868 𝑚𝑚
Koordinat X Y
• Vrencana = 60 km/jam
• Kelas Jalan Rel =I
𝑑1 = 21 𝑚
𝑑2 = 146,875 𝑚
𝑑3 = 42,102 𝑚
• Perhitungan Sudut
480247,9993 − 480254,4197
𝛼1 = tan−1 ( ) = 17,803˚
9166388,6939 − 9166368,6997
480254,4197 − 480317,0761
𝛼2 = tan−1 ( ) = 25,252˚
9166368,6997 − 9166235,8592
480317,0761 − 480328,4213
𝛼3 = tan−1 ( ) = 32,701˚
9166235,8592 − 9166218,1879
• Sudut Belok
21 17,803˚
42,102 32,701˚
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0,054 × 𝑉 2
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 194,4 𝑚
• Peninggian Rel
5,95 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
5,95 × (60)2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
200
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 107,1 𝑚𝑚
8,8 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
8,8 × (60)2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
200
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 104,86 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 110 𝑚𝑚
Diambil h = 107,1 mm
𝐿𝑠 = 0,01 × ℎ × 𝑉
𝐿𝑠 = 0,01 × 107,1 × 60
𝐿𝑠 = 64,26 𝑚
90 𝐿𝑆
𝜃𝑆 = ×
𝜋 𝑅
90 64,26
𝜃𝑆 = ×
𝜋 200
𝜃𝑆 = 9,2˚
Sudut Lingkaran
𝜃𝐶 = |∆1 − 2𝜃𝑆 |
𝜃𝐶 = |0,966 − 2 × 9,2|
𝜃𝐶 = 10,951˚
𝜃𝐶
𝐿𝐶 = 2𝜋𝑅
360
15,955
𝐿𝐶 = 2 × 𝜋 × 200
360
𝐿𝐶 = 38,226 𝑚
𝐿𝑇 = 𝐿𝐶 + 2𝐿𝑆
𝐿𝑇 = 38,226 + 2 × 64,26
𝐿𝑇 = 166,746 𝑚
𝐿𝑆 2
𝑦𝑆 =
6×𝑅
64,262
𝑦𝑆 =
6 × 200
𝑦𝑆 = 3,441 𝑚
𝐾 = 𝐿𝑆 − 𝑅 sin 𝜃𝑆
𝐾 = 32,284 𝑚𝑚
𝑄 = 𝑦𝑆 − 𝑅 (1 − cos 𝜃𝑆 )
Koordinat X Y
• Vrencana = 60 km/jam
𝑑1 = 15 𝑚
𝑑2 = 11,921 𝑚
𝑑3 = 15 𝑚
• Perhitungan Sudut
480351,8246 − 480359,9511
𝛼1 = tan−1 ( ) = 32,804˚
9166182,1835 − 9166169,5757
480359,9511 − 480366,2394
𝛼2 = tan−1 ( ) = 31,838˚
9166169,5757 − 9166159,4487
480366,2394 − 480373,9361
𝛼3 = tan−1 ( ) = 30,872˚
9166159,4487 − 9166146,5741
• Sudut Belok
15 32,804˚
11,921 31,838˚
15 30,872˚
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0,054 × 𝑉 2
• Peninggian Rel
5,95 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
5,95 × (60)2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
200
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 107,1 𝑚𝑚
8,8 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
8,8 × (60)2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
200
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 104,86 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 110 𝑚𝑚
Diambil h = 107,1 mm
𝐿𝑠 = 0,01 × ℎ × 𝑉
𝐿𝑠 = 0,01 × 107,1 × 60
𝐿𝑠 = 64,26 𝑚
Sudut Spiral
90 𝐿𝑆
𝜃𝑆 = ×
𝜋 𝑅
90 64,26
𝜃𝑆 = ×
𝜋 200
𝜃𝑆 = 9,2˚
Sudut Lingkaran
𝜃𝐶 = |∆1 − 2𝜃𝑆 |
𝜃𝐶 = |0,966 − 2 × 9,2|
𝜃𝐶 = 17,434˚
𝜃𝐶
𝐿𝐶 = 2𝜋𝑅
360
17,434
𝐿𝐶 = 2 × 𝜋 × 200
360
𝐿𝐶 = 60,856 𝑚
𝐿𝑇 = 𝐿𝐶 + 2𝐿𝑆
𝐿𝑇 = 60,856 + 2 × 64,26
𝐿𝑇 = 189,376 𝑚
𝐿𝑆 2
𝑦𝑆 =
6×𝑅
64,262
𝑦𝑆 =
6 × 200
𝑦𝑆 = 3,441 𝑚
𝐾 = 𝐿𝑆 − 𝑅 sin 𝜃𝑆
𝐾 = 32,284 𝑚𝑚
𝑄 = 𝑦𝑆 − 𝑅 (1 − cos 𝜃𝑆 )
𝑄 = 0,868 𝑚𝑚
5.1.6. Tikungan 6 (KM. 106 + 084)
Koordinat X Y
• Vrencana = 80 km/jam
𝑑1 = 35,999 𝑚
𝑑2 = 210,941 𝑚
𝑑3 = 35,999 𝑚
• Perhitungan Sudut
480406,3397 − 480424,8988
𝛼1 = tan−1 ( ) = 31,033˚
9166091,8949 − 9166061,0482
480424,8988 − 480556,2907
𝛼2 = tan−1 ( ) = 38,527˚
9166061,0482 − 9165896,0266
480556,2907 − 480582,1955
𝛼3 = tan−1 ( ) = 46,021˚
9165896,0266 − 9165871,0288
• Sudut Belok
35,999 31,033˚
210,941 38,527˚
35,999 46,021˚
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 0,054 × 𝑉 2
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 345.6 𝑚
5,95 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
5,95 × (80)2
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 =
350
ℎ𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙 = 108,8 𝑚𝑚
8,8 × (𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎 )2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖
8,8 × (80)2
ℎ𝑚𝑖𝑛 = − 53,54
350
ℎ𝑚𝑖𝑛 = 107.374 𝑚𝑚
ℎ𝑚𝑎𝑥 = 110 𝑚𝑚
Diambil h = 108,8 mm
𝐿𝑠 = 0,01 × ℎ × 𝑉
𝐿𝑠 = 0,01 × 108,8 × 80
𝐿𝑠 = 87.04 𝑚
Sudut Spiral
90 𝐿𝑆
𝜃𝑆 = ×
𝜋 𝑅
90 87.04
𝜃𝑆 = ×
𝜋 350
𝜃𝑆 = 7,124˚
Sudut Lingkaran
𝜃𝐶 = |∆1 − 2𝜃𝑆 |
𝜃𝐶 = |7,494 − 2 × 7,124|
𝜃𝐶 = 6,754˚
𝜃𝐶
𝐿𝐶 = 2𝜋𝑅
360
6,754
𝐿𝐶 = 2 × 𝜋 × 200
360
𝐿𝐶 = 23,576 𝑚
𝐿𝑇 = 𝐿𝐶 + 2𝐿𝑆
𝐿𝑇 = 23,576 + 2 × 87,04
𝐿𝑇 = 197,656 𝑚
𝐿𝑆 2
𝑦𝑆 =
6×𝑅
87,042
𝑦𝑆 =
6 × 350
𝑦𝑆 = 3,608 𝑚
𝐾 = 𝐿𝑆 − 𝑅 sin 𝜃𝑆
𝐾 = 43,634 𝑚𝑚
𝑄 = 𝑦𝑆 − 𝑅 (1 − cos 𝜃𝑆 )
𝑄 = 0,906 𝑚𝑚
Berikut data pembebanan pada proyek pembangunan Jalur KA Eleveted Solo Balapan-
Kadipiro Fase 1 (Sta. 104+700 s/d Sta. 107+000).
Keterangan Nilai rencana
Beban Gandar Kelas rel I 18 Ton
Modulus elastis rel tipe R.54 2,1 x 106 Kg/cm2
Modulus kekuatan rel 180 Kg/cm2
Kecepatan rencana 1,25 x 120 km/jam = 150 km/jam
Gaya roda statis (Ps) 9 Ton
Tabel 4.3 Data Pembebanan Rel
1) Perhitungan beban dinamis menggunakan persamaan TALBOT
V
Pd =Ps(1+0,01 1,609−5 )
150
= 9000 (1+0,011,609−5 )
=16940,30 Kg
Pd
𝑀𝑚 =
4ℷ
16940,30
𝑀𝑚 =
4x0,00989
𝑀𝑚 = 427958,266 kgcm
= 0,46567 cm.
Defleksi pada jarak 0,2 meter (Y0,2) :
λx = 20 cm x 0,009896 cm-1
= 0,19782
Maka, y(0 meter) :
𝑃𝑑ℷ -ℷx
Yx = e (cos ℷx + sin ℷx)
2𝑘
= 0,382043cm.
Defleksi pada jarak 0,4 meter (Y0,4) :
λx = 40 cm x 0,009896 cm-1
= 0,39584
Maka, y(0,4 meter) :
𝑃𝑑ℷ
𝑌𝑥 = e − ℷx (cos ℷx + sin ℷx)
2𝑘
16940,30 x 0,0098960 (-2,9688)
y(3meter) = e (cos 0,39584 + sin 0,39584)
2𝑥180
= 0,313419 cm.
Berikut tabel rekapitulasi defleksi maksimum yang terjadi pada jarak 3 meter dari titik
berat roda dihitung dengan interval per 20 cm sebagai berikut:
6.1Umum
Proyek Pembangunan Detour Track pada Jalur Ganda Elevated Solo-Semarang (JGSS
2) memiliki tujuan utama untuk mengurai kemacetan di Simpang Palang Joglo yang menjadi
titik pertemuan dari 4 daerah, yaitu Kota Solo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen,
dan Kabupaten Purwodadi. Proyek ini akan menjadi jalur elevated kereta api terpanjang di
Indonesia dan masuk dalan proyek prestisius pemerintah Indonesia.
Pembangunan detour track terdiri dari 3 jenis pekerjaan, yaitu pekerjaan persiapan,
pekerjaan rel, dan pekerjaan finishing yang dikerjakan dalam 720 hari kalender serta memiliki
masa pemeliharaan 320 hari kalender. Proyek ini dibangun oleh PT WIKA-BKU KSO sebagai
kontraktor dan PT. Raya Konsult sebagai konsultan supervisi dan konsultan perencana.
Jalur detour ini memiliki total Panjang 1,2 kilometer dengan jarak as jalur eksisting ke
as jalur detour adalah 10,5 meter dan sisa jalan eksisting akibat adanya jalur detour ini adalah
3,5 meter. Jalur detour digunakan sebagai jalur sementara penghubung antara Stasiun Solo
Balapan dan Stasiun Kadipiro.
• Kontrol horizontal (X,Y), pada saluran dan bangunan harus tepat pada posisi
planimetrisnya
• Kontrol Vertikal (Z), saluran dan bangunan harus benar elevasinya
• Kontrol Pelaksanaan Pekerjaan, Monitoring konstruksi (cut and fill)
1) Waterpass
2) Total Station
3) Meteran
4) Alat Bantu
Pekerjaan detour track menjadi pekerjaan utama dalam proyek JGSS 2, detour track
ini memiliki Panjang 1,2 kilometer yang berfungsi sebagai jalur sementara kereta api,
karena jalur eksisting akan dibongkar dan digunakan untuk pemasangan pondasi track
elevated. Pekerjaan detour track juga melalui perlintasan sebidang di Simpang Palang
Joglo. Tahapan pekerjaan detour track meliputi :
1) Pertama, dilakukan checking elevasi oleh surveyor.
2) Setelah itu, dilakukan penghamparan Sub Ballast setebal 30 cm dan dipadatkan
menjadi 25 cm lalu dilakukan pengujian sandcone.
3) Selanjutnya, menuju tahap penghamparan ballast dengan jumlah 3 layer dan total
tinggi 30 cm setelah dipadatkan dibawah bantalan rel
4) Kemudian, dilakukan pekerjaan pemasangan bantalan dengan jarak 60 cm antar
bantalan di atas ballast yang sudah diratakan dan dipadatkan.
5) Setelah pekerjaan bantalan selesai, dilakukan pekerjaan pemasangan rel dengan type
R54 dan panjang perpotongan rel 25 meter menggunakan tenaga manual dibantu
dengan katrol dan roll rel yang dikerjakan oleh pekerja.
6) Kemudian, dilakukan pemasangan penambat jenis pandrol dengan menggunakan palu.
7) Selanjutnya, dilakukan penambahan layer ballast terakhir dengan tebal 20 cm untuk
menutup celah bantalan dengan rel.
8) Setelah itu, dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat HTT (Hand Tie Tamper).
9) Tahap selanjutnya adalah penyambungan rel menggunakan metode las thermit tiap 25
meter. Pengelasan dilakukan dengan suhu 850 derajat celcius selama 7 menit
menggunakan cetakan las yang telah diberi tanah lempung agar tidak bocor ketika
proses pengelasan dilakukan.
10) Setelah rel tersambung, proses selanjutnya adalah pemotongan sisa pengelasan
menggunakan pemotong elektrik dan penghalusan pengelasan menggunakan alat pnp
15.
11) Kemudian, dilakukan pengecekan elevasi terakhir yang bertujuan untuk memastikan
rel lurus, jika ternyata tidak sesuai maka dilakukan perbaikan menggunakan dongkrak
rel.
12) Pada perlintasan sebidang, ditambahkan geotekstil, lapisan LPA, dan Guide Rail agar
rel tidak rusak ketika dilewati kendaraan bermotor.
Shifting adalah pergeseran jalur existing ke jalur baru yang pembangunannya telah
selesai dilakukan. Pekerjaan shifting meliputi pekerjaan pada track dan persinyalan.
Pekerjaan shifting dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2022 dengan titik pekerjaan
shifting terletak pada KM 105+075 dan KM 106+350 pada ruas detour track antara Solo
Balapan – Kadipiro Km 105+075 – 106+350. Pekerjaan shifting dibagi menjadi 3 sesi
window time yaitu, window time I (07.00-09.00), window time II (10.00-11.40), dan
window time III (12.20-14.30).
Pekerjaan shifting pada proyek ini dilaksanakan dengan metode staging shifting dimana
pelaksanaan pekerjaan dimulai dari tahap persiapan hingga tahap pemantapan. Menurut
Kistiany (2021) staging digunakan untuk mengidentifikasi pekerjaan mana yang harus
didahulukan ataupun dapat dikerjakan secara bersamaan. Tujuan staging yaitu, mengatur
alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tiap pekerjaan sehingga tidak
melebihi waktu yang telah diberikan.
Satuan
Jumlah
Nama Team
8
Team Sinyal J 14
7
Team Sinyal MJ 140
8
Team Sinyal MJ 14 Orang
22
Team Axle Counter
50
Team Shifting km 105+075
75
Team Shifting km 106+350
d) Pemotongan Rel
Melakukan pemotongan rel di titik shifting yaitu, pada km. 105+075 – 106+350.
Kemudian memberikan sambungan pelat atau sambungan mekanik pada titik
tersebut. Tujuan dilakukan pekerjaan tersebut, yaitu untuk mempersingkat waktu
penggeseran rel saat window time I diberlakukan. Pemotongan rel ditunjukkan
pada gambar 4.34.
Gambar 4.3 Pemotongan rel km 106+350
6.4.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi pekerjaan inti proses shifting yang terbagi ke dalam
beberapa tim. Team Shifting km 105+075 sebanyak 50 pekerja melakukan pekerjaan
di bagian Utara jalur dan Team Shifting km 106+350 sebanyak 75 pekerja di bagian
Selatan jalur. Tahap pelaksanaan shifting antara lain:
1) Pemindahan Karung Ballast dan Pelepasan Penambat
Pekerjaan pemindahan karung ballast dan pelepasan penambat
dilaksanakan setelah semboyan 3 terpasang. Pekerjaan dilakukan secara
bersamaan di sisi Utara dan Selatan. Pemindahan karung ballast ditunjukkan
pada gambar 4.37.
5) Pemadatan Manual
Setelah track existing dan detour tersambung, ballast yang terdapat pada
karung ballast dikeluarkan untuk mengisi rongga antar bantalan. Kemudian
dilakukan pemadatan awal secara manual menggunakan Hand Tamper Tie
(HTT) sekaligus dilakukan angkat listring untuk menata kelengkungan rel yang
dipandu oleh surveyor supaya sesuai dengan desain rencana kerja. Pekerjaan
pemadatan manual ditunjukkan oleh gambar 4.41.
a. Pelaksanaan Proyek Pembangunan Detour Track Pada Jalur Kereta Api Elevated
Antara Solo Balapan – Kadipiro Km. 104+700 – 107+000 berjalan dengan lancar dan
baik sesuai rencana.
b. Seluruh pekerjaan beserta pengawasan telah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
c. Penulis mendapat pengetahuan dan pengalaman terkait pelaksanaan shifting sebagai
tahap akhir pekerjaan track hingga dapat dilalui oleh kereta api secara aman.
7.2 Saran
Berdasarkan review selama Kerja Praktek pada Pembangunan Jalur KA Elevated Antara
Solo Balapan - Kadipiro Km. 104+700 s/d Km. 107+000 (Tahap1) penulis dapat memberikan
saran diantaranya: