Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

Obat antitusif Dekstrometorfan (DM) telah tersedia lewat agen (tanpa resep) dari pabrik obat sejak tahun 1954. Obat DM telah disetujui oleh Food and drug administration (FDA) pada tahun 1958. Pada saat itu obat yang tersedia hanya dalam merek dagang Romilar dalam bentuk tablet tunggal. Namun seiring waktu Romilar ditarik dari pasaran karena banyaknya penyalahgunaan. Sejak saat itu, berbagai pabrik telah memperkenalkan berbagai produk DM dari sirup sampi gel tablet. Kemudian dosisnya juga sudah disesuaikan supaya tidak terjadi penyalahgunaan.1,2 Sebagai agonis reseptor sigma 1 dan antagonis reseptor N-metil-D-aspartat (NMDA), dekstrometorfan memiliki efek farmakodinamik yang sama dengan lysergic acid diethylamide (LSD), ketamine, atau psilocybin. Dekstrometorfan berada pada kelompok zat dengan efek psikoaktif (disosiatif). Sebelumnya, dekstrometorfan masih berada pada kelompok opioid sintesis, karena strukturnya sama dengan kodein; reseptor sigma-1dianggap sebagai reseptor opioid. Saat ini dekstrometorfan tidak lagi dikategorikan sebagai opioid. Efek antitusifnya dimediasi lewat reseptor sigma-1 dan NMDA. Pathogenesis penyebab perilaku ketergantungan, mekanisme GABAergic/ antiglutamatergic memeiliki peranan dalam terjadinya ketergantungan.2 Gejala kecanduan akibat dekstrometorfan ini yaitu kompulsif berulang, rigiditas, tidak terkontrol dan gejala penyalahgunaan otonomik. Selain itu neurotransmisi zat glutamatergic diperkuat dan neurotransmisi GABAergic dikurangi (glutamatergic hyperexcitability). Transmisi eksitasi ini dimediasi lewat reseptor NMDA (reseptor glutamate). Pada studi terbaru, Soyka dan

temannya menunjukkan bahwa antagonis NMDA dekstrometorfan, sebagai antagonis glutamate memiliki potensi adiktif yang dapat menimbulkan efek psikotropik sama dengan alcohol.2 Dekstrometorfan jarang menimbulkan efek samping bila digunakan dalam dosis rendah. Biasanya kelelahan, gatal, vertigo, mual dan muntah ditemukan. Peotensi interaksi yang mengancam jiwa dihubungkan dengan antihistamin terfenadine, MAO inhibitor dan selective serotonin reuptake inhibitors (serotonin sindrom).2 Masih belum ada data epidemiologis yang akurat mengenai penyalahgunaan

dekstrometorfan sebagai zat psikoaktif. Namun, hanya ada 5 kasus yang terbukti ketergantungan dekstrometorfan telah ditemukan diliteratur sejauh ini.2 Berikut akan diuraikan teori mengenai penyalahgunaan zat dekstrometorfan yang ada di seluruh dunia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Romanelli F, Smith KM. Dextromethorphan abuse: Clinical effects and management. Pharmacy Today. 2009(Mar);15(3):4855. 2. Mutschler J, Koopmann A, Grosshans M, Hermann D, Mann K, Kiefer F. Dextromethorphan withdrawal and dependence syndrome. Dtsch Arztebl Int 2010; 107(30): 53740. 3.

Anda mungkin juga menyukai