Anda di halaman 1dari 89

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA LAYANAN


TEHNIK DI PT. PLN ULP LEMBAYUNG
LAHAT TAHUN 2022

Oleh :

PERMATA SARI
18132011010

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2022

i
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA LAYANAN
TEHNIK DI PT. PLN ULP LEMBAYUNG LAHAT
TAHUN 2022

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

PERMATA SARI
18132011010

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2022

ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIK)
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 18 Agustus 2021

PERMATA SARI

Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja


Layanan Tehnik di PT. PLN ULP Lembayung Lahat Tahun 2022
(xiv + 47 halaman + 7 tabel + 3 bagan + 5 lampiran)

Menurut data (World Health Organization, 2020) sekitar 65% pekerja


mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluh kelelahan mental dan
sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan. Di Indonesia
sebesar 847 kasus dan 36% diantaranya terjadi karena tingkat kelelahan kerja yang
tinggi, lebih kurang 18% atau 152 orang mengalami cacat (Binwasnaker, 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor - faktor yang berhubungan
dengan kelelahan kerja pada pekerja. Penelitian ini dilaksanakan di PT.PLN ULP
Lembayung. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 s.d 27 Juli 2022. Penelitian
ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah tenaga kerja layanan teknik di PT.PLN UP3 Lahat yang
berjumlah 34 orang, sampel dalam penelitian ini adalah total populasi. Analisis data
menggunakan uji chi square (p<α).
Penelitian didapatkan distribusi frekuensi responden kelelahan kerja tinggi
berjumlah 22 responden (64,7%), berusia tua berjumlah 18 responden (52,9%), beban
kerja tinggi berjumlah 19 responden (55,9%), shift melebihi jam kerja berjumlah 19
responden (55,9%), dan masa kerja lama berjumlah 18 responden (52,9%). Hasil uji
bivariat didapatkan ada hubungan antara umur (p value = 0,000), beban kerja (p value
= 0,020), shift kerja (p value = 0,002), dan masa kerja (p value = 0,006) dengan
kelelahan kerja pada pekerja.
Simpulan didapatkan ada hubungan antara umur, beban kerja, shift kerja, dan
masa kerja dengan kelelahan kerja. Disarankan kepada pekerja untuk melakukan
peregangan otot ringan dengan cara stretching pada saat waktu istirahat disela
pekerjaan dengan tujuan mengurangi kelelahan kerja.
.
Kata kunci : Kelelahan kerja, Umur, Beban Kerja, Shift Kerja, Masa Kerja
Referensi : 24 (2003-2022)

iii
ABSTRACT
BINA HUSADA COLLEGE OF HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Student Thesis, August 18th 2022

PERMATA SARI

Factors Associated with Work Fatigue in Technical Service Workers at PT. PLN
ULP Lembayung Lahat in 2022
(xiv + 47 pages + 7 tables + 3 charts + 5 attachments)

According to data (World Health Organization, 2020) around 65% of workers


complain of physical fatigue due to routine work, 28% complain of mental fatigue
and about 7% of workers complain of severe stress and feel left out. In Indonesia,
847 cases and 36% of them occurred due to a high level of work fatigue,
approximately 18% or 152 people were disabled (Binwasnaker, 2012).
This study aims to determine the factors - factors associated with work fatigue
in workers. This research was conducted at PT. PLN ULP Lembayung. This research
was conducted from 20 to 27 July 2022. This study used a quantitative method with a
cross sectional design. The population in this study is the technical service workforce
at PT. PLN UP3 Lahat, amounting to 34 people, the sample in this study is the total
population. Data analysis used chi square test (p<α).
The study found that the frequency distribution of high work fatigue
respondents was 22 respondents (64.7%), old age was 18 respondents (52.9%), high
workload was 19 respondents (55.9%), shifts exceeding working hours amounted to
19 respondents. (55.9%), and 18 respondents (52.9%). The results of the bivariate
test showed that there was a relationship between age (p value = 0.000), workload (p
value = 0.020), work shift (p value = 0.002), and years of service (p value = 0.006)
with work fatigue on workers.
The conclusion is that there is a relationship between age, workload, work
shifts, and years of work with work fatigue. It is recommended for workers to do light
muscle stretching by stretching during breaks between work with the aim of reducing
work fatigue.

.
Key words : Work fatigue, Age, Workload, Shift Work, Working Period
Reference : 24 (2003-2022)

iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS

I. Biodata

Nama : Permata Sari


Nomor pokok mahasiswa : 18132011010

Tempat/tanggal Lahir : Karang – lebak, 24 juni 2001


Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
No. Telp/HP : 0852-6926-6190
Status : Belum menikah
Alamat rumah : Desa Karang Lebak Kec. Mulak Ulu Kab. Lahat
Nama orang tua

Ayah : Alpian
Ibu : Rica Pirlika
Email : permatasari24062001@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan


1. SD Negeri 10 Mulak Ulu 2006-2012
2. MTS Negeri 1 Kota Agung 2012-2015
3. SMA Negeri 1 Kota Agung 2015-2018
4. STIK Bina Husada Palembang 2018-2022

vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Kupersembahkan :

 Kedua orang tuaku ayahanda Alpian dan Ibunda Rica Firlika, yang telah
memberikan dukungan, materi, maupun tenanga yang tak pernah henti dalam
suka maupun duka serta doa yang tak pernah henti agar aku diberikan
kemudahan dan kelancaran dalam menyelasaikan studi ini.
 Untuk Saudara ku lidia purnama sari dan rahmad hidayad yang selalu
mendoakan.

Motto :

“Just because it’s hard doesn’t mean it’s impossible”

(Hanya karena itu sulit bukan berarti tidak mungkin)

viii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih


kepada bapak Welly Suwandi, SKM, M.Kes sebagai pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ersita, S.Kep, Ns, M.Kes
selaku Ketua STIK Bina Husada, dan Ibu Dian Eka Anggreny, SKM, M.Kes selaku
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan kemudahan
dalam pengurusan administrasi penulisan skripsi ini.
Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Atma
Deviliawati, SKM, M.Kes dan Dr. Nani Sari Murni, SKM, M.Kes selaku penguji
dalam penyusunan skripsi dan Ibu Maria Ulfa SKM, M.Kes selaku pembimbing
akademik selama mengikuti pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Husada.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan
dan kesempurnaan.Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang memerlukan dan
bagi siapa saja yang membacanya.
Palembang, 18 Agustus 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ............................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI ............................................................. vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................... vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO ...................................................................... viii
UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 4
1.4.2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 4
1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti ........................................................................... 4
1.5.2. Manfaat Bagi STIK Bina Husada Palembang ......................................
1.5.3. Manfaat Bagi PT.PLN UP3 Lahat ....................................................... 5
1.6. Ruang Lingkup ............................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Pekerja............................................................................................................ 6
2.2. Kelelahan kerja .............................................................................................. 7
2.2.1. Pengertian kelelahan Kerja................................................................. 7
2.2.2. Jenis kelelahann Kerja ........................................................................ 8
2.2.3. Penyebab kelelahan kerja ................................................................... 10
2.2.4. Pengukuran kelelahan kerjan ............................................................. 12
2.3. Faktor – faktor penyebab kelelahan kerja ...................................................... 15
2.3.1. Faktor beban kerja .............................................................................. 15
2.3.2. Usia .................................................................................................... 17
2.3.3. Masa kerja .......................................................................................... 18
2.3.4. Shift Kerja........................................................................................... 18

x
2.4. Penelitian Terkait ........................................................................................... 21
2.5. Kerangka teori ............................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Disain Penelitian ............................................................................................ 23
3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ........................................................................ 23
3.3. Populasi Dan Sampel ..................................................................................... 23
3.3.1. Populasi Penelitian ............................................................................... 23
3.3.2. Sample Penelitian ................................................................................. 24
3.4. Kerangka Konsep ........................................................................................... 24
3.5. Definisi Operasional ..................................................................................... 25
3.6. Hipotesis ........................................................................................................ 26
3.7. Pengumpulan Data ......................................................................................... 26
3.7.1. Sumber Data ......................................................................................... 26
3.8 Pengolahan Data.............................................................................................. 27
3.9 Analisis Data ................................................................................................... 28
3.9.1. Analisis univariat ................................................................................. 28
3.9.2 Analisis bivariat ................................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................................................. 29
4.2 Hasil ................................................................................................................ 32
4.2.1 Analisis Univariat................................................................................... 32
4.2.1.1 Kelelahan kerja........................................................................... 32
4.2.1.2 Umur .......................................................................................... 33
4.2.1.3 Beban kerja................................................................................. 33
4.2.1.4 Shift kerja ................................................................................... 34
4.2.1.5 Masa kerja .................................................................................. 35
4.2.2 Analisis Bivariat ..................................................................................... 36
4.2.2.1 Hubungan antara umur dengan kelelahan kerja ......................... 36
4.2.2.2 Hhubungan antara beban kerja dengan kelelahan kerja ............. 37
4.2.2.3 Hubungan antara shift kerja dengan kelelahan kerja ................. 38
4.2.2.4 Hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja ................ 39
4.3 Pembahasan ..................................................................................................... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ......................................................................................................... 44
5.2 Saran................................................................................................................ 45
5.2.1 Bagi PT. PLN ULP Lembayung ............................................................ 45
5.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang ...................................................... 45
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya ....................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Penelitian Terkait ........................................................................................... 21


3.1 Definisi Operasional....................................................................................... 25
4.1 Distribusi frekuensi responden kelelahan kerja pada pekerja layanan tehnik
di PT. PLN ULP Lembayung tahun 2022 ...................................................... 32
4.2 Distribusi frekuensi responden umur pada pekerja layanan tehnik di PT. PLN
ULP Lembayung tahun 2022 ......................................................................... 33
4.3 Distribusi frekuensi responden beban kerja pada pekerja layanan tehnik
di PT. PLN ULP Lembayung tahun 2022 ...................................................... 33
4.4 Distribusi frekuensi responden shift kerja pada pekerja layanan tehnik
di PT. PLN ULP Lembayung tahun 2022 ...................................................... 34
4.5 Distribusi frekuensi responden masa kerja pada pekerja layanan tehnik
di PT. PLN ULP Lembayung tahun 2022 ...................................................... 35

xii
DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman


2.1 Kerangka Teori............................................................................................... 24
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................... 24

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden


2. Kuesioner
3. Master Data
4. Hasil Uji Normalitas Data
5. Hasil Analisis Univariat
6. Hasil Analisis Bivariat
7. Surat Izin Penelitian
8. Surat Keterangan
9. Dokumentasi Penelitian

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan data Dirjen pembinaan pengawasan ketenagakerjaan pada tahun

2012 kasus kecelakaan kerja di Indonesia sebesar 847 kasus dan 36% diantaranya

terjadi karena tingkat kelelahan kerja yang tinggi, lebih kurang 18% atau 152 orang

mengalami cacat (Binwasnaker, 2012).

Menurut data (World Health Organization, 2020) dalam model kesehatan

yang dibuat sampai tahun 2020 meramalkan gangguan psikis berupa perasaan lelah

yang berat dan berujung pada depresi akan menjaji penyakit pembunuh nomor dua

setelah penyakit jantung. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kementrian tenaga

kerja jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di

Negara tersebut yang dipilih secara acak menunjukkan bahwa 65% pekerja

mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluh kelelahan mental dan

sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan.

Kelelahan Kerja adalah kondisi dimana kehilangan efisiensi dan penurunan

kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan yang berkadar tinggi dapat

menyebabkan seseorang tidak mampu lagi bekerja sehingga berhenti bekerja oleh

karena merasa lelah bahkan yang bersangkutan tertidur karena kelelahan. Kelelahan

akan semakin bertambah dan kondisi lelah demikian sangat mengganggu kelancaran

1
2

pekerjaan dan juga berefek buruk kepada pekerja yang bersangkutan (Mahawati.,

2021).

Faktor yang menyebabkan kelelahan kerja ada dua aspek, yaitu aspek

eksternal (lingkungan kerja dan pekerjaan) dan aspek internal (karakteristik individu).

Unsur pekerjaan meliputi beban kerja, shift kerja dan masa kerja. Unsur individu

meliputi umur, jenis kelamin, kualitas tidur, keadaan gizi, dan kebiasaan merokok

(Suma’mur P, 2014). Kelelahan yang disebabkan karena kerja statis dengan kerja

dinamis yaitu Pada kerja otot statis dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan

maksimum otot hanya dapat bekerja selama satu menit, sedangkan pada pengerahan

tenaga < 20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga

otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan

berlangsung sepanjang hari (Tarwaka, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian (Indah et al., 2021) kelelahan pada pekerja

pelayanan teknik PT. PLN (persero) Sawangan, sebagian besar mengalami kelelahan

kerja tinggi yaitu sebanyak 82,2%. Berdasarkan hasil yang dapat diketahui bahwa ada

hubungan yang signifikan antara umur, masa kerja, waktu istirahat, dengan kelelahan

kerja dan diketahui tidak ada hubungan signifikan antara shift kerja dan indeks masa

kerja (IMT) dengan kelelahan kerja. Hasil penelitian (Gaol et al., 2018) menunjukan

bahwa status anemia, Shift kerja, kualitaa tidur, beban kerja, dan iklim kerja panas

memiliki hubungan kelelahan kerja. Berdasarkan analisis bivariate tidak terdapat

hubungan antara usia dan masa kerja dengan kelelahan kerja pada karyawan PT.

Arwana Anugra keramik, tbk.


3

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dengan menggunakan

kuesioner kepada pekerja di bagian layanan teknik di PT PLN ULP Lembayung yang

terdiri dari 34 pekerja, ditemui 3 pekerja diantaranya mengalami kelelahan kerja

karena sebagian besar pekerjaan dilakukan dilapangan, ketinggian, dan terpapar cuaca

panas, sehingga menguras tenaga yang besar dan menyebabkan kelelahan kerja. Jam

kerja di PT. PLN ULP Lembayung bagian layanan Teknik yaitu selama 8 jam kerja

dan jam kerja tersebut dapat bertambah atau berubah jika terdapat pekerjaan yang

sangat mendesak sehingga hal tersebut dapat menyebabkan kelelahan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan

kerja pada pekerja layanan teknik di PT.PLN ULP Lembayung tahun 2022”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini ialah “ belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan

kelelahan kerja pada pekerja layanan tehnik di PT.PLN ULP Lembayung Tahun

2022”

1.3 Pertanyaan Penelitian

Faktor apa saja yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT. PLN ULP Lembayung tahun 2022?


4

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada

pekerja layanan tehnik di PT PLN ULP Lembayung tahun 2022

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi frekuensi kelelahan kerja, umur, beban kerja, masa

kerja, shift kerja pada pekerja layanan tehnik di PT.PLN ULP Lembayung

tahun 2022

2. Diketahuinya hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT.PLN ULP Lembayung tahun 2022

3. Diketahuinya hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT.PLN ULP Lembayung tahun 2022

4. Diketahuinya hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT.PLN ULP Lembayung tahun 2022

5. Diketahuinya hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT.PLN ULP Lembayung tahun 2022

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah perkembangan ilmu pengetahuan tentang

bidang-bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya yang berkaitan dengan

Kesehatan Keselamatan Kerja.


5

1.5.2 Bagi STIK Bina Husada

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi atau informasi

bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Kesehatan Keselamatan Kerja.

1.5.3 Bagi PT.PLN ULP Lembayung

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan informasi untuk

menyusun kebijakan atau pengambilan keputusan dalam upaya meningkatkan

kesehatan keselamatan kerja.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini masuk dalam area K3 (kesehatan keselamatan kerja) bidang

ilmu kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan kelelahan kerja pada pekerja layanan tehnik di PT.PLN ULP

Lembayung tahun 2022. Penelitian dilaksanakan di PT.PLN ULP Lembayung pada

tanggal 20 s.d 27 Juli 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan

bagian layanan tehnik di PT. PLN ULP Lembayung tahun 2022 yang berjumlah 34

orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Penelitian ini mengunakan

desain kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Instrumen penelitian ini adalah

kuisioner. Data hasil penelitian akan dilakukan analisis univariat dan bivariat.

Analisis bivariat menggunakan uji chi-square.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pekerja

Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan pasal

1 ayat 2 menyebutkan bahwa karyawan adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebetuhan

sendiri maupun masyarakat, baik didalam maupun diluar hubungan kerja. Dari

defenisi tersebut maka yang dimaksud dengan tenaga kerja yang melakukan

pekerjaan didalam hubungan kerja adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan

pada setiap bentuk usaha (perusahaan) atau perorangan dengan menerima upah

termasuk tenaga kerja yang melukan pekerjaan diluar hubungan kerja. Karyawan

adalah orang penjual jasa (pikiran atau tenaga) dan mendapat kompensasi yang

besarnya telah ditetapkan terlebih dahulu (Hasibuan, 2003). Karyawan adalah

penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk

dalam suatu Negara yang memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap

tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Subri,

2003).

6
7

2.2 Kelelahan Kerja

2.2.1 Pengertian Kelelahan Kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan

diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum, kelelahan

otot adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelehan

umum biasanya ditandai berkurangnya kemuan untuk bekerja yang disebabkan oleh

monotomi intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab

mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2019).

Kelelahan Kerja adalah kondisi dimana kehilangan efisiensi dan penurunan

kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan yang berkadar tinggi dapat

menyebabkan seseorang tidak mampu lagi bekerja sehingga berhenti bekerja oleh

karena merasa lelah bahkan yang bersangkutan tertidur karena kelelahan. Kelelahan

akan semakin bertambah dan kondisi lelah demikian sangat mengganggu kelancaran

pekerjaan dan juga berefek buruk kepada pekerja yang bersangkutan(Mahawati.,

2021)

Kelelahan adalah perasaan subjektif, akan tetapi berbeda dengan kelemahan

dan memiliki sifat bertahap. Tidak seperti kelemahan, kelelahan dapat diatasi dengan

periode istirahat. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Secara medis

kelelahan adalah gejalah nonspesifik, yang berarti ia memiliki banyak kemungkinan


8

penyebab. Kelelahan dianggap sebagai gejala, bukan tanda karena merupakan

perasaan subjektif (Kuswana, 2019)

2.2.2 jenis kelelahan kerja

Jenis kelelahan menurut ( Suma’mur 2014) dan (Tarwaka, 2019) dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :

1) Berdasarkan proses dalam otot, terdiri dari:

a) Kelelahan otot (muscular fatigue)

Kelelahan jenis ini merupakan kelelahan fisiologis, terjadi karena

berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan fisik untuk suatu waktu.

Gejalah yang ditunjukkan bersifat external sign, tidak hanya berupa

berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan yang

pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal seperti

melemahnya kemampuan pekerja dalam melakukan pekerjaannya dan

meningkatnya kesalahan dalam melakukan pekerjaan, sehingga dapat

mempengaruhi produktifitas kerjanya.

b) Kelelahan umum adalah Gejala utama

kelelahan umum adalah adanya perasaan letih yang luar biasa, semua

aktifitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan

tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis,

segalanya terasa berat dan merasa ngantuk. Kelelahan umum biasanya

ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh


9

motoni, intensitas dan lemahnya kerja fisik , keadaan lingkungan, sebab-sebab

mental status kesehatan dan keadaan gizi(Wulan Rilam Sari, 2019).

2) Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, terdiri dari:

a) Kelelahan akut

Kelelahan ini dihasilkan dari kurang tidur dalam jangka waktu pendek

ataudari kegiatan fisik atau mental yang berat dalam jangka waktu pendek,

beerdampak biasanya hanya dalam periode waktu yang pendek dan dapat

dipulihkan dengan tidur atau beristirahat. Beban kerja mental yang berlebihan

atau aktivitas fisik dapat menyebabkan kelelahan akut. Salah satu contoh

kelelahan akut adalah kelelahan setelah naik atau turun anak tangga dalam

waktu yang lama. Kelelahan akut dapat menurunkan koordinasi, konsentrasi

dan kemampuan dalam membuat keputusan

b) Kelelahan kronik

Kelelahan jenis ini merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari

dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum

melakukan pekerjaan. Selain itu dapat disertai dengan keluhan psikosomatis

seperti peningkatan ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, peningkatan

kejadian beberapa penyakit seperti sakit kepala, diare, kepala pusing, sulit

tidur, detak jantung tidak normal dan lain-lain.


10

2.2.3 Penyebab Kelelahan Kerja

Akar masalah kelelahan umum adalah monotoninya pekerjaan, intensitas

dan lamanya kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja

yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi semula, tidak

jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan konflik batin serta

kondisi oleh tenaga kerja. Pengaruh dari keadaan yang menjadi sebab kelelahan

tersebut seperti berkumpul dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah. Perasaan

lelah demikian yang berkadar tinggi dapat menyebabkan seseorang tidak

mampu lagi bekerja sehingga berhenti bekerja sebagaimana halnya kelelahan

fisiologis yang menyebabkan tenaga kerja yang bekerja fisik menghentikan

kegiatannya oleh karena merasa lelah bahkan yang bersangkutan tertidur oleh karena

kelelahan( Suma’mur, 2014)

Faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan kerja menurut (Setyawati, 2017)

sebagai berikut:

a. Faktor lingkungan kerja

Faktor lingkungan kerja yang tidak memadai untuk bekerja sampai kepada

masalah psikososial dapat berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja.

Lingkungan kerja yang nyaman dan ventilasi udara yang adekuat, didukung oleh

tidak adanya kebisingan akan mengurangi kelelahan kerja.


11

b. Waktu istirahat dan waktu kerja

Waktu istirahat dan waktu kerja yang proposional dapat menurunkan derajat

kelelahan kerja. Lama dan ketepatan waktu beristirahat sangat berperan dalam

mempengaruhi terjadinya kelelahan kerja.

c. Kesehatan pekerja

Kesehatan pekerja yang selalu dimonotor dengan baik, dan pemberian gizi yang

sempurna dapat menurunkan kelelahan kerja.

d. Beban kerja

Beban kerja yang diberikan kepada pekerja perlu disesuaikan dengan kemampuan

psikis dan fisik pekerja bersangkutan.

e. Keadaan perjalanan

Keadaan perjalanan, waktu perjalanan dari dan ketempat kerja yang seminimal

mungkin dan seaman mungkin berpengaruh terhadap kondisi kesehatan kerja dan

kelelahan kerja.

Menurut (Tarwaka, 2019) risiko kelelahan kerja ada beberapa macam,

diantaranya :

a. Motivasi kerja turun

b. Performansi rendah

c. Kualitas kerja rendah

d. Banyak terjadi kesalahan

e. Produktivitas kerja rendah


12

f. Stress akibat kerja

g. Penyakit akibat kerja

h. Cedera

i. Terjadi kecelakaan akibat kerja

2.2.4 Pengukuran Kelelahan

Menurut (Tarwaka, 2019) pengelompokan metode pengukuran

kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut :

a. Kualitas Dan Kuantitas Kerja

Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai suatu jumlah

proses kerja ( waktu yang digunakan pada setiap item ) atau proses

operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak

factor yang harus dioertimbangkan, seperti : target produksi, factor

sosial dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output

( kerusakan produk, penolakan produk ) atau frekuensi kecelakaan

dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi factor tersebut

bukanlah merupakan casual factor.

b. Uji Psiko-motor (Psychomotor Test )

1) Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan

reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah

dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka


13

waktu dari pemberian suatu rangsang sampai pada suatu saat

kesadaran atau dilaksanaka kegiatan. Dala, uji waktu reaksi

dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit

atau goyangan badan.

2) Sanders dan Mr Cormick (1987) mengatakan bahwa waktu

reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang

spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu realsi terpendek

biasanya berkisar antara 150 s / d 200 milidetik.

3) Setyawati (1996) menyatakan bahwa dalam uji waktu realsi,

ternyata stimuli terhadap cahaya lebih segnifikan daripada

stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada

stimuli cahaya.

4) Alat ukur waktu reaksi telah dikembangkan di Indonesia

biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai

stimuli.

c. Uji Hilangnya Kelipatan (Flicker-fusion Test)

Dalam kondisi yang Lelah, kemampuantenaga kerja untuk

melihat kelipatan akan berkurang. Semakin Lelah akan

semakin Panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua

kelipatan.
14

d. Pengukuran Kelelahan Secara Subjektif (Suvjective Feelings Of

Fatigue)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research

Committee (IFRS) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat

untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Berkaitan dengan metode

pengukuran kelelahan subjektif, Sinclair (1992) menjelaskan beberpa

metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode

tersebut antara lain : ranking medhods, rating medhods, quesionnarie

medhods, interviews dan chechlist.

Kelelahan biasanya terjadi hanya bersifat sementara, dan dapat

pulih kembali saat diberikan istirahat dan energi secukupnya. Jika

demikian kondisinya, maka kelelahan demikian merupakan kelelahan

yang ringan. Tetapi untuk kelelahan yang berat, dibutuhkan waktu

yang lama untuk mengadakan pemulihan kembali dan ada kalanya

bahkan diperlukan obat obatan untuk memulihkan kondisi agar dapat

fit kembali.

Pengukuran kelelahan dengan menggunakan kuesioner

kelelahan subjektif dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan

kelelahan indvidu dan kelompok kerja yang cukup banyak atau

kelompok sampel yang mempresentasikan populasi secara

keseluruhan. Jika metode ini hanya dilakukan untuk bebarapa orang


15

pekerja didalam kelompok populasi kerja yang besar, mka hasilnya

tidak akan valid atau reliabel(Cahyani & Pramana, 2022).

Penilaian dengan menggunakan kuesioner kelelahan subjektif

dapat dilakukan dengan berbagai cara ; misalnya dengan

menggunakan dua jawaban sederhana yaitu “YA” (ada kelelahan) dan

“TIDAK” (tidak ada kelelahan). Tetapi lebih utama menggunakan

desain penilaian skoring (misalnya; 4 skala likert). Apabila digunakan

skoring dengan skala likert, maka setiap skor atau nilai haruslah

mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh

responden. Dibawah ini adalah contoh desain penilaian kelelahan

subjektif dengan 4 skala liket, dimana:

 Skor 0 = tidak pernah merasakan

 Skor 1 = kadang-kadang merasakan

 Skor 2 = sering merasakan

 Skor 3 = sering sekali merasakan

2.3 Faktor – Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

2.3.1 Beban kerja

Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja menurut

(Tarwaka, 2019) dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat komplek, baik

factor internal maupun faktor eksternal.


16

a. Beban kerja dipengaruhi faktor eksternal.

Faktor eksternal beban kerja merupakan beban kerja yang berasal dari luar

tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah tugas (task) itu

sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut

sebagai stressor.

a. Tugas-tugas (tasks) yang dilakukan baik yang bersifat fisik seperti,


stasiun kerja, tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi
atau medan kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, alat bantu kerja,
sarana informasi termasuk display dan control, alur kerja, dll.
Sedangkan tugas yang bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan
atau tingkat kesulitan pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi
pekerja, tanggung jawab terhadap pekerja,dll.
b. Organisasi kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja seperti:
lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam,
system pengupahan, system kerja, music kerja, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang,dll.
c. Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada
pekerja adalah
 Lingkungan kerja fisika seperti mikroklimat (suhu udara
ambien, kelembaban udara, kecepatan rambat udara, suhu
radiasi), intensitas penerangan, intensitas kebisingan, vibrasi
mekanis, dan tekanan udara.
 Lingkungan kerja kimiawi seperti: debu, gas-gas pencemar
udara, uap logam, fume dalam udara, dll.
 Lingkungan kerja biologis seperti: pemilihan dan penempatan
tenaga kerja, hubungan antara pekerja dengan pekerja, pekerja
dengan atasan, pekerja dengan keluarga dan pekerja dengan
17

lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja di


tempat kerja.
b. Beban kerja faktor internal

faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai
akibat adanya reaksi dari beban eksternal. Reaksi tersebut dikenal sebagai strain.
Berat ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.
Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan
penilaian subjektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psiologis dan
perubahan perilaku. Karena itu strain secara subjektif berkaitan erat dengan
harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subjektif lainnya. Secara lebih
ringkas faktor internal meliputi

 Faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan,


status gizi)
 Faktor psikis terdiri dari motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan
dan kepuasan (Nabila & Sukarsono, n.d.).

2.3.2 Usia

Usia dapat berpengaruh terhadap kekuatan fisik pekerja, kekuatan fisik


seorang pekerja dapat berubah namun disisi lain kekuatan fisik di samping di
pengaruhi oleh faktor usia juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor latihan,
kematangan mental, dan pengalaman. Rupanya faktor usia berpengaruh terhadap
adanya perasaan kelelahan kerja maupun perubahan waktu reaksi seorang pekerja
(Setyawati, 2017).

Pada usia meningkat yang diikuti dengan proses degenerasi dari organ,
sehingga dalam hal ini kemampuan organ akan menurun, dengan menurunnya
kemampuan organ, maka hal ini akan menyebabkan tenaga kerja akan semakin
mudah mengalami kelelahan (Suma’mur P, 2014)
18

2.3.3 Masa Kerja

Masa kerja merupakan lamanya seseorang bekerja disuatu instansi atau


organisasi yang dihitung sejak pertama kali di tempat tersebut. Dari keseluruhan
keluahan yang dirasakan tenaga kerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun paling
paling banyak mengalami keluhan. Keluhan tersebut berkurang pada tenaga kerja
setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun, keluhan akan meningkat pada tenaga kerja
setelah bekerja pada masa kerja lebih dari 5 tahun (Tarwaka, 2019).

Masa kerja membentuk pengaruh positif bila persepsi melaksanakan tugas


dengan penuhtanggung jawab dan waspada.memberi pengaruh negatif apabila
persepsi yang timbul menyepelekan sebuah tugas tanpa memikirkan peraturan yang
dibuat instusi. Masa kerja biasanya di hitung dengan satuan tahun. Semakin lama ia
bekerja, semakin besar pula kemungkinan untuk menderita penyakit yang dapat
ditimbulkan dari pekerjaannya tersebut.masa kerja seseorang menentukan efisiensi
dan produktifitasnya dan dapat menghindarkan dari kelelahan(Andriani, 2021)

2.3.4 Shift Kerja

Shift kerja adalah pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagai
tambahan kerja pagi dan siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Shift kerja
dapat bersifat permanent atau temporer menurut kebutuhan tempat kerja bersangkutan
yang direkomendasikan oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan yang bahkan
sering sekali tidak beraturan(Setyawati, 2017).

Shift kerja adalah pola waktu kerja yang telah diberikan kepada tenaga kerja
untuk mengerjakan sesuatu dari perusahaan dan dibagi atas kerja pagi, sore, malam.
Proporsi kerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh
investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin – mesin yang mengharuskan
penggunaanya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang
lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja harus bekerja siang dan malam (Suma’mur P,
2014).
19

Faktor-faktor kelelahan yang dapat terjadi menurut (Kuswana, 2019)

a. Waktu kerja.

b. Penjadwalan dan perencanaan ( misalnya , pola daftar , panjang dan waktu shift )

c. Waktu istirahat yang tidak mencukupi .

d . Lamanya waktu terjaga.

e. Waktu pemulihan cukup antara shift

f . Insentif pembayaran yang dapat menyebabkan bekerja shift lagi .

g. Kondisi lingkungan ( misalnya , iklim , cahaya , penemuan , desain workstation )

h . Jenis pekerjaan yang dilakukan ( misalnya , fisik maupun mental menuntut kerja )

i. Tuntutan pekerjaan ditempatkan pada orang ( misalnya , jangka waktu , tenggat

waktu , intensitas ) .

j . Budaya organisasi.

k. Peran seseorang dalam organisasi.

Efek dari kelelahan jangka pendek dan jangka panjang, misalnya seseorang memiliki

 Kesulitan dalam konsentrasi dan mudah terganggu

 Penilaian buruk dan pengambilan keputusan

 Mengurangi kapasitas komunikasi interpersonal yang efektif

 Koordinasi tangan, mata berkunang dan persepsi visual

 Kewaspadaan berkurang

 Waktu reaksi lebih lambat

 Memori berkurang
20

Efek kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit jantung, diabetes, tekanan

darah tinggi, gangguan pencernaan, kesuburan rendah, kecemasan dan

depresi. Pekerja shift dan mantan pekerja shift menunjukkan tanda-tanda lebih

sakit daripada orang pada pekerja sehari tetap. Masalah kesehatan mungkin

muncul setelah sempat shift kerja, atau hanya terlihat beberapa tahun

Pengukuran kelelahan dapat dilakukan melalui berbagai cara sebagai berikut

o Mengukur kecepatan denyut jantung.

o Mengukur kecepatan pernapasan.

o Mengukur tekanan darah.

o Menghitung jumlah kadar oksigen yang dikonsumsi.

o Menghitung perubahan suhu tubuh.

o Perubahan komposisi kimia darah dan urine

o Jumlah karbon oksida terhirup.


21

2.4 Penelitian Terkait

Nama, Tahun Disain Hasil Penelitian


Penelitian
(Ekaningtyas & Kuantitatif Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
wahyu, 2016) diperoleh bahwa usia (p-value=0.793), dan masa
kerja (p-value=0.337) tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan kelelahan kerja, sedangkan
status anemia (p-value=0.012), shift kerja (p-
value=0.021), kualitas tidur (p-value=0.0001),
beban kerja (p-value=0.001), dan iklim kerja panas
(p-value=0.004) memiliki hubungan yang
segnifikan dengan kelelahan kerja. Jam kerja yang
tinggi dan banyaknya beban kerja yang harus
dilakukan membuat waktu untuk bersosialisasi
menjadi berkurang dan terjadi kelelahan kerja.
Pada karyawan shift malam juga rendah
konsentrasi karena jam malam merupakan jam
istirahat. Jumlah karyawan yang hanya 13 tersebut
tidak sebanding dengan beban kerja yang banyak.
Pembagian kelompok pompa tiap shift dirasa
kurang merata, sehingga terjadi ketidakseimbangan
beban kerja antar operator, serta berkaitan dengan
kedisiplinan karyawan dalam hal waktu masuk
kerja dan ketaatan akan standart operasional
prosedur pelayanan yang masih kurang.
(Indah et al., Kuantitatif Kelelahan pada pekerja pelayanan teknik PT. PLN
2021) (persero) Sawangan, sebagian besar mengalami
kelelahan kerja tinggi yaitu sebanyak 82,2%.
Berdasarkan hasil bivariat dapat diketahui bahwa
ada hubungan yang signifikan antara umur (p-
value=0.037), masa kerja (p-value=0.000), waktu
istirahat (p-value=0.000), dengan kelelahan kerja
dan diketahui tidak ada hubungan signifikan antara
shift kerja (p-value=0.469) dan indeks masa kerja
(IMT) (p-value=0.156) dengan kelelahan kerja.
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa semakin
bertambah umur seseorang maka semakin
bertambah pula kelelahannya.
(Wahyuningsih, Kuantitatif Dengan hasil penelitian diketahui bahwa faktor-
2019) faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja
pada pekerja meubel jepara fajar murni adalah
22

masa kerja, beban kerja dan kerja lembur. Hasil uji


spearman correlations menunjukkan bahwa faktor
umur tidak berhubungan dengan kelelahan kerja (p
= 0,064), faktor masa kerja ada hubungan dengan
kelelahan kerja (p= 0,016). Hasil uji chi-square
menunjukkan bahwa ffaktor status gizi tidak
berhubungan dengan kelelahan kerja (p = 0,690),
faktor kerja monoton tidak berhubungan dengan
kelelahan kerja ( p = 1,000), faktor beban kerja ada
hubungan dengan kelelahan kerja (P = 0,000) dan
faktor kerja lemburada hubungan dengan kelelahan
kerja (p = 0,018). Waktu kerja lembur yang
melebihi 8 jam perhari membuat pekerja
mengeluhkan kelelahan dan kurangnya relaksasi di
tengah pekerjaan yang monoton.
(Safira et al., Kuantitatif Terdapat hubungan antara status gizi dan kualitas
2020) tidur dengan kelelahan kerja dan tidak ada
hubungan antara umur dengan lelelahan kerja di
PT. Indonesia power UPJP Priok. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 57,5% pekerja mengalami
kelelahan kategori tinggi. Hasil analisis statistic
menunjukkan status gizi ( p-value = 0,034) dan
kualitas tidur (p-value=0,028) memiliki hubungan
dengan kelelahan kerja sedangkan masa kerja (p-
value=0,299), beban kerja (p-value=0,100) dan usia
(p-value=1,000) tidak memiliki hubungan dengan
kelelahan kerja. Hasil tersebut
memberi gambaran bahwa tidak hanya pekerja
yang berusia tua saja yang mengalami kelelahan
kerja namun pekerja usia muda juga dapat
mengalami kelelahan kategori tinggi.
Penyebabnya karena pekerjaan yang dilakukan
terlalu monoton sehingga menimbulkan rasa
jenuh, dan dapat juga dipengaruhi oleh
lingkungan kerja yang tidak mendukung seperti
cuaca yang panas. Hal tersebut dapat juga
disebabkan karena beban kerja yang diberikan
terlalu berlebih terlihat dari tabel 4, seluruh
pekerja memiliki beban kerja tinggi dan sangat
tinggi.
(Atiqoh et al., Kuantitatif Kelelahan kerja pada pekerja konveksi bagian
2014) penjahitan di CV. Aneka garment gunungpati
23

semarang sebagian besar mengalami kelelahan


kerja tinggi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa
ada hubungan signifikan antara usia, status gizi,
massa kerja, sikap kerja, beban kerja dengan
kelelahan kerja. Adanya pengaruh lamanya masa
kerja pekerja dengan kegiatan penjahitan yang
dilakukan cenderung monoton sehingga akan
mempengaruhi keadaan otot yang bekerja secara
statis. Selain itu, lamanya masa kerja akan
mempengaruhi stamina tubuh pekerja, sehingga
akan menurunkan ketahanan tubuh.
(Safdi Family, Kuantitatif Kelelahan kerja pada pekerja PT. dungo reksa di
2021) minas terdapat hubungan antara kelelahan kerja
dengan beban kerja dan tidak ada hubungan umur,
masa kerja dengan kelelahan kerja di PT. dungo
reksa di minas. Hasil penelitian menunjukkan umur
p value 0,491, beban kerja p value 0,026, masa
kerja p value 0,257. Dari analisis dapat diketahui
bahwa semakin tinggi umur seseorang semakin
tinggi perasaan kelelahan. Umur seseorang
berbanding langsung dengan kapasitas fisik sampai
batas tertentu dan mencapai puncaknya pada umur
25 tahun sedangkan pada umur 50-60 tahun
kekuatan otot menurun 25%, kemampuan sensoris
menurun 60% dengan bertambahnya umur akan di
ikuti penurunan O2 maksimal, tajam
penglihatan dan kecepatan membedakan sesuatu,
membuat keputusan dan kemampuan mengiangat
jangka pendek, maka dari itu pengaruh
umurharus dijadikan pertimbangan dalam
memberikan pekerjaan seseorang.
24

2.5 Kerangka Teori

Bagan 2.1
Kerangka Teori

PENYEBAB KELELAHAN: CARA MENGATASI

1. Aktivitas kerja fisik 1. Sesuai kapasitas kerja fisik


2. Aktivitas kerja mental 2. Sesuai kapasitas kerja mental
3. Stasiun kerja tidak ergonomis 3. Redesain stasiun kerja ergonomis
4. Sikap paksa 4. Sikap kerja alamiah
5. Kerja statis 5. Kerja lebih dinamis
6. Kerja bersifat monotomi 6. Kerja lebih bervariasi
7. Lingkungan kerja ekstrim 7. Redesain lingkungan kerja
8. Beban kerja 8. Reorganisasi kerja
9. Kebutuhan kalori kurang 9. Kebutuhan kalori seimbang
10. Shift Kerja 10. Istirahat setiap 2 jam kerja dengan
11. Umur sedikit kudapan
12. Masa kerja.

RISIKO:
MANAJEMEN RISIKO:
1. Motivasi kerja turun
2. Performansi rendah 1. Tindakan preventif melalui
3. Kualitas kerja rendah pendekatan inovatif dan
4. Banyak terjadi kesalahan partisipatoris
5. Produktivitas kerja rendah 2. Tindakan kuratif
6. Stress akibat kerja 3. Tindakan rehabilitative
7. Penyakit akibat kerja 4. Jaminan masa tua
8. Cedera
9. Terjadi kecelakaan akibat kerja

Sumber : modifikasi (Suma’mur P, 2014), (Tarwaka, 2019)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Disain penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional.

Rancangan penelitian cross sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari

suatu dinamika komparatif antara faktor-faktor resiko dengan efek, dan dengan suatu

pendekatan, observasi ataupun dengan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach), artinya setiap variabel penelitian hanya dipantau satu kali

selama penelitian (Notoatmodjo, 2018).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di PT. PLN ULP Lembayung. Waktu penelitian

akan dilakukan pada tanggal 20 s.d 27 Juli 2022.

3.3 Populasi dam Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan unit (yang telah ditetapkan) dari mana informasi

yang diinginkan(Yusuf, 2017). Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah

tenaga kerja layanan teknik di PT.PLN ULP Lembayung yang berjumlah 34 pekerja.

23
24

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah total populasi, yakni 34 responden.

3.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian sebagaimana bagan di bawah ini:

Bagan 3.1
Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen

Umur

Beban kerja
Kelelahan kerja

Masa kerja

Shft kerja
25

3.5 Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat Skala


No Variabel Cara ukur Hasil ukur
operasional ukur ukur
Variabel Dependen
1 Kelelahan Kondisi Wawancara Kuesioner 1. Tinggi, jika skor Ordinal
Kerja kehilangan (42-70)
efisiensi dan 2. Rendah, jika skor
penurunan (32 – 41)
kapasitas kerja (Tarwaka, 2019)
serta ketahanan
tubuh responden
Variabel Independen
1 Umur Lama hidup Wawancara Kuesioner 1. Tua > 35 tahun Ordinal
responden yang 2. Muda ≤ 35 tahun
dihitung sejak (Tarwaka, 2019)
lahir sampai saat
penelitiann
dilakukan
2 Beban Tugas yang Wawancara Kuisioner 1. Tinggi, jika skor Ordinal
Kerja diberikan ≥ median (36,00)
perusahaan 2. Rendah, jika skor
kepadan kepada jika skor <
karyawannya median (36,00)

3. Shift kerja Waktu bekerja Wawancara Kuesioner 1. Melebihi jam Nominal


dalam satu hari kerja, > 8 jam
yang ada di PT. 2. Sesuai jam kerja,
PLN ULP ≤ 8 jam
Lembayung

4. Masa Lamanya waktu Wawancara Kuesioner 1. lama ≥ 5 tahun Ordinal


kerja bekerja dihitung 2. baru < 5 tahun
sejak mulai (Tarwaka, 2019)
bekerja sampai
penelitian
berlangsung
26

3.6 Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja layanan

teknik di PT.PLN ULP lembayung

2. Ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja layanan

teknik di PT.PLN ULP Lembayung

3. Ada hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja layanan teknik

di PT.PLN ULP Lembayung

4. Ada hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja layanan teknik

di PT.PLN ULP Lembayung.

3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Sumber Data

a. Data Primer

1. Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari

sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan (Sugiyono, 2017).

Data primer didapatkan dari observasi langsung kelapangan dengan

wawancara dan menggunakan kuesioner yang diajukan meliputi :

kelelahan kerja, umur, beban kerja, shift kerja dan masa kerja yang

diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan

menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. Instrumen

yang digunakan mengadopsi dari buku (Tarwaka, 2019) Data mengenai


27

karakteristik individu seperti nama, umur dan masa kerja serta kelelahan

yang dirasakan oleh pekerja diperoleh dari melalui wawancara dengan

mengggunakan kuesioner, shift kerja dari buku (Suma’mur P, 2014) dan

beban kerja dari penelitian (Utami, 2019)

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

(Sugiyono, 2017). Data sekunder yang digunakan dalam penlitian ini adalah

data – data dari PT. PLN ULP Lembayung tahun 2022 serta data yang

diperoleh dari kepustakaan, buku buku yang terkait dengan penelitian ini,

jurnal dan artikel.

3.8 Pengolahan Data

Menurut (Notoatmodjo, 2018) langkah-langkah pengolahan data secara

manual,pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Editing, penyuntingan data dilakukan untuk menghindari kesalahan atau

kemungkinan adanya kuesioner yang belum terisi.

2. Coding, pemberian kode atau scoring pada tiap jawaban untuk memudahkan

entry data.

3. Entry data, data yang telah diberi kode tersebut kemudian dimasukkan dalam

program komputer untuk selanjutnya akan diolah.

4. Cleaning, dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang masuk

sebelum data dianalisis.


28

3.9 Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah dalam kegiatan penelitian yang

sangat menentukan ketepatan dan hasil penelitian(Yusuf, 2017). Analisis data suatu

penelitian, biasanya melalui prosedur bertahap menurut (Notoatmodjo, 2018) antara

lain:

3.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah cara analasis yang mendeskripsikan atau

menggambarkan dating yang telah berkumpul sebagaimana adanya tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada umumnya analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2018).

Analisis yang dilakukan dengan melihat distribusi frekuensi dari masing-masing

kategori variabel (kelelahan kerja, umur, beban kerja, shift kerja, dan masa kerja).

3.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis pada dua variabel, yakni

menghubungkan variabel dependen dengan independen. Analisis bivariat

menggunakan uji chi-square dengan batas kemaknaan α (0,05).

a. Jika p value ≤ α (0,05), berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dan dependen

b. Jika p value > α (0,05), berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara

variabel independen dengan dependen.


29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di

Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di

bidang pabrik gula dan pebrik teh mendirikan pembangkit tenaga lisrik untuk

keperluan sendiri. Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-

perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada pasukan

tentara Jepang di awal Perang Dunia II. Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di

akhir Perang Dunia II pada Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delagasi

Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI Pusat

berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-

perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober 1945,

Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen

Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar

157,5 MW.

Pada tanggal 1 januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-

PLN (Bada Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang

listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat yang

sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai

29
30

pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai

pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 18, status

Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik

Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas

menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan

Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak

dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994 status PLN beralih dari

Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK

dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang.

PT. PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Lembayung merupakan

Unit Induk Wilayah Kabupaten Lahat. Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3)

Lahat, PT. PLN (Persero) Wilayah Cabang Lahat Bertempat di Jln. Kolonel M. Nuh

Lembayung Lahat Sumatera Selatan. Salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang dulunya Perum menjadi Persero, bergerak dalam bidang ketenagalistrikan

dengan fasilitas atau asset yang lengkap untuk menunjang kenyamanan karyawan

dalam melakukan aktifitas rutin yang dilakuka dikantor.

Visi

Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan #1 Pilihan

Pelanggan untuk Solusi Energi.


31

Misi
 Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada

kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.

 Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas

kehidupan masyarakat.

 Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.

 Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

Moto

Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Maksud dan Tujuan Perseroan

Untuk menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan

umum dalam jumlah dan mutu yang memadai serta memupuk keuntungan dan

melaksanakan penugasan Pemerintah di bidang ketenagalistrikan dalam rangka

menunjang pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.


32

4.2 Hasil

4.2.1 Analisis Univariat

4.2.1.1 Kelelahan Kerja

Distribusi frekuensi responden kelelahan kerja pada pekerja layanan tehnik di

PT. PLN ULP Lembayung dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Kelelahan Kerja pada pekerja layanan tehnik
di PT.PLN ULP Lembayung Tahun 2022

No Kelelahan Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 22 64,7

2 Rendah 12 35,3

Total 34 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan dari hasil distribusi frekuensi

kelelahan kerja menunjukkan dari 34 responden dengan kelelahan kerja tinggi

berjumlah 22 (64,7%) responden, lebih banyak dibandingkan dengan responden

kelelahan kerja rendah berjumlah 12 (35,3%) responden.


33

4.2.1.2 Umur

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Umur pada pekerja layanan tehnik di PT.PLN
ULP Lembayung Tahun 2022

No Umur Frekuensi Persentase (%)

1 Tua 18 52,9

2 Muda 16 47,1

Total 34 100.0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas hasil distribusi frekuensi umur menunjukkan

bahwa dari 34 responden yang berusia tua berjumlah 18 (52,9%) responden, lebih

banyak dibandingkan dengan responden berusia muda berjumlah 16 responden

(47,1%) responden.

4.2.1.3 Beban Kerja

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Beban Kerja pada pekerja layanan tehnik di
PT.PLN ULP Lembayung Tahun 2022

No Beban Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Tinggi 19 55,9

2 Rendah 15 44,1

Total 34 100.0
34

Berdasarkan tabel 4.3 diatas hasil distribusi frekuensi beban kerja

menunjukkan dari 34 responden dengan beban kerja tinggi berjumlah 19 (55,9%)

responden, lebih banyak dibandingkan dengan responden beban kerja rendah

berjumlah 15 (44,1%) responden.

4.2.1.4 Shift Kerja

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Shift Kerja pada pekerja layanan tehnik di
PT.PLN ULP Lembayung Tahun 2022

No Shift Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Melebihi jam kerja 19 55,9

2 Sesuai jam kerja 15 44,1

Total 34 100.0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas hasil distribusi frekuensi shift kerja menunjukkan

dari 34 responden yang melebihi jam kerja berjumlah 19 (55,9%) responden, lebih

sedikit dibandingkan dengan responden sesuai jam kerja berjumlah 15 (44,1%)

responden.
35

4.2.1.5 Masa Kerja

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Masa Kerja pada Pekerja Layanan Tehnik di
PT.PLN ULP Lembayung Tahun 2022

No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)

1 Lama 18 52,9

2 Baru 16 47,1

Total 34 100.0

Berdasarkan tabel 4.5 diatas hasil distribusi frekuensi shift kerja menunjukkan

dari 34 responden dengan masa kerja lama berjumlah 18 (52,9%) responden, lebih

banyak dibandingkan dengan responden masa kerja baru berjumlah 16 (47,1%)

responden.
36

4.2.2 Analisis Bivariat

4.2.2.1 Hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja.

Tabel 4.6
Hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Layanan Tehnik
di PT.PLN ULP Lembayung Tahun 2022

Kelelahan Kerja
No Jumlah P
Umur Tinggi Rendah OR (95% CI)
n % n % n % Value

1 Tua 17 94,4 1 5,6 18 100,0


37,400
2 Muda 5 31,3 11 68,8 16 100,0 0,000
(3.837-364.570)
Jumlah 22 64,7 12 35,3 34 100,0

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas menunjukan dari 18 responden yang berusia tua

lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi 17 (94,4%) dibandingkan berusia tua

yang mengalami kelelahan kerja rendah 1 (5,6%). Sedangkan dari 16 responden yang

berusia muda dan mengalami kelelahan kerja tinggi 5 (31,3%) lebih banyak

dibandingkan berusia tua yang mengalami kelelahan kerja rendah 11 (68,8%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,000 < 0,05. Ini berarti ada hubungan umur dengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT.PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR = 37,400, berarti pekerja yang berusia tua mempunyai peluang 37,400 kali untuk

mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja usia muda.


37

4.2.2.2 Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja.

Tabel 4.7
Hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Layanan
Tehnik di PT. PLN ULP Lembayung Tahun 2022

Kelelahan Kerja
No Jumlah P
Beban kerja Tinggi Rendah OR (95% CI)
N % n % n % Value
1 Tinggi 16 84,2 3 15,8 19 100,0
8,000
2 Rendah 6 40,0 9 60,0 15 100,0 0,020
(1.601-39.967)
Jumlah 22 64,7 12 35,3 34 100,0

Berdasarkan Tabel 4.7 diatas menunjukan dari 19 responden dengan beban

kerja tinggi lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi 16 (84,2%) dibandingkan

beban kerja tinggi yang mengalami kelelahan kerja rendah 3 (15,8%). Sedangkan dari

15 responden dengan beban kerja rendah dan mengalami kelelahan kerja tinggi 6

(40,0%) lebih sedikit dibandingkan beban kerja rendah yang mengalami kelelahan

kerja rendah 9 (60,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,020 < 0,05. Ini berarti ada hubungan beban kerjadengan kelelahan kerja pada

pekerja layanan tehnik di PT. PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR = 8,000, berarti pekerja dengan beban kerja tinggi mempunyai peluang

8,000 kali untuk mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja beban kerja

rendah.
38

4.2.2.3 Hubungan antara Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja.

Tabel 4.8
Hubungan antara Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Layanan
Tehnik di PT. PLN ULP Lembayung Tahun 2022

Kelelahan Kerja
No Jumlah P
Shift kerja Tinggi Rendah OR (95% CI)
n % n % n % Value
1 Melebihi 17 89,5 2 10,5 19 100,0
jam kerja 17,000 (2,765-
0,002
2 Sesuai jam 5 33,3 10 66,7 15 100,0 104,540)
kerja
Jumlah 22 64,7 12 35,3 34 100,0

Berdasarkan Tabel 4.8 diatas menunjukan dari 19 responden yang shift kerja

melebihi jam kerja lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi 17 (89,5%)

dibandingkan shift kerja melebihi jam kerja lebih yang mengalami kelelahan kerja

rendah 2 (10,5%). Sedangkan dari 15 responden dengan shift kerja sesuai jam kerja

dan mengalami kelelahan kerja tinggi 5 (33,3%) lebih sedikit dibandingkan shift kerja

sesuai jam kerja yang mengalami kelelahan kerja rendah 10 (66,7%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,002 < 0,05. Ini berarti ada hubungan shift kerjadengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT. PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR = 17,000, berarti pekerja shift kerja melebihi jam kerja lebih mempunyai peluang

17,000 kali untuk mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja shift kerja sesuai

jam kerja.
39

4.2.2.4 Hubungan antara Masa Kerjadengan Kelelahan Kerja.

Tabel 4.9
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja Layanan
Tehnik di PT. PLN ULP Lembayung Tahun 2022

Kelelahan Kerja
No Jumlah P
Masa kerja Tinggi Rendah OR (95%CI)
n % n % n % Value
1 Lama 16 88,9 2 11,1 18 100,0
13,333
2 Baru 6 37,5 10 62,5 16 100,0 0,006
(2.238-79.438)
Jumlah 22 64,7 12 35,3 34 100,0
Sumber : Penelitian Sari (2022)

Berdasarkan Tabel 4.9 diatas menunjukan dari 18 responden yang masa kerja

lama lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi 16 (88,9%) dibandingkan masa

kerja lama yang mengalami kelelahan kerja rendah 2 (11,1%). Sedangkan dari 16

responden dengan masa kerja baru dan mengalami kelelahan kerja tinggi 6 (37,5%)

lebih sedikit dibandingkan masa kerja baru yang mengalami kelelahan kerja rendah

10 (62,5%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,006 < 0,05. Ini berarti ada hubungan masa kerjadengan kelelahan kerja pada

pekerja layanan tehnik di PT. PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR = 13,333, berarti pekerja dengan masa kerja lama mempunyai peluang

13,333 kali untuk mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja masa kerja baru.
40

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hasil analisis hubungan antara Umur dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dari 18 responden yang berusia tua lebih banyak

mengalami kelelahan kerja tinggi 17 (94,4%) dibandingkan berusia tua yang

mengalami kelelahan kerja rendah 1 (5,6%). Sedangkan dari 16 responden yang

berusia muda dan mengalami kelelahan kerja tinggi 5 (31,3%) lebih banyak

dibandingkan berusia tua yang mengalami kelelahan kerja rendah 11 (68,8%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p = 0,000 <

0,05. Ini berarti ada hubungan umur dengan kelelahan kerja pada pekerja layanan

tehnik di PT.PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

37,400, berarti pekerja yang berusia tua mempunyai peluang 37,400 kali untuk

mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja usia muda.

Usia dapat berpengaruh terhadap kekuatan fisik pekerja, kekuatan fisik seorang

pekerja dapat berubah namun disisi lain kekuatan fisik di samping di pengaruhi oleh

faktor usia juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor latihan, kematangan mental,

dan pengalaman. Rupanya faktor usia berpengaruh terhadap adanya perasaan

kelelahan kerja maupun perubahan waktu reaksi seorang pekerja (Setyawati, 2017).

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ekaningtyas

& wahyu, 2016), hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

usia dengan kelelahan kerja dengan nilai ρ = 0,793, bahwa pada responden berusia

muda malah banyak yang mengalami kelelahan dikarenakan jam kerja yang lebih dari

8 jam membuat responden mudah mengalami kelelahan daripada responden yang tua.
41

Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Indah et al., 2021) ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan kelelahan kerja (p = 0.037). Dari hasil ini dapat

diketahui bahwa semakin bertambah umur seseorang maka semakin bertambah pula

kelelahannya.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa

semakin bertambah usia seseorang maka kekuatan otot akan berkurang, sehingga

membuat seseorang untuk lebih mudah mengalami kelelahan kerja. Ditambah dengan

lingkungan kerja yang panas dan diruang terbuka dan bahkan ada yang berada di

ketinggian membuat beban kerja yang diterima lebih terasa berat bagi pekerja berusia

tua.

4.3.2 Hasil analisis hubungan antara Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden dengan beban kerja tinggi lebih

banyak mengalami kelelahan kerja tinggi 16 (84,2%) dibandingkan beban kerja tinggi

yang mengalami kelelahan kerja rendah 3 (15,8%). Sedangkan dari 15 responden

dengan beban kerja rendah dan mengalami kelelahan kerja tinggi 6 (40,0%) lebih

sedikit dibandingkan beban kerja rendah yang mengalami kelelahan kerja rendah 9

(60,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p = 0,020 <

0,05. Ini berarti ada hubungan beban kerjadengan kelelahan kerja pada pekerja

layanan tehnik di PT. PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR = 8,000, berarti pekerja dengan beban kerja tinggi mempunyai peluang 8,000

kali untuk mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja beban kerja rendah.
42

Secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja menurut

(Tarwaka, 2019) dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat komplek, baik factor

internal maupun faktor eksternal. Faktor eksternal beban kerja merupakan beban kerja

yang berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah

tugas (task) itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. faktor internal adalah faktor

yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban

eksternal. Reaksi tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dinilai

baik secara objektif maupun subjektif.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wahyuningsih,

2019) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan

kelelahan kerja dengan nilai ρ = 0,000, responden kebanyakan melakukan kerja

lembur dikarenakan banyaknya pesanan apalagi menjelang hari besar, sehingga

mengharuskan pekerja untuk lembur menyelesaikan pesanan yang banyak, membuat

pekerja mudah mengalami kelelahan dikarenakan waktu istirahat yang semakin

berkurang.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa

dimana responden yang bekerja merupakan karyawan kontrak dan biasanya

mengerjakan pekerjaan di ketinggian dengan cuaca yang panas sehingga menguras

cukup banyak tenaga. Dan juga membutuhkan ketelitian tinggi dan waktu pengerjaan

yang lama membuat responden mudah untuk mengalami kelelahan kerja.


43

4.3.3 Hasil analisis hubungan antara Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dari 19 responden yang shift kerja melebihi jam

kerja lebih banyak mengalami kelelahan kerja tinggi 17 (89,5%) dibandingkan shift

kerja melebihi jam kerja lebih yang mengalami kelelahan kerja rendah 2 (10,5%).

Sedangkan dari 15 responden dengan shift kerja sesuai jam kerja dan mengalami

kelelahan kerja tinggi 5 (33,3%) lebih sedikit dibandingkan shift kerja sesuai jam

kerja yang mengalami kelelahan kerja rendah 10 (66,7%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p = 0,002 <

0,05. Ini berarti ada hubungan shift kerjadengan kelelahan kerja pada pekerja layanan

tehnik di PT. PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

17,000, berarti pekerja shift kerja melebihi jam kerja lebih mempunyai peluang

17,000 kali untuk mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja shift kerja sesuai

jam kerja.

Shift kerja adalah pola waktu kerja yang telah diberikan kepada tenaga kerja

untuk mengerjakan sesuatu dari perusahaan dan dibagi atas kerja pagi, sore, malam.

Proporsi kerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh

investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin – mesin yang mengharuskan

penggunaanya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang

lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja harus bekerja siang dan malam (Suma’mur P,

2014).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ekaningtyas &

wahyu, 2016), hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
44

shift kerja dengan kelelahan kerja dengan nilai ρ = 0,021, Pada karyawan shift malam

juga rendah konsentrasi karena jam malam merupakan jam istirahat. Jumlah

karyawan yang hanya 13 tersebut tidak sebanding dengan beban kerja yang banyak.

Pembagian kelompok pompa tiap shift dirasa kurang merata, sehingga terjadi

ketidakseimbangan beban kerja antar pekerja layanan tehnik, serta berkaitan dengan

kedisiplinan karyawan dalam hal waktu masuk kerja dan ketaatan akan standart

operasional prosedur pelayanan yang masih kurang.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa

dengan adanya shift kerja di layanan tehnik dengan SDM yang kurang karyawan

mengeluh kelelahan kerja dengan jumlah desa yang banyak di daerah tersebut.

4.3.4 Hasil analisis hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian dari 18 responden yang masa kerja lama lebih

banyak mengalami kelelahan kerja tinggi 16 (88,9%) dibandingkan masa kerja lama

yang mengalami kelelahan kerja rendah 2 (11,1%). Sedangkan dari 16 responden

dengan masa kerja baru dan mengalami kelelahan kerja tinggi 6 (37,5%) lebih sedikit

dibandingkan masa kerja baru yang mengalami kelelahan kerja rendah 10 (62,5%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan p value =

0,006 < 0,05. Ini berarti ada hubungan masa kerjadengan kelelahan kerja pada

pekerja layanan tehnik di PT. PLN ULP Lembayung. Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR = 13,333, berarti pekerja dengan masa kerja lama mempunyai peluang

13,333 kali untuk mengalami kelelahan kerja dibandingkan pekerja masa kerja baru.
45

Masa kerja merupakan lamanya seseorang bekerja disuatu instansi atau

organisasi yang dihitung sejak pertama kali di tempat tersebut. Dari keseluruhan

keluahan yang dirasakan tenaga kerja dengan masa kerja kurang dari 1 tahun paling

paling banyak mengalami keluhan. Keluhan tersebut berkurang pada tenaga kerja

setelah bekerja selama 1-5 tahun. Namun, keluhan akan meningkat pada tenaga kerja

setelah bekerja pada masa kerja lebih dari 5 tahun (Tarwaka, 2019).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Indah et al., 2021)

dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja

dengan kelelahan kerjadengan nilai ρ = 0,000. Banyak responden yang sudah lama

bekerja lebih dari 5 tahun, kebanyakan pekerja sudah berusia tua yang dapat

meningkatkan risiko kelelahan kerja.

Menurut hasil penelitian, teori dan penelitian terkait peneliti berasumsi bahwa

masa kerja yang lebih dari 5 tahun membuat pekerja sudah melakukan pekerjaan

yang berulang dalam waktu yang cukup lama, ditambah pastinya pekerja yang sudah

lama memiliki umur yang sudah tua menjadi faktor pemicu untuk terjadi kelelahan

dimana pastinya kekuatan otot responden sudah mulai berkurang tidak seperti waktu

muda dulu.
46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1. Distribusi frekuensi responden kelelahan kerja tinggi berjumlah 22 responden

(64,7%), berusia tua berjumlah 18 responden (52,9%), beban kerja tinggi

berjumlah 19 responden (55,9%), shift kerja sesuai jam kerja berjumlah 20

responden (58,8%), dan masa kerja lama berjumlah 18 responden (52,9%).

5.1.2. Ada hubungan umur dengan kelelahan kerja. Hasil uji statistik didapatkan p

value = 0,000 dan nilai OR = 37,400.

5.1.3. Ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja. Hasil uji statistik

didapatkan p value = 0,020 dan nilai OR = 8,000.

5.1.4. Ada hubungan shift kerja dengan kelelahan kerja. Hasil uji statistik

didapatkan p value = 0,002 dan nilai OR = 17,000.

5.1.5. Ada hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja. Hasil uji statistik

didapatkan p value = 0,006 dan nilai OR = 13,333.

46
47

5.2 Saran

Berdasarkan hasil pembahasan maka beberapa saran dapat dikemukakan

sebagai berikut :

1.2.1 Bagi PT. PLN ULP Lembayung

Kepada pihak PT. PLN ULP Lembayung diharapkan untuk dapat memberikan

edukasi kepada pekerja bagaimana melakukan gerakan peregangan atau

pemanasan pada otot bisa di bagian bahu, lengan atas, dan kaki untuk

mengurangi kelelahan kerja.

1.2.2 Bagi STIK Bina Husada Palembang

Kepada institusi pendidikan dapat melengkapi referensi buku-buku dan di

perpustakaan buku online mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dengan

tahun terbaru guna menunjang penelitian mahasiswa dalam menyelesaikan

penelitian.

1.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang berhubungan dengan

hazard fisik karena beresiko dan lokasi penelitian yang lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A. eka. (2021). faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan pada
pekerja pembangunan jembatan plosi jombang. 3(March), 6.
Atiqoh, J., Wahyuni, I., & Lestantyo, D. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan Di Cv.
Aneka Garment Gunungpati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro, 2(2), 119–126.
Binwasnaker. (2012). Kelelahan Akibat Pekerjaan. Erlangga.
Cahyani, M. T., & Pramana, A. N. (2022). Analisis Pengaruh Paparan Karbon
Monoksida Terhadap Kelelahan Pada Pekerja Pengasapan Ikan di Kampung
Ikan Asap Penatarsewu Kabupaten Sidoarjo. 3(1), 20–29.
Ekaningtyas, & wahyu, S. (2016). Pengaruh Sistem Shift Kerja Terhadap Stres Kerja
Karyawan Bagian Operator Di SPBU Baratan Jember. In Psikologi.
Gaol, M. J. L., Camelia, A., & Rahmiwati, A. (2018). ANALISIS FAKTOR RISIKO
KELELAHAN KERJA PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT.
ARWANA ANUGRAH KERAMIK, Tbk. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat,
9(1), 53–63. https://doi.org/10.26553/jikm.2018.9.1.53-63
Hasibuan, M. (2003). Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas.
Bumi Aksara.
Indah, F. P. S., Maelaningsih, F. S., & Febriyanti, N. (2021). Analisis Determinan
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Pt. Pln Sawangan (Bagian Pelayanan Teknik).
Edu Dharma Journal: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 5(1),
107. https://doi.org/10.52031/edj.v5i1.99
Kuswana, W. S. (2019). ERGONOMI Dan K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) (P.
Latifah (ed.)). Remaja Rosdakarya.
Mahawati., et al. (2021). Analisis Beban Kerja dan Produktivitas Kerja - Eni
Mahawati, Ika Yuniwati, Rolyana Ferinia, Puspita Puji Rahayu, Tiara Fani,
Anggri Puspita Sari, Retno Astuti Setijaningsih, Qurnia Fitriyatinur, Ayudia
Popy Sesilia, Isti Mayasari, Idah Kusuma Dewi, Syamsu. 1–188.
https://books.google.co.id/books?id=a-
0UEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=beban+kerja+adalah&hl=id&sa=X&
ved=2ahUKEwjPs5yy4-
HuAhXClEsFHVUiCskQ6AEwA3oECAAQAg#v=onepage&q=beban kerja
adalah&f=false
Nabila, N. S., & Sukarsono, B. P. (n.d.). ANALISIS KELELAHAN KERJA PADA
PEKERJA PENGOLAHAN MENGGUNAKAN SUBJUCTIVE SELF RATING
TEST ( SSRT ) ( STUDI KASUS : PERUSAHAAN MINYAK XYZ ).
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. rineka cipta.
Safdi Family, S. R. (2021). Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Kerja Pada
Pekerja Pt. Dungo Reksa Di Minas. Jurnal Pengabdian Kesehatan Komunitas,
1(1), 32–37. https://doi.org/10.25311/jpkk.vol1.iss1.716
Safira, E. D., Pulungan, R. M., & Arbitera, C. (2020). Kelelahan Kerja pada Pekerja
di PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan (UPJP)
Priok. Jurnal Kesehatan, 11(2), 265. https://doi.org/10.26630/jk.v11i2.2134
Setyawati, L. (2017). Selintas Tentang Kelelahan Kerja (K. R. Utara (ed.)). Badan
Penerbit Amara Books Puri Arsita A-6 Jl.
Subri. (2003). Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri. PT.
Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. (2017). METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF Dan,
R&D. ALFABETA,CV.
Suma’mur P, Ms. (2014). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes).
Tarwaka. (2019). Ergonomi Industri. Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Harapan Press.
Utami, T. S. (2019). Pengaruh Stres Kerja dan Beban Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Pada PT. Bank Sumut Kantor Cabang Koordinator Medan. Nasional.
Wahyuningsih, S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya
Kelelahan Kerja Pada Pekerja Meubel Jepara Fajar Murni Di Kota Rantauprapat
Tahun 2017. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara 2019 Universitas.
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/24330
World Health Organization. (2020). Oral health : achieving better oral health as part
of the universal health coverage and noncommunicable disease agendas
towards 2030. December, 1–6.
Wulan Rilam Sari. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja
pada Pekerja bagian Penyadap Karet di PT.Perkebunan Nusantara Riau. Journal
of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Yusuf, M. (2017). Metode penelitian kuantitatif,kualitatif dan penelitian gabungan.
KENCANA.
LAMPIRAN
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Selamat pagi/siang/sore/malam, Assalammu’alaikum Wr Wb,

Perkenalkan nama saya Permata Sari. Saya merupakan salah satu mahasiswi
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIK Bina Husada Palembang. Saat ini saya
akan melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kelelahan kerja pada pekerja layanan teknik di PT PLN ULP
Lembayung tahun 2022”. Untuk itu saya mohon kesediaan waktu dari bapak/ibu
untuk dilakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah saya susun.
Tidak ada yang salah maupun benar dalam jawaban yang bapak/ibu berikan. Semua
informasi dari bapak/ibu akan saya jaga kerahasiaannya dan dibutuhkan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Jika bapak/ibu bersedia untuk ikut
serta dalam penelitian ini, mohon dapat menandatangani pada tempat yang telah
disediakan sebagai dokumentasi penelitian ini. Atas kesediaan Bapak/ibu, saya
ucapkan terimakasih.

Responden, Peneliti,

Permata Sari
__________________ NPM. 18132011010
( )
KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELELAHAN


KERJA PADA LAYANAN TEHNIK DI PT PLN ULP LEMBAYUNNG
TAHUN 2022

A. Identitas Responden

Nomor urut kuesioner :

Nama :

Umur : _______ tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan*)

Lama Kerja : _______ Jam/Hari

Masa Kerja : _______ Tahun

Shift Kerja : Pagi / Sore / Malam*)

Ctt: *)Coret yang tidak sesuai


B. Kriteria Penilaian

Tanda centang (√) diberikan pada kolom yang sesuai dengan persepsi
responden mengenai pernyataan tersebut. Penilaian menggunakan skala likert, sbb:
Skor 0 = tidak pernah merasakan
Skor 1 = kadang-kadang merasakan
Skor 2 = sering merasakan
Skor 3 = sering sekali merasakan

Total Skor Individu Tingkat Kategori Tindakan Perbaikan


Belum diperlukan adanya
0-21 0 Rendah
tindakan perbaikan
Mungkin diperlukan tindakan
22-44 1 Sedang
dikemudian hari
45-67 2 Tinggi Diperlukan tindakan segera
Diperlukan tindakan menyeluruh
68-90 3 Sangat tinggi
sesegera mungkin

C. KELELAHAN KERJA

Skoring
No. Daftar Pertanyaan
0 1 2 3
1. Apakah saudara ada perasaan berat di kepala?
2. Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan?
3. Apakah saudara merasa berat di kaki?
4. Apakah saudara sering menguap pada saat bekerja?
5. Apakah pikiran saudara kacau pada saat bekerja?
6. Apakah saudara merasa mengantuk?
7. Apakah saudara merasa ada beban pada bagian mata?
8. Apakah gerakan saudara terasa canggung dan kaku?
9. Apakah saudara merasakan pada saat berdiri tidak stabil?
10. Apakah saudara merasa ingin berbaring?
11. Apakah saudara merasa susah berfikir?
12. Apakah saudara merasa malas untuk berbicara?
13. Apakah saudara merasa gugup?
14. Apakah saudara merasa tidak dapat berkonsentrasi?
15. Apakah saudara merasa sulit memusatkan perhatian?
16. Apakah saudara merasa mudah melupakan sesuatu?
17. Apakah saudara merasakan kepercayaan diri berkurang?
18. Apakah saudara merasa cemas?
19. Apakah saudara merasa sulit untuk mengontrol sikap?
20. Apakah saudara merasa tidak tekun dalam pekerjaan?
Skoring
No. Daftar Pertanyaan
0 1 2 3
21. Apakah saudara merasakan sakit di bagian kepala?
22. Apakah saudara merasakan kaku dibagian bahu?
23. Apakah saudara merasakan nyeri dibagian punggung?
24. Apakah saudara merasa sesak nafas?
25. Apakah saudara merasa haus?
26. Apakah suara saudara terasa serak?
27. Apakah saudara merasa pening?
Apakah saudara merasa ada yang mengganjal di kelopak
28.
mata?
29. Apakah anggota badan saudara terasa gemetar?
30. Apakah saudara merasa kurang sehat?
Jumlah skor pada masing-masing kolom
Total skor kelelahan individu
Sumber : (Tarwaka, 2019)

D. BEBAN KERJA

Keterangan
STS : Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju

Pernyataan Skoring
No STS TS S SS
Kondisi pekerjaan
1 Pegawai diberikan banyak pekerjaan setiap hari yang harus
segera di selelsaikan
2 Pegawai mampu menyelesaikan pekerjaan dengan tingkat
kesulitan yang tinggi
3 Pegawai menerima pekerjaan yang sesuai dengan
kompetensinya
Penggunaan Waktu Kerja
4 Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan pekerjaan sudah
sesuai dengan tingkat kinerja pegawai
5 Pegawai mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
waktu yang ditentukan
Waktu jam kerja selalu digunakan pegawai semaksimal
6 mungkin untuk menyelesaikan pekerjaan
7 Pegai sering melakukan koordinasi dengan rekan kerja agar
lebih cepat dalam menyelesaikan pekerjaan
Target yang harus dicapai
8 Pegawai diberikan target kerja yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu yang sudah ditentukan
9 Target kerja yang diberikan sudah sesuai dengan jabatan
yang diduduki pegawai
Pernyataan
Kondisi pekerjaan
10 Pegawai dapat menyelesaikan pekerjaan lebih dari yang
ditargetkan
Sumber : (Utami, 2019)
MASTER DATA

kelelahan beban shift masa


no umur
kerja kerja kerja kerja
1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
4 1 1 1 1 1
5 1 1 1 1 1
6 2 2 2 2 2
7 1 1 1 1 1
8 2 2 2 2 2
9 2 2 2 2 2
10 1 1 1 1 1
11 1 1 1 1 1
12 1 1 1 1 1
13 1 2 2 2 2
14 1 1 1 1 1
15 1 1 1 1 1
16 2 2 2 2 2
17 2 2 1 2 2
18 2 2 1 1 1
19 1 1 2 2 2
20 2 2 1 1 1
21 2 1 2 2 2
22 2 2 2 2 2
23 1 1 1 1 1
24 1 2 2 2 2
25 2 2 2 2 2
26 1 1 1 1 1
27 1 1 1 2 1
28 1 1 1 1 1
29 1 2 2 1 2
30 1 1 1 1 1
31 2 2 2 2 2
32 2 2 2 2 2
33 1 2 2 2 2
34 1 2 2 1 2
UJI NORMALITAS

Explore

Notes
Output Created 11-Aug-2022 18:20:33
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 34
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values for
dependent variables are treated as
missing.
Cases Used Statistics are based on cases with no
missing values for any dependent
variable or factor used.
Syntax EXAMINE VARIABLES=beban_kerja
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF
NPPLOT
/COMPARE GROUP
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.

Resources Processor Time 0:00:00.766


Elapsed Time 0:00:00.856

[DataSet0]

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Beban Kerja 34 100.0% 0 .0% 34 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Beban Kerja Mean 35.09 .607
95% Confidence Interval for Lower Bound 33.85
Mean Upper Bound 36.32
5% Trimmed Mean 35.13
Median 36.00
Variance 12.507
Std. Deviation 3.537
Minimum 29
Maximum 40
Range 11
Interquartile Range 7
Skewness -.353 .403
Kurtosis -1.140 .788

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Beban Kerja .190 34 .003 .903 34 .006
a. Lilliefors Significance Correction
UJI UNIVARIAT
Frequencies
Statistics
Kelelahan Kerja Umur Beban Kerja Shift Kerja Masa Kerja
N Valid 34 34 34 34 34
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Kelelahan Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 22 64.7 64.7 64.7
Rendah 12 35.3 35.3 100.0
Total 34 100.0 100.0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tua 18 52.9 52.9 52.9
Muda 16 47.1 47.1 100.0
Total 34 100.0 100.0
Beban Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 19 55.9 55.9 55.9
Rendah 15 44.1 44.1 100.0
Total 34 100.0 100.0
Shift Kerja

Shift Kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid melebihi jam 19 55.9 55.9 55.9
kerja
sesuai jam kerja 15 44.1 44.1 100.0
Total 34 100.0 100.0

Masa Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lama 18 52.9 52.9 52.9
Baru 16 47.1 47.1 100.0
Kelelahan Kerja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tinggi 22 64.7 64.7 64.7
Rendah 12 35.3 35.3 100.0
Total 34 100.0 100.0
Histogram
UJI BIVARIAT
Crosstabs

Umur * Kelelahan Kerja

Crosstab
Kelelahan Kerja
Tinggi Rendah Total
Umur Tua Count 17 1 18
% within Umur 94.4% 5.6% 100.0%
Muda Count 5 11 16
% within Umur 31.3% 68.8% 100.0%
Total Count 22 12 34
% within Umur 64.7% 35.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 14.812a 1 .000
b
Continuity Correction 12.174 1 .000
Likelihood Ratio 16.550 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.377 1 .000
N of Valid Cases 34
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.65.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Umur (Tua / 37.400 3.837 364.570
Muda)
For cohort Kelelahan Kerja = 3.022 1.449 6.305
Tinggi
For cohort Kelelahan Kerja = .081 .012 .559
Rendah
N of Valid Cases 34
Beban Kerja * Kelelahan Kerja

Crosstab
Kelelahan Kerja
Tinggi Rendah Total
Beban Kerja Tinggi Count 16 3 19
% within Beban Kerja 84.2% 15.8% 100.0%
Rendah Count 6 9 15
% within Beban Kerja 40.0% 60.0% 100.0%
Total Count 22 12 34
% within Beban Kerja 64.7% 35.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 7.174a 1 .007
b
Continuity Correction 5.369 1 .020
Likelihood Ratio 7.384 1 .007
Fisher's Exact Test .012 .010
Linear-by-Linear Association 6.963 1 .008
N of Valid Cases 34
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.29.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Beban Kerja 8.000 1.601 39.967
(Tinggi / Rendah)
For cohort Kelelahan Kerja = 2.105 1.099 4.031
Tinggi
For cohort Kelelahan Kerja = .263 .086 .805
Rendah
N of Valid Cases 34
Shift Kerja * Kelelahan Kerja

Crosstab
Kelelahan Kerja
Tinggi Rendah Total
Shift Kerja melebihi jam kerja Count 17 2 19
% within Shift Kerja 89.5% 10.5% 100.0%
sesuai jam kerja Count 5 10 15
% within Shift Kerja 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 22 12 34
% within Shift Kerja 64.7% 35.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 11.568a 1 .001
b
Continuity Correction 9.241 1 .002
Likelihood Ratio 12.267 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.228 1 .001
N of Valid Cases 34
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.29.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Shift Kerja 17.000 2.765 104.540
(melebihi jam kerja / sesuai
jam kerja)
For cohort Kelelahan Kerja = 2.684 1.291 5.582
Tinggi
For cohort Kelelahan Kerja = .158 .041 .615
Rendah
N of Valid Cases 34
Masa Kerja * Kelelahan Kerja

Crosstab
Kelelahan Kerja
Tinggi Rendah Total
Masa Kerja Lama Count 16 2 18
% within Masa Kerja 88.9% 11.1% 100.0%
Baru Count 6 10 16
% within Masa Kerja 37.5% 62.5% 100.0%
Total Count 22 12 34
% within Masa Kerja 64.7% 35.3% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 9.795a 1 .002
b
Continuity Correction 7.674 1 .006
Likelihood Ratio 10.421 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.507 1 .002
N of Valid Cases 34
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.65.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Masa Kerja 13.333 2.238 79.438
(Lama / Baru)
For cohort Kelelahan Kerja = 2.370 1.233 4.556
Tinggi
For cohort Kelelahan Kerja = .178 .046 .693
Rendah
N of Valid Cases 34
Surat Selesai Penelitian
WAWANCARA DAN PENYEBARAN KUISIONER
Brifing Bersama Karyawan Ulp Lembayung
Wawancara Dengan Manager

Anda mungkin juga menyukai