1. Pendahuluan
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan
fisiologik dan anatomik pada berbagai sistem organ yang berhubungan
dengan kehamilan akibat terjadi perubahan hormonal di dalam tubuhnya.
Perubahan yang terjadi dapat mencakup sistem gastrointestinal, respirasi,
kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf. Perubahan yang terjadi
pada satu sistem dapat saling memberi pengaruh pada sistem lainnya dan
dalam menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan
perubahan yang terjadi pada masing-masing sistem. Perubahan ini terjadi
akibat kebutuhan metabolik yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan
Rahim (Anwar TB; 2015).
Penyakit jantung masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian nonobstetrik yang tinggi pada kehamilan/persalinan, dapat terjadi
pada 0,4-4% dari kehamilan. Dilaporkan angka rata-rata mortalitas wanita
hamil dengan klasifikasi New York Heart Association kelas I dan II sebesar
0,4 hingga 6,8 % dan lebih tinggi lagi pada penderita yang tingkat
keparahannya kelas III dan IV. Dilaporkan bahwa penyakit jantung
merupakan penyebab kematian sebesar 5,6 % dari 1459 kehamilan di
Amerika Serikat sejak tahun 1987 hingga 1990. Hal itu disebabkan oleh
peningkatan beban hemodinamik pada saat hamil, bersalin dan melahirkan
yang dapat meperburuk gejala dan mencetuskan berbagai macam komplikasi
pada wanita yang sebelumnya sudah menderita penyakit jantung (Boestan IN;
2018)
Deteksi dini serta follow up yang teliti serta penatalaksanaan yang agresif
sangat membantu untuk menurunkan angka mortalitas bagi wanita yang hamil
dengan penyakit jantung. Dibutuhkan pengetahuan tentang perubahan
fisiologis pada system kardiovaskuler selama kehamilan dan puerpurium,
gejala dan tanda yang menyerupai penyakit jantung pada kehamilan yang
normal, efek dari perubahan fisiologis pada kehamilan pada kelainan
kardiovaskuler, dan diagnosis serta penatalaksanaan pada penyakit
kardiovaskuler yang sudah ada
2. Definisi
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena
kehamilan dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Dan
penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu
penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada kehamilan atau
persalinan. Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4
golongan. Klasifikasi fungsional yang diajukan oleh New York Heart
Association adalah:1,2,3,4
Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan fisik).
Klas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat (bila
melakukan aktifitas fisik maka terasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak
nafas atau terjadi angina pektoris).
Klas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit saja
merasa lelah, sesak nafas, jantung berdebar).
Klas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan (memperlihatkan
gejala-gejala dekompensasio walaupun dalam istirahat).
Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus atau
kematian intrauterin karena oksigenasi janin terganggu.
Dengan kehamilan pekerjaan jantung menjadi sangat berat sehingga klas I
dan II dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III atau IV.
3. Etiologi
Penyebab dari penyakit jantung sendiri dibagi menjadi dua :
a. Kelainan Primer Kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk
kelainan katub, iskemik dan cardiomiopati. Jadi kelainan primer ini sendiri
lebih lebih disebabkan karena kelainan pada fisiologi jantungnya.
b. Kelainan Sekunder Kelainan sekunder berupa penyakut lain, seperti
hipertensi, anemia berat, hipervolumia, perbesaran rahim, dan masih
banyak lagi lainnya. Kelainan sekunder ini sendiri lebih lebih disebabkan
oleh penyakit – penyakit lain.
1) Penyakit Jantung Akibat Demam Reumatik Sebagian besar penyakit
jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam rematik. Diagnosis
demam rematik pada kehamilan sering sulit, bila berpatokan pada
criteria Jones sebagai dasar untuk diagnosis demam rematik aktif.
Manifestasi yang terbanyak adalah poliartritis migrant serta karditis.
Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam rematik
adalah nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh
yang memikul beban yang lebih besar sehubungan dengan 5
kehamilannya serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah leukosit.
Bila terjadi demam rematik pada kehamilan, maka prognosisnya akan
buruk. Adanya aktivitas demam rematik dapat diduga bila terdapat :
a) Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya
b) Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi
c) Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun
tempatnya.
2) Penyakit Jantung Kongenital Biasanya kelainan jantung bawaan oleh
penderita sebelum kehamilan, akan tetapi kadang-kadang dikenal oleh
dokter pada pemeriksaan fisik waktu hamil. Dalam usia reproduksi
dapat dijumpai koarktatio aortae, duktus arteriosus Botalli persistens,
defek septum serambi dan bilik, serta stenosis pulmonalis. Penderita
tetralogi Fallot biasanya tidak sampai mencapai usia dewasa kecuali
apabila penyakit jantungnya dioperasi. Pada umunya penderita kelainan
jantung bawaan tidak mengalami kesulitan dalam kehamilan asal
penderita tidak sianosis dan tidak menunjukkan gejala-gejala lain di
luar kehamilan. Penyakit jantung bawaan dibagi atas :
a) Golongan sianotik (right to left shunt)
b) Golongan asianotik (left to right shunt)
c) Penyakit jantung hiperten Penyakit jantung hipertensi sering
dijumpai pada kehamilan, terutama pada golongan usia lanjut dan
sulit diatasi. Apapun dasar penyakit ini, hipertensi esensial, penyakit
ginjal atau koaktasio aorta, kehamilan akan mendapat komplikasi
toksemia pada 1/3 jumlah kasus disertai mortalitas yang tinggi pada
ibu maupun janin. Tujuan utama pengobatan penyakit jantung
hipertensi adalah mencegah terjadinya gagal jantung. Pengobatan
ditujukan kepada penurunan tekanan darah dan control terhadap
cairan dan elektrolit. 6 Perubahan tersebut disebabkan oleh :
1. Hipervolemia: dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai
puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap
2. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran
rahim. Dalam kehamilan :
Denyut jantung dan nadi: meningkat
Pukulan jantung meningkat
Tekanan darah menurun sedikit.
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar
penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung
(dekompensasi kordis). Frekuensi penyakit jantung dalam
kehamilan berkisar antara 1-4%.
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung, saat-saat yang
berbahaya bagi penderita adalah :
Pada kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah
mencapai puncaknya (hipervolumia).
Pada kala II, dimana wanita mengerahkan tenaga untuk
mengedan dan memerlukan kerja jantung yang berat.
Pada Pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervilus
plasenta yang sudah lahir, sekarang masuk ke dalam sirkulasi
darah ibu.
Pada masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi
4. Manifestasi klinis
Beberapa tanda dan gejala pada ibu hamil yang memiliki penyakit
jantungselama kehamilan meliputi adanya nyeri dada terkait aktivitas dan
emosi ibu, sesaknafas berat baik itu saat istirahat maupun terjadi di
malam hari, dan sinko (kehilangan kesadaran karena kekurangan suplai
oksigen di otak). Akibat beberapagejala tersebut, ibu akan cepat merasa lelah
dan susah beraktivitas. (Sinclair, 2010)
Sedangkan tanda dan gejala yang dapat ditemukan selama pemeriksaan
fisikdapat berupa murmur, baik itu sistolik maupun diastolic, sianosis,
terdapat distensivena jugular, pembesaran hati sehingga menimbulkan nyeri
tekan, pembesaran jantung, denyut jantung terlalu cepat, denyut jantung tidak
seperti biasanya baik ituterlalu cepat maupun terlalu lambat (palpitasi) dan
edema perifer pada bagian tubuh,khususnya di ekstremitas tubuh. (Manuaba,
2018)
5. Patofisiologi
Pada usia kehamilan< 32 minggu perubahan kardiovaskuler akan
terjadi pada ibu hamil dan disertai perubahan hormone ektrogen dan
progesterone akan mengakibatkan peningkatan jumlah ukuran pembuluh
darah. Terjadi hidremia (hiperpolenia) dalam kehamilan, yang sudah dimulai
sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncak pada usia 32-36
minggu. Uterus yang semakin besar mendorong diafragma keatas, kiri dan
depan sehingga pembuluh – pembuluh dasar besar dekat jantung mengalami
lekukan dan putaran. Kemudia 12-24 jam paska persalinan terjadi
peningkatan volume plasma akibat imbibisi cairan dari ekstra vaskuler
kedalam pembuluh darah, kemudia diikuti priode diuresis paska persalinan
yang menyebababkan hemokonsentrasi. Jika penyakit jantung menjadi lebih
berat pada pasienn yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi gagal
jantung Setiap kehamilan membutuhkan tuntunan ekstra pada system
kardiovakuler, terutama jantung, volume darah dan curah jantung meningkat
40% dan kecepatannya meningkat.
Jantung yang normal mampu dengan baik mengkompensasi tambah
kerja, tetapi jantung yang mengalami kerusakan atau penyakit mungkin tidak
dapat berkembang menjadi dekompensasi. Ibu hamil dengan penyakit jantung
ini dipicu oleh beberapsa factor akan mengalami serangan jantung misalnya
anemia, infeksi, masalah keluarga. Factor-faaktor pemicu tersebut akan
meningkatkan stress jantung sehingga voleme sirkulasi akan meningkat dan
menimbulkan gejala dekompensasi jantung diantaranya meningkatkan rasa
letih, sesak nafas, murmur dan relea, hemotesis edema, nadi tak teratur,
pengumpulan dalam dsar paru yang dalam hal ini akan membawa dampak
pada janin dalam kandungannya.
Dalam kondisi tidak hamil, penyakit jantung itu sendiri sudah
mengalami permasalahan dalam memompakkan darah ke saluran tubuh.
Terlebih pada saat hamil mulai minggu ke 6 volume darah ibu semakin
meningkat sampai dengan 50% 8 karena proses pengenceraan darah. Aliran
darah akan lebih banyak dipompa ke peredaraan darah Rahim melalui ariari
untuk memenuhi kebutuhan janin. Akibat penyakit jantung dalam kehamilan,
terjadi peningkatan denyut jantung pada ibu hamil dan semakin lama jantung
akan mengalami kelelehan. Akhirnya pengiriman oksigen dan zat makanan
dari ibu ke janin melalui ariari menjadi terganggu dan jumlah oksigen yang
diterima janin semakin lama akan berkurang. Janij mengalami gangguan
pertumbuhan serta kekurangan oksigen. Sebagai akibat lanjut ibu hamil
berpotensi mengalami keguguran dan kelahiran premature (kelahiran sebelum
cukup bulan) terutama bila selama kehamilannya sang ibu tidak mendapat
penanganan pemeriksaan kehamilan dan pengobatan dengan tepat.
6. Pathway
Faktor Kehamilan
Tekanan Ventrikel
Kanan Meningkat
Kebutuhan O2 Dan
Nutrisi Kurang Nutrisi Janin
Terpenuhi
7. Penatalaksanaan medis
Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi
penambahan berat badan yang berlebihan, anemia secepat mungkin diatasi,
infeksi saluran pernafasan atas dan preeklampsia sedapat-dapatnya dijauhkan
karena sangat memberatkan pekerjaan jantung. Saat-saat berbahaya adalah
pada kehamilan 28 – 32 minggu karena merupakan puncak hemodilusi, partus
kala II karena venous return yang meningkat saat mengedan, dan masa
postpartum sebagai akibat kembalinya cairan tubuh ke dalam sistim sirkulasi
sehingga beban jantung bertambah berat. Penanganan ibu hamil dengan
penyakit jantung membutuhkan kerja sama tim yang kompak dan terpadu dari
berbagai disiplin ilmu seperti obstetri ginekologi, kardiologi, ilmu penyakit
dalam, dan anestesi (Chol, dkk., 2016).
a. Kala I dan II
Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai cukup
bulan dan melahirkan pervaginam. Namun tetap harus diwaspadai
terjadinya gagal jantung pada kehamilan, persalinan dan nifas. Faktor
pencetus utama terjadinya gagal jantung adalah endokarditis, oleh karena
itu semua wanita hamil dengan penyakit jantung harus sedapat mungkin
dicegah terjadinya infeksi terutama infeksi saluran napas atas .
Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat 4
hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1) Cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, ½ jam setiap kali setelah
makan ) dan hanya pekerjaan ringan yang diizinkan.
2) Harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan orang-orang
yang dapat menularkan infeksi saluran nafas atas, merokok,
penggunaan obat-obat yang memberatkan pekerjaan jantung.
3) Tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui, seperti adanya
batuk, ronki basal, dispnoe dan hemoptoe.
4) Sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu sebelum persalinan
untuk istirahat. Persalinan biasanya pervaginam, kecuali ada indikasi
obstetri untuk seksio sesarea. Penggunaan teknik analgesia untuk
menghilangkan nyeri persalinan sangat dianjurkan, yang umum
dipakai adalah analgesia epidural. Apabila akan dilakukan seksio
sesarea, kebanyakan klinikus menyukai analgesia epidural namun
penggunaan harus hati-hati pada hipertensi pulmonar. Anestesi umum
dengan tiopental, suksinil kolin, N2O dan 30 % O2 juga memberikan
hasil yang memuaskan (Lasmi dkk; 2018)
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada persalinan pervaginam
adalah :
1) ibu harus dalam posisi setengah duduk (kepala dan dada ditinggikan)
dan miring ke kiri.
2) Penolong persalinan harus memberikan pendekatan psikologis supaya
ibu tetap tenang dan merasa aman.
3) Untuk mencegah timbulnya dekompensasio kordis sebaiknya dibuat
daftar pengawasan khusus untuk mencatat nadi dan pernapasan secara
berkala (tanda-tanda vital harus dimonitor diantara tiap his, dalam kala
I setiap 10-15 menit dan dalam kala II setiap 10 menit. Apabila
terdapat peningkatan denyut nadi lebih dari 115 x/mt atau peningkatan
respirasi lebih dari 28 x/mt dan disertai dispnu merupakan tanda-tanda
dini kegagalan ventrikel, dan pasien perlu diberikan morfin, digitalis,
oksigen dan diuretik).
4) Bila dibutuhkan oksitosin, berikan dalam konsentrasi tinggi (20 U/ltr)
dengan tetesan rendah dan pengawasan keseimbangan cairan.
5) Nyeri persalinan dapat diatasi dengan pemberian obat seperti
Tramadol 100 mg supositoria, pethidin 50 mg IM, atau morphin 10-15
mg IM.
6) Persalinan kala II biasanya diakhiri dengan ekstraksi forseps atau
ekstraksi vakum dan sedapat mungkin ibu dilarang mengedan.
7) Penanganan kala III dilakukan secara aktif, namun pemakaian
preparat ergometrin merupakan kontraindikasi, karena kontraksi
uterus yang dihasilkan bersifat tonik dengan akibat terjadi
pengembalian darah ke dalam sirkulasi sistemik kurang lebih 1 liter.
8) Setelah kala III selesai, harus dilakukan pengawasan yang ketat untuk
mengetahui kemungkinan terjadinya gagal jantung atau edema paru,
karena saat tersebut merupakan saat yang paling kritis selama hamil,
pemasangan gurita dengan kantong pasir di dinding perut dapat
dilakukan untuk mencegah perubahan mendadak sirkulasi (kolaps
postpartum) (Chol, dkk., 2016).
Dalam kondisi sehari-hari, apabila ditemukan pasien dengan
kegagalan jantung maka penanganan awal harus mencakup langkah-
langkah standar resusitasi, termasuk diantaranya:
Perhatikan airway, breathing dan circulation.
Bagi ibu hamil, posisi yang dianjurkan adalah setengah duduk
miring ke kiri, untuk mencegah efek hipotensi akibat penekanan
vena cava inferior oleh uterus gravidarum.
Pemberian Morfin / petidin, Bloker atau diuretik.
Digitalisasi.
Antibiotika untuk profilaksis terhadap endocarditis (Chol, dkk.,
2016).
b. Kela III dan IV
Bila seorang ibu hamil dengan kelainan jantung kelas III dan IV
ada dua kemungkinan penatalaksanaan yaitu : terminasi kehamilan atau
meneruskan kehamilan dengan tirah baring total dan pengawasan ketat,
dan ibu dalam posisi setengah duduk.
Kelas III sebaiknya tidak hamil, kalau hamil pasien harus dirawat
di Rumah Sakit selama kehamilan, persalinan dan nifas, dibawah
pengawasan ahli penyakit dalam dan ahli kebidanan, atau dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan abortus terapeutikus. Persalinan
hendaknya pervaginam dan dianjurkan untuk sterilisasi.
Kelas IV tidak boleh hamil. Kalau hamil juga, pimpinan yang
terbaik ialah mengusahakan persalinan pervaginam (Chol, dkk., 2016).
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama Klien : Ny. I
Alamat : Kleco
Umur : 27 Tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. K
Umur : 29 Thn
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kleco
Hubungan Dengan Klien : Suami
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa ia merasa sesak nafas, sering batuk pada
malam hari dan dadanya terasa nyeri disebelah kiri
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak nafas, sering batuk
pada malam hari serta di bagian dada kirinya terasa nyeri
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa ia memiliki riwayat penyakit jantung bawaan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang memiliki
riwayat penyakit jantung.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien mengatakana bahwa lingkungan di rumahnya sangat bersih dan
memiliki ventilasi udara yang cukup
3. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat penting, namun ia saat
ini sulit untuk mengatur pola makannya. Apabila ada keluarga yang
sakit maka akan di rawat sendiri terlebih dahulu di rumah.
b. Pola Nutrisi / Metabolik
1) Sebelum Sakit
Frekuensi : 4 Kali Sehari
Jenis : Nasi, Sayur, Ikan, Buah
Porsi : 1 Porsi
Keluhan : Tidak Ada
2) Selama Sakit
Frekuensi : 2 Kali Sehari
Jenis : Bubur dan Sup
Porsi : ½ Porsi
Keluhan : Mual
c. Pola Eliminasi
1) BAB
a) Sebelum Sakit
Frekuensi BAB : 1 kali Sehari
Konsistensi : Lembek
Warna : Kuning kecoklatan
Keluhan : Tidak Ada
b) Selama Sakit
Frekuensi BAB : Jarang
Konsistensi : Sedikit Keras
Warna : Coklat kehitaman
Keluhan : Konstipasi
2) BAK
a) Sebelum Sakit
Frekuensi BAK : 4 kali sehari
Jumlah Urine : 1500 ml
Warna : Jernih
Keluhan : Tidak Ada
b) Selama Sakit
Frekuensi BAK : 5 – 6 Kali sehari
Jumlah Urine : 2000 ml
Warna : Jernih Kekuningan
Keluhan : Tidak Ada
c. Muka
1) Mata : Konjungtiva sedikit pucat, Sklera berwarna putih,
Penglihatan baik
2) Hidung : Tampak bersih
3) Mulut : Lembab dan tidak ada sariawan
4) Gigi : Bersih dan tidak ada karies
5) Telinga : Pendengaran baik, tidak ada kotoran
d. Leher : Tidak ada benjolan tyroid
e. Dada (Thorax)
1) Paru – Paru
Inspeksi : Pengembangan dada kanan kiri simetris
Palpasi : Tidak terdapat vokal fremitus dibagian kiri dan
kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak Ada Suara Tambahan
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cardis tidak nampak
Palpasi : Cardis teraba ics 5,tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung
Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan
f. Abdomen
1) Inspeksi : Tidak ada lesi, tampak bulat
2) Auskultasi : Bising usus 15 x/menit normal : 8-12 x/menit)
3) Perkusi : Timpani
4) Palpasi
Leopold I : TFU = 3 Jari bawah prosesus xipoideus (MD = 29)
Leopold II : Punggung Kiri
Leopold III : Presentasi Kepala
Leopold IV : Sudah Masuk Pintu Atas Panggul
TBBJ : 2790 gr
DJJ : + 155 x / menit
g. Genitalia : Bersih dan tidak terpasang kateter
h. Rektum : Normal serta tidak ada hemoroid
i. Ekstermitas
1) Atas
Kekuatan otot ka/ki : Kanan 5/kiri 5
ROM ka/ki : ROM kanan / ROM kiri normal
Capilary Refill Time ka/ki : > 3 detik
Perubahan bentuk tulang : Tidak terdapat perubahan
2) Bawah
Kekuatan otot ka/ki : Kanan 5 / kiri 5
ROM ka/ki : ROM kanan / ROM kiri normal
Capilary Refill Time ka/ki : > 3 detik
Perubahan bentuk tulang : Tidak terdapat perubahan