HYPEREMESIS
Disusun Oleh
Kelompok 1 :
1. DEWI PUSPITASARI (ST221006)
2. HERI SETIAWAN (ST221013)
3. KUNTI WIDIYANINGSIH (ST221014)
4. NURLALA IVA KURNIA (ST221018)
1. Pengertian
Hiperemesis Gravidarum menurut Green J Carool (2012) adalah muntah
yang terjadi sampai umur kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat
dimanasegala apa yang dimakan dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan
terdapatasetondalam urin bukan karena penyakit seperti appendicitis,
pielititis dan sebagainya.
2. Etiologi
Selain itu menurut (Jusuf CE, 2016) riwayat gestasi juga dapat
mempengaruhi penyebab hiperemesis, dimana ibu hamil yang mengalami
mual dan muntah sekitar 60-80% pada (primigravida), 40-60% pada
(multigravida).
3. Manifestasi Klinis
Tanda gejala Hiperemesis Gravidarum Menurut (Khayati, 2013),
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat
hamil, yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa
sampai mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat
badan. Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa
pusing, lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis
gravidarum juga dapat mengalami gejala tambahan berupa:
a. Sakit Kepala
b. Konstipasi
c. Sangat Sensitive Terhadap Bau
d. Produksi Air Liur Berlebihan
e. Inkontinensia Urine
f. Jantung Berdebar
4. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan
yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida
air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
sehingga aliran darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang
sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan
elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lender esophagus dan
lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan
gastrointestinal (Khayati, 2013).
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus hiperemesis
gravidarum menurut (Khayati, 2013) yaitu dengan cara :
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang, maka
diperlukan seperti :
a. Obat-Obatan
1) Sedative : phenobarbital
2) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B kompleks
3) Anti histamine : dramamin, avomin
4) Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidroklorid
5) Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola
di rumah sakit.
b. Isolasi
c. Terapi psikologika
GreenJ Garol and Wilkinson M Judith. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal
dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC
Khayati, N. (2013). Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP,
2013. 11–68
Morgan, Gerri. (2009). Obstetri dan genekologi panduan praktik. Jakarta : EGC
NurSalam.2013.ProsesKeperawatan.RerievedFromFkep.Unand.ac.id/images/
Proses_kep.doc
1. Pengkajian
a. Universal Self Care Requisite : udara, air makanan dan eliminasi, aktifitas
dan istirahat, solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup,
kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia.
b. Developmental Self Care Requisite, berhubungan dengan kondisi
yangvmeningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan seperti
(pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut
c. Health Deviation Self Care, berhubungan dengan akibat terjadinya
perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu untuk
melakukan self care akibat suatu penyakit atau injury.
d. Nursing System, didesain oleh perawat didasarkan pada kebutuhan self
care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care
defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutic maka
keperawatan akan diberikan.
e. Nursing Agency, suatu properti atau atribut yang lengkap diberikan
untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih sebagai perawat yang
dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain untuk
menemukan kebutuhan self care terapeutic mereka, melalui pelatihan
dan pengembangan self care agency.
C. KRITERIA HASIL
1. Defisit Nutrisi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi membaik.
Kriteria Hasil :
a. Kekuatan Otot Pengunyah Meningkat
b. Kekuatan Otot Menelan Meningkat
c. Serum Albumin Meningkat
d. Verbalisasi Keinginan Untuk Meningkatkan Nutrisi Meningkat
e. Pengetahuan Tentang Pilihan Makanan Yang Sehat Meningkat
f. Pengetahuan Tentang Pilihan Minuman Yang Sehat Meningkat
g. Pengetahuan Tentang Standar Asupan Nutrisi Yang Tepat Meningkat
2. Intoleransi Aktifitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi
aktifitas meningkat.
Kriteria hasil :
1) frekuensi nadi meningkat
2) saturasi oksigen meningkat
3) kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari meningkat
4) kecepatan berjalan meningkat
5) jarak berjalan meningkat
2. Resiko ketidakseimbangan cairan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan
cairan meningkat
Kriteria hasil :
1) Asupan Cairan Meningkat
2) Output Urine Meningkat
3) Membrane Mukosa Lembab Meningkat
4) Edema Menurun
5) Tekanan Darah Membaik
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi