Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

MODUL 01

REAKSI – REAKSI KIMIA

Nama : Angelica Anjani

NIM : 16622043

Kelompok :D

Shift : P-1.3

Tanggal Praktikum : Senin, 19 September 2022

Tanggal pengumpulan laporan : Senin, 3 Oktober 2022

Asisten : Elvan

LABORATORIUM KIMIA DASAR

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2022
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan apakah reaksi oksidasi logam CuSO4 dengan sepotong logam Mg, HCl
dengan sepotong logam Zn, dan AgNO3 dengan sepotong logam Cu dapat
berlangsung secara spontan atau tidak.
2. Menentukan apakah reaksi antara Pb(NO3)2 dengan NaC2H3O2 dan Pb(NO3)2
dengan KI dapaat menghasilkan endapan atau tidak.
3. Menentukan perbedaan reaksi dalam fase padat dan fase larutan pada reaksi reduksi
ion Cu2+.
4. Menentukan apakah ada perubahan warna pada larutan NaOH dan NH 3 setelah
nambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4 serta perbedaan antara larutan
NaOH dan NH3.
5. Menentukan apakah pH larutan K2Cr2O4 dan K2CrO4 yang ditambahkan larutan
HCl/ NaOH merupakan asam atau basa.
6. Menentukan apakah larutan H2O2 yang ditambahkan padatan KI pada reaksi reduksi
hydrogen peroksida mengalami perubahan suhu dan warna.
7. Menentukan reduktor yang dapat merubah warna KMnO4 lebih cepat di antara Zn,
H2C2O4, dan Fe
II. TEORI DASAR

Reaksi kimia merupakan suatu proses yang menyebabkan satu atau lebih zat
berubah menjadi satu atau lebih zat yang berbeda serta menghasilkan produk yang baru.
Pada percobaan ini, ada dua jenis reaksi.

1. Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Reaksi ini dikenal sebagai reaksi transfer elektron. Setiap tahap reaksi
reduksi dan oksidasi disebut sebagai reaksi setengah sel. Reaksi oksidasi adalah
reaksi setengah sel yang melibatkan hilangnya electron, sedangkan reaksi reduksi
mengakibatkan penangkapan electron. Sebuah reaksi reduksi oksidasi dapat
dikatakan spontan jika E reaksi tersebut bersifat positif. Artinya E reduksi lebih
besar dibandingkan E oksidasi.

Adanya perubahan bilangan oksidasi dapat diamati melalui:

- Terbentuknya endapan
- Terbentuknya gas sebagai produk
- Perubahan pH dan warna serta suhu larutan.
2. Reaksi asam basa
Berikut beberapa teori asam basa menurut berbagai ahli:
A. Bronsted & Lowry
Asam berperan sebagai donor proton dan basa sebagai akseptor proton.
B. Arhenius
Asam mengalami perubahan warna lakmus biru menjadi merah dan basa
sebaliknya. Kedua larutan menghantarkan listrik ].
C. Lewis
Asam menerima (akseptor) pasangan elektron bebas dan basa melepaskan
(donor) pasangan elektron bebas.
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Spatula

BAHAN

1. Larutan CuSO4 0,1 M 12. Larutan NaOH 1 M


2. Larutan HCl 0,1 M 13. Larutan KMnO4 0,05 M
3. Larutan AgNO3 0,1 M 14. Larutan H2C2O4 0,1 M
4. Larutan Pb(NO3)2 0,1 M 15. Larutan Fe(II) 0,1 M
5. Larutan NaC2H2O2 0,1 M 16. Larutan H2SO4 2M
6. Larutan KI 0,1 M 17. Larutan H2O2 3%
7. Larutan NH3 0,1 M 18. Padatan CuSO4.5H2O
8. Larutan HC2H3O2 0,1 M 19. Padatan KI
9. Larutan K2CrO4 0,1 M 20. Logam Mg
10. Larutan K2Cr2O7 0,1M 21. Logam Cu
11. Larutan HCl 1 M 22. Logam Zn
IV. CARA KERJA
A. Reaksi oksidasi logam

Larutan CuSO4 sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


Kemudian sepotong logam Mg dimasukkan kedalam larutan CuSO4 tersebut.
Pengamatan dilakukan terhadap terubahan yang terjadi pada awal reaksi dan setelah
5 menit reaksi berlangsung. Larutan HCl sebanyak 1 mL dimasuskkan ke dalam
tabung reaksi lain. Kemudian sepotong logam Zn dimasukkan ke dalam larutan
tersebut. Pengamatan dilakukan terhadap terubahan yang terjadi pada awal reaksi
dan setelah 5 menit reaksi berlangsung. 10 tetes larutan AgNO3 dimasukkan ke
dalam tabung reaksi lain. Kemudian sepotong logam Cu dimasukkan ke dalam
larutan tersebut. Pengamatan dilakukan terhadap terubahan yang terjadi pada awal
reaksi dan setelah 5 menit reaksi berlangsung.

B. Reaksi asam basa ion Pb2+

Larutan Pb(NO3)2 0,1 M sebanyak 1mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi.


Kemudian dilakukan penambahan 1mL larutan KI 0,1 M ke dalam larutan tersebut.
Pengamatan dilakukan terhadap perubahan yang terjadi pada larutan tersebut.

C. Reaksi reduksi ion Cu2+ dalam susu padat dan larutan

Empat buah tabung reaksi disiapkan. Dilakukan pengisian larutan CuSO4.5H2O


pada tabung 1 dan 2 dengan sesedikit mungkin dan masing – masing tabung diberi
label A dan B. Kemudian pengisian padatan KI dilakukan dengan sesedikit
mungkin pada tabung 3 dan 4. Masing – masing tabung diberi label B dan C.
Padatan yang terdapat pada tabung A dituangkan ke dalam tabung C. Ke dalam
tabung B dan D, masing – masing ditambahkan 2 mL air kemudian diaduk sampai
padatan larut sepenuhnya. Kemudian dilakukan penuangan larutan B ke dalam
tabung D. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan yang terjadi.

D. Perubahan warna indikator dalam reaksi asam basa


Larutan NaOH 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
kemudian
dilakukan penambahan 2 tetes larutan indikator ke dalam larutan tersebut. Ke dalam
larutan NaOH tersebut, dilakukan penambahan 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M (tetes
demi tetes). Perhitungan dilakukan terhadap jumlah tetasan hingga terjadi
perubahan warna. Larutan NH3 (aq) 0,1 M sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 tetes larutan indikator ke dalam larutan
tersebut. penambahan 1 mL larutan H2C2O4 0,1 M (tetes demi tetes) dilakukan ke
dalam larutan NH3 tersebut. Pengamatan terhadap perubahan warna larutan NH3
setelah penambahan larutan indikator dan larutan H2C2O4 dilakukan. Penghitungan
tetasan hingga terjadi perubahan warna dilakukan.
E. Kesetimbangan ion kromat (CrO42-) & dikromat (Cr2O72-)

2 tabung reaksi disiapkan, kemudian masing-masing diisi dengan 1 mL


larutan K2CrO4. Ke dalam tabung 1, ditambahkan 5 tetes larutan HCl 1 M (khusus
untuk kromat), kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan. Pengamatan
terhadap ada tidaknya perubahan warna dilakukan. Untuk tabung 2, ditambahkan 5
tetes larutan NaOH 1 M dan kemudian campuran tersebut dikocok perlahan-lahan.
Pengamatan terhadap ada tidaknya perubahan warna dilakukan. Kedua reaksi ini
disimpan. Hal yang sama dilakukan dengan mengganti larutan K2CrO4 dengan
larutan K2Cr2O7.

F. Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida


Larutan H2O2 3% sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan sedikit padatan KI (seujung sendok kecil) ke dalam larutan tersebut.
Pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dilakukan.
G. Reaksi Reduksi Kalium Permanganat
Dalam tabung reaksi, dimasukkan 1 mL H2C2O4 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M.
Kemudian kedalam larutan tersebut, ditambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes
demi tetes sampai diamati adanya perubahan warna dan sambil dikocok.
Pengamatan dilakukan terhadap waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk
berubah warnanya serta jumlah KMnO4 yang diperlukan. Dalam tabung reaksi,
dimasukkan 1 mL Fe(II) 0,1 M dan 2 mL H2SO4 2 M. Kemudian kedalam larutan
tersebut, ditambahkan larutan KMnO4 0,05 M tetes demi tetes sampai diamati
adanya perubahan warna dan sambil dikocok. Pengamatan dilakukan terhadap
waktu yang diperlukan larutan KMnO4 untuk berubah warnanya serta jumlah
KMnO4 yang diperlukan.
V. HASIL PENGAMATAN
A. Bagian I: Reaksi oksidasi logam

Tabel 5.1

Prosedur Pengamatan Kesimpulan


1. CuSO4(aq) + Mg(s) Pada saat t awal: Persamaan reaksi:
Biru pekat CuSO4(aq) + Mg(s) → Cu(s) +
Pada saat t5 menit: MgSO4(aq)
Tebentuk endapann di E0 cell = (+0.34)-(-2.37) = +2.71
dasar tabung dan
gelembung
2. HCl(aq) + Zn(s) Pada saat t awal: Persamaan reaksi:
tetap Zn(s) + 2HCl(aq) → H2(g) + ZnCl2(s)
Pada saat t5 menit: E0 cell = (0.00)-(-0.76) = +0.76
Terbentuk gelembung
3. AgNO3(aq) + Cu(s) Pada saat t awal: Persamaan reaksi:
Tetap, tidak ada reaksi AgNO3(aq) + Cu(s) → 2Ag(s) +
Pada saat t5 menit: Cu(NO3)2
Terbentuk gelombang E0 cell = (+0.80)-(+0.34) = +0.46
Kesimpulan dan klasifikasi tipe reaksi:

Ketiga reaksi tersebut merupakan reaksi spontan dibuktikan dengan terbentuknya


endapan atau gelombang, serta E0 sel positif.

B. Bagian II: Reaksi asam basa ion Pb2+

Tabel 5.2

Prosedur Pengamatan Kesimpulan


1. Pb(NO3)2(aq) + Larutan menjadi bening Persamaan reaksi:
CH3COONa(aq) Pb2+ + 2OH- → Pb(OH)2(s)
Reaksi tidak mempengaruhi
kelarutan
2. Pb(NO3)2(aq) + Warna larutan berubah Pb2+ + 2I-→ PbI2(S)
KI(aq) warna menjadi kuning Kelarutan produk hasil
rendah
Kesimpulan dan klasifikasi tipe reaksi:

Reaksi 1 tidak mempengaruhi kelarutan sedangkan Reaksi 2 memiliki kelarutan yang


rendah.

C. Bagian III: Reaksi reduksi ion Cu2+ dalam susu padat dan larutan

Tabel 5.3

Prosedur Pengamatan Kesimpulan


1. CuSO4(s) (tabung A) Campuran berubah warna Persamaan reaksi:
+ KI(s)(tabung C) menjadi coklat 2CuSO4(s)+ 5KI(s)→
2CuI(s) + I3-(aq) +K+(aq) + 2
K2SO4 (aq)
2. CuSO4(aq) (tabung Campuran berubah warna Persamaan reaksi:
B) + KI(aq)(tabung menjadi coklat tetapi sedikit 2CuSO4(aq)+5KI(aq)→
D) lebih cepat disbanding fase 2CuI(s) + I3-(aq) +K+(aq) + 2
padat. K2SO4 (aq)
Kesimpulan dan klasifikasi tipe reaksi:

Reaksi pada fasa larutan lebih sempurna dibandingkan reaksi pada fasa padatan.

D. Bagian IV: Perubahan warna indikator dalam reaksi asam basa

Tabel 5.4

Prosedur Pengamatan Kesimpulan


1. Na(OH) (aq) + Perubahan warna: Pesamaan reaksi:
fenolftalein + tak berwarna→ NaOH(aq) + H2C2O4(aq) →
H2C2O4(aq) ungu(penambahan indicator) Na2C2O4(aq) + H2O(l)
→ bening
Jumlah tetasan: indicator 1
tetes dan H2C2O4(aq) 10
tetes hingga bening.
2. NH3(aq) + Perubahan warna: Persamaan reaksi:
fenolftalein + Tidak berwarna→ ungu → NH3(aq) → NH4OH(aq) →
H2C2O4(aq) bening NH4OH(aq)
Jumlah tetasan: indicator 1 2NH4OH(aq) + H2C2O4(aq)
tetes, H2C2O4(aq) 6 tetes → (NH4)2C2O4(aq) +
hingga bening 2H2O(l)

Kesimpulan dan klasifikasi tipe reaksi:

Basa yang lebih kuat (NaOH) membutuhkan asam lebih banyak dalam reaksi penetralan,
dibuktikan dengan jumlah tetes yang lebih banyak diperlukan oleh basa kuat untuk
berubah warna.

E. Bagian V: Kesetimbangan ion kromat (CrO42-) & dikromat (Cr2O72-)

Tabel 5.5

Prosedur Pengamatan Kesimpulan


1. K2CrO4 0,1 M + Tabung I: berubah warna Persamaan reaksi;
HCl 1M (tabung menjadi oren. 2CrO42- + 2H+ →
1 ) K2CrO4 0,1 M + Tabung II: warna Cr2O72- +H2O
NaOH 1M(tabung kuningnya makin pekat. Tabung 1: penambahan
II) HCl
2CrO42- + 2H+ → Cr2O72-
+H2O (suasana asam)
Geser ke kanan(produk)
Tabung II: Penambahan
NaOH
2CrO42- + 2H+  Cr2O72-
+H2O (suasana basa)
Geser ke kiri(reaktan)

2. K2Cr2O7 0,1 M + Tabung III: warna Persamaan reaksi


HCl 1M (tabung menjadi lebih pekat Tabung I: Penambahan
III) K2Cr2O7 0,1 M Tabung Iv: berubah warna HCl
+ NaOH dari jingga menjadi jingga K2Cr2O7 + HCl → KCl +
1M(tabung IV) muda CrCl3 + H2O
Tabung 2: Penambahan
NaOH
K2Cr2O7 + NaOH →
K2CrO4 + Na2CrO4 + H2O
Perbandingan antara tabung I, II, III, dan IV serta kesimpulan:

CrO42- stabil di suasana basa karena warnanya berubah ketika ditambah HCl

Cr2O72- stabil di suasana asam karena warnanya berubah ketika ditambah NaOH

F. Bagian VI: Reaksi Reduksi Hidrogen Peroksida

Prosedur Pengamatan Kesimpulan


H2O2(aq) + KI(s) Warna berubah menjadi Persamaan reaksi:
kuning 2H2O2(aq) → H2O(aq) +
O2(g)
Kesimpulan dan klasifikasi tipe reaksi:

Reaksi merupakan reaksi autoredoks. KI, I- merupakan katalis, sedangkan IO-


merupakan zat antara(intermediet). Katalis bersifat mempercepat reaksi dan reaksi ini
merupakan reaksi eksoterm.

G. Bagian VII: Reaksi reduksi kalium permanganat

Prosedur Pengamatan Kesimpulan


1. H2C2O2 0,1 M + Tetes 1 KMnO4: Persamaan reaksi:
H2SO4 2M + KMnO4 Warna menjadi ungu Keterangan
0,05 M Setelah beberapa tetes: O: reaksi oksidasi
Warna menjadi kuning R: reaksi reduksi
Jumlah tetes: 12 tetes O: H2C2O4 → 2CO2+ 2H+
KMnO4 0,05 M +2e-
R: MnO4- + 5e- +8H+ →
Mn2+ + 4H2O
------------------------------ +
5H2C2O4 + 2 MnO4- + 6H+→
10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Diketahui=
1 tetes larutan KMnO4 = 0,05
mL
M KMnO4 = 0,05 M
𝑛 = 𝑀 ×𝑉
= 0,05𝑀 ×
(0,05 mL × 12 tetes)
= 0,05𝑀 × 0,6𝑚𝐿
= 0,04 𝑚𝑚𝑜𝑙

2. Fe(II) 0,1 M + H2SO4 Tetes 1 KMnO4(aq): berubah Persamaan reaksi:


2M + KMnO4 0,05M warna menjadi ungu O: Fe2+ → Fe3+ +e-
Setelah beberapa tetes: R: 5e- + MnO4- + 8H+ →
berubah warna menjadi Mn2+ + 4H2O
coklat ------------------------------- +
Jumlah tetesan: 5 tetes 5 Fe2+ + MnO4- + 8H+ →
KMnO4 0,05 M 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
Diketahui=
1 tetes larutan KMnO4 = 0,05
mL
M KMnO4 = 0,05 M
𝑛 = 𝑀 ×𝑉
= 0,05𝑀 × (0,05 mL
× 5 tetes)
= 0,05𝑀 × 0,25 𝑚𝐿
= 0,0125𝑚𝑚𝑜𝑙

Kesimpulan dan klasifikasi tipe reaksi:

Reduktor Fe membutuhkan lebih sedikit KMnO4 karena hanya melibatkan transfer


elektron. Sedangkan untuk asam oksalat melalui dua Langkah yaitu merubah asam
oksalat menjadi CO2 dan transfer elektron.
VI. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Reaksi reduksi oksidasi dikenal sebagai reaksi transfer elektron. Sebuah


reaksi reduksi oksidasi dapat dikatakan spontan jika E reaksi tersebut bersifat positif.
Artinya E reduksi lebih besar dibandingkan E oksidasi. Menurut perhitungan pada
tabel 5.1, E0 sel ketiga reaksi bersifat positif, oleh karena itu, ketiga reaksi dapat
disimpulkan sebagai spontan.

Suatu reaksi asam basa dapat menghasilkan endapan jika konsentrasi zat –
zat yang bereaksi (Qc) lebih besar dibadingkan ksp. Pada pengamatan percobaan
kedua, ditemukan bahwa reaksi antara Pb(NO3)2(aq) dan CH3COONa(aq)
menghasilkan endapan Pb(OH)2(s) sehingga dapat disimpulkan bahwa Qc
Pb(OH)2(s) lebih kecil dibandingkan ksp Pb(OH)2(s). Pb(NO3)2(aq) dan +
KI(aq)menghasilkan endapan PbI2(s) sehingga dapat disimpulkan bahwa Qc
PbI2(s) lebih kecil dibandingkan ksp PbI2(s).

Pada reaksi reduksi ion Cu2+, ion pada fasa larutan lebih sempurna
dibandingkan reaksi pada fasa padatan. Hal ini dibuktikan melalui hasil pengamatan
percobaan pada tabel 5.3. Terdapat perbedaan waktu yang diperlukan untuk
berubah warna menjadi coklat dari kedua fase. Didapatkan bahwa fasa larutan
mampu merubah warna pada reaksi lebih cepat dibandingkan fasa padat.

Penetralan merupakan reaksi anatara asam dan basa untuk menghasilkan


garam dan air. Pada tabel 5.4, diamati bahwa reaksi Na(OH) yang merupakan basa
kuat memerlukan lebih banyak asam lebih banyak disbanding NH3(aq) yang
merupakan basa lemah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin kuat baasanya,
asam yang dibutuhkan untuk menetralkan reaksi semakin banyak.

Suatu zat lebih stabil di suasana asam, jika dengan penambahan zat asam,
warna zat tersebut tidak berubah. Begitupun sebaliknya dengan basa. Melalui hasil
pengamatan pada tabel 5.5, dapat disimpulkan bahwa CrO42- stabil di suasana basa
karena warnanya berubah ketika ditambah HCl dan Cr2O72- stabil di suasana asam
karena warnanya berubah ketika ditambah NaOH

Melalui hasil pengamatan pada tabel 5.6, dapat disimpulkan bahwa reaksi
reduksi hidrogen peroksida merupakan reaksi autoredoks. KI, I- merupakan katalis,
sedangkan IO- merupakan zat antara(intermediet). Katalis bersifat mempercepat
reaksi dan reaksi ini merupakan reaksi eksoterm.

Melalui hasil pengamatan pada tabel 5.7, dapat disimpulkan eduktor Fe


membutuhkan lebih sedikit KMnO4 karena hanya melibatkan transfer elektron.
Sedangkan untuk asam oksalat melalui dua Langkah yaitu merubah asam oksalat
menjadi CO2 dan transfer elektron.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond.(2005). “Kimia Dasar: Konsep – Konsep Inti”. Edisi ke-3. Jakarta.
Erlangga
Kencanawati, Putri Kusuma. (2012) “Diktat Mata Kuliah Kimia Dasar”. Bukit
Jimbaran. Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai