Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rama Anta Wijaya

Nim :(41721019)
Nama : Gaya Prakasa Hartanto
Nim :(41721004)
Matkul : Pemerintahan Daerah

BAB VIII
OTONOMI DAERAH DALAM
ERA REFORMASI SEJAK 1999-2004
Otonomi daerah adalah sebuah sistem atau kewenangan yang dimiliki daerah.
Otonomi daerah ini bertujuan untuk mengembangkan daerah serta isi di dalam daerah
tersebut. Di negara Indonesia ini, otonomi daerah sudah diterapkan. Hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 merupakan koreksi atas
UU Nomor 5 Tahun 1974 dalam upaya memberikan otonomi yang cukup luas kepada daerah
sesuai dengan cita-cita UUD 1945.
UU Nomor 22 tahun 1999 mulai berlaku 7 Mei 1999, lebih terkenal dengan nama UU
Otonomi Daerah 1999, lahir sebagai pelaksanaan Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998
tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah dan juga di bawah rangka UUD 1945. UU Nomor
22 Tahun 1999 terkesan merupakan pergeseran pendulum (bandul) dari satu ekstrim yang
satu ke ekstrim yang lainnya, sesuai dengan kondisi politik saat itu. UU Nomor 22 Tahun
1999 merupakan pergeseran pendulum yang cukup drastic dari kondisi sentralistis kea rah
desentralisasi yang lebih luas.
A. Latar Belakang Situasi dan Suasana Pembentukan Undang- Undang Nomor 22
Tahun 1999 & UU Nomor 25 Tahun 1999
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 lahir dalam suasana hiruk pikuk reformasi dan
menandai perubahan rezim Orde Baru.

 Di tengah-tengah maraknya arus reformasi setelah tumbangnya rezim Soeharto,


menuntut pelaksanaan demokrasi dari Pusat sampai Daerah. Untuk itu maka DPR dan
DPRD harus berfungsi sebagai wakil rakyat dan menjalankan control dan pengawasan
terhadap pihak eksekutif
 Merealisasi tuntutan di atas, maka dibentuklah undang- undang yang intinya
merombak paradigma pembangunan ekonomi ke arah pembangunan yang serasi di
semua bidang termasuk peran legislatif dan yudikatif.
 Sistem kenegaraan yang selama Orde Baru lebih bertitik berat pada peran eksekutif
(executive heacy) yang dominan, kini bergeser ke arah pemberdayaan bidang legislatif
secara proporsional sehingga dapat mengontrol dan mengawasi pihak eksekutif dari
pusat sampai daerah.
 Mengakhiri dominasi Presiden dan Kepala Daerah dalam menjalankan roda
pemerintahan. Hal itu, terutama di Daerah, dibuatlah undang-undang yang materinya
membatasi kewenangan Kepala Daerah dan memantapkan kedudukan dan kewenangan
DPRD sebagai badan perwakilan rakyat yang memiliki kekuatan seimbang dengan
Kepala Daerah atau bahkan terkesan penjungkirbalikan rumusan Pasal 13 UU Nomor
5 Tahun 1974. Ada kesan, peran legislative lebih dominan berhadapan dengan peran
eksekutif (legislative heavy).
 Kepala Daerah Bertanggung jawab kepada DPRD.
 DPRD memilih dan menetapkan Kepala Daerah, sedangkan presiden hanya
mengesahkan sebagaimana sarana administrative.
 DPRD dapat memberhentikan Kepala Daerah melalui persyaratan perundang-
undangan yang ada.

B. Asas Pemerintahan yang Digunakan Sesuai UU Nomor 22 Tahun 1999

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 secara formal menggunakan asas


desentralisasi, dengan memperkuat fungsi DPRD dalam pembuatan Peraturan Daerah.
DPRD mempunyai kewenangan memilih dan memberhentikan Kepada Daerah. Undang-
undang nomor 22 tahun 1999 hanya menunjuk Gubernur sebagai pelaksana dekonsentrasi
di samping desentralisasi. UU ini mengatur asas pembantuan hingga pengaturan tentang
Pemerintahan Desa.

C. Bentuk dan Sususan Pemerintahan Daerah Sesuai UU Nomor 22 Tahun 1999

Isi UU Nomor 22 Tahun 1999, daerah otonomi tidak menganut system bertingkat dan
hanya mengenal 2 daerah otonomi, yaitu Provinsi dan Kabupaten/Kota. dirumuskan:

1. Wilayah Negara Republik Indonesia dibagi dalam Daerah Provinsi, Kabupaten, dan
Kota yang bersifat otonomi.
2. Daerah-daerah ini masing-masing berdiri sendiri dan tidak mempunyai hubungan
hierarki (Pasal 4 UU Nomor 22 Tahun 1999)
3. Daerah Provinsi berkedudukan juga sebagai Daerah Administratif.
Susunan Pemerintahan Daerah:
1. Gubernur, Bupati, Walikota, Camat, Lurah/Kepala Desa.
2. DPRD sebagai Badan Legislatif Daerah, Pemerintahan Daerah sebagai Badan
Eksekutif Daerah.
3. Pemerintahan Daerah terdiri dari kepala Daerah dan perangkat daerah lainnya.
4. DPRD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintahan daerah.
5. Dalam menjalankan tugasnya, gubernur bertanggungjawab kepada DPRD Provinsi,
Bupati dan Walikota bertanggungjawab kepada DPRD kabupaten/Kota.

D. Kewenangan Daerah Menurut UU Nomor 22 Tahun 1999


Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, dirumuskan dalam pasal 7-13 tentang
kewenangan daerah dengan rinci dan intinya:

 Kewenangan Daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,


kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lain (pasal 7 ayat (1)).
Kewenangan bidang lain dalam (pasal 7 ayat 1)):
1. Perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional makro
2. Dana perimbangan keuangan
3. Sistem administrasi negara dan Lembaga perekonomian negara
4. Pemberian dan pemberdayaan sumber daya manusia
5. Pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi yang strategis
6. Konservasi
7. Standardisasi nasional.
 Kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada Daerah dalam rangka desentralisasi
harus disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana,
serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan tersebut.
 Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan
bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
 Daerah tidak saja berwenang di wilayah darat, tetapi juga di wilayah laut (Pasal 10,
ayat (2),(3)).
 Dalam hal pelaksanaan dekonsentrasi : Provinsi sebagai wilayah administratif
mendapat kewenangan yang ditempatkan kepada Gubernur selaku Wakil Pemerintah.
 Tugas pembantuan : Pemerintah dapat menugaskan kepada Daerah tugas-tugas tertentu
dalam rangka tugas pembantuan disertai pembiayaan, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan
mempertanggungjawabkannya kepada pemerintah.

E. Prinsip Otonomi yag Dianus UU Nomor 22 Tahun 1999

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 secara tegas mengganti prinsip otonomi Orde
Baru dengan.
1. Otonomi luas, nyata, dan bertanggung jawab (Penjelasan Umum I huruf h)
2. Penyelenggaraan otonomi memperhatikan aspek demokrasi, partisipatif, adil dan
merata dengan memperhatikan potensi dan keanekarragaman Daerah (Penjelasan
Umum I huruf I (1)).
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten
dan Daerah Kota.
4. Otonomi Provinsi bersifat terbatas, sekaligus menjalankan fungsi dekonsentrasi
(Penjelasan Umum I huruf I (2&3)).

F. Ketentuan tentang Keuangan Daerah Menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU


Nomor 25 Tahun 1999
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dengan pemberian otonomi yang luas, nyata
dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber
keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah.
Peraturan daerah tidak lagi memerlukan pengesahan dari Pemerintaha Pusat.

Sumber pendapatan daerah terdiri atas pendapatan asli daerah (PAD) dana
perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah (pasal 79).
Sesuai isi pasal 6 UU Nomor 25 Tahun 1999, Dana Perimbangan terdiri dari :

1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan penerimaan dari sumber daya alam
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Pembiayaan tugas Pemerintah Daerah dan DPRD dibiayai atas beban APBD (pasal 78
ayat (1))
Penyelenggaraan tugas Pemerintah di Daerah dibiayai atas beban APBN (pasal 78 ayat
(2))
Pengesahan APBD dalam bentuk Peraturan Daerah yang ditetapkan oleh Kepala Daerah
dengan persetujuan DPRD.
G. Hubungan Pengawasan Pemerintah Pusat Terhadap Daerah Sesuai UU Nomor 22
Tahun 1999

Pengawasan Represi :

Pemerintah Pusat melakukan pengawasan berupa pembatalan Peraturan Daerah dan


Keputusan Kepala Daerah yang bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan
perundang-undangan lainnya. Daerah yang tidak bisa menerima keputusan pembatalan
dapat mengajukan keberatannya kepada Mahkamah Agung setelah mengajukannya
kepada Pemerintah.

H. Pengaturan Desa

Sejak lahirnya UU Desentralisasi 1903, hingga Ketika Indonesia merdeka dengan


UUD 1945, mengakui eksistensi desa atau dengan nama lain, merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pengaturan otonomi daerah.
UU Nomor 22 Tahun 1999, dalam Ketentuan Umum Pasal 1. O, dan Pasal 93-111,
mengatur tentang otonomi desa sebagai berikut:
1. Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dalam system Pemerintahan Nasional dan berada
di Daerah Kabupaten (Ketentuan Umum Pasal 1,o).
2. Pemerintahan Desa terdiri dari Pemerintahan Desa dan Badan Perwakilan Desa
(BPD).
3. BPD berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan Desa Bersama Kepala
Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi, dan melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan terhadap pemerintahan Desa.
4. Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa.
5. Kepala Desa bertanggung jawab kepada rakyat melalui BPD dan menyampaikan
laporan pelaksanaan tugasnya kepada Bupati.
6. Kewenangan Desa :
 Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa
 Kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku belum
dilaksanakan oleh daerah dan pemerintah.
 Tugas Pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten.
7. Sumber pendatan Desa:
 Pendapatan Asli Desa (PAD)
 Hasil kekayaan Desa
 Hasil Swadaya dan partisipasi
 Hasil gotong royong
 Bantuan dari Pemerintah Kabupaten (Perolehan Pajak dan retribusi Daerah)
 Dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah
 Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Provinsi
 Sumbangan dari Pihak ketiga
 Pinjaman Desa
(Pasal 107, UU Nomor 22 Tahun 1999)

Anda mungkin juga menyukai