Anda di halaman 1dari 70

RESUME TUTORIAL B

SKENARIO 1
BLOK 15 NEUROSENSORIS

“Pasien dengan Mata Merah”

Pengampu:
dr. Sheilla Rachmania, M. Biotek

Aristanti Endahingtyas 142010101014


Syafira 172010101111
Cindy Meylania Pradana 182010101017
Yovita Karina Pandan Putri 182010101040
Aji Rahmat Hidayah 182010101051
Rafindra Ramadhani 182010101061
Nur Lintang Nabilah Sri K. 182010101074
Adzkia Zahidah 182010101077
Zahrina Isnandia Zaenab 182010101008
Aldy Bachtiar Hidayat 182010101134
Bayu Handisa Rahma Dilatama 182010101144

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
1. Anatomi
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian anterior bola
mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga terdapat bentuk
dengan dua kelengkungan berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan,
yaitu lapisan sklera yang bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan
lapisan retina. Di dalam bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan
vitreous humor.
A. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada
tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus.
B. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata.
Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata.
C. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya dan
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea ini
disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di
pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm
dan vertikalnya 10,6 mm.
2. Histologi
Sistem Penglihatan
Mata merupakan, organ indera khusus untuk persepsi terhadap bentuk,
cahaya, dan warna. Terletak di dalam rongga protektif disebut Orbita.
Terdapat lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya, sel-sel fotosensitif,
yang berespons terhadap rangsangan cahaya, dan sel-sel lainnya untuk
memproses informasi penglihatan yang masuk, nantinya akan disalurkan ke
nevus opticus untuk di kirim impulsnya ke otak. Diklasifikasikan
berdasarkan lapisan dan ruangan.

Lapisan:
Sklera, lapisan opak jaringan ikat padat, terdapat juga makrofag dan
melanosit, anteriornya mengalami modifikasi menjadi transparan disebut
kornea. Perbatasan antara keduanya disebut limbus.
Uvea, lapisan berisi vaskular, terdiri dari 3 bagian (koroid, badan
siliar/corpus ciliare, iris).
Retina, lapisan paling dalam di bagian posterior dari mata, berisi sel-sel
fotosensitif, yaitu sel batang, sel kerucut, interneuron. Anterior dari retina
ada bagian ora serrata, bagian yang tidak fotosensitif.

Ruangan:
Anterior chamber, terletak antara kornea, iris dan lensa
Posterior chamber, terletak antara iris, prosessus siliaris, serat zonula, dan
lensa
Vitreous chamber, ruang posterior besar, dibelakang lensa dan serat zonula
serta dikelilingi oleh retina

Kornea
● Kornea adalah sturktur mata yang tebal, transparan, dan non
vaskular
● Epitel kornea berlapis gepeng, tidak berkeratin, tersusun atas 5 atau
lebih sel
● Lamina limitans tersusun atas sel-sel kolumnar/membrane bowman
● Stroma kornea, tedapat serat kolagen dan lapisan fibroblas gepeng
● Lamina limitans posterior/endotel kornea, tersusun atas epitel
selapis gepeng disebut epitel posterior.

Lensa
● Struktur fleksibel, bikonvek dan jernih
● Tersusun oleh 3 bagian, kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-
serat lensa
● Kapsul lensa merupakan lamina basal, mengandung kolagen tipe IV,
glikoprotein, menebal pada bagian depannya
● Epitel subkapsul terdapat permukaan depan dan samping lensa,
terletak persis dibawah kapsul lensa. Tersusun oleh selapis kuboid,
puncak sel memanjang dan mengarahs ke serat-serat lensa
● Badan lensa/serat-serat lensa disusun oleh sel silindris. Terletak
dibawah epitel subkapsul
Korpus siliaris
Lapisan KORPUS SILIAR:
Mengisi ruang antar Ora serata
Sisi luar melekat ke sklera dan sisi dalam ke korpus vitreous
Prosesus siliar, bagian tengah menonjol kearah lensa
Tersusun atas jaringan ikat longgar yang banyak mengandung serat elastin,
pembuluh darah dan melanosit.
Sisi dalam siliaris pars retina, epitel selapis silindris berpigmen, kaya akan
melanin.
Lapisan luar tersusun dari epitel selapis silindris tidak berpigmen
Serat-serat fibrilin menyebar dari prosesus siliar dan melekat pada kapsul
lensa, membentuk ligamentum suspensorium lensa
Disusun o/ 3 otot polos - otot siliar
Iris
Lapisan IRIS:
● Perluasan dari koroid, menutupi lensa kecuali di bagian pupil
● Permukaan anterior pupil tidak teratur dan mengandung struktur
yang dapat berkontraksi dengan mudah
● Bagian belakang lanjutan sel epitel retina
● Permukaan yang menghadap lensa disusun banyal sel-sel pigmen
sehingga menghalangi cahaya masuk selain dari pupil, selain itu
memberi warna pada mata
● Sel-sel epitel meluas dan membentuk otot dilatator pupil - mioepitel
● Otot sfingter pupil terletak melingkari pupil

Koroid
Lapisan KOROID:
● Disusun oleh jaringan ikat longgar yang banyak mengandung
pembuluh darah
● Warna hitam karena melanosit
● Permukaan dalam banyak pembulu darah kecil sehingga disebut
koriokapiler
● Dipisahkan dari retina oleh membran bruch

Retina
Lapisan RETINA:
● Sel epitel pigmen, sel kuboid banyak mengandung granula melanin
di sitoplasma.
● Lapisan fotosensitif, terdiri dari sel batang tipis dan sel kerucut yang
lebih tebal. Bagian dasar bersinaps dengan sel-sel bipolar
● Membran limitans luar, berbatasan dengan lapisan fotosensitif,
dibentuk oleh sel Muller. Terdapat mikrovili di distal
● Lapisan nukleus luar, mengandung nukleus sel batang dan sel
kerucut.
● Lapisan pleksiform luar, sinaps antara sel-sel fotoresptor dan dendrit
sel bipolar serta sel horizontal
● Lapisan nukleus dalam, nukleus sel bipolar, horizontal, amakrin,
dan sel Muller
● Lapisan pleksiform dalam, prosesus dari sel amakrin, bipolar,
ganglion dan tempat bersinaps
● Lapisan sel ganglion, nukleus dari sel ganglion
● Lapisan serat saraf optik, dibentuk oleh akson-akson sel ganglion tak
bermyelin
● Membran limitans dalam, lamina basalis disusun oleh sel-sel Milfier

Lapisan Posterior Mata


Bagian superficial terdapat sklera, dilanjutkan dengan lapisan tipis dari
koroid, dan lapisan paling dalam terdapat retina yang di dalamnya tersusun
sel batang, sel kerucut, papila dan serat saraf optik. Terdapat juga makula
lutea yang merupakan bercak kecil berpigmen kuning di bagian tenganya
terdapat cekungan dangkal disebut fovea.

3. Fisiologi
A. Refraksi Mata
Cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari
paket-paket individual energyseperti partikel yang disebut foton yang
berjalan menurut cara-cara gelombang.Fotoreseptor dimatahanya terhadap
panjang gelombang antara 400-700 nm.Cahaya tampak ini hanya merupakan
sebagian kecil dari spectrum magnetic total.Selain memiliki panjang
gelombang yang berbeda, cahaya juga bervariasi dalam intensitas,yaitu
amplitudo atau tinggi gelombang. Gelombang cahaya mengalami divergensi
(memancar ke luar) ke semua arah dari tiap titik sumber cahaya. Gerakan ke
depan suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal dengan berkas
cahaya. Berkas-berkas cahaya divergenyang mencapai mata harus
dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-
cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai
sumber cahaya Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika
berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke
medium dengan kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih
cepatmelalui udara daripada melalui media transparan lainnya misalnya :
kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas
yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya
jugaberlaku).Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai
medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.
Dua faktor penting dalam retraksi: densitas komparatif antara 2
media (semakin besar perbedaan densitas,semakin besar derajat
pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua(semakin
besar sudut,semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting
dalam kemampuan retraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan
kornea,struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktumasuk mata,yang
melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena perbedaan
densitaspertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan
densitas antara lensa dan cairan yangmengelilinginya.Kemampuan refraksi
kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan korneatidak pernah
berubah.Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan
mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat
dekat/jauh.Struktur-struktur refraksi pada mata harusmembawa bayangan
cahaya terfokus diretina agara penglihatan jelas.Apabila bayangan sudah
terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau belum terfokus sebelum
mencapai retina ,bayangan tersebuttampak kabur.Berkas-berkas cahaya
yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapaimata
daripada berkas-berkas dari sumber jauh.Berkas dari sumber cahaya yang
terletak lebih dari 6meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai
mata.Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumbercahaya dekat
memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat
memfokuskan daripada sumber cahaya jauh,karena berkas dari sumber
cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata.

Pembelokan cahaya benda jauh dan benda dekat berbeda, semakan dekat
dengan mata benda akan semakin divergen sehingga mata harus lebih ekstra
melengkung (refraksi) untuk memfokuskan tepat di retina. Benda yang
jaraknya jauh (>6 meter) di anggap sejajar dengan mata jadi akan
mengurangi kerja refraksi mata. Perlu diingat bahwa kornea tidak seperti
lensa yang dapat menambah/ mengurangi kelengkungannya sehingga organ
refrakter yang dapat diatur hanya lensa mata.
Otot yang mengatur fungsi akomodasi lensa, yaitu otot siliaris yang
merupakan bagian dari korpus siliar.Otot ini melingkari lensa melalui
ligamentum suspensorium. Ketika otot siliaris melemas berarti ligamentum
suspensorium akan menegang sehingga menarik ujung ujung lensa,
terbentukkan lensa yang gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika
otot siliaris kontraksi terjadi hal sebaliknya.Rangsangan saraf simpatis
menyebabkan otot siliar relaksasi dan sebaliknya parasimpatis menyebabkan
kontraksi otot siliar sehingga berguna untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah struktur elastik terdiri dari serat serat transparan yang dapat
menjadi opak/ keruh.Seumur hidup hanya sel yang ada di bagian tepi luar
lensa yang akan mengalami penggantian (regenerasi) sehingga sel yang ada
dibagian tengah lensa adalah sel sel yang sudah tua dan jauh dari sumber
nutrisi (aquous humor) sehingga pada orang pada usia 45 keatas sering
mengalami gangguan akomodasi lensa/ presbiopi.
Gangguan penglihatan umum:
- Miopi/ penglihatan dekat: melihat dekat lebih jelas dibanding melihat
jauh karena bola mata terlalu panjang atau lensa yang terlalu kuat
sehingga penglihatan jauh jatuh di depan retina, penglihatan dekat di
fokuskan ke retina tanpa akomodasi.Karena terlalu melengkung
sehingga harus di koreksi dengan kacamata yang dapat membuat berkas
cahaya lebih divergen, yaitu lensa konkaf.
- Hipermetropi / penglihatan jauh : merupakan kebalikan dari miopi dan
di koreksi dengan kacamata berlensa konveks, pada usia tua akan di
persulit dengan presbiopi.
Anak-anak dapat memfokuskan pada benda sedekat 8cm, tetapi refleks
akomodasi menurun saat umur lebih dari 10 tahun. Saat umur 40 tahun,
akomodasi berkurang setengahnya, dan saat umue 60, banyak orang
kehilangan refleks tersebut dengan total karena lensa telah kehilangan
fleksibilitasnya dan terus dalam bentuk pipih. Inilah yang membuat anak-
anak lebih sering membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan orang
tua membaca dengan jarak jauh.Hilangnya akomodasi (presbiopi)
merupakan alasan utama kebanyakan orang mulai menggunakan kacamata
baca saat umur 40 tahun.

Neurofisiologi Penglihatan Sentral


Dari nervus optikus àmenyebrang di kiasma optikum dan bergabung dengan
serabut-serabut dari bagian temporal retina à menjadi traktus optikus (dari 1
mata medial kontralateral dan 1 mata lateral ipsilateral) à bersinaps di
nukleus genikulatum lateralis dorsalis à diteruskan menjadi radiasi optikus
menuju korteks penglihatan primer (di fissura kalkarina lobus oksipital)

Selain itu, sinyal dari traktus optikus juga dijalarkan ke beberapa tempat
a. Ke nukleus suprakiasmatik di hipotalamus à untuk irama sirkadian tubuh
terhadapa perubahan siang dan malam
b. Ke nuklei pratektalis di otak tengah à untuk memfokuskan ke objek
penting dan mengaktifkan reflek pupil
c. Ke kolikulus superior à untuk mengatur pergerakan arah kedua mata
yang cepat
Ke nukleus genikulatum lateralis ventralis à untuk sikap tubuh

Radius optikus terbagi menjadi 2 bagian


1. Lapisan magnoseluler yang bersifat buta warna dan sifat penjalarannya
cepat, menerima sinyal dari sel ganglion retina tipe Y
2. Lapisan parvoseluler yang menjalarkan warna, menerima sinyal dari sel
ganglion retina tipe X

Dari korteks penglihatan primer di ujung lobus oksipital à menuju korteks


penglihatan sekunder à di analisis
Analisisnya terbagi menjadi 2 bagian
1. Analisis posisi 3 dimensi
2. Analisis rincian penglihatan dan warna
Sistem Lakrimasi
1) Aparatus Lakrimalis
Aparatus lakrimalis dibagi menjadi dua bagian yaitu sistem sekresi dan
sistem ekskresi air mata.

2) Sistem Sekresi Air Mata


Permukaan mata dijaga tetap lembab oleh kelenjar lakrimalis. Sekresi
basal air mata perhari diperkirakan berjumlah 0,75-1,1 gram dan cenderung
menurun seiring dengan pertambahan usia. Volume terbesar air mata
dihasilkan oleh kelenjar air mata utama yang terletak di fossa lakrimalis pada
kuadran temporal di atas orbita. Kelenjar yang berbentuk seperti buah kenari
ini terletak didalam palpebra superior. Setiap kelenjar ini dibagi oleh kornu
lateral aponeurosis levator menjadi lobus orbita yang lebih besar dan lobus
palpebra yang lebih kecil. Setiap lobus memiliki saluran pembuangannya
tersendiri yang terdiri dari tiga sampai dua belas duktus yang bermuara di
forniks konjungtiva superior. Sekresi dari kelenjar ini dapat dipicu oleh
emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata mengalir berlimpah
melewati tepian palpebra (epiphora). Persarafan pada kelenjar utama berasal
nukleus lakrimalis pons melalui nervus intermedius dan menempuh jalur
kompleks dari cabang maksilaris nervus trigeminus. Kelenjar lakrimal
tambahan, walaupun hanya sepersepuluh dari massa utama, mempunya
peranan penting. Kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar
utama yang menghasilkan cairan serosa namun tidak memiliki sistem
saluran. Kelenjar-kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, terutama
forniks superior. Sel goblet uniseluler yang tersebar di konjungtiva
menghasilkan glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar
sebasea Meibom dan Zeis di tepian palpebra memberi substansi lipid pada
air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang juga ikut
membentuk film prekorneal

3) Sistem Ekskresi Air Mata


Sistem ekskresi terdiri atas punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis. Setiap berkedip, palpebra menutup mirip dengan
risleting – mulai di lateral, menyebarkan air mata secara merata di atas
kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial
palpebra. Setiap kali mengedip, muskulus orbicularis okuli akan menekan
ampula sehingga memendekkan kanalikuli horizontal. Dalam keadaan
normal, air mata dihasilkan sesuai dengan kecepatan penguapannya, dan
itulah sebabnya hanya sedikit yang sampai ke sistem ekskresi. Bila
memenuhi sakus konjungtiva, air mata akan masuk ke punkta sebagian
karena hisapan kapiler.
Dengan menutup mata, bagian khusus orbikularis pre-tarsal yang
mengelilingi ampula mengencang untuk mencegahnya keluar. Secara
bersamaan, palpebra ditarik ke arah krista lakrimalis posterior, dan traksi
fascia mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus
dan menimbulkan tekanan negatif pada sakus. Kerja pompa dinamik
mengalirkan air mata ke dalam sakus, yang kemudian masuk melalui duktus
nasolakrimalis – karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan – ke
dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan mirip-katup dari epitel pelapis
sakus cenderung menghambat aliran balik air mata dan udara.Yang paling
berkembang di antara lipatan ini adalah “katup” Hasner di ujung distal
duktus nasolakrimalis (Sullivan, 1996). Berikut adalah ilustrasi dari sistem
ekskresi air mata yang berhubungan dengan fungsi gabungan dari muskulus
orbikularis okuli dan sistem lakrimal inferior.

SISTEM CAIRAN INTRAOKULAR


Mata diisi dengan cairan intraokular, yang mempertahankan tekanan yang cukup
pada bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dapat dibagi atas dua bagian
humor aqueous, yang berada di depan lensa, dan humor vitreous, yang berada di
antara permukaan posterior lensa dan retina. Humor aqueous adalah cairan yang
mengalir bebas, sedangkan humor vitreus, kadang-kadang disebut sebagai badan
vitreus, adalah sebuah massa dari gelatin, dilekatkan oleh sebuah jaringan fibriler
halus yang terutama tersusun dari molekul proteoglikan yang sangat panjang. Air
dan substansi yang terlarut dapat berdifusi secara perlahan-lahan dalam humor
vitreus, tetapi hanya ada sedikit aliran cairan.

Pembentukan Humor Aqueous oleh Korpus Siliaris


Humor aqueous dibentuk dalam mata dengan kecepatan rata-rata 2 sampai 3
mikroliter tiap menit. Pada dasarnya, seluruh cairan ini dibentuk oleh prosesus
siliaris, yang merupakan sebuah lipatan linier yang menonjol dari korpus siliaris ke
ruang di belakang iris tempat ligamen-ligamen lensa dan otot-otot siliaris melekat
pada bola mata. Oleh karena struktur lipatan prosesus tersebut, daerah permukaan
prosesus siliaris mempunyai luas kurang lebih 6 cm2 pada setiap mata suatu area
yang besar bila dibandingkan dengan ukuran korpus siliaris yang kecil. Permukaan
prosesus ini ditutupi oleh sel epitel yang bersifat sangat sekretorik, dan tepat di
bawahnya, terdapat daerah yang memiliki banyak pembuluh darah.
Aliran Keluar Humor Aqueous dan Mata
Setelah dibentuk oleh prosesus siliaris, humor aqueous mengalir melalui pupil ke
dalam kamera okuli anterior. Dari sini, cairan mengalir ke bagian depan lensa dan
ke dalam sudut antara kornea dan iris, kemudian melalui retikulum trabekula, dan
akhirnya masuk ke dalam kanalis Schlemm, yang kemudian dialirkan ke dalam
vena ekstraokular. Struktur anatomis pada sudut kornea iris, memperlihatkan bahwa
ruang antara trabekula-trabekula meluas dari kamera okuli anterior ke kanalis
Schlemm. Kanalis Schlemm sebaliknya adalah sebuah vena yang berdinding tipis
yang meluas secara sirkumferensial ke seluruh arah pada mata. Membran
endotelnya berpori-pori sehingga bahkan molekul protein yang besar, dan juga
partikel kecil sampai seukuran sel darah merah, dapat lewat dari ruang anterior ke
dalam kanalis Schlemm. Walaupun kanalis Schlemm sebetulnya adalah sebuah
pembuluh darah vena, normalnya humor aqueous yang mengalir ke dalamnya
sangat banyak sehingga kanalis ini terisi lebih banyak oleh humor aqueous
dibandingkan dengan darah. Vena kecil yang berasal dari kanalis Schlemm ke vena
yang lebih besar pada mata biasanya hanya berisi humor aqueous, dan disebut vena
aqueous.
TEKANAN INTRAOKULAR
Tekanan intraokular normal rata-rata sekitar 15 mmHg, dengan kisaran antara 12
sampai 20 mmHg.

Pengaturan Tekanan Intraokular


Tekanan intraokular tetap konstan pada mata yang normal, biasanya sampai ± 2
mm Hg dari nilai normalnya, yang rata-rata sekitar 15 mm Hg. Besarnya tekanan
ini ditentukan terutama oleh tahanan terhadap aliran keluar humor aqueous dari
kamera okuli anterior ke dalam kanalis Schlemm. Tahanan aliran keluar ini
dihasilkan dari retikulum trabekula yang dilewati, tempat penyaringan cairan yang
mengalir dari sudut lateral ruang anterior ke dinding kanalis Schlemm. Trabekula
ini mempunyai celah terbuka yang sangat kecil, yaitu antara 2 sampai 3 µm.
Kecepatan aliran cairan ke dalam kanalis meningkat secara nyata karena tekanan
yang meningkat. Dengan tekanan kurang lebih 15 mmHg pada mata normal,
biasanya jumlah cairan yang meninggalkan mata melalui kanalis Schlemm rata-rata
2,5 µl/menit dan begitu juga dengan jumlah aliran masuk cairan dari korpus siliaris.
Normalnya tekanan menetap pada tingkat sekitar 15 mmHg.

Mekanisme untuk Pencucian Ruang Trabekula dan Cairan lntraokular


Bila ditemukan sejumlah besar debris dalam humor aqueous, seperti setelah terjadi
perdarahan dalam mata atau selama infeksi intraokular, debris tersebut
kemungkinan diakumulasi dalam ruang trabekula yang berasal dan kamera okuli
anterior menuju kanalis Schlemm; debris ini dapat mencegah reabsorpsi cairan
yang adekuat dari kamera okuli anterior dan kadang-kadang menyebabkan
glaukoma. Begitu juga, pada permukaan retikulum trabekula, ada banyak sel
fagosit. Juga, tepat di luar kanalis Schlemm ada sebuah lapisan gel interstisial yang
berisi sejumlah besar sel retikuloendotelial yang memililci kapasitas luar biasa
untuk menelan debris dan mencernanya menjadi substansi-substansi molekul kecil
yang kemudian dapat diabsorbsi. Jadi, sistem fagositik ini menjaga agar ruang
trabekula tetap bersih. Permukaan iris dan permukaan lain dari mata di belakang
iris dilapisi oleh epitel yang mampu memfagosit protein dan partikel kecil dari
humor aqueous, sehingga membantu mempertahankan cairan agar bersih.

4. Patologi
- Visus tetap
A. konjungtivitis
konjungtivitis bakteri :
- sederhana
etiologi : staphylococcus aureus, s.dermatidis, h.influenza, dan s.pneumoni.
gejala klinis : sekret muko purulen, akut, mata merah, edema kornea, dan sensai
benda asing.
terapi :salep kloramfenikol 3x1 selama 3 hari, tetes mata 0,5-1% 6x1 selama 3 hari.
- gonokokal
etiologi : N. gonorrhea
gejala klinis : sekret hiperpurulen, hiperakut (12-24 jam), sensasi benda asing,
hiperedema kornea, pseudomembran, dan mata merah.
terapi : tetes mata 0,5-0,1% 6x1 1 tetes per jam, ceftriaxone 250 mg IM single dose,
dan azithromisin 1 g PO single dose.

- konjungtivitis clamidia :
B. perdarahan konjungtiva

Definisi
Patch merah yang terdapat pada konjungtiva atau biasa disebut dengan mata merah
yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat di bawah lapisan
konjungtiva. Pecahnya arteri konjungtiva atau arteri episklera sering tidak disadari
sebelumnya.

Etiologi

Spontan (idiopatik biasanya ditemukan pada orang tua dengan "aterosklerosis"),


trauma ringan

(menggosok mata) hingga trauma subkonjungtiva. Aktivitas yang terlalu berat


(batuk, bersin,

mengangkat beban berat, defekasi dengan konsistensi keras), pasien dengan


hipertensi atau adanya kelainan pembuluh darah (faktor koagulasi. hemofilia,
konsumsi obat seperti turunan coumarin, sildenafil citrate, tadafi, vardenafil,
pralidoxime, obat antikoagulan).

Gejala dan tanda

Bercak merah dan terasa mengganjal. Perdarahan tanpa disertai nyeri.

Diagnosis

Anamnesis, pemeriksaan tekanan darah, dan funduskopi (penting dilakukan untuk


menyingkirkan kemungkinan kelainan pada segmen posterior).

Pada pasien dengan riwayat trauma, jika ditemukan adanya tekanan bola mata
rendah, penurunan tajam penglihatan serta pupil lonjong maka diperlukan
eksplorasi bola mata untuk melihat kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.136

Tata Laksana

Kompres hangat. Perdarahan dapat diabsorpsi dan menghilang dalam waktu 1-2
minggu tanpa diobati.

Komplikasi
Tidak ada.

C. benda asing
Definisi

Corpus alienum atau benda asingd merupakan salah satu penyebab


terjadinya cedera matad sering mengenai sklerad kornead dan konjungtiva. Apabila
suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi infeksi
yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itud perlu cepat
mengenali benda tersebut dan menentukan lokasinya didalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya.Benda asing dapat mengenai beberapa bagian matad
yaitu konjungtivad kornead lensad juga sklera. Dari masing-masing bagian mata
tersebut dapat menyebabkan komplikasi yang berbeda pula.

Pathogenesis

Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasid mengakibatkan


dilatasi pembuluh darah dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak matad
konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga dilepaskand mengakibatkan reaksi
pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrat kornea. Jika tidak dihilangkand
benda asing dapat menyebabkan infeksi dan menjadi ulkus atau nekrosis jaringan.

Prognosis

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari


besarnya corpus alienumd kecepatan masuknyad ada atau tidaknya proses infeksid
dan jenis bendanya. Trauma okuli akibat corpus alienum akan memberikan
gambaran tajam penglihatan normal atau menurund injeksi konjungtivad injeksi
silierd tampak benda asing di matad rust ring(terutama jika logam tertanam sudah
beberapa jam atau haripada kornea)d defek epitel yang jelas dengan penggunaan
fluoresensd udem kornea

Tatalaksana
Tatalaksana operatif berupa ekstraksi corpus alienum. Mengeluarkan benda
asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan
konjungtivad kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian
anatesi lokal. Untuk mengeluarkannyad diperlukan kapas lidi atau jarum suntik
tumpul atau tajam. Arah pengambiland dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat
magnetikd maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi
antibiotik lokald siklopegikd dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.

Tatalaksana medikamentosa berupa antibiotikd antiinflamasid dan artificial tearsd


juga edukasi penggunaan alat pelindung diri berupa kacamata saat bekerja.

D. pterigium
adalah suatu penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging
yang menjalar ke kornea, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif . pertembuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak
bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.

etiologi

● Diperkirakan penyakit ini sering terjadi pada orang yang tinggal di iklim
panas. oleh karena itu kontak yang terlalu lama terhadap sinar ultraviolet,
panas, angin tinggi dan debu.
● • beberapa virus juga sebagai faktor etiologi mungkin.

patofisiologi
(A)Patogenesis pterigium: kerusakan limbal fokal oleh karena sinar UV memicu
migrasi mutasi limbal stem cell ke central kornea.
( B) defisiensi limbal stem cell menyebabkan conjungtivalization kornea dari segala
arah
Pterigium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium,
progresifitasnya dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera, yaitu:

•Tipe I: Pterigium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi
kornea pada tepinya saja. Lesi meluas <2 mm dari kornea. Stocker’s line atau
deposit besi dapat dijumpai pada epitel kornea dan kepala pterigium.

•Tipe II: disebut juga pterigium tipe primer advanced atau pterigium rekuren tanpa
keterlibatan zona optic. Pada tubuh pterigium sering nampak kapiler-kapiler yang
membesar. Lesi menutupi kornea sampai 4 mm

•Tipe III: Keterlibatan zona optic membedakan tipe ini dengan tipe yang lain. Lesi
mengenai kornea >4mm dan mengganggu aksis visual.

Berdasarkan stadium pterigium dibagai ke dalam 4 stadium yaitu:

1.Stadium 1 : invasi minimum, pertumbuhan lapisan yang transparan dan tipis,


pertumbuhan pembuluh darah yang tipis hanya terbatas pada limbus kornea.

2.Stadium 2: lapisan tebal, pembuluh darah profunda tidak kelihatan dan


menginvasi kornea tapi belum mencapai pupil.

3.Stadium 3: lapisan tebal seperti daging yang menutupi pupil, vaskularisasi yang
jelas

4.Stadium 4: pertumbuhan telah melewati pupil.


A. Cap: Biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast,

menginvasi dan menghancurkan lapisan bowman pada kornea

B. Whitish: Setelah cap, lapisan vaskuler tipis yang menginvasi kornea


.
C. Badan: Bagian yang mobile dan lembut, area yang vesikuler pada konjunctiva bulbi, area paling ujung

E. Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak
pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak
mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan
normal ditemukan di kulit.

Patofisiologi

Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena


adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata
yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung
pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan kerusakan sistem imun atau
terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi toksin bakteri, sisa buangan dan
enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat dengan adanya
dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.

Klasifikasi

Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:


· Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar,
tempat dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya
disebabkan oleh infeksi bakteri (staphyloccus blepharits) atau ketombe
di kepala dan alis mata (blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat
juga disebabkan karena alergi.

· Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian


dalam, bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis
posterior dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di
kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan
mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk
bertumbuh.
Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:

Blefaritis Bakterial
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid
dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas
basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.
2. Blefaritis Seboroik
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata
kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari
kelenjar meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan
hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion,
hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng. Blefaritis seboroik
merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya
adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat
selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo
bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak
kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang
berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra
disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan
perdarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi
kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis
skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna
kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan
mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang
terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan
disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih
lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan
rontok (madarosis). Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik.
Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus.
Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi
roboransia. Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang
merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi
tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.
5. Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak
disudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak
mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan
padafungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus
aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati
dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal
bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.

6. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu
pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam
berulang kali disertai antibiotik lokal

Blefaritis Virus
1. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut.
Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bilamata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial
merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.
2. Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk
blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan
kedua kelopak lengket.

Blefaritis Jamur
1. Infeksi superficial

2. Infeksi jamur dalam

3. Blefaritis pedikulosis

Penatalaksanaan

Bersihkan dengan garam fisiologis hangat kemudian diberikan antibiotik


yang sesuai. Pada blefaritis sering dilakukan kompres hangat.

Kompres hangatselama 5-10 menit, tekan kelenjar meibom dan bersihkan dengan
sampo bayi. Diberikan juga antibiotik sistemik, tetrasiklin 2x250 mg atau
eritromisin 3x250mg atau sesuai dengan hasil kultur.

F. Dakriosistisis

Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis akibat adanya obstruksi


pada duktus nasolakrimalis. Obstruksi pada anakanak biasanya akibat tidak
terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan pada orang dewasa akibat adanya
penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung. Penyakit ini sering
ditemukan pada anak-anak atau orang dewasa di atas 40 tahun, terutama perempuan
dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga 70 tahun. Dakriosistitis pada bayi
yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1% dari jumlah kelahiran yang ada dan
jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Jarang ditemukan pada
orang dewasa usia pertengahan kecuali bila didahului dengan infeksi jamur.1
Dakriosistitis pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus
atau kadang-kadang Streptococcus βhemolyticus. Pada dakriosititis kronik,
organisme dominannya adalah Streptococcus pneumoniae atau jarang sekali
Candida albicans. Pada bayi, infeksi kronik menyertai obstruksi duktus
nasolakrimalis, tetapi dakriosistitis akut jarang terjadi. Dakriosistitis pada anak
sering terjadi akibat Haemophilus influenzae. Obstruksi pada duktus nasolakrimalis
ini dapat menimbulkan penumpukan air mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus
lakrimalis yang merupakan media pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan
bakteri. Ada tiga tahapan terbentuknya sekret pada dakriosistitis. Hal ini dapat
diketahui dengan melakukan pemijatan pada sakus lakrimalis. Tahapan tersebut
antara lain: Obstruksi, pada tahap ini, baru saja terjadi obstruksi pada sakus
lakrimalis, sehingga yang keluar hanyalah air mata yang berlebihan. Infeksi, pada
tahap ini, yang keluar adalah cairan yang bersifat mukus, mukopurulen, atau
purulen tergantung pada organisme penyebabnya. Sikatrik, pada tahap ini sudah
tidak ada regurgitasi air mata maupun pus. Hal ini dikarenakan sekret yang
terbentuk tertahan di dalam sakus sehingga membentuk suatu kista. Gejala umum
pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan kotoran. Pada dakriosistitis akut,
pasien akan mengeluh nyeri di daerah kantus medial yang menyebar ke daerah dahi,
orbita sebelah dalam dan gigi bagian depan. Sakus lakrimalis akan terlihat edema,
lunak dan hiperemi yang menyebar sampai ke kelopak mata dan pasien juga
mengalami demam. Jika sakus lakrimalis ditekan, maka yang keluar adalah sekret
mukopurulen. Faktor resiko yang terbesar terjadinya dakriosistitis adalah obstruksi
duktus nasolakrimalis. Faktor resiko lain seperti umur, wanita, ras (kulit hitam lebih
sering dikarenakan ostium nasolakrimal lebih besar, sedangkan kanal lakrimal lebih
pendek dan lurus), abnormal nasal seperti deviasi septum, rhinitis, hipertrofi
inferior turbinate pada bagian yang infeksi. Walaupun prognosis dakriosistitis
adalah baik, namun sering terjadi resistensi terhadap terhadap antibiotika sehingga
masih berpotensi terjadi kekambuhan jika obstruksi duktus nasolakrimalis tidak
ditangani secara tepat, sehingga prognosisnya adalah buruk. Adapun komplikasi
yang terjadi jika tidak ditangani dengan baik yaitu selulitis orbital, abses intrakonal.
Agar dapat menghindari terjadinya dakriosistitis, maka pemahaman tentang
penyakit dan cara mencegah rekurensi dakriosistitis menjadi dasar yang sangat
penting. Oleh karena itu, penting untuk memberikan edukasi pada pasien sehingga
dapat mencegah terjadinya penyakit ini.
G. Dakrioadenitis
H. Skleritis
SKLERITIS

Merupakan suatu radang kronis granulomatosa pada sclera. Kelainan ini ditandai
dengan infiltrasi seluler, destruksi kolagen, dan remodeling vascular. Perubahan-
perubahan ini diperantarai oleh proses imunologis atau akibat infeksi. Sebagian
besar disebabkan reaksi hipersensitivitas tipe III dan IV yang berkaitan dengan
penyakit sistemik. Kelainan ini jarang dijumpai, biasanya terjadi bilateral (pada
sepertiga kasus), lebih banyak diderita oleh wanita, dan khas timbul pada dekade
kelima atau keenam kehidupan.

Pathogenesis:
Skleritis infeksius terjadi akibat invasi dan kolonisasi jaringan sklera oleh mikroba.
Secara umum mekanisme skleritis infeksius terbagi menjadi eksogen dan endogen.
Mekanisme yang paling sering terjadi adalah mekanisme eksogen. Infeksi eksogen
dapat disebabkan oleh inokulasi yang terjadi setelah trauma atau operasi,
penyebaran langsung dari area di sekitarnya seperti pada keratitis mikrobial dengan
keterlibatan sklera, atau penyebaran dari dalam mata seperti pada endoftalmitis atau
panuveitis. Infeksi eksogen cenderung akut, supuratif, dan destruktif. Mekanisme
infeksi endogen disebabkan oleh penyebaran infeksi sistemik seperti pada syphilis
atau tuberkulosis. Tampilan klinisnya menyerupai skleritis noninfeksius difus,
nodular, atau nekrotik.
Hasil Anamnesis (Subjective)
- Keluhan :
Nyeri hebat pada bola mata, konstan, dan tumpul. Nyeri dapat menyebar ke dahi,
alis, dan dagu
Intensitas nyeri sangat berat hingga membuat pasien terbangun pada malam hari
Ketajaman penglihatan berkurang
Mata merah berair
Fotofobia
- Penyebab skleritis :
1. Penyakit Autoimun (Arthritis Rheumatoid, Poliathritis Nodosa, Polikondritis
berulang, Granulomatosis Wegener, Lupus Eritematosus sistemik, Pioderma
Gangrenosum, Kolitis Ulseratif, Nefropati IgA, Arthritis Psoariatika)
2. Penyakit Granulomatosa dan Infeksiosa ( Tuberculosis, Sifilis, Sarkoidosis,
Toksoplasmosis, Herpes Simpleks, Herpes Zooster, Infeksi Pseudomonas, Infeksi
Streptokokus, Aspergilosis, Lepra )
3. Lain-lain - Fisik (radiasi, luka bakar termal) - Kimia (luka bakar asam atau basa)
- Penyebab mekanis (trauma tembus, pembedahan) - Limfoma - Rosacea
4. Tidak diketahui
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
- Pemeriksaan fisik :
1. Bola mata sangat nyeri bila ditekan
2. Injeksi hebat pada pembuluh darah skleral (Bola mata berwarna ungu gelap
akibat dilatasi pleksus vaskular profunda di sclera dan, yang mungkin nodular,
sektoral, atau difus)
3. Tekanan intra okuler meningkat
4. Dengan penetesan fenilefrin 10% tidak akan terjadi vasokonstriksi.
- Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyakit sistemik yang terkait.
Hitung darah lengkap dan laju endap darah
Faktor Rheumatoid Serum (RF)
Antibodi Antinukleus Serum (ANA)
PPD, Rontgen toraks
FTA-ABS, VDRL-serum
Kadar asam urat serum
Urinalisis
2. Pemeriksaan rontgen orbita untuk menyingkirkan kemungkinan adanya benda
asing.

Penegakan Diagnosis (Assessment)


- Klasifikasi :
1. Skleritis anterior difus dan nodular
2. Skleritis posterior
- Diagnosis Klinis : Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang.
- Diagnosis Banding : Episkleritis (Merupakan peradangan lokal jaringan ikat
vaskular penutup sklera yang relatif sering dijumpai. Kelainan ini cenderung
mengenai orang muda, khasnya pada dekade ketiga atau keempat kehidupan.
Wanita memiliki risiko tiga kali lebih besar dari pria. Bersifat unilateral pada dua
pertiga kasus)

- Komplikasi :
1. Keratitis perifer
2. Glaucoma
3. Granuloma subretina

I. trikiasis
J. Chalazion
Definisi
Kalazion adalah inflamasi lokal pada palpebra yang disebabkan oleh
obstruksi dari kelenjar Meibom.

Faktor Risiko
● Sering menggosok mata, sering menggunakan makeup
● Pasien dengan blepharitis, acne rosasea, seboroik, dan atopi
Patogenesis
Kelenjar Meibom menghasilkan minyak penyusun lapisan air mata. Bila
kelenjar mengalami obstruksi, maka kandungan kelenjar dapat terinfiltrasi
ke jaringan sekitar dan memicu respons inflamasi granulomatous. Edema
yang disebabkan dari obstruksi kelenjar Meibom terbatas pada konjungtiva
palpebra, namun adakalanya bila lesi membesar dan menembus lempeng
tarsal dan menembus palpebra bagian luar.
Gejala Klinis
● Benjolan yang tidak nyeri
● Lebih sering muncul pada palpebra superior
● Kalazion dengan ukuran besar sering menimbulkan astigmatisma
● Keluhan Kalazion berulang, nyeri +, hiperemia, madarosis, dengan
klinis tampak ulkus atau nodul perlu dicurigai sebagai keganasan

Terapi
Kalazion adalah penyakit self limiting. Penanganan konservatif biasanya
cukup membantu untuk memfasilitasi drainase kelenjar sebasea. Antibiotik
baik sistemik maupun topikal tidak tepat indikasi kecuali terdapat infeksi
sekunder. Kompres hangat 2 sampai 4 kali selama 15 menit membantu
untuk mencairkan sekresi lipid yang mengobstruksi duktus kelenjar dan
membantu drainase kelenjar. Pembersihan kelopak mata secara berkala
dengan sampo bayi juga membantu untuk membersihkan debris yang
membuntu muara duktus. Pada kasus kronis yang tidak membaik dengan
penanganan konservatif, injeksi intralesi kortikostreroid (0.1–0.2 ml
triamcinolone acetonid 40 mg/ml) dapat membantu untuk kalazion dengan
ukuran kecil, kalazion pada tepi palpebra, ataupun kalazion multipel.
Kalazion berukuran besar sebaiknya dilakukan kuretase dan drainase. Insisi
vertikal pada konjungtiva tarsal pada muara kelenjar Meibom ditujukan
untuk menghindari adanya scar pada lempeng tarsus. Pada kalazion
berulang yang dicurigai sebagai keganasan dapat dilakukan biopsi.

K. hordeolum

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, yang


biasanya disebabkan oleh infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak, sembuh sendiri dan dapat diberi kompres hangat.
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll yang akan menunjukkan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak, dan nanah dapat keluar dari
kelopak mata. Hordeoulum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom
yang terletak dalam tarsus yang akan memberikan penonjolan terutama ke
daerah konjungtiva tarsal, dan biasanya berukuran lebih besar daripada
hordeolum eksternum.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak
sehingga sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preaurikel
biasanya turut membesar, sehingga hordeolum ini membentuk abses dan
pecah dengan sendirinya. Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat
diberikan kompres air hangat 3 kali sehari selama 10 menit.
Gejala lengkap hordeolum:
- Bengkak pada kelopak mata atas atau bawah
- Rasa sakit
- Merah
- Lunak
- Keropeng pada tepi kelopak
- Rasa panas
- Gatal
- Rasa silau
- Mata berair
- Berkedip tidak enak
- Rasa kelilipan
- Penglihatan terganggu
Pengangkatan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.
Diberi antibiotic local terutama bila berbakat untuk rekuren atau terjadinya
pembesaran kelenjar preaurikel.
Antibiotic sistemik yang diberikan ciprofloksaxim 250-500 mg atau
amoksisilin 3 kali sehari. Bila terdapat infeksi staphylococcus di bagian
tubuh sebaiknya diobati bersama-sama.
Pada nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi yang terlebih dahulu
diberikan anastesi topical tetes mata dengan patokain. Dilakukan anstesi
filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan
insisi sebagai berikut:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus dengan margo palpebral
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebral
Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohlesi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep
antibiotic.
prognosis : baik dan dapat berulang
ULKUS KORNEA

Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea


akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh
adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Ulkus kornea
yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan
ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi, endoftal-mitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan jaringan parut
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.

Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya
disertai riwayat trauma pada mata.

Etiologi

a. Infeksi Bakteri

b. Infeksi Virus

c. Infeksi jamur

d. Infeksi protozoa (acanthamoeba)

Klasifikasi

a. Ulkus kornea karena Infeksi Bakteri

· Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae


mengakibatkan ulkus opak putih-kekuningan, oval, dikelilingi
kornea jernih
· Pseudomonas: ulkus tajam ireguler, mukopurulen kehijauan tebal
eksudat, nekrosis likuefaktif difus, dan semiopak di sekitar kornea.
· Enterobacteriae: ulkus dangkal, suppurasi pleomorfik putih keabuan
dan diffuse stromal opalescence disertai dengan infiltrate cincin
(bakteri gram positif)

b. Ulkus kornea karena Infeksi Virus menghasilkan ulkus dendritik

c. Ulkus kornea karena Infeksi jamur menghasilkan ulkus kornea kering


putih keabuan dengan tepi terelevasi dan melipat keluar, cincin imun steril
(garis kuning), lesi satelit dan multipel di sekitar ulkus, hipopion besar dan tidak
steril atau plak endotelial

d. Ulkus kornea karena Infeksi protozoa (acanthamoeba) menghasilkan


gambaran:

· Lesi epitelial: pengerasan dan ireguleritas epitel, pengangkatan tepi


epitel, pembentukan pseudendrit
· Lesi stromal: radial keratoneuritis, cincin infiltrat, abses cincin
· Limbitis dan skleirit
Patofisiologi

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Kornea
bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi dan
vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat
di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari
sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang
mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu,
keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat
terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.

Diagnosis

a. Anamnesis

· keluhan utama, onset, durasi, dan keparahan gejala


· Keluhan utama: nyeri (viral tidak nyeri; protozoa sangat nyeri),
mata kemerahan, sensasi adanya benda asing (bakteri, jamur),
mata berair, fotofobia (non-infeksi), dan penurunan penglihatan

· riwayat pengobatan mata (penggunaan steroid), penggunaan lensa


kontak, riwayat penyakit sistemik sebelumnya (diabetes mellitus,
kondisi imunodefisiensi, operasi mata), riwayat sosial (pola makan)

b. Pemeriksaan laboratorium penunjang


· Pemeriksaan laboratorium rutin
· Pemeriksaan mikrobiologis

Tata laksana

Non-farmakologi

¡ Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya

¡ Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang;

¡ Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering


mungkin dan mengeringkannya dengan handuk atau kain yang
bersih;

Farmakologi

¡ Antibiotik

¡ Antijamur

¡ Antiviral

¡ Analgesik
L. Episkleritis

Episkleritis adalah kondisi peradangan yang mempengaruhi


jaringan episklera yang terletak di antara konjungtiva dan sclera.
Episkleritis biasanya sembuh sendiri dan bisa berulang.

Penyebab episkleritis belum diketahui dengan pasti, namun dalam


beberapa kasus episkleritis disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas
terhadap penyakit seperti tuberculosis, penyakit kolagen vaskuler :

• Rheumatic Arthritis

• Crohn’s disease

• ulcerative colitis

• Systemic Lupus Eritematosus

Episkleritis terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. Episkleritis Simple

Ini adalah jenis episkleritis yang paling umum dari episkleritis.


Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung
selama sekitar 7-10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai
tiga minggu. Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi tersebut,
biasanya setiap satu sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali tidak
diketahui.

2. Episkleritis Nodular

Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis simple dan


berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian
mata saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan
pada permukaan mata. Ini sering berkaitan dengan kondisi kesehatan,
seperti rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.Seseorang yang
mempunyai riwayat episkleritis sebelumnya mempunyai faktor risiko
lebih tinggi menderita episkleritis. Episkleritis biasanya terjadi pada usia
40 atau 50 tahun.

Patofisiologi yang kurang dipahami. Respon inflamasi terlokalisir ke


jaringan vaskuler episcleral, dan histopatologi menunjukkan peradangan
nongranulomatous dengan dilatasi pembuluh darah dan infiltrasi
perivaskular.

2 jenis yaitu sederhana dan nodular. Jenis yang paling umum adalah
episkleritis sederhana, di mana ada serangan intermiten peradangan sedang
sampai parah yang sering kambuh pada interval 1 sampai 3 bulan. Episode
biasanya berlangsung 7-10 hari, dan sebagian besar setelah 2-3 minggu.
Episode berkepanjangan mungkin lebih umum pada pasien dengan kondisi
sistemik yang berhubungan. Beberapa pasien dicatat bahwa episode lebih
sering terjadi pada musim semi atau musim gugur. Faktor pencetus jarang
ditemukan, tetapi serangan telah dikaitkan dengan stres dan perubahan
hormonal.
keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering,
dengan rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang
kemotik, terlihat mata merah unilateral yang disebabkan vasodilatasi
pembuluh darah dibawah konjuntiva.
Gejala episkleritis meliputi :
· Sakit mata dengan rasa nyeri

· Mata merah pada bagian putih mata

· Kepekaan terhadap cahaya

· Tidak mempengaruhi visus

· Jika pasien mengalami episkleritis nodular, pasien mungkin memiliki satu

· atau lebih benjolan kecil atau benjolan pada daerah putih mata. Pasien
mungkin
· merasakan bahwa benjolan tersebut dapat bergerak di permukaan bola mata

2. Visus menurun
A. glaukoma akut dan kronis
Glaukoma akut

Definisi

Glaukoma adalah kelainan mata yang ditandai dengan meningkatnya


tekanan bola matad atrofi papil saraf optikd dan menciutnya lapang pandang.
Glaukoma akut adalah glaukoma yang terjadi akibat peningkatan tekanan
intraorbita secara mendadak dan sangat tinggid karena adanya hambatan mendadak
pada sirkulasi aquos humor di mata. Glaukoma akut merupakan salah satu
glaukoma sudut tertutup primer.
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi pada mata dengan predisposisi
anatomis tanpa disertai kelainan lain. Peningkatan tekanan intra okular terjadi
karena sumbatan aliran aquous akibat adanya oklusi anyaman trabekular oleh iris
perifer. Glaukoma sudut tertutup akut (glaukoma akut) terjadi disebabkan oleh
penutupan sudut bilik mata depan yang mendadak oleh iris perifer. hal ini
menghambat aliran keluar aquous dan tekanan intraocular meningkat dengan cepatd
menimbulkan nyeri hebatd kemerahan dan penglihatan kaburd haloed nyeri pada
matad sakit kepalad mual dan muntah.

Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular inid
disebabkan olehE
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.

Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko glaukoma adalahE
1. Umur > 4E tahun
2. Riwayat anggota keluarga
3. Tekanan intraokular > 21 mmhhg
4. obat-obatan (seperti steroid)
5. Riwayat trauma pada mata
6. Penyakit laind seperti katarakd diabetesd hipertensi

Patofisiologi
Patofisiologi glaukoma yaituE
1. Hambatan outflow aquos humor
2. Peningkatan TIO secara kronis
3. Penekanan pada nervus optikus
4. Defek (gangguan) lapang pandangan
5. Kerusakan akson-akson

Pada glaukoma sudut tertutup primerd terjadi bila cairan mata yang berada
di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke
depan dan mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata yang biasa
disebut mekanisme blokade pupil. Blokade pupil ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular di kamera okuli posterior sehingga akan
menyebabkan iris menempel pada kornea di bagian perifer dan struktur iris
terdorong ke depand keadaan ini disebut iris bombe. Glaukoma akut primer terjadi
apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior
oleh iris perifer.

Hal ini akan menyumbat aliran humor aquos dan tekanan intraocular akan
meningkat dengan cepat. Keadaan ini akan menimbulkan nyeri hebatd kemerahand
dan penglihatan yang kabur. Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah
mengalami penyempitan anatomik sudut kamera anterior (terutama dijumpai pada
hipermetropi). Serangan akut biasanya terjadi pasien usia tua seiring dengan
pembesaran kristalina lensa yang berkaitan dengan proses penuaan. Serangan akut
tersebut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupildyang terjadi secara spontan di
malam harid saat pencahayaan berkurang. Dapat juga disebabkan oleh obat-obatan
dengan efek antikolinergik atau simpatomimetik (misalnyaE atropined
antidepresand bronkodilatord inhalasid dekongestan hidung atau tokolitik).
Serangan dapat juga terjadi pada dilatasi pupil pada waktu oftalmoskopi tetapi
jarang.

Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel


ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti
dalam retina serta berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi
atrofi disertai pembesaran cawan optik. Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh
peningkatan tekanan intraokuler. Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar
kerusakan saraf pada bola matad sehingga dapat menimbulkan kerusakan iskemik.
Gejala Klinis

Pada glaukoma akutd TIO meningkat secara mendadak. Peningkatan yang


cepat ini dapat muncul dalam beberapa jam dan memberikan rasa nyeri hebatd dan
jika TIO naik cukup tinggid nyeri akan sangat hebat sampai dapat menyebabkan
mual dan muntah. Mata menjadi merahd kornea dapat menjadi keruh atau berawan
dan pasien dapat melihat pijaran seperti pelangi disekitar sumber cahaya serta
pandangan menjadi kabur tiba-tiba. Serangan glaucoma akut tidak selalu maksimal
pada setiap kasus.

Pemeriksaan fisik

1. Pemeriksaan visus
• Normal pada tahap awal penyakit
• Turun pada tahap akhir penyakit

2. Pemeriksaan Tonometri

• Tekanan intra Okular meningkat

3. Pemeriksaan Oftalmoskop
• Papil glaukomatosa
• Injeksi silier hebat
• Kornea tampak edema dan suram
• Bilik mata depan dangkal

4. Pemeriksaan perimetri

• Defek lapang pandangan

Diagnosis
Diagnosis glaukoma akut biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
pemeriksaan penunjang.

Beberapa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis glaukoma akut

a. slit-lamp biomikroskopi
● Hiperemia limbus dan konjungtiva
● Hiperemis siliar karena injeksi limbus dan pembuluh darah
konjungtia
● Edema kornea dengan vesikel epitelial dan penebalan struma
● Bilik mata depan dangkal dengan kontak iridokorneal perifer
● flare dan sel akuos dapat dilihat setelah edem kornea dapat dikurangi
● Pupil dilatasi bulat lonjong ( oval ) vertikal dan tidak ada reaksi
terhadap cahaya dan akomodasi
● iris bombe tanpa adanya rubeosis iridis
● dilatasi pembuluh darah iris
● tekanan intra-okular sangat meningkat (50-100 mmhg)

b. Tonometri Schiotz ( normal TIO : 16 - 20 mmhg) pada glaukoma akut dapat


mencapai 50-100 mmhg.

c. funduskopi : papil saraf optik menunjukan penggaungan dan atrofid seperti


pada glaukoma simpleks. Sehingga cup disk ratio membesar (N > 0,4). Sering juga
ditemukan optic-disk edema dan hiperemis.

d. Gonioskopi Pemeriksaan gonioskopi adalah tindakan untuk melihat sudut bilik


mata dengan goniolens.

Diagnosa banding
· uveitis akut
· Keratitis
· Konjungtivitis akut
Komplikasi
a. sinekia Anterior Perifer. iris perifer melekat pada jalinan trabekula dan
menghambat aliran humor aquos.
b. Atrofi retina dan saraf optik.
c. Glaukoma Absolut.

Penatalaksanaan

tujuan pengobatan

· merendahkan tio secepatnya

· melakukan pembedahan apabila tio normal dan mata tenang

Pada serangan akutd sebaiknya tekanan diturunkan terlebih dahulu

medikamentosa :

. supresi pembentukan aqueous humor

· fasilitasi aliran keluar aqueous humor

· penurunan volume vitreus

· miotikd midriatikd dan sikloplegik

Pembedahan

· iridektomi perifer

medikamentosa

1. supresi pembentukan aqueous humor

· Penyekat beta adrenergic


o mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air akan tertarik
o keluar dari vitreus dan menyebabkan penciutan vitreus
o terjadi penurunan produksi aqueous humor
o manitol, gliserin

· obat yang berkerja menghambat rangsangan simpatis dan


o mengakibatkan penurunan tio
o KI : penyakit obstruksi jalan napas kronik
o ES : depresi, kebingungan, fatigue
o Timolol maleat 0,25 % dan 0,5 %, betanolol, levobunolol,
o metipranol, carteolol

· Penghambat anhidrase karbonat topikal


o Efektif digunakan sebagai tambahan
o ES : rasa pahit sementara, blefarokonjungtivitis alergi

· Penghambat anhidrase karbonat sistemik


o Dapat menekan pembentukan aqueous humor sebanyak 40-
O0%
o Digunakan pada glaukoma kronik bila pengobatan topikal
kurang
o memuaskan dan pada glaukoma akut bila Tio sangat tinggi dan
o perlu segera dikontrol
o Acetazolamide, diklorfenamide, methazolamide

2. Fasilitasi aliran keluar aqueous humor

· Analog prostaglandin
o Meningkatkan aliran keluar aqueous humor melalui uveosklera
o ES : hiperemi konjungtiva, hiperpigmentasi kulit periorbita,
o pertumbuhan bulu mata, penggelapan iris yang permanen
o Bimatoprost, latanoprost, travoprost

· obat parasimpatomimetik
o Meningkatkan aliran keluar aqueous humor dengan bekerja
pada anyaman trabekular melalui kontraksi otot siliaris
o Pilokarpin, karbakol
o ES : menimbulkan miosis disertai penglihatan suram terutama
o pada pasien katarak, ablasi retina

· Epinefrin 0,25- 2%
o Meningkatkan aliran keluar aqueous humor dan penurunan
o pembentukannya
o ES : refleks vasodilatasi konjungtiva, endapan adrenokrom,
o konjungtivitis folikular, reaksi alergi
o Ki : pasien dengan sudut bilik mata yang sempit

3. Penurunan volume vitreous

· obat hiperosmotik
o Mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air akan tertarik
o keluar dari vitreus dan menyebabkan penciutan vitreus
o terjadi penurunan produksi aqueous humor
o manitol, gliserin

4. miotik, midriatik dan sikloplegik

· miotik
o Kontriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan
glaukoma
o sudut terbuka (menambah fasilitas pengeluaran cairan mata) ,
o glaukoma sudut sempit (membuka sudut bilik mata)
o Pilokarpin, karbakol, miostat

· midriatik
o dilatasi pupil penting pengobatan penutupan sudut akibat oklusi
o sudut bilik mata depan oleh iris perifer
o epinefrin, kokakin, fenilefrin

· sikloplegik
o relaksasi otot siliaris sehingga zonulla zinn menjadi kontraksi
o untuk menarik lensa ke belakang ( penutupan sudut akibat
pergeseran lensa ke anterior)
o Atropin, homatropin, tropikamida

Terapi bedah dan laser

· Iridoplasti, iridektomi, iridotomi perifer


o Blokade pupil pada glaukoma sudut tertutup paling baik diatasi
dengan membentuk saluran langsung antara bilik mata depan dan
belakang sehingga tidak ada perbedaan tekanan di antara keduanya
o Tehnik : laser argon akan membakar iris perifer menyebabkan
kontraksi stroma iris dan akan menarik sudut bilik mata depan
hingga terbuka
o Es : sinekia anterior perifer

· Trabekulopasti laser
o Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan
bakaran melalui suatu lensa-gonio ke anyaman trabekular akan
memudahkan aliran keluar aueous humor.
o Digunakan pada glaukoma sudut terbuka.

· Bedah drainase glaukoma


o Tindakan bedah dapat menghasilkan penurunan tio yang lebih
berarti
o Trabekulektomi : pembuatan saluran drainase pintas sehingga
terbentuk akses langsung aqueous humor dari bilik mata depan ke
jaringan subkonjungtiva dan orbita.
o Komplikasi : terbentuknya jaringan fibrosa jaringan episklera
yang menyebabkan penutupan jalur drainase yang baru.
Glaukoma Kronis

Definisi

Primary open-angle glaucoma (POAG) atau disebut juga glaukoma kronik


sederhana merupakan jenis glaukoma tersering. Terjadi kehilangan lapang pandang
perifer yang progresif pada mata yang mengalami POAG diikuti dengan kehilangan
lapang pandang sentral.

Faktor Resiko

Peningkatan tekanan intraokular (TIO), usia lanjut, riwayat keluarga, ras kulit
hitam.

Faktor risiko tambahan

1. Miopi berat

2. Penyakit retina (oklusi vena sentral, ablasio retina, retinitis pigmentosa).

Patogenesis

Pada glaukoma kronik, meningkatnya TIO dapat disebabkan karena


beberapa hal antara lain terjadinya obstruksi trabekular, adanya kehilangan sel
endotel trabekular, kehilangan kemampuan densitas trabekular dan menyempitnya
kanal Schlemm, kehilangan akuola di dinding endotel kanal schlemm, gangguan
aktivitas fagositik, disfungsi kontrol adrenergic, proses imunologik abnormal.

Mekanisme utama penurunan penglihatan adalah dengan terjadinya atrofi


sel ganglion difus yang ditandai dengan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian
dalam retina serta berkurangnya jumlah sel akson di saraf optikus. 1eberapa postulat
telah diajukan untuk menerangkan terjadinya proses tersebut. Tetapi hingga kini
hanya ada dua postulat yang dapat menjelaskan proses ini secara lengkap yaitu:

1) Teori iskemik: gangguan pembuluh darah kapiler akson nervus


optikus,memainkan peranan penting pada patogenesis kerusakan akibat glaukoma.
Mekanime yang terjadi:
a. Hilangnya pembuluh darah
b. Perubahan aliran darah kapiler
c. Perubahan yang mempengaruhi penghantaran nutrisi ataupun
pembuangan produk metabolit dari akson
d. Kegagalan pengaturan aliran darah
e. Penghantaran substansi vasoaktif yang bersifat merusak ke dalam
pembuluh darah saraf optikus.

2) Teori mekanik langsung menjelaskan bahwa peningkatan tekanan intraokuler


yang bersifat kronik merusak saraf retina secara langsung pada saat saraf tersebut
melewati lamina kribosa. Kenaikan tekanan intraokuler memicu kolapsnya serta
perubahan pada lempeng laminar serta perubahan susunan kanal aksonal, serta
menyebabkan penekanan secara langsung pada serat saraf dan juga menyebabkan
gangguan aliran darah serta penurunan hantaran nutrien kepada akson pada papil
saraf optikus.

Gejala Klinis

The American Academy of Ophthalmology (AAO) mendeksripsikan POAG


sebagai penyakit kronik, umumnya bilateral, dan sering asimtomatik, yang ditandai
(setidaknya pada satu mata) oleh:
• Peningkatan TIO.
• Fluktuasi diurnal TIO sampai 5 mmhg.
• Adanya bukti kerusakan N.optikus dari: gambaran diskus atau
lapisan saraf retina (ex: menipisnya batas diskus, perubahan progresif,
defek pada lapisan serat saraf) atau adanya abnormalitas yang
karakteristik pada lapang pandang (ex: defek arkuata, skotoma nasal)
dimana tidak ada penyakit lain yang dapat menyebabkan hilangnya lapang
pandang.
• Onset pada dewasa.
• sudut bilik mata depan terbuka atau normal.

Diagnosis

Diagnosis glaukoma ditegakkan pada pasien dengan kerusakan saraf optikus


pada pemeriksaan funduskopi dan pada pemeriksaan lapang
pandang,biasanya disertai dengan TIO yang tinggi, didapatkan sudut bilik
mata depanterbuka dengan gambaran normal, dan tidak ada penyebab lain
peningkatan TIO.

• Tekanan Intraokular

Pengukuran TIO sendiri tidak dapat dijadikan alat diagnostik untuk POAG.
sepertiga sampai setengah pasien dengan glaukoma memiliki TIO > 21 mmhg
pada pengukuran pertama Pengukuran TIO dapat dilakukan dengan
tonometri schiotz, aplanasi, dan digital. Dari semua tonometri yang ada, yang
terbaik adalah dengan menggunakan tonometri aplanasi.

• Pemeriksaan lapang pandang


• Pembesaran bintikbuta
• Skotoma Bjerrum ; lingkaranskotoma mulaibintik buta
• Penciutan lapang Pandangan

• Funduskopi
Pada funduskopi, ukuran cup yang lebih dari 50% dari diameter vertical
diskus dapat dicurigai ke arah glaukoma.

• Pakimetri

Pakimetri adalah pengukuran ketebalan kornea yang dapat dilakukan dengan


USG atau cara lain. Pasien dengan kornea yang tipis mempunyai risiko lebih
tinggi untuk terjadinya P6AG. Pakimetri tidak biasa dilakukan oleh dokter
umum, tetapi dilakukan oleh dokter mata pada pasien yang dicurigai
glaukoma. Selain itu, ketebalan kornea mempengaruhi hasil tonometri
aplanasi, dan dengan pakimetri maka dapat disesuaikan hasil yang terjadi.

Tatalaksana

Tujuan pengobatan

· memperlancar pengeluaran aquous humour

· mengurangi produksi aquous humour

Medikamentosa

· supresi pembentukan aqueous humor

· fasilitasi aliran keluar aqueous humor

· penurunan volume vitreus

· miotik, midriatik, dan sikloplegik

Pembedahan

· trabekulektomi

B. keratitis
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang akan menyebabkan komplikasi
berupa ulkus kornea. Tanda dan gejala dari keratitis meliputi mata merah,
penurunan visus, nyeri, fotofobia, blefarospasme, edema kornea, infiltrate seluler,
dan injeksi siliar (perikornea), melihat halo (keratitis nummular).
Patofisiologi

Patogenesis
Epitel kornea merupakan pelindung yang baik bagi kornea dari invasi
mikroorganisme. Trauma pada epitel akan mengakibatkan stroma dan lapisan
Bowman yang avaskular rentan terhadap infeksi berbagai mikroorganisme.
Penggunaan kortikosteroid topikal dapat mengubah reaksi imun pejamu dan
memungkinkan organisme oportunistik menginfeksi kornea.

Klasifikasi
-Menurut lapis kornea yang terkena
•Keratitis pungtata adalah keratitis yang terkumpul di daerah bowman dengan
infiltrate berbentuk bercak-bercak halus
Gambar Keratitis Pungtata
•Keratitis marginal adalah keratitis yang infiltrate tertimbun pada tepi kornea
sejajar dengan limbus (reaksi hipersensitifitas terhadap eksotoksis stafilokokus).
Ditandai dengan blefarokonjungtivitis

Gambar keratitis marginal


•Keratitis interstitial adalah keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang
lebih dalam pada kedua mata. Keratitis nonsupuratif profunda disertai dengan
neovaskularisasi.
Seluruh kornea bisa keruh dan ada bentukan salmon patch. Keratitis interstitial
bersifat bilateral.
Terapi tergantung penyebabnya meliputi sulfas atropin dan kortikosteroid
-Menurut penyebab infeksi

Tabel perbedaan keratitis berdasarkan penyebab infeksi


•Keratitis bakterialis
Etiologi : S.aureus, S.pneumonia, P.aeruginosa, Enterobacteriaceae (membutuhkan
adanya kerusakan epitel kornea terlebih dahulu), N.gonorrhea, N.meningitidis, C.
dyphteriae (dapat menginvasi kornea intak)
Tanda dan gejala
-S.aureus dan S.pneumonia -> ulkus berbentuk oval, warna putih kekuningan, batas
tegas
-Pseudomonas -> ulkus berbentuk ireguler, eksudat mukopurulen kehijauan batas
tidak tegas oleh karena terjadi nekrosis liquefaksi dari kornea
-Enterobacteriacea -> ulkus dangkal, warna keabu-abuan, opasitas stroma batas
tidak tegas, infiltrate kornea berbentuk cincin oleh karena endotoksin yang
dihasilkan
Pemeriksaan laboratorium :
Pewarnaan Gram dan Giemsa
Kultur ada blood agar untuk organisme aerobik
Terapi : salep kloramfenikol 3x1, salep eritromisin 0,5% 2-6 x 1, salep
siprofloksasin 0,3% 3x1

•Keratitis virus
Etiologi : Herpes simplex virus, varicella zoster virus
Tanda dan gejala :
Herpes simplex -> tampak lesi vesicular di region periorbital, limfadenitis, punctate
epithelial keratitis, dendritic ulcer (ulkus berbentuk ireguler, zigzag, bercabang),
geographic ulncer (hasil fusi dari beberapa ulkus dendritic membentuk suatu
kofigurasi amoeboid
Herpes zoster -> lesi awal vesicular terdistribusi dermatomal, punctate epithelial
keratitis, microdendritic epithelial ulcer, nummular keratitis, disciform keratitis
Terapi :
-acyclovir 5x400 mg selama 7 hari
-acyclovir 5x800 mg selama 7-10 hari (herpes zoster)
-Gel mata ganciclovir 0,15% 5 x 1
•Keratitis jamur/fungal
Etiologi : filamentous fungi (Aspergillus, Fusarium), Yeasts (Candida)
Tanda dan gejala : ulkus putih keabu-abuan dengan tepi meninggi, feathery finger
like extension, lesi satelit kecil multiple di sekitar lesi utama, dapat ditemui cincin
kekuningan steril (pertemuan antara antigen dengan antibody)
Pemeriksaan Laboratorium :
-Pewarnaan KOH 10%, kultur pada Saboraud’s dextrose agar
Terapi :
suspensi mata natamycin 5% 1 tetes per 2 jam (fusarium, aspergillus), tetes mata
amphotericin B 1,5% 1 tetes per jam (candida).
•Keratitis amoeba/protozoa
etiologi : acanthamoeba
tanda dan gejala : opasitas epitel dan subepitel halus dan berjalan radial sepanjang
corneal nerves, ring-shaped lesion sentral ataupun parasentral yang dalam stadium
lanjut akan membentuk abses

-Menurut bentuk
•Keratitis sika adalah keringnya permukaan kornea
•Keratitis neuroparalitik adalah kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat
kekeruhan kornea yang tidak sensitive dan kekeringan kornea
•Keratitis numularis adalah bentuk keratitis dengan infiltrat berkelompok dan tepi
berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo

C. Uveitis
4. Uveitis
Uveitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada lapisan uvea. Kasus
peradangan uvea yang paling umum terjadi adalah pada iris dan badan siliar mata.
Kondisi peradangan yang dinamakan anterior uveitis ini umumnya menyebabkan
nyeri yang terasa secara tiba-tiba disertai kemerahan pada mata.

Gangguan penglihatan banyak terjadi pada kasus posterior uveitis atau peradangan
pada bagian belakang mata, koroid, dan retina. Gangguan penglihatan juga banyak
terjadi pada kasus intermediate uveitis atau peradangan di belakang badan siliar dan
di badan vitreus.

Faktor Risiko Uveitis

Terdapat beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadinya uveitis, misalnya:

● Mengidap penyakit autoimun.


● Usia, penyakit ini umumnya dialami pada orang di rentang usia 20-50 tahun.
● Menggunakan lensa kontak.
● Pernah melakukan operasi mata.
● Paparan racun atau zat kimia pada mata.

Penyebab Uveitis

Uveitis bukanlah suatu kondisi genetis yang dapat diwariskan dari orangtua.
Namun, terdapat beberapa hal yang dapat uveitis, di antaranya:

● Infeksi, contohnya ifeksi akibat virus cacar air, TBC, herpes, hingga sifilis.
● Gangguan autoimun. Kondisi ini membuat sistem imun justru menyerang
jaringan tubuh yang sehat. Kondisi ini terjadi pada penyakit psoriasis,
radang usus (kolitis ulseratifdan penyakit Crohn), sklerosis multipel,
arthritis reaktif, dan penyakit ankylosing
● Efek samping operasi pada mata.
● Akibat suatu cedera atau trauma pada mata.
● Limfoma atau kanker pada sistem limfatik.

Gejala Uveitis

Uveitis dapat terjadi secara bertahap dalam beberapa hari atau terjadi secara tiba-
tiba. Pengidap uveitis dengan gejala bertahap biasanya akan merasakan penurunan
pada daya penglihatannya, seperti pandangan yang menjadi buram. Jika dilihat dari
luar, mata pengidap penyakit ini tetap terlihat normal. Sedangkan pengidap uveitis
dengan gejala yang tiba-tiba berkecenderungan untuk merasakan nyeri pada mata
mereka.

Diagnosis Uveitis

Pada tahap awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan yang
dirasakan oleh pasien. Kemudian barulah dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
pada bagian mata. Untuk membantu menegakkan diagnosisnya, dokter juga akan
melakukan pemeriksaan penunjang. Contohnya analisis cairan mata, tes darah,
pemeriksaan pencitraan fotografi fundus mata, hingga angiogra mata (evaluasi
aliran darah mata).

Komplikasi Uveitis

Uveitis yang dibiarkan tanpa penanganan, bisa menimbulkan berbagai keluhan


lainnya. Berikut beberapa komplikasi yang bisa disebabkan oleh uveitis. Beberapa
jenis komplikasi akibat uveitis adalah:

● Sinekia posterior, kondisi yang mana iris melekat pada lensa mata akibat
peradangan.
● Katarak, kondisi ini akan mengganggu penglihatan, bahkan menyebabkan
kebutaan karena munculnya tekstur keruh pada lensa mata.
● Glaukoma, menimbulkan tekanan pada mata sehingga bisa menyebabkan
kerusakan pada saraf optik.
● Ablasi retina, kondisi lepasnya retina dari pembuluh darah yang menyuplai.

Pengobatan Uveitis

Pengobatan uveitis dilakukan untuk meredakan peradangan yang terjadi di dalam


mata. Sebagai langkah awal, dokter mungkin akan meresepkan tetes mata
kortikosteroid untuk menghentikan inflamasi. Andaikan cara ini tidak berhail,
mungkin dokter akan mencoba meresepkan kortikosteroid dalam bentuk pil atau
obat suntik.

Pemberian kortikosteroid bisa juga disertai dengan obat-obatan antibiotik,


antivirus, atau antijamur apabila peradangan yang terjadi dipicu oleh infeksi.
Andaikan gejala uveitis dinilai cukip parah, atau bisa membahayakan penglihatan,
mungkin dokter akan meresepken obat-obatan penekan sistem imun. Obat ini
diberikan bila uveitis tak mempan terhadap kortikosteroid.

Cepat atau lamanya pemulihan eveitis ini bergantung pada berbagai hal. Misalnya,
letak atau posisi radang pada uvea, atau tingkat keparahan gejalanya. Cotonhnya,
bila uveitis terjadi di mata bagian depan, umumnya pemulihannya bisa lecih cepat
ketimbang terjadi di belakang mata.

Pada kasus yang jarang terjadi, yang mana uveitis menunjukkan gejala yang sudah
sangat parah, prosedur operasi mungkin bisa dilakukan. Misalnya, seperti operasi
untuk memasang alat di dalam mata yang bisa melepaskan obat secara berkala. Ada
pula operasi vitrektomi untuk menghilangkan caairan vitreous di dalam mata.

5. Ablasi retina eksudatif


6. Proptosis katarak
7. Hipermetropia
8. Keratitis sklerotikan
Penatalaksanaan komprehensif (Plan)
- Penatalaksanaan :
Obat anti-inflamasi non-steroid sistemik :
- Indometasin 100 mg sekali sehari selama 4 hari, kemudian turunkan menjadi 75
mg per oral sekali sehari sampai peradangan hilang, atau
- Ibuprofen 600 mg/hari
Terapi antimikroba spesifik harus diberikan jika diketahui terdapat penyebab infeks

D. Ulkus kornea
Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh
adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Ulkus kornea
yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan
ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi, endoftal-mitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan jaringan parut
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.

Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya
disertai riwayat trauma pada mata.

Patofisiologi :

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan. 4 Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses
infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera
bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi
infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN)
yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea. 5,
E. endoftalmitis
Endoftalmitis adalah peradangan intraokular yang jarang terjadi namun
mengancam penglihatan. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
peradangan intraokular yang melibatkan rongga vitreous dan ruang anterior mata
dan dapat melibatkan jaringan mata yang berdekatan lainnya seperti koroid atau
retina, sklera atau kornea. Endoftalmitis dibagi menjadi dua berdasarkan
penyebabnya yaitu endoftalmitis endogen dan eksogen. Dalam infeksi
endoftalmitis, organisme mungkin mencapai mata dari bagian yang terinfeksi
lainnya di tubuh dan dalam kasus ini diberi label endoftalmitis endogen.
Endoftalmitis endogen terjadi akibat dari penyebaran hematogen bakteri atau jamur
ke dalam mata. Endoftalmitis eksogen disebabkan oleh patogen melalui mekanisme
seperti operasi mata, trauma terbuka, dan suntikan intravitreal. Endoftalmitis
memiliki faktor risiko yang berbeda dan patogen penyebab, sehingga membutuhkan
strategi diagnostik, pencegahan, dan pengobatan yang berbeda.
Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan
objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
SUBJEKTIF Gejala subjektif dari endoftalmitis adalah :
- Fotofobia (rasa takut pada cahaya)
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka OBJEKTIF
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi
kelainan fisik yang dapat ditemukan yaitu berupa : - Edema Palpebra Superior
(bengkak pada kelopak mata superior)
- Injeksi Konjungtiva
- Hipopion (akumulasi sel darah putih/nanah di ruang anterior mata)
- Edema Kornea (bengkak pada kornea)
- Vitritis (vitreous yang mengalami inflamasi)
- Discharge Purulen (mengeluarkan nanah)
- Kemosis (edema/bengkak pada stroma konjungtiva) Endoftalmitis yang
disebabkan jamur, di dalam corpus vitreous ditemukan masa putih abu-abu,
hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar
yang baik.

Anda mungkin juga menyukai