SKENARIO 1
BLOK 15 NEUROSENSORIS
Pengampu:
dr. Sheilla Rachmania, M. Biotek
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
1. Anatomi
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bagian anterior bola
mata mempunyai kelengkungan yang lebih cembung sehingga terdapat bentuk
dengan dua kelengkungan berbeda. Bola mata dibungkus oleh tiga lapisan jaringan,
yaitu lapisan sklera yang bagian terdepannya disebut kornea, lapisan uvea, dan
lapisan retina. Di dalam bola mata terdapat cairan aqueous humor, lensa dan
vitreous humor.
A. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva berbatasan dengan kulit pada
tepi palpebral dan dengan epitel kornea di limbus.
B. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang lentur dan memberikan bentuk pada mata.
Jaringan ini merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke
dalam bola mata.
C. Kornea
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya dan
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan. Kornea ini
disisipkan ke dalam sklera pada limbus, lekukan melingkar pada sambungan ini
disebut sulcus scleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550 µm di
pusatnya (terdapat variasi menurut ras); diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm
dan vertikalnya 10,6 mm.
2. Histologi
Sistem Penglihatan
Mata merupakan, organ indera khusus untuk persepsi terhadap bentuk,
cahaya, dan warna. Terletak di dalam rongga protektif disebut Orbita.
Terdapat lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya, sel-sel fotosensitif,
yang berespons terhadap rangsangan cahaya, dan sel-sel lainnya untuk
memproses informasi penglihatan yang masuk, nantinya akan disalurkan ke
nevus opticus untuk di kirim impulsnya ke otak. Diklasifikasikan
berdasarkan lapisan dan ruangan.
Lapisan:
Sklera, lapisan opak jaringan ikat padat, terdapat juga makrofag dan
melanosit, anteriornya mengalami modifikasi menjadi transparan disebut
kornea. Perbatasan antara keduanya disebut limbus.
Uvea, lapisan berisi vaskular, terdiri dari 3 bagian (koroid, badan
siliar/corpus ciliare, iris).
Retina, lapisan paling dalam di bagian posterior dari mata, berisi sel-sel
fotosensitif, yaitu sel batang, sel kerucut, interneuron. Anterior dari retina
ada bagian ora serrata, bagian yang tidak fotosensitif.
Ruangan:
Anterior chamber, terletak antara kornea, iris dan lensa
Posterior chamber, terletak antara iris, prosessus siliaris, serat zonula, dan
lensa
Vitreous chamber, ruang posterior besar, dibelakang lensa dan serat zonula
serta dikelilingi oleh retina
Kornea
● Kornea adalah sturktur mata yang tebal, transparan, dan non
vaskular
● Epitel kornea berlapis gepeng, tidak berkeratin, tersusun atas 5 atau
lebih sel
● Lamina limitans tersusun atas sel-sel kolumnar/membrane bowman
● Stroma kornea, tedapat serat kolagen dan lapisan fibroblas gepeng
● Lamina limitans posterior/endotel kornea, tersusun atas epitel
selapis gepeng disebut epitel posterior.
Lensa
● Struktur fleksibel, bikonvek dan jernih
● Tersusun oleh 3 bagian, kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-
serat lensa
● Kapsul lensa merupakan lamina basal, mengandung kolagen tipe IV,
glikoprotein, menebal pada bagian depannya
● Epitel subkapsul terdapat permukaan depan dan samping lensa,
terletak persis dibawah kapsul lensa. Tersusun oleh selapis kuboid,
puncak sel memanjang dan mengarahs ke serat-serat lensa
● Badan lensa/serat-serat lensa disusun oleh sel silindris. Terletak
dibawah epitel subkapsul
Korpus siliaris
Lapisan KORPUS SILIAR:
Mengisi ruang antar Ora serata
Sisi luar melekat ke sklera dan sisi dalam ke korpus vitreous
Prosesus siliar, bagian tengah menonjol kearah lensa
Tersusun atas jaringan ikat longgar yang banyak mengandung serat elastin,
pembuluh darah dan melanosit.
Sisi dalam siliaris pars retina, epitel selapis silindris berpigmen, kaya akan
melanin.
Lapisan luar tersusun dari epitel selapis silindris tidak berpigmen
Serat-serat fibrilin menyebar dari prosesus siliar dan melekat pada kapsul
lensa, membentuk ligamentum suspensorium lensa
Disusun o/ 3 otot polos - otot siliar
Iris
Lapisan IRIS:
● Perluasan dari koroid, menutupi lensa kecuali di bagian pupil
● Permukaan anterior pupil tidak teratur dan mengandung struktur
yang dapat berkontraksi dengan mudah
● Bagian belakang lanjutan sel epitel retina
● Permukaan yang menghadap lensa disusun banyal sel-sel pigmen
sehingga menghalangi cahaya masuk selain dari pupil, selain itu
memberi warna pada mata
● Sel-sel epitel meluas dan membentuk otot dilatator pupil - mioepitel
● Otot sfingter pupil terletak melingkari pupil
Koroid
Lapisan KOROID:
● Disusun oleh jaringan ikat longgar yang banyak mengandung
pembuluh darah
● Warna hitam karena melanosit
● Permukaan dalam banyak pembulu darah kecil sehingga disebut
koriokapiler
● Dipisahkan dari retina oleh membran bruch
Retina
Lapisan RETINA:
● Sel epitel pigmen, sel kuboid banyak mengandung granula melanin
di sitoplasma.
● Lapisan fotosensitif, terdiri dari sel batang tipis dan sel kerucut yang
lebih tebal. Bagian dasar bersinaps dengan sel-sel bipolar
● Membran limitans luar, berbatasan dengan lapisan fotosensitif,
dibentuk oleh sel Muller. Terdapat mikrovili di distal
● Lapisan nukleus luar, mengandung nukleus sel batang dan sel
kerucut.
● Lapisan pleksiform luar, sinaps antara sel-sel fotoresptor dan dendrit
sel bipolar serta sel horizontal
● Lapisan nukleus dalam, nukleus sel bipolar, horizontal, amakrin,
dan sel Muller
● Lapisan pleksiform dalam, prosesus dari sel amakrin, bipolar,
ganglion dan tempat bersinaps
● Lapisan sel ganglion, nukleus dari sel ganglion
● Lapisan serat saraf optik, dibentuk oleh akson-akson sel ganglion tak
bermyelin
● Membran limitans dalam, lamina basalis disusun oleh sel-sel Milfier
3. Fisiologi
A. Refraksi Mata
Cahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari
paket-paket individual energyseperti partikel yang disebut foton yang
berjalan menurut cara-cara gelombang.Fotoreseptor dimatahanya terhadap
panjang gelombang antara 400-700 nm.Cahaya tampak ini hanya merupakan
sebagian kecil dari spectrum magnetic total.Selain memiliki panjang
gelombang yang berbeda, cahaya juga bervariasi dalam intensitas,yaitu
amplitudo atau tinggi gelombang. Gelombang cahaya mengalami divergensi
(memancar ke luar) ke semua arah dari tiap titik sumber cahaya. Gerakan ke
depan suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal dengan berkas
cahaya. Berkas-berkas cahaya divergenyang mencapai mata harus
dibelokkan ke arah dalam untuk difokuskan kembali ke sebuah titik peka-
cahaya di retina agar dihasilkan suatu bayangan yang akurat mengenai
sumber cahaya Pembelokan suatu berkas cahaya (refraksi) terjadi ketika
berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu ke
medium dengan kepadatan yang berbeda. Cahaya bergerak lebih
cepatmelalui udara daripada melalui media transparan lainnya misalnya :
kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke medium dengan densitas
yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya
jugaberlaku).Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai
medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.
Dua faktor penting dalam retraksi: densitas komparatif antara 2
media (semakin besar perbedaan densitas,semakin besar derajat
pembelokan) dan sudut jatuhnya berkas cahaya di medium kedua(semakin
besar sudut,semakin besar pembiasan). Dua struktur yang paling penting
dalam kemampuan retraktif mata adalah kornea dan lensa. Permukaan
kornea,struktur pertama yang dilalui cahaya sewaktumasuk mata,yang
melengkung berperan besar dalam reftraktif total karena perbedaan
densitaspertemuan udara/kornea jauh lebih besar dari pada perbedaan
densitas antara lensa dan cairan yangmengelilinginya.Kemampuan refraksi
kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan korneatidak pernah
berubah.Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan dengan
mengubah kelengkungannya sesuai keperluan untuk melihat
dekat/jauh.Struktur-struktur refraksi pada mata harusmembawa bayangan
cahaya terfokus diretina agara penglihatan jelas.Apabila bayangan sudah
terfokus sebelum bayangan mencapai retina atau belum terfokus sebelum
mencapai retina ,bayangan tersebuttampak kabur.Berkas-berkas cahaya
yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapaimata
daripada berkas-berkas dari sumber jauh.Berkas dari sumber cahaya yang
terletak lebih dari 6meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai
mata.Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumbercahaya dekat
memerlukan jarak yang lebih besar di belakang lensa agar dapat
memfokuskan daripada sumber cahaya jauh,karena berkas dari sumber
cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu mencapai mata.
Pembelokan cahaya benda jauh dan benda dekat berbeda, semakan dekat
dengan mata benda akan semakin divergen sehingga mata harus lebih ekstra
melengkung (refraksi) untuk memfokuskan tepat di retina. Benda yang
jaraknya jauh (>6 meter) di anggap sejajar dengan mata jadi akan
mengurangi kerja refraksi mata. Perlu diingat bahwa kornea tidak seperti
lensa yang dapat menambah/ mengurangi kelengkungannya sehingga organ
refrakter yang dapat diatur hanya lensa mata.
Otot yang mengatur fungsi akomodasi lensa, yaitu otot siliaris yang
merupakan bagian dari korpus siliar.Otot ini melingkari lensa melalui
ligamentum suspensorium. Ketika otot siliaris melemas berarti ligamentum
suspensorium akan menegang sehingga menarik ujung ujung lensa,
terbentukkan lensa yang gepeng dengan kekuatan refraksi minimal. Ketika
otot siliaris kontraksi terjadi hal sebaliknya.Rangsangan saraf simpatis
menyebabkan otot siliar relaksasi dan sebaliknya parasimpatis menyebabkan
kontraksi otot siliar sehingga berguna untuk penglihatan dekat.
Lensa adalah struktur elastik terdiri dari serat serat transparan yang dapat
menjadi opak/ keruh.Seumur hidup hanya sel yang ada di bagian tepi luar
lensa yang akan mengalami penggantian (regenerasi) sehingga sel yang ada
dibagian tengah lensa adalah sel sel yang sudah tua dan jauh dari sumber
nutrisi (aquous humor) sehingga pada orang pada usia 45 keatas sering
mengalami gangguan akomodasi lensa/ presbiopi.
Gangguan penglihatan umum:
- Miopi/ penglihatan dekat: melihat dekat lebih jelas dibanding melihat
jauh karena bola mata terlalu panjang atau lensa yang terlalu kuat
sehingga penglihatan jauh jatuh di depan retina, penglihatan dekat di
fokuskan ke retina tanpa akomodasi.Karena terlalu melengkung
sehingga harus di koreksi dengan kacamata yang dapat membuat berkas
cahaya lebih divergen, yaitu lensa konkaf.
- Hipermetropi / penglihatan jauh : merupakan kebalikan dari miopi dan
di koreksi dengan kacamata berlensa konveks, pada usia tua akan di
persulit dengan presbiopi.
Anak-anak dapat memfokuskan pada benda sedekat 8cm, tetapi refleks
akomodasi menurun saat umur lebih dari 10 tahun. Saat umur 40 tahun,
akomodasi berkurang setengahnya, dan saat umue 60, banyak orang
kehilangan refleks tersebut dengan total karena lensa telah kehilangan
fleksibilitasnya dan terus dalam bentuk pipih. Inilah yang membuat anak-
anak lebih sering membaca buku dengan jarak yang sangat dekat dan orang
tua membaca dengan jarak jauh.Hilangnya akomodasi (presbiopi)
merupakan alasan utama kebanyakan orang mulai menggunakan kacamata
baca saat umur 40 tahun.
Selain itu, sinyal dari traktus optikus juga dijalarkan ke beberapa tempat
a. Ke nukleus suprakiasmatik di hipotalamus à untuk irama sirkadian tubuh
terhadapa perubahan siang dan malam
b. Ke nuklei pratektalis di otak tengah à untuk memfokuskan ke objek
penting dan mengaktifkan reflek pupil
c. Ke kolikulus superior à untuk mengatur pergerakan arah kedua mata
yang cepat
Ke nukleus genikulatum lateralis ventralis à untuk sikap tubuh
4. Patologi
- Visus tetap
A. konjungtivitis
konjungtivitis bakteri :
- sederhana
etiologi : staphylococcus aureus, s.dermatidis, h.influenza, dan s.pneumoni.
gejala klinis : sekret muko purulen, akut, mata merah, edema kornea, dan sensai
benda asing.
terapi :salep kloramfenikol 3x1 selama 3 hari, tetes mata 0,5-1% 6x1 selama 3 hari.
- gonokokal
etiologi : N. gonorrhea
gejala klinis : sekret hiperpurulen, hiperakut (12-24 jam), sensasi benda asing,
hiperedema kornea, pseudomembran, dan mata merah.
terapi : tetes mata 0,5-0,1% 6x1 1 tetes per jam, ceftriaxone 250 mg IM single dose,
dan azithromisin 1 g PO single dose.
- konjungtivitis clamidia :
B. perdarahan konjungtiva
Definisi
Patch merah yang terdapat pada konjungtiva atau biasa disebut dengan mata merah
yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat di bawah lapisan
konjungtiva. Pecahnya arteri konjungtiva atau arteri episklera sering tidak disadari
sebelumnya.
Etiologi
Diagnosis
Pada pasien dengan riwayat trauma, jika ditemukan adanya tekanan bola mata
rendah, penurunan tajam penglihatan serta pupil lonjong maka diperlukan
eksplorasi bola mata untuk melihat kemungkinan adanya ruptur bulbus okuli.136
Tata Laksana
Kompres hangat. Perdarahan dapat diabsorpsi dan menghilang dalam waktu 1-2
minggu tanpa diobati.
Komplikasi
Tidak ada.
C. benda asing
Definisi
Pathogenesis
Prognosis
Tatalaksana
Tatalaksana operatif berupa ekstraksi corpus alienum. Mengeluarkan benda
asing tersebut dari bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra dan
konjungtivad kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian
anatesi lokal. Untuk mengeluarkannyad diperlukan kapas lidi atau jarum suntik
tumpul atau tajam. Arah pengambiland dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat
magnetikd maka dapat dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi
antibiotik lokald siklopegikd dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban.
D. pterigium
adalah suatu penebalan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga, mirip daging
yang menjalar ke kornea, pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif . pertembuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak
bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.
etiologi
● Diperkirakan penyakit ini sering terjadi pada orang yang tinggal di iklim
panas. oleh karena itu kontak yang terlalu lama terhadap sinar ultraviolet,
panas, angin tinggi dan debu.
● • beberapa virus juga sebagai faktor etiologi mungkin.
patofisiologi
(A)Patogenesis pterigium: kerusakan limbal fokal oleh karena sinar UV memicu
migrasi mutasi limbal stem cell ke central kornea.
( B) defisiensi limbal stem cell menyebabkan conjungtivalization kornea dari segala
arah
Pterigium dapat dibagi ke dalam beberapa klasifikasi berdasarkan tipe, stadium,
progresifitasnya dan berdasarkan terlihatnya pembuluh darah episklera, yaitu:
•Tipe I: Pterigium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada limbus atau menginvasi
kornea pada tepinya saja. Lesi meluas <2 mm dari kornea. Stocker’s line atau
deposit besi dapat dijumpai pada epitel kornea dan kepala pterigium.
•Tipe II: disebut juga pterigium tipe primer advanced atau pterigium rekuren tanpa
keterlibatan zona optic. Pada tubuh pterigium sering nampak kapiler-kapiler yang
membesar. Lesi menutupi kornea sampai 4 mm
•Tipe III: Keterlibatan zona optic membedakan tipe ini dengan tipe yang lain. Lesi
mengenai kornea >4mm dan mengganggu aksis visual.
3.Stadium 3: lapisan tebal seperti daging yang menutupi pupil, vaskularisasi yang
jelas
E. Blefaritis
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak
pada tepi kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis
ditandai dengan pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak
mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan
normal ditemukan di kulit.
Patofisiologi
Klasifikasi
Blefaritis Bakterial
1. Blefaritis superfisial
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh staphylococcus maka
pengobatan yang terbaik adalah dengan salep antibiotik seperti sulfasetamid
dan sulfisolksazol. Sebelum pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas
basah. Bila terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.
2. Blefaritis Seboroik
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 Tahun), dengan keluhan mata
kotor, panas dan rasa kelilipan. Gejalanya adalah sekret yang keluar dari
kelenjar meiborn, air mata berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan
hipertropi papil pada konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion,
hordeolum, madarosis, poliosis dan jaringan keropeng. Blefaritis seboroik
merupakan peradangan menahun yang sukar penanganannya. Pengobatannya
adalah dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat. Kompres hangat
selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan dibersihkan dengan shampoo
bayi. Penyulit yang dapat timbul berupa flikten, keratitis marginal, tukak
kornea, vaskularisasi, hordeolum dan madarosis.
3. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya skuama atau
krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan
terjadinya luka kulit. Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang
mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang
berambut minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik.
Penyebab blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal. Pada blefaritis
skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan penebalan margo palpebra
disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas dari dasarnya mengakibatkan
perdarahan. Pengobatan blefaritis skuamosa ialah dengan membersihkan tepi
kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan
memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis
skuamosa adalah keratitis, konjungtivitis.
4. Blefaritis Ulseratif
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak akibat
infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng berwarna
kekunung-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang kecil dan
mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang
terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan
disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan lebih
lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga mengakibatkan
rontok (madarosis). Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik.
Pengobatan pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat staphylococcus.
Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah antibiotik sistemik dan diberi
roboransia. Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang
merusak folikel rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata,
hordeolum dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi
tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.
5. Blefaritis angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak
disudut kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak
mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan
padafungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis disebabkan Staphylococcus
aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis angularis diobati
dengan sulfa, tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit pada pungtum lakrimal
bagian medial sudut mata yang akan menyumbat duktus lakrimal.
6. Meibomianitis
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut. Meibomianitis menahun perlu
pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran nanah dari dalam
berulang kali disertai antibiotik lokal
Blefaritis Virus
1. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya herpes zoster akan mengenai orang dengan usia lanjut.
Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala
herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bilamata
terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial
merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.
2. Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan keadaan yang
sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks kelopak. Dikenal bentuk
blefaritis simpleks yang merupakan radang tepi kelopak ringan dengan
terbentuknya krusta kuning basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan
kedua kelopak lengket.
Blefaritis Jamur
1. Infeksi superficial
3. Blefaritis pedikulosis
Penatalaksanaan
Kompres hangatselama 5-10 menit, tekan kelenjar meibom dan bersihkan dengan
sampo bayi. Diberikan juga antibiotik sistemik, tetrasiklin 2x250 mg atau
eritromisin 3x250mg atau sesuai dengan hasil kultur.
F. Dakriosistisis
Merupakan suatu radang kronis granulomatosa pada sclera. Kelainan ini ditandai
dengan infiltrasi seluler, destruksi kolagen, dan remodeling vascular. Perubahan-
perubahan ini diperantarai oleh proses imunologis atau akibat infeksi. Sebagian
besar disebabkan reaksi hipersensitivitas tipe III dan IV yang berkaitan dengan
penyakit sistemik. Kelainan ini jarang dijumpai, biasanya terjadi bilateral (pada
sepertiga kasus), lebih banyak diderita oleh wanita, dan khas timbul pada dekade
kelima atau keenam kehidupan.
Pathogenesis:
Skleritis infeksius terjadi akibat invasi dan kolonisasi jaringan sklera oleh mikroba.
Secara umum mekanisme skleritis infeksius terbagi menjadi eksogen dan endogen.
Mekanisme yang paling sering terjadi adalah mekanisme eksogen. Infeksi eksogen
dapat disebabkan oleh inokulasi yang terjadi setelah trauma atau operasi,
penyebaran langsung dari area di sekitarnya seperti pada keratitis mikrobial dengan
keterlibatan sklera, atau penyebaran dari dalam mata seperti pada endoftalmitis atau
panuveitis. Infeksi eksogen cenderung akut, supuratif, dan destruktif. Mekanisme
infeksi endogen disebabkan oleh penyebaran infeksi sistemik seperti pada syphilis
atau tuberkulosis. Tampilan klinisnya menyerupai skleritis noninfeksius difus,
nodular, atau nekrotik.
Hasil Anamnesis (Subjective)
- Keluhan :
Nyeri hebat pada bola mata, konstan, dan tumpul. Nyeri dapat menyebar ke dahi,
alis, dan dagu
Intensitas nyeri sangat berat hingga membuat pasien terbangun pada malam hari
Ketajaman penglihatan berkurang
Mata merah berair
Fotofobia
- Penyebab skleritis :
1. Penyakit Autoimun (Arthritis Rheumatoid, Poliathritis Nodosa, Polikondritis
berulang, Granulomatosis Wegener, Lupus Eritematosus sistemik, Pioderma
Gangrenosum, Kolitis Ulseratif, Nefropati IgA, Arthritis Psoariatika)
2. Penyakit Granulomatosa dan Infeksiosa ( Tuberculosis, Sifilis, Sarkoidosis,
Toksoplasmosis, Herpes Simpleks, Herpes Zooster, Infeksi Pseudomonas, Infeksi
Streptokokus, Aspergilosis, Lepra )
3. Lain-lain - Fisik (radiasi, luka bakar termal) - Kimia (luka bakar asam atau basa)
- Penyebab mekanis (trauma tembus, pembedahan) - Limfoma - Rosacea
4. Tidak diketahui
Hasil Pemeriksaan Fisik dan penunjang sederhana (Objective)
- Pemeriksaan fisik :
1. Bola mata sangat nyeri bila ditekan
2. Injeksi hebat pada pembuluh darah skleral (Bola mata berwarna ungu gelap
akibat dilatasi pleksus vaskular profunda di sclera dan, yang mungkin nodular,
sektoral, atau difus)
3. Tekanan intra okuler meningkat
4. Dengan penetesan fenilefrin 10% tidak akan terjadi vasokonstriksi.
- Pemeriksaan penunjang :
1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi penyakit sistemik yang terkait.
Hitung darah lengkap dan laju endap darah
Faktor Rheumatoid Serum (RF)
Antibodi Antinukleus Serum (ANA)
PPD, Rontgen toraks
FTA-ABS, VDRL-serum
Kadar asam urat serum
Urinalisis
2. Pemeriksaan rontgen orbita untuk menyingkirkan kemungkinan adanya benda
asing.
- Komplikasi :
1. Keratitis perifer
2. Glaucoma
3. Granuloma subretina
I. trikiasis
J. Chalazion
Definisi
Kalazion adalah inflamasi lokal pada palpebra yang disebabkan oleh
obstruksi dari kelenjar Meibom.
Faktor Risiko
● Sering menggosok mata, sering menggunakan makeup
● Pasien dengan blepharitis, acne rosasea, seboroik, dan atopi
Patogenesis
Kelenjar Meibom menghasilkan minyak penyusun lapisan air mata. Bila
kelenjar mengalami obstruksi, maka kandungan kelenjar dapat terinfiltrasi
ke jaringan sekitar dan memicu respons inflamasi granulomatous. Edema
yang disebabkan dari obstruksi kelenjar Meibom terbatas pada konjungtiva
palpebra, namun adakalanya bila lesi membesar dan menembus lempeng
tarsal dan menembus palpebra bagian luar.
Gejala Klinis
● Benjolan yang tidak nyeri
● Lebih sering muncul pada palpebra superior
● Kalazion dengan ukuran besar sering menimbulkan astigmatisma
● Keluhan Kalazion berulang, nyeri +, hiperemia, madarosis, dengan
klinis tampak ulkus atau nodul perlu dicurigai sebagai keganasan
Terapi
Kalazion adalah penyakit self limiting. Penanganan konservatif biasanya
cukup membantu untuk memfasilitasi drainase kelenjar sebasea. Antibiotik
baik sistemik maupun topikal tidak tepat indikasi kecuali terdapat infeksi
sekunder. Kompres hangat 2 sampai 4 kali selama 15 menit membantu
untuk mencairkan sekresi lipid yang mengobstruksi duktus kelenjar dan
membantu drainase kelenjar. Pembersihan kelopak mata secara berkala
dengan sampo bayi juga membantu untuk membersihkan debris yang
membuntu muara duktus. Pada kasus kronis yang tidak membaik dengan
penanganan konservatif, injeksi intralesi kortikostreroid (0.1–0.2 ml
triamcinolone acetonid 40 mg/ml) dapat membantu untuk kalazion dengan
ukuran kecil, kalazion pada tepi palpebra, ataupun kalazion multipel.
Kalazion berukuran besar sebaiknya dilakukan kuretase dan drainase. Insisi
vertikal pada konjungtiva tarsal pada muara kelenjar Meibom ditujukan
untuk menghindari adanya scar pada lempeng tarsus. Pada kalazion
berulang yang dicurigai sebagai keganasan dapat dilakukan biopsi.
K. hordeolum
Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya
disertai riwayat trauma pada mata.
Etiologi
a. Infeksi Bakteri
b. Infeksi Virus
c. Infeksi jamur
Klasifikasi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Kornea
bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi dan
vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat
di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi infiltrasi dari
sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN) yang
mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu,
keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian dapat
terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.
Diagnosis
a. Anamnesis
Tata laksana
Non-farmakologi
Farmakologi
¡ Antibiotik
¡ Antijamur
¡ Antiviral
¡ Analgesik
L. Episkleritis
• Rheumatic Arthritis
• Crohn’s disease
• ulcerative colitis
1. Episkleritis Simple
2. Episkleritis Nodular
2 jenis yaitu sederhana dan nodular. Jenis yang paling umum adalah
episkleritis sederhana, di mana ada serangan intermiten peradangan sedang
sampai parah yang sering kambuh pada interval 1 sampai 3 bulan. Episode
biasanya berlangsung 7-10 hari, dan sebagian besar setelah 2-3 minggu.
Episode berkepanjangan mungkin lebih umum pada pasien dengan kondisi
sistemik yang berhubungan. Beberapa pasien dicatat bahwa episode lebih
sering terjadi pada musim semi atau musim gugur. Faktor pencetus jarang
ditemukan, tetapi serangan telah dikaitkan dengan stres dan perubahan
hormonal.
keluhan pasien dengan episkleritis berupa mata terasa kering,
dengan rasa sakit yang ringan, mengganjal, dengan konjungtiva yang
kemotik, terlihat mata merah unilateral yang disebabkan vasodilatasi
pembuluh darah dibawah konjuntiva.
Gejala episkleritis meliputi :
· Sakit mata dengan rasa nyeri
· atau lebih benjolan kecil atau benjolan pada daerah putih mata. Pasien
mungkin
· merasakan bahwa benjolan tersebut dapat bergerak di permukaan bola mata
2. Visus menurun
A. glaukoma akut dan kronis
Glaukoma akut
Definisi
Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokular inid
disebabkan olehE
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar.
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di
celah pupil.
Faktor Resiko
Beberapa faktor resiko glaukoma adalahE
1. Umur > 4E tahun
2. Riwayat anggota keluarga
3. Tekanan intraokular > 21 mmhhg
4. obat-obatan (seperti steroid)
5. Riwayat trauma pada mata
6. Penyakit laind seperti katarakd diabetesd hipertensi
Patofisiologi
Patofisiologi glaukoma yaituE
1. Hambatan outflow aquos humor
2. Peningkatan TIO secara kronis
3. Penekanan pada nervus optikus
4. Defek (gangguan) lapang pandangan
5. Kerusakan akson-akson
Pada glaukoma sudut tertutup primerd terjadi bila cairan mata yang berada
di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil sehingga mendorong iris ke
depan dan mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata yang biasa
disebut mekanisme blokade pupil. Blokade pupil ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular di kamera okuli posterior sehingga akan
menyebabkan iris menempel pada kornea di bagian perifer dan struktur iris
terdorong ke depand keadaan ini disebut iris bombe. Glaukoma akut primer terjadi
apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior
oleh iris perifer.
Hal ini akan menyumbat aliran humor aquos dan tekanan intraocular akan
meningkat dengan cepat. Keadaan ini akan menimbulkan nyeri hebatd kemerahand
dan penglihatan yang kabur. Glaukoma sudut tertutup terjadi pada mata yang sudah
mengalami penyempitan anatomik sudut kamera anterior (terutama dijumpai pada
hipermetropi). Serangan akut biasanya terjadi pasien usia tua seiring dengan
pembesaran kristalina lensa yang berkaitan dengan proses penuaan. Serangan akut
tersebut sering dipresipitasi oleh dilatasi pupildyang terjadi secara spontan di
malam harid saat pencahayaan berkurang. Dapat juga disebabkan oleh obat-obatan
dengan efek antikolinergik atau simpatomimetik (misalnyaE atropined
antidepresand bronkodilatord inhalasid dekongestan hidung atau tokolitik).
Serangan dapat juga terjadi pada dilatasi pupil pada waktu oftalmoskopi tetapi
jarang.
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan visus
• Normal pada tahap awal penyakit
• Turun pada tahap akhir penyakit
2. Pemeriksaan Tonometri
3. Pemeriksaan Oftalmoskop
• Papil glaukomatosa
• Injeksi silier hebat
• Kornea tampak edema dan suram
• Bilik mata depan dangkal
4. Pemeriksaan perimetri
Diagnosis
Diagnosis glaukoma akut biasanya ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan
pemeriksaan penunjang.
a. slit-lamp biomikroskopi
● Hiperemia limbus dan konjungtiva
● Hiperemis siliar karena injeksi limbus dan pembuluh darah
konjungtia
● Edema kornea dengan vesikel epitelial dan penebalan struma
● Bilik mata depan dangkal dengan kontak iridokorneal perifer
● flare dan sel akuos dapat dilihat setelah edem kornea dapat dikurangi
● Pupil dilatasi bulat lonjong ( oval ) vertikal dan tidak ada reaksi
terhadap cahaya dan akomodasi
● iris bombe tanpa adanya rubeosis iridis
● dilatasi pembuluh darah iris
● tekanan intra-okular sangat meningkat (50-100 mmhg)
Diagnosa banding
· uveitis akut
· Keratitis
· Konjungtivitis akut
Komplikasi
a. sinekia Anterior Perifer. iris perifer melekat pada jalinan trabekula dan
menghambat aliran humor aquos.
b. Atrofi retina dan saraf optik.
c. Glaukoma Absolut.
Penatalaksanaan
tujuan pengobatan
medikamentosa :
Pembedahan
· iridektomi perifer
medikamentosa
· Analog prostaglandin
o Meningkatkan aliran keluar aqueous humor melalui uveosklera
o ES : hiperemi konjungtiva, hiperpigmentasi kulit periorbita,
o pertumbuhan bulu mata, penggelapan iris yang permanen
o Bimatoprost, latanoprost, travoprost
· obat parasimpatomimetik
o Meningkatkan aliran keluar aqueous humor dengan bekerja
pada anyaman trabekular melalui kontraksi otot siliaris
o Pilokarpin, karbakol
o ES : menimbulkan miosis disertai penglihatan suram terutama
o pada pasien katarak, ablasi retina
· Epinefrin 0,25- 2%
o Meningkatkan aliran keluar aqueous humor dan penurunan
o pembentukannya
o ES : refleks vasodilatasi konjungtiva, endapan adrenokrom,
o konjungtivitis folikular, reaksi alergi
o Ki : pasien dengan sudut bilik mata yang sempit
· obat hiperosmotik
o Mengubah darah menjadi hipertonik sehingga air akan tertarik
o keluar dari vitreus dan menyebabkan penciutan vitreus
o terjadi penurunan produksi aqueous humor
o manitol, gliserin
· miotik
o Kontriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan
glaukoma
o sudut terbuka (menambah fasilitas pengeluaran cairan mata) ,
o glaukoma sudut sempit (membuka sudut bilik mata)
o Pilokarpin, karbakol, miostat
· midriatik
o dilatasi pupil penting pengobatan penutupan sudut akibat oklusi
o sudut bilik mata depan oleh iris perifer
o epinefrin, kokakin, fenilefrin
· sikloplegik
o relaksasi otot siliaris sehingga zonulla zinn menjadi kontraksi
o untuk menarik lensa ke belakang ( penutupan sudut akibat
pergeseran lensa ke anterior)
o Atropin, homatropin, tropikamida
· Trabekulopasti laser
o Penggunaan laser (biasanya argon) untuk menimbulkan
bakaran melalui suatu lensa-gonio ke anyaman trabekular akan
memudahkan aliran keluar aueous humor.
o Digunakan pada glaukoma sudut terbuka.
Definisi
Faktor Resiko
Peningkatan tekanan intraokular (TIO), usia lanjut, riwayat keluarga, ras kulit
hitam.
1. Miopi berat
Patogenesis
Gejala Klinis
Diagnosis
• Tekanan Intraokular
Pengukuran TIO sendiri tidak dapat dijadikan alat diagnostik untuk POAG.
sepertiga sampai setengah pasien dengan glaukoma memiliki TIO > 21 mmhg
pada pengukuran pertama Pengukuran TIO dapat dilakukan dengan
tonometri schiotz, aplanasi, dan digital. Dari semua tonometri yang ada, yang
terbaik adalah dengan menggunakan tonometri aplanasi.
• Funduskopi
Pada funduskopi, ukuran cup yang lebih dari 50% dari diameter vertical
diskus dapat dicurigai ke arah glaukoma.
• Pakimetri
Tatalaksana
Tujuan pengobatan
Medikamentosa
Pembedahan
· trabekulektomi
B. keratitis
Keratitis adalah peradangan pada kornea yang akan menyebabkan komplikasi
berupa ulkus kornea. Tanda dan gejala dari keratitis meliputi mata merah,
penurunan visus, nyeri, fotofobia, blefarospasme, edema kornea, infiltrate seluler,
dan injeksi siliar (perikornea), melihat halo (keratitis nummular).
Patofisiologi
Patogenesis
Epitel kornea merupakan pelindung yang baik bagi kornea dari invasi
mikroorganisme. Trauma pada epitel akan mengakibatkan stroma dan lapisan
Bowman yang avaskular rentan terhadap infeksi berbagai mikroorganisme.
Penggunaan kortikosteroid topikal dapat mengubah reaksi imun pejamu dan
memungkinkan organisme oportunistik menginfeksi kornea.
Klasifikasi
-Menurut lapis kornea yang terkena
•Keratitis pungtata adalah keratitis yang terkumpul di daerah bowman dengan
infiltrate berbentuk bercak-bercak halus
Gambar Keratitis Pungtata
•Keratitis marginal adalah keratitis yang infiltrate tertimbun pada tepi kornea
sejajar dengan limbus (reaksi hipersensitifitas terhadap eksotoksis stafilokokus).
Ditandai dengan blefarokonjungtivitis
•Keratitis virus
Etiologi : Herpes simplex virus, varicella zoster virus
Tanda dan gejala :
Herpes simplex -> tampak lesi vesicular di region periorbital, limfadenitis, punctate
epithelial keratitis, dendritic ulcer (ulkus berbentuk ireguler, zigzag, bercabang),
geographic ulncer (hasil fusi dari beberapa ulkus dendritic membentuk suatu
kofigurasi amoeboid
Herpes zoster -> lesi awal vesicular terdistribusi dermatomal, punctate epithelial
keratitis, microdendritic epithelial ulcer, nummular keratitis, disciform keratitis
Terapi :
-acyclovir 5x400 mg selama 7 hari
-acyclovir 5x800 mg selama 7-10 hari (herpes zoster)
-Gel mata ganciclovir 0,15% 5 x 1
•Keratitis jamur/fungal
Etiologi : filamentous fungi (Aspergillus, Fusarium), Yeasts (Candida)
Tanda dan gejala : ulkus putih keabu-abuan dengan tepi meninggi, feathery finger
like extension, lesi satelit kecil multiple di sekitar lesi utama, dapat ditemui cincin
kekuningan steril (pertemuan antara antigen dengan antibody)
Pemeriksaan Laboratorium :
-Pewarnaan KOH 10%, kultur pada Saboraud’s dextrose agar
Terapi :
suspensi mata natamycin 5% 1 tetes per 2 jam (fusarium, aspergillus), tetes mata
amphotericin B 1,5% 1 tetes per jam (candida).
•Keratitis amoeba/protozoa
etiologi : acanthamoeba
tanda dan gejala : opasitas epitel dan subepitel halus dan berjalan radial sepanjang
corneal nerves, ring-shaped lesion sentral ataupun parasentral yang dalam stadium
lanjut akan membentuk abses
-Menurut bentuk
•Keratitis sika adalah keringnya permukaan kornea
•Keratitis neuroparalitik adalah kelainan saraf trigeminus sehingga terdapat
kekeruhan kornea yang tidak sensitive dan kekeringan kornea
•Keratitis numularis adalah bentuk keratitis dengan infiltrat berkelompok dan tepi
berbatas tegas sehingga memberikan gambaran halo
C. Uveitis
4. Uveitis
Uveitis merupakan suatu peradangan yang terjadi pada lapisan uvea. Kasus
peradangan uvea yang paling umum terjadi adalah pada iris dan badan siliar mata.
Kondisi peradangan yang dinamakan anterior uveitis ini umumnya menyebabkan
nyeri yang terasa secara tiba-tiba disertai kemerahan pada mata.
Gangguan penglihatan banyak terjadi pada kasus posterior uveitis atau peradangan
pada bagian belakang mata, koroid, dan retina. Gangguan penglihatan juga banyak
terjadi pada kasus intermediate uveitis atau peradangan di belakang badan siliar dan
di badan vitreus.
Terdapat beberapa faktor risiko yang bisa memicu terjadinya uveitis, misalnya:
Penyebab Uveitis
Uveitis bukanlah suatu kondisi genetis yang dapat diwariskan dari orangtua.
Namun, terdapat beberapa hal yang dapat uveitis, di antaranya:
● Infeksi, contohnya ifeksi akibat virus cacar air, TBC, herpes, hingga sifilis.
● Gangguan autoimun. Kondisi ini membuat sistem imun justru menyerang
jaringan tubuh yang sehat. Kondisi ini terjadi pada penyakit psoriasis,
radang usus (kolitis ulseratifdan penyakit Crohn), sklerosis multipel,
arthritis reaktif, dan penyakit ankylosing
● Efek samping operasi pada mata.
● Akibat suatu cedera atau trauma pada mata.
● Limfoma atau kanker pada sistem limfatik.
Gejala Uveitis
Uveitis dapat terjadi secara bertahap dalam beberapa hari atau terjadi secara tiba-
tiba. Pengidap uveitis dengan gejala bertahap biasanya akan merasakan penurunan
pada daya penglihatannya, seperti pandangan yang menjadi buram. Jika dilihat dari
luar, mata pengidap penyakit ini tetap terlihat normal. Sedangkan pengidap uveitis
dengan gejala yang tiba-tiba berkecenderungan untuk merasakan nyeri pada mata
mereka.
Diagnosis Uveitis
Pada tahap awal, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan yang
dirasakan oleh pasien. Kemudian barulah dokter akan melakukan pemeriksaan fisik
pada bagian mata. Untuk membantu menegakkan diagnosisnya, dokter juga akan
melakukan pemeriksaan penunjang. Contohnya analisis cairan mata, tes darah,
pemeriksaan pencitraan fotografi fundus mata, hingga angiogra mata (evaluasi
aliran darah mata).
Komplikasi Uveitis
● Sinekia posterior, kondisi yang mana iris melekat pada lensa mata akibat
peradangan.
● Katarak, kondisi ini akan mengganggu penglihatan, bahkan menyebabkan
kebutaan karena munculnya tekstur keruh pada lensa mata.
● Glaukoma, menimbulkan tekanan pada mata sehingga bisa menyebabkan
kerusakan pada saraf optik.
● Ablasi retina, kondisi lepasnya retina dari pembuluh darah yang menyuplai.
Pengobatan Uveitis
Cepat atau lamanya pemulihan eveitis ini bergantung pada berbagai hal. Misalnya,
letak atau posisi radang pada uvea, atau tingkat keparahan gejalanya. Cotonhnya,
bila uveitis terjadi di mata bagian depan, umumnya pemulihannya bisa lecih cepat
ketimbang terjadi di belakang mata.
Pada kasus yang jarang terjadi, yang mana uveitis menunjukkan gejala yang sudah
sangat parah, prosedur operasi mungkin bisa dilakukan. Misalnya, seperti operasi
untuk memasang alat di dalam mata yang bisa melepaskan obat secara berkala. Ada
pula operasi vitrektomi untuk menghilangkan caairan vitreous di dalam mata.
D. Ulkus kornea
Ulkus kornea merupakan diskontinuitas atau hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus kornea diakibatkan oleh
adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Ulkus kornea
yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan
ulkus dan timbulnya komplikasi seperti descementocele, perforasi, endoftal-mitis,
bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan jaringan parut
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.
Gejala dari ulkus kornea yaitu nyeri, berair, fotofobia, blefarospasme, dan biasanya
disertai riwayat trauma pada mata.
Patofisiologi :
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina. Perubahan dalam bentuk dan
kejernihan kornea mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya, kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan. 4 Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses
infiltrasi dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera
bekerja sebagai makrofag, kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang
terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Selanjutnya terjadi
infiltrasi dari sel-sel mononuklear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN)
yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna
kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin, kemudian
dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea. 5,
E. endoftalmitis
Endoftalmitis adalah peradangan intraokular yang jarang terjadi namun
mengancam penglihatan. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
peradangan intraokular yang melibatkan rongga vitreous dan ruang anterior mata
dan dapat melibatkan jaringan mata yang berdekatan lainnya seperti koroid atau
retina, sklera atau kornea. Endoftalmitis dibagi menjadi dua berdasarkan
penyebabnya yaitu endoftalmitis endogen dan eksogen. Dalam infeksi
endoftalmitis, organisme mungkin mencapai mata dari bagian yang terinfeksi
lainnya di tubuh dan dalam kasus ini diberi label endoftalmitis endogen.
Endoftalmitis endogen terjadi akibat dari penyebaran hematogen bakteri atau jamur
ke dalam mata. Endoftalmitis eksogen disebabkan oleh patogen melalui mekanisme
seperti operasi mata, trauma terbuka, dan suntikan intravitreal. Endoftalmitis
memiliki faktor risiko yang berbeda dan patogen penyebab, sehingga membutuhkan
strategi diagnostik, pencegahan, dan pengobatan yang berbeda.
Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan
objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.
SUBJEKTIF Gejala subjektif dari endoftalmitis adalah :
- Fotofobia (rasa takut pada cahaya)
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka OBJEKTIF
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi
kelainan fisik yang dapat ditemukan yaitu berupa : - Edema Palpebra Superior
(bengkak pada kelopak mata superior)
- Injeksi Konjungtiva
- Hipopion (akumulasi sel darah putih/nanah di ruang anterior mata)
- Edema Kornea (bengkak pada kornea)
- Vitritis (vitreous yang mengalami inflamasi)
- Discharge Purulen (mengeluarkan nanah)
- Kemosis (edema/bengkak pada stroma konjungtiva) Endoftalmitis yang
disebabkan jamur, di dalam corpus vitreous ditemukan masa putih abu-abu,
hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar
yang baik.