Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD
MODUL 8, 11,12

Oleh :

AFIAH RAKHMANIAH (825311906)


ISTARTI (825281337)
JAMHARIYAH (824944871)
TITIK HARTATIK (824955108)
ADITYA PRATAMA (824951798)

MODUL 8
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR 2

KEGIATAN BELAJAR 1
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN


Secara umum keterampilan membuka pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan
dengan usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran, sedangkan keterampilan menutup
pelajaran adalah keterampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakihiri
pelajaran. Kegiatan membuka pelajaran merupakan kegiatan menyiapkan siswa untuk
memasuki inti kegiatan, sedangkan kegiatan menutup pelajaran adalah kegiatan untuk
memantapkan atau menindaklanjuti topik yang telah dibahas. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kegiatan membuka dan menutup pelajaran adalah kegiatan-kegiatan yang
berkaitan langsung dengan pembahasan materi pelajaran.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka pelajaran adalah:
1. menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran;
2. membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran;
3. memberikan gambaran yang jelas tentang batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa;
4. menyadarkan siswa akan hubungan antara pengalaman/bahan yang sudah
dimiliki/diketahui dengan yang akan dipelajari;
5. memberikan gambaran tentang pendekatan atau kegiatan yang akan diterapkan atau
dilaksanakan dalam kegiatan belajar.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan menutup pelajaran adalah:
1. memantapkan pemahaman siswa terhadap kegiatan belajar yang telah berlangsung;
2. mengetahui keberhasilan siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran yang telah dijalani;
3. memberikan tindak lanjut untuk mengembangkan kemampuan yang baru saja dikuasai.
Oleh karena itulah keterampilan membuka dan menutup pelajaran sangatlah penting bagi
seorang guru. Kelalaian membukan dan menutup pelajaran ini akan berakibat pada tidak
terarahnya kegiatan pembelajaran dan tidak tertatanya kemampuan yang dimiliki siswa.

B. KOMPONEN KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN


1. Membuka Pelajaran
Komponen keterampilan yang perlu dikuasai dalam membuka pelajaran adalah sebagai
berikut :
a. Menarik Perhatian Siswa
Menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1) Memvariasikan gaya mengajar guru
2) Menggunakan alat-alat bantu mengajar yang dapat menarik siswa
3) Penggunaan pola interaksi yang bervariasi.
b. Menimbulkan motivasi
Tujuan membuka pelajaran adalah membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari
atau memasuki topik/kegiatan yang akan dibahas atau dikerjakan. Banyak cara
menimbulkan motivasi antara lain:
1). Sikap hangat dan antusias
Kehangatan dan keantusiasan yang ditunjukkan guru merupakan awal dari
munculnya keinginan siswa untuk belajar.
2). Menimbulkan rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan alasan yang cukup ampuh bagi seseorang dalam
mempelajari sesuatu. Rasa ingin tahu akan mendorong seseorang untuk berbuat
sesuatu agar rasa ingin tahunya terpenui. Oleh karena itu guru harus bisa
membangkitkan rasa ingin tahu siswa ini misalnya dengan cara mengemukakan
cerita yang mengundang pertanyaan, mendemonstrasikan atau memperlihatkan
gambar sesuatu yang baru kemudian diikuti oleh pertanyaan-pertanyaan.
3). Mengemukakan ide yang bertentangan
Ide yang bertentangan biasanya menggugah pendengar untuk bertanya atau
mengajukan pendapatnya.
4). Memperhatikan minat siswa
Dalam memilih topik atau merancang kegiatan, guru hendaknya selalu
memperhatikan minat siswa. Minat siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
latar belakang sosial, jenis kelamin, umur dan lingkungan. Untuk mengetahui
minat siswa secara tepat, guru hendaknya memperhatikan faktor-faktor tersebut.

c. Memberi acuan
Memberi acuan dalam usaha membuka pelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran
singkat kepada siswa tentang berbagai topik atau kegiatan yang akan dipelajari siswa
dalam pelajaran tersebut. Acuan dapat diberikan dengan beberapa cara, yaitu :
1). Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
2). Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
3). Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Guru harus mengingatkan siswa
untuk menemukan hal-hal positif maupun hal-hal negatif dari sifat, konsep atau topik
yang akan dibahas.
4). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada awal pelajaran yang bertujuan
untuk mempersiapkan siswa mengantisipasi materi yang akan dibahas.
d. Membuat kaitan
Aspek yang membuat pelajaran jadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Hal ini sering disebut apersepsi yang
dilakukan pada awal pelajaran.

2. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru kepada siswa haruslah benar-benar bermakna bagi siswa,
artinya siswa memang ahrus enar-benar merasa terdorong untuk meningkatkan niat
belajarnya. Jadi penguatan itu haruslah benar-benar tulus dari hati guru dan tidaklah hanya
sebagai basa basi saja.
3. Menghindari penggunaan respon negatif
Respon negatif seprti kata-kata kasar, cercaan, hukuman atau ejekan dari guru merupakan
senjata ampuh yang bisa menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa
sendiri. Oleh karena itu janganlah pernah menggunakan respon negatif ini.
Selain itu, dalam memberi penguatan guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Sasaran penguatan.
Sasaran penguatan harus jelas, misalnya,” Via, karanganmu hari bagus sekali.”
b. Penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan
haruslah segera diberikan setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan.
c. Variasi dalam penggunaan
Penguatan haruslah diberikan dengan berbagai gaya sehingga penguatan tersebut
tidaklah kehilangan makna dan arti bagi siswa.

KEGIATAN BELAJAR 2
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL

Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan keterampilan dasar mengajar


yang diperlukan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Alasan
pentingnya diskusi kelompok bagi siswa :

A. RASIONAL
Sila ke-4 Pancasila adalah : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakian”. Hal ini menunjukkan bahwa musyawarah mufakat
merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Seperti telah ditetapkan pada kurikulum yang
berlaku saat ini bahwa pusat pembelajaran adalah siswa (students center) jadi dominasi
guru di dalam kelas haruslah dikurangi sehingga siswa mempunyai kesempatan lebih
besar untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Salah satu caranya yaitu
dengan membentuk kelompok kecil untuk berdiskusi, Melalui wadah inilah siswa dapat
berperan aktif dan kritis serta mampu mengungkapkan pikirannya dengan baik. Alasan
lain adalah tercapainya tujuan pendidikan yang jauh lebih efektif melalui diskusi
kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah tujuan dalam ranah psikomotorik serta nilai dan
sikap, misalnya keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat, keterampilan
berbahasa, sopan santun dalam mengajukan perbedaan pendapat serta keterampilan
berinteraksi sosial.

B. PENGERTIAN
Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
1. Melibatkan kelompok terdiri dari sekitar 3-9 orang.
2. Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal artinya semua anggota
kelompok berkesempatan saing melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara
bebas dan langsung.
3. Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama
untuk mencapainya.

4. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya
tujuan kelompok.

C. KOMPONEN KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK


KECIL
Ada 6 komponen keterampilan yang perlu dikuasai guru, yaitu :
1. Memusatkan perhatian
 merumuskan tujuan pada awal diskusi;
 menyatakan dengan tegas masalah-masalah khusus yang sedang dibahas dan
menyatakannya apabila terjadi penyimpangan;
 menandai terjadinya perubahan yang tidak relevan yang dapat membawa diskusi
ke arah yang menyimpang;
 membuat rangkuman tentang pembahasan yang disepakati pada tahap-tahap
tertentu sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya..

2. Memperjelas masalah dan uraian pendapat


 menguraikan atau merangkum gagasan yang dikemukakan sehingga menjadi
lebih jelas;
 meminta komentar siswa tentang gagasan yang diajukan dengan mengajukan
pertanyaan;
 memberi informasi tambahan dan/atau contoh yang dapat memperjelas gagasan
yang diajukan.

3. Menganalisis pandangan
 Menganalisis pandangan siswa dengan cara meminta siswa memberi alasan dan
dasar pandangan yang diajukannya;
 Memperjelas atau menguraikan inti gagasan siswa tentang hal-hal yang sudah
disepakati dan belum disepakati.
4. Meningkatkan urunan
Melatih siswa untuk berpikir kritis dan berpartisipasi aktif dengan cara:
 mengajukan pertanyaan kunci yang bisa menantang siswa untuk berpikir;
 memberikan contoh-contoh pada saat yang tepat;
 mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak pendapat
 memberi waktu yang cukup untuk berpikir
 memberikann dukungan terhadap uraian siswa seperti mendengarkan dengan
penuh perhatian, memberikan komentar yang positif, menunjukkan sikap yang
bersahabat.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6. Menutup diskusi.
 Membuat rangkuman;
 Mengemukakan tindak lanjut
 Menilai proses dan hasil diskusi
D. PRINSIP PENGGUNAAN
Prinsip-prinsip penggunaan yaitu :
1. Diskusi dapat dilaksanakan dalam sebuah pembelajaran di jenjang kelas yang sudah
mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
2. Topik atau masalah yang didiskusikan haruslah yang emerlukan informasi/pendapat
dari orang banyak.
3. Guru hendaknya dapat memodelkan fungsi pimpinan diskusi kelompok sehingga
berangsur-angsur siswa dapat memimpin diskusi sendiri.
4. Diskusi harus berlangsung terbuka penuh persahabatan sehingga bisa saling
menghargai.
5. Guru membuat perencanaan dan persiapan diskusi antara lain :
 Pemilihan topik
 Mempersiapkan informasi pendahuluan yang memungkinkan siswa mempunyai
latar belakang sama terhadap topik diskusi.
 Menyiapkan diri sebagai pemimpin diskusi (sumber informasi, motivator dll)
 Penetapan kelompok beserta anggotanya.
 Pengaturan tempat duduk

6. Diskusi mempunyai kekuatan/keuntungan :


 Kelompok mempunyai informasi yang kaya;
 Siswa pemalu merasa lebih bebas berbicara dalam kelompok kecil;
 Anggota kelompok temotivasi oleh anggota lainnya;
 Anggota kelompok merasa terikat oleh keputusan yang diambil dalam diskusi.

7. Kelemahan disusi kelompok:


 Perlu waktu cukup banyak;
 Memboroskan waktu jika terjadi hal-hal negatif;
 Anggota yang kurang aktif dan agresif merasa lebih sedikit tertekan karena
didominasi oleh siswa tertentu.
8. Guru hendaknya menghindari :
 Menghindari topik yang tidak sesuai
 Mendominasi diskusi dengan berbagai informasi
 Membiarkan terjadinya monopoli/penyimpangan
 Tergesa-gesa meminta respon siswa
 Membiarkan siswa yang kurang aktif
 Tidak memperjelas uraian.

KEGIATAN BELAJAR 3
KETRAMPILAN MENGELOLA KELAS

A. RASIONAL
Kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara efektif jika faktor-faktor yang
mendukung berhasilnya kegiatan pembelajaran dapat di ciptakan. Salah satu factor
yang mendukung keberhasilan tersebut adalh iklim belajar yang konduktif atau
optimal.

B. PENGERTIAN
Pengelolaan kelas dapat didifinisikan dengan bebagai cara diantaranya :
1. Pendekatan otoriter yaitu pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan
yang dilakukan guru untuk menegakkan dan memelihara aturan didalam
kelas.
2. Pendekatan primitive yaitu pengelolaan kelas sebagai usah guru untuk
memaksimalkan kebebasan siswa.
3. Pendekatan modifikasi tingkah laku yaitu pengelolaan kelas sebagai
serangkaian kegiatan untuk meningkatkan munculnya prilaku yang baik.
4. Pengolaan kelas yaitu sebagai seperangkat usaha guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim social
nasional kelas yang positif.
5. Perilaku siswa sebagai kelompok kelas mempunyai pengarauh pada
terjadinya pembelajaran.

C. KEGIATAN PENGELOLAAN DAN KEGIATAN INSTRUKSIONAL


Kegiatan pengelolaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan,
memelihara atau mengembalikan kondisi yang memungkinkan terjadinya kegiatan
pembelajaran yang efektif.
Kegiatan instruksional adalah kegiatan yang diarahkan untuk membantu siswa
menguasai kemampuan yang diharapkan.

D. KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN
Komponen keterampilan mengelola kelas harus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
:
1. Keterampilan yang bersifat preventif.
2. Ketrampilan yang bersifat represif.

Keterampilan yang bersifat preventif berkaitan dengan usaha mencegah terjadinya


gangguan misalnya :

a. Sikap tanggap
b. Membagi perhatian
c. Memusatkan perhatian kelompok
d. Memberikan petunjuk yang jelas
e. Menegur
f. Memberi penguatan

Ketrampilan yang bersifat represif berkaitan dengan usaha mengatasi gangguan yang
muncul , yang dapat dilakukan menjadi 3 pendekatan yaitu :

1. Modifikasi tingkah laku yang mencakup


a. Meningkatkan tingkah laku yang diharapkan
b. Mengajarkan tingkah laku yang baru
c. Mengurang/menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan
2. Pengelolaan kelompok yang menekankan pada pemecahan masalah
melalui diskusi kelompoik
3. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah

E. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Agar mampu mengelola kelas secara efektif, guru harus memperhatikan berbagai hal :
1. Kehangatan dan keantosiasan guru
2. Kata-kata dan tindakan guru
3. Penggunaan variasi dalam mengajar
4. Keluwesan guru
5. Selalu menekankan hal-hal yang positif
6. Mampu menjadi contoh dalam menanamkan disiplin

KEGIATAN BELAJAR 4
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK DAN PERORANGAN
A. RASIONAL
Pada dasrnya siswa mempunyai karakteristik yang sangat berbeda satu dengan
lainya . Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan variasi pengorganisasian kegiatan
klasikal, kelompok kecil, dan perorangan

B. PENGERTIAN
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan hanya mungkin terwujud jika terpenuhi
syarat-syarat berikut :
1. Ada hubungan yang sehat dan akrap antara guru-siswa dan antar siswa
2. Siswa belajar dengan kecepatan , kemempuan, cara, dan minat sendiri
3. Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya
4. Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar
5. Guru dapat memainkan berbagai peran

Dilihat dari segi guru, pengajaran kelompok kecil dan perorangan menuntut guru
berperan sebagai :

1. Organisator kegiatan pembelajaran


2. Sumber informasi bagi siswa
3. Pendorong bagi siswa untuk belajar
4. Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5. Orang yang mengdiaknosis kesulitan siswa dan member bantuan yang
sesuai dengan kebutuhannya.
6. Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
peserta lainya.

C. VARIASI PENGORGANISASIAN
Agar dapat mengelola kegiatan kelompok kecil dan perorangan, guru harus
menguasai 4 kelompok komponen keterampilan sebagai berikut :
1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
2. Keterampilan mengorganisasikan
3. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
4. Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran

D. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Agar pengajaran kelompok kecil dan perorangan dapat berlangsung secara
efektif, guru harus memperhatikan bebagai hal antara lain :
1. Tidak semua topic dapat disajikan dalam format kelompok kecil dan
perorangan.
2. Lakukan pengajaran kelompok kecil dan perorangan secara bertahap
3. Pengorganisasian siswa, sumbe/materi, ruangan dan waktu harus
dilakukan secara cermat
4. Kegiatan harus diakhiri dengan kulminasi yang memungkinkan siswa
saling belajar

Guru harus mengenal siswa secara pribadi


MODUL 11
DISIPLIN KELAS

KEGIATAN BELAJAR 1
HAKEKAT DISIPLIN KELAS

A. Disiplin dan disiplin kelas


1. Disiplin
Disiplin adalah ketaatan terhadap aturan, baik aturan umum maupun
kelompok.
Contoh disiplin : - Seorang anak yang tepat waktu bangun pada pukul 6 pagi.
- Anak-anak membuang sampah pada temppat sampah yang
disediakan

2. Disiplin kelas
Ungkapan disiplin oleh pakar Jurney dan Cairns (1980), bervariasi sebagai
berikut :
a. Disiplin diartikan tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok
b. Disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru untuk
membangun atau memelihara keteraturan di dalam kelas.
Menurut (Kohn, 1996),
Disiplin adalah bagian pengelolaan kelas yang terutama berurusan dengan
penanganan perilaku yang menyimpang

Kesimpulan disiplin mempunyai arti yang beragam, sebagai berikut :


a. Sebagai kata benda berarti tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok,
yaitu dalam kelas atau teknik yang digunakan guru untuk membangun atau
memelihara keteraturan dalam kelas.
b. Sebagai kata sifat berarti ketaatan pada tauran
c. Sebagai kata kerja berarti hukuman sehingga mendisiplinkan berarti menghukum.
Jadi disiplin kelas diartikan sebagai tingkat keteraturan yang terjadi di dalam kelas
atau tingkat ketaatan siswa terhadap aturan kelas.
Alasan disiplin perlu diajarkan,
1. Disiplin perlu diajarkan dan perlu dipelajari serta dihayati oleh siswa, agar siwa
mampumendisiplinkan dirinya sendiri.
Tujuan utama penanaman disiplin adalah agar siswa mempu mengendalikan
dirinya sendiri. Tanpa perlu dikontrol oleh guru (Winzer, 1992).
Tanpa diajarkan atau dipelajari, disiplin tidak akan tumbuh dan berkembang
karena disiplin bukan faktor bawaan.
2. Disiplin merupakan titik pusat berputarnya kehidupan sekolah (Turney dan
Cairns, 1980). Keberhasilan dan kegagalan sekolah tergantung dari tingkat
ketercapaian dalam menerapkan disiplin yang sempurna.
3. Tingkat ketaatan siswa yang tinggi terhadap aturan kelas, lebih-lebih jika ketaatan
tersebut tumbuh dari dirinya, bukan dipaksakan, akan memungkinkan terciptanya
iklim belajar yang kondusif, yaitu iklim belajar yang menyenangkan sehingga
siswa terpacu untuk belajar.
4. Tingkat ketaatan yang rendah terhadap aturan kelas akan membuat iklim belajar
yang tidak kondusif, tidak menyenangkan.
5. Pada kelas yang jumlah siswanya banyak, dapat mejadi tempat belajar yang
menyenangkan, maka disiplin kelas perlu diperlukan.
6. Kebiasaan untuk menaati peraturan dalam kelas akan memberi dampak yang lebih
luas bagi kehidupan siswa di dalam masyarakat.
Siswa yang terbiasa menaati aturan di dalam kelas, akan terdorong pula menaati
aturan yang ada di dalam masyarakat.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kelas


1. Faktor fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi disiplin kelas, mencakup:
a. Kondisi fisik guru
Guru yang berpenampilan rapi, sehat, dan tampak bersemangat akan
mempengaruhi ketaatan siswa pada aturan.
b. Kondisi fisik siswa
Kondisi fisik siswa yang prima dan panca indra yang sehat, akan
mempengaruhi ketaatan pada aturan, sebaliknya siswa yang sakit atau lapar akan
sulit memusatkan perhatian pada pelajaran.
c. Kondisi fisik ruangan kelas
Ruang kelas yang berantakan atau kondisinya sudah rusak sehingga dapat
membahayakan siswa akan dapat mengurangi ketaatan siswa pada aturan.

2. Faktor Sosial
a. Hubungan guru - siswa – siswa mempengaruhi disiplin kelas.
Hubungan yang sehat, akrab, dan saling mempercayai akan mampu
meningkastkan disiplin kelas. Sebaliknya hubungan yang tidak akrab, tidak sehat
dan saling mencurigai akan mempengaruhi ketaatan siswa-siswa pada aturan
kelas.
b. Latar belakang sosial siswa
Lingkungan dan orang-orang yang berada di sekitar siswa juga mempengaruhi
tingkat kedisiplinan siswa. Siswa yang berasal dari desa mungkin akan lebih
patuh dibandungkan siswa yang berasal dari kota.

3. Faktor Psikologis
Faktor psikologis mencakup:
a. Perasaan (sedih, senang, marah, bosan, benci, dsb)
b. Kebutuhan (seperti keinginan untuk dihargai, diakui, dan disayang)
Siswa yang sedih, marah akan berbeda tingkat kebutuhannya dibandingkan
dengan mereka yang sedang bergembira.

KEGIATAN BELAJAR 2
STRATEGI PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN KELAS
A. Pandangan terhadap penanaman dan penanganan disiplin kelas
1. Pandangan yang berfokus pada kepentingan guru ( teacher centered )
2. Pandangan berfokus pada guru. Guru haruslah di depan memberi contoh, di tengah
mampu medorong untuk berkarya, dan di belakang mendorong siswa ke depan agar
mampu bertanggung jawab.
3. Pandangan yang berfokus pada kebutuhan siswa
Winzer (1995) menyatakan pendekatan yang berhasil dalam membangun disiplin
adalah pendekatan yang menghormati hak individu, mendorong peningkatan konsep
diri siswa, serta memupuk kerja sama.
4. Pandangan humanistik
Yaitu pandangan yang menekankan kemanusiaan. Perlunya komunikasi yang terbuka
dan jujur antara orang tua dan anak-anak atau antara guru dan siswa, sehingga guru
tahu apa yang disukai dan apa yang tidak disukai.
5. Pandangan kaum behaviorism, yang berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dan
dikontrol. Hukuman dan penguatan merupakan dua hal yang dianjurkan untuk
digunakan dalam menegakkan disiplin. Denga memberi penguatan, perilaku yang
dapat diharapkan dapat ditingkatkan sedang dengan memberi hukuman, perilaku
yang kurang baik dapat dihilangkan.

B. Strategi penanaman disiplin kelas.


Beberapa cara dapat anda coba dalam menanamkan disiplin keras dan sekaligus dapat
anda gunakan dalam memilih cara-cara yang tepat dan sesuai :
1. Modelkan tata tertib yang sudah ditetapkan oleh sekolah
Pernyataan Elias, et al (1997) melalui model atau contoh yang diperlihatkan oleh
guru, anka-anak akan dapat melihat langsung perilaku, keterampilan, dan sikap yang
dianjurkan.
Contoh : jika kita ingin anak-anak tidak terlambat, kita harus mencontohkannya
dengan cara datang sebelum waktunya atau tepat waktu.
Kesimpulannya adalah cara terbaik untuk menanmkan disiplin adalah dengan terlebih
dahulu mendisiplinkan diri sendiri.
2. Adakan pertemuan kelas secara berkala, terutama jika ada aturan yang perlu ditinjau
kembali.
Pendapat Glesser, pertemuan kelas dianggap salah satu alternatif yang afektif untuk
menanamkan dan menangani disiplin kelas.
Sedang menurut Kohn (1996) pertemuan kelas dapat berfungsi sebagai:
a. Tempat berbagi pengalaman antar siswa dan antara siswa dan guru
b. Tempat untuk mengambil keputusan
c. Temapat untuk membuat rencana
d. Tempat untuk melakukan fefleksi, yaitu merenung dan mengungkapkan perasaan
tentang disiplin kelas yang sudah berlangsung
3. Terapkan aturan secara fleksibel (luwes) sehingga anak tidak merasa tertekan. Misal
waktun untuk mengerjakan sudah habis sedang sebagian besar anak belum dapat
menyelesaikan tugas tersebut, maka tambahkanlah waktu untuk mengerjakannya atau
cari alternatif lain.
4. Sesuaikan penerapan aturan dengan tingkat perkembangan anak, misal siswa kelas
rendah mungkin masih perlu diperiksa kesehatan kuku dan pakaiannya
5. Libatkan siswa dalam membuat aturan kelas

C. Strategi Penanganan Disiplin Kelas


1. Menangani gangguan ringan
Winzen (1995) menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan guru untuk
mengatasi gangguan ringan, antara lain :
a. Mengabaikan
Gangguan kecil dan ringan yang dianggap tidak akan mempengaruhi yang lain
dapat diabaikan saja.
b. Menatap agak lama
c. Menggunakan tanda nonverbal
Adalah tanda-tanda berupa gerakan tubuh, seperti mengangkat tangan,
menggeleng atau menarik telunjuk di atas bibir
d. Mendekati
Gerak mendekati, menyebabkan siswa yang melakukan pelanggaran sadar bahwa
perbuatannya sudah diketahui oleh guru
e. Memanggil nama
Memanggil nama siswa yang melakukan pelanggaran kecil akan dapat membantu
memulihkan disiplinkelas, asal dilakukan secara bijaksana.
f. Mengabaikan secara sengaja

2. Menangani gangguan berat


Gangguan besar atau berat adalah pelanggaran yang akan dilakukan siswa dapat
mempengaruhi siswa lain atau menganggu jalannya pelajaran.
Beberapa strategi untuk mengatasi gangguan ringan.
a. Memberi hukuman
Kohn (1996) mengemukakan bahwa hukuman dapat memperparah masalah,
merusak hubungan guru dan siswa dan menghambat perkembangan etika.
Winzen (1995) hukuman masih diperlukan, hal yang harus diperhatikan guru
dalam menggunakan hukuman sebagai berikut :
1. Gunakan hukuman, hanya jika dianggap perlu
2. Mulailah dengan hukuman yang ringan, misalnya teguran yang halus,
sebelum memutuskan memberi hukuman yang keras
3. Hukuman harus diberikan secara adil dan ssuai dengan tingkat pelanggaran
4. Ketika memberi hukuman, ajarkan juga contoh apa yang semestinya
dilakukan oleh siswa
5. Berhati-hatilah dalam memberi hukuman, pertimbangkan dampaknya bagi
siswa dan mungkin bagi orang tua
b. Melibatkan orang tua
Karena pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua,
masyarakat dan orang tua, wajar bila guru melibatkan orang tua dalam menangani
masalah pelanggaran disiplin.

3. Menangani perilaku agresif


Perilaku agresif adalah perilaku menyerang yang ditunjukkan oleh siswa di dalam
kelas. Misalnya ada siswa yang berteriak atau menyerang temannya bahkan
menyerang gurunya.
Beberapa cara untuk menangani perilaku yang agresif oleh Winzer (1995) sebagai
berikut :
a. Mengubah / menukar teman duduk
Tetapi tetap berhati-hati dalam memindahkan tenapt duduk, dan sesuai
pemindahan kita wajib memantau perubahan yang terjadi
b. Jangan terjebak dalam konfrontasi atau perselisihan yang tidak perlu
c. Jangan melayani siswa yang agresif ketika hati sedang panas
d. Hindari diri dari pengucapan akat-kata yang besar atau yang bersifat mengha=ina,
karena menghina, karena akan memperburuk hubungan guru dan siswa
e. Konsentrasi dengan pihak lain, seperti dengan teman sejawat, kepala sekolah,
atau orang tua siswa.

MODUL 12

PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

KEGIATAN BELAJAR 1

PERENCANAAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

A. PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN


Istilah pengajaran, menurut beberapa pendapat mengarah pada aktifitas guru dalam
kegiatan belajar-mengajar (tacher centered), pada saat ini dalam proses pembelajaran
harus lebih banyak ditekankan pada aktifitas siswa (student centered).
Perencanaan pembelajaran dapat diartikan suatu rangkaian yang saling berhubungan
dan saling menunjang antra berbagai unsur atau komponen yang ada di dalam
pembelajaran. Atau pengertian lain, yaitu proses mengatur, mengkoordinasikan, dan
menetapkan unsur-unsur atau komponen-komponen pembelajaran.

B. KOMPONEN PERENCANAAN PEMBELAJARAN


Menurut Ralph W. Tyler (1975), prinsip dasar dalam pengembangan pembelajaran
mengikuti 4 komponen yang disebutnya sebagai four-step model.
1. Arah/ tujuan pembelajaran, dalam kurikulum berbasis kompetensi disebut
kompetensi (standar kompetensi mata pelajaran, kopetensi dasar dan
indikator-indikatornya)
2. Isi atau materi yang harus diberikan untuk mencapai tujuan/kompetensi
tersebut.
3. Strategi pelaksanaan pembelajaran.
4. Penilaian yang yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
pembelajaran.
Komponen-komponen tersebut saling berinteraksi saling berpengaruh sehingga
membentuk suatu satu kesatuan/ totalitas. Tujuan/ kompetensi pembelajaran
merupakan komponen pertama dan utama yang harus ditetapkan dan menjadi
indikator keberhasilan pembelajaran.

C. PRINSIP PERENCANAAN PEMBELAJARAN


Perencanaan pembelajaran merupakan kurikulum mikro yang menggambarkan
tujuan/kompetensi, materi/isi pembelajran, kegiatan belajar dan alat evaluasi yang
digunakan. Efektifitas perencanaan pembelajaran dipengaruhi beberapa prinsip.
Prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran :
1. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
2. Perencanaan pembelajaranharus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
3. Perencanaan pembelajaran harus memperhitungkan waktu yang tersedia.
4. Perencanaan pembelajaran harus merupakan urutan kegiatan belajar-mengajar
yang sistematis.
5. Perencanaan pembelajaran dilengkapi dengan lembar kerja/tugas dan atau
lembar observasi.
6. Perencanaan pembelajaran bersifat fleksibel.
7. Perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada pendekatan sistim yang
mengutamakan keterpaduan antara tujuan/ kompetensi, materi,kegiatan
belajar, dan evaluasi.

Prinsip diatas harus dijadikan landasan dalam penyususnan perencanaan


pembelajaran.

D. PROSEDUR PERENCANAAN PEMBELAJARAN


1. Penyusunan Silabus
Silabus merupakan program yang bersifat makro yang dijabarkan kedalam
program-program pembelajaran yang lebih terperinci, yaitu Satuan/rencana
pembelajaran. Silabus dilaksankan untuk jangka waktu yang cukup panjang (1
tahun/semester), menjadi acuan dalam mengembangkan rencana pembelajaran
yang merupakan program untuk jangka waktu yang lebih singkat.
Pengembangan silabus diharapkan dapat memenuhi prinsip-prinsip :
a. Ilmiah, penetapan isi silabus harus memenuhi kebenaran ilmiah dan
teruji kesahihannya.
b. Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa dalam penetapan
cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian isi/materi
dalam silabus.
c. Sistematis, komponen yang terdapat dalam silabus merupakan satu
kesatuan yang saling berhubungan satu sama lain.
d. Konsisten, antara kompetensi yang diharapkan dicapai dengan
penentapan pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa.
e. Adekuat, cakupan/ ruang lingkup materi yang dipelajari siswa cukup
memadai untuk menunjang tercapainya penguasaan suatu kompetensi.

Pada intinya, silabus adalah penjabaran dari Standar Kompetensi mata pelajran
dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta pokok-pokok materi yang perlu
dipelajari siswa. Format silabus disusun dalam bentuk matriks/tabel dan memuat
tentang identitas mata pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran, kompetensi
dasar, dan indikator yang akan dicapai, materi pokok, strategi atau langkah
pembelajaran alokasi waktu, dan sumber bahan pustaka.

2. Penyusunan Rencana/Satuan Pembelajaran


Rcncana pembelajaran adalah satuan atau unit program pcmbelajaran terkecil
untuk jangka waktu mingguan atau harian yang berisi rencana pcnyampaian
suatu pokok atau satuan bahasan tertentu dalam satu mata pclajaran.
Komponen-komponen rencana/satuan pembelajaran ini lebih terperinci dan
lebih spesifik dibandingkan dengan komponen-komponen dalam silabus.
Bentuk rencana pembelajaran yang dikembangkan pada berbagai daerah atau
sekolah mungkin berbeda-beda, tetapi isi dan prinsipnya harus sama. Unsur-
unsur pokok yang terkandung dalam rencana/satuan pembelajaran meliputi :
a. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran, kelas, semester, dan
waktu/banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
b. Kompetensi dasar dan indikator-indikator yang hendak dicapai.
c. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai kompetensi dasar dan indikator.
d. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan
sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator).
e. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian
kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
f. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan digunakan
untuk menilai pencapaian belajar siswa serta tindak lanjut hasil penilaian).
Rencana pembelajaran sebaiknya disusun dalma bentuk/ format naratif.

KEGIATAN BELAJAR 2

PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

A. HAKIKAT PEMBELAJARAN EFEKTIF


Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa segi, yang dimulai dari
perencanaan guru. Perencanaan pembelajaran berkenaan dengan keputusan yang diambil
guru dalam mengorganisasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran
(Burden & Byrd, 1999). Tujuan perencanaan adalah memberi jaminan pebelajar akan
membantu menciptakan, belajar dengan baik. Oleh karena itu, perencanaan membantu
menciptakan, mengelola, dan mengorganisasi peristiwa-peristiwa pembelajaran yang
memungkinkan kegiatan belajar terjadi. Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam merencanakan
pernbelajaran sangat tergantung pada individu guru. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti kebutuhan pembelajar, kekompleksan tugas pembelajaran, fasilitas dan peralatan,
serta pengalaman guru.

B. FAKTOR- FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KEGIATAN


PEMBELAJARAN
1. Isi (Content) Pelajaran
Isi pelajaran berkaitan dengan uan, keterampilan, aturan, dan konsep atau
proses kreatif yang akan dipelajari pebelajar.
2. Bahan
Bahan pelajaran berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli visual, yang
digunakan dalam pembelajaran. Buku teks, film dokumenter, komputer,
powerpoint, audio-video, merupakan beberapa bahan yang digunakan guru.
3. Strategi Pembelajaran
Pemilihan berbagai strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengajarkan
isi pembelajaran rnerupakan perencanaan central .
4. Perilaku Guru
Guru melakukan sejumlah kegiatan selama proses pembelajaran berlangung
dan membantu pebelajar dalam kegiatan-kegiatan belajar, seperti membimbing
kelompok, menyajikan pelajaran secara jelas, membuka pelajaran, dan membuat
kcsimpulan.
5. Menstrukturkan Pelajaran
Menyusun pclajaran berkaitan dengan kegiatan yang tcrjadi pada suatu saat
tertentu selama penyajian pelajaran dan guru perlu merencanakan struktur
pclajaran. Pada suatu saat mungkin pcbelajar membaca, diskusi, dan menulis atau
berpartisipasi suatu kegiatan tertentu.
6. Lingkungan Belajar
Ketika kegiatan-kegiatan belajar direncanakan, pertimbangkan jenis
lingkungan belajar yang ingin diciptakan. Banyak faktor yang perlu diperhatikan
antara lain; sistem pengelolaan kelas yang efektif perlu direncanakan dan
ditetapkan, seperti aturan kelas, menciptakan iklim yang positif, tanggung jawab
pebelajar secara akademik, dan penguatan perilaku yang dikehendaki.
7. Pebelajar
Ketika merencanakan kegiatan pembelajaran,pertimbangkan karakteristik
pebelajar tertentu yang ada di kelas. Perlu dipertimbangkan pula motivasi
pebelajar, kebutuhan akademik, kebutuhan fisik, dan psikologis. Lebih dari itu,
pertimbangkan pengelompokan pebelajar, seperti kelompok kecil, kelompok
keseluruhan, dan kerja mandiri.
8. Durasi Pembelajaran
Buatlah rencana tentang waktu yang tersedia atau dialokasikan. Dengan waktu
yang tersedia, guru perlu melaksanakan berbagai kegiatan, dan menggunakan
sumber-sumber untuk tujuan pembelajaran, serta memelihara motivasi pebelajar.
Guru perlu menjadi manajer waktu untuk menjamin bahwa pebelajar mempunyai
kesempatan untuk mencapai tujuan pembelajaran selama kurun waktu tertentu.
9. Lokasi Pembelajaran
Ketika merancang kegiatan pembelajaran, rencanakan di tempat mana
pembelajaran itu akan terjadi. Lokasi suatu kegiatan mungkin berubah berdasarkan
kebutuhan, seperti: (a) ruang kerja untuk serangkaian materi tertentu (misalnya
komputer), (b) tambahan referensi, materi-materi atau pengalaman-pengalaman
baru (misalnya perpustakaan dan kerja lapangan), dan (c) struktur sosial yang
berbeda (misalnya debat atau kegiatan yang memerlukan belajar bersama).

C. KARAKTERISTIK GURU
Keputusan perencanaan tentang kegiatan-kegiatan pembelajaran, dipengaruhi oleh
karakteristik guru itu sendiri (Neely & Hansford, 1985).
Pertama, banyaknya pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi keputusan
perencanaan. Pengalaman terdahulu membawa guru pada kesiapan mental
yang lebih mantap.
Kedua, filosofi belajar-mengajar akan mempengaruhi keputusan tentang perencanaan
guru.
Ketiga, pengetahuan guru tentang isi pelajaran, juga mempengaruhi keputusan tentang
perencanaan. Guru yang menguasai materi pembelajaran biasanya dapat
merencanakan pembelajaran yang bervariasi dan fleksibel karena siap
memanfaatkan dan menata informasi.
Keempat, gaya guru dalam mengorganisasikan pembelajaran akan mempengaruhi
keputusan perencanaan. Gaya ini tercermin dari kebutuhan guru untuk
menyusun perencanaan rutin, dan gaya memecahkan masalah.
Kelima, harapan-harapan menata kelas, baik untuk pebelajar belajar maupun
pelaksanaan pembelajaran oleh guru itu sendiri, juga mempengaruhi
keputusan tentang perencanaan.
Keenam, perasaan aman dan kontrol pembelajaran memainkan peranan dalam proses
perencanaan. Apabila guru merasa aman dalam semua segi pembelajaran,
rencana pembelajaran cenderung kurang ketat. Namun, apabila tidak begitu
aman, guru cenderung untuk lebih terstruktur dan rencana lebih terperinci.

D. GURU YANG EFEKTIF


Rosanshine (1989) mengidentifikasi 6 hal tentang guru yang efektif sebagai berikut.
1. Melakukan Reviu Harian
Untuk menentukan apakah pebelajar telah memperoleh pengetahuan dan
keterampilan prasyarat yang diperlukan, guru yang efektif memulai pembelajaran
dengan mereviu materi yang lalu, mengoreksi pekerjaan rumah, dan mereviu
pengetahuan awal yang relevan dengan pembelajaran hari ini.
2. Menyiapkan Materi Baru
Hasil riset menunjukkan bahwa guru yang efektif memerlukan yang lebih banyak
dalam menyajikan materi baru dan membimbing praktik, dibandingkan guru yang
kurang efektif. Untuk memulai pelajaran, guru yang efektif berusaha menarik
perhatian pebelajar dengan menerangkan tujuan belajar yang ingin dicapui selama
pembelajaran.
3. Melakukan Praktik Terbimbing
Maksud praktik terbimbing adalah membimbing praktik ketcrampilan awal pebelajar
dan menyediakan penguatan yang perlu untuk kernajuan belajar barn, dari ingatan
jangka pendek ke ingatan jangka panjang. Pebelajar berpartisipasi aktif selama
praktik terbimbing dengan masalah-masalah kerja atau pertanyaan-pertanyaan dari
guru. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang lebih efektif meningkatkan
pencapaian pebelajar, akan menarnbah jumlah pertanyaan.
4. Menyediakan Balikan dan Koreksi
Selama praktik terbimbing, bagi guru sangat penting untuk menyediakan
proses balikan kepada pebelajar. Proses balikan dapat berupa memberikan
penjelasan tambahan yang kadang-kadang diperlukan apabila pebelajar
benar, tetapi apabila pebelajar membuat kesalahan, yang tepat adalah
menyederhanakan pertanyaan, kemudian menuntun (memberi petunjuk
sedikit) ke arah jawaban yang benar.
5. Melaksanakan Praktik Mandiri
Setelah guru memberikan praktik terbimbing, sangat penting memberikan
kesempatan kepada pebelajar untuk praktik mandiri. Praktik mandiri membutuhkan
reviu dan penguatan yang diperlukan agar menjadi bagus. Praktik mandiri berbeda
dengan praktik terbimbing, yaitu isyarat - isyarat yang diberikan oleh guru selama
praktik terbimbing dihilangkan.
6. Review Mingguan dan Bulanan
Guru dianjurkan untuk mereviu pekerjaan seminggu yang lalu tiap hari sabtu dan
pekerjaan sebulan yang lalu setiap Sabtu keempat.

E. PENDEKATAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF


Pendekatan pembelajaran yang efcktif adalah pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada pebelajar. Pada saat ini tclah ada perubahan paradigma dalam
pembelajaran, yaitu pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada
pebelajar. Akan diuraikan 3 jenis pcndekatan, yaitu independent learning (belajar
mandiri), problem-based learning (belajar berdasarkan masalah), dan integrated
learning (pembelajaran terpadu).
1. Belajar Mandiri (Independent Learning)
Dalam belajar mandiri, pebelajar mempersiapkan kelompok kecil dan
menindaklanjuti beberapa bagian dari pelajaran dengan belajar sendiri. Intensitas
belajar mandiri dalam kurikulum tradisional biasanya meningkat sebelum ujian
formal, dengan cara pebelajar berusaha mencapai materi- materi pembelajaran dalam
suatu waktu yang relatif singkat.
Pentingnya belajar mandiri mungkin tidak diapresiasikan sepenuhnya oleh
waktu yang digunakan, tidak dijadwal secara penuh dalam suatu kurikulum dan
bahan-bahan, sumber belajar yang sesuai, serta dukungan untuk pebelajar sering tidak
tersedia. Peningkatan yang ditekankan pada belajar mandiri diakui bahwa belajar
bukan sesuatu yang dapat dilakukan oleh orang lain untuk pebelajar, melainkan harus
dikerjakan oleh pebelajar itu sendiri.

2. Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning)


Pembelajaran terpadu diartikan sebagai metode pengorganisasian isi
pembelajaran yang dilakukan guru dengan cara memadukan beberapa mata pelajaran,
untuk mempelajari suatu konsep tertentu. Pembelajaran terpadu dimulai dengan
menampilkan tema. Misalnya, tema "lingkungan" untuk kelas 3 SD. Guru dapat
merancang strategi pembelajaran IPA, dengan pokok bahasan Udara Bersih dan
Udara Tercemar. IPS, menampilkan pokok bahasan lingkungan sekitar rumah siswa
RT/RW, Kelurahan, dan Kecamatan, sedangkan Bahasa Indonesia dapat ditampilkan
kegiatan membaca suatu bacaan tentang bersih-bersih lingkungan menyongsong hari
Kernerdekaan.

3. Belajar Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)


Belajar berbasis masalah (BBM) adalah belajar yang berpusat pada pebelajar
dan juga menggambarkan metode belajar inti atau suplemen pembelajaran.
Prinsipnya sama dengan pembelajaran terpadu, namun pembelajaran terpadu
mendasarkan pada tema, sedangkan BBM berdasarkan masalah (pembelajaran
dimulai dengan menampilkan masalah).

Anda mungkin juga menyukai