STRATEGI PEMBELAJARAN DI SD
MODUL 8, 11,12
Oleh :
MODUL 8
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR 2
KEGIATAN BELAJAR 1
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
c. Memberi acuan
Memberi acuan dalam usaha membuka pelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran
singkat kepada siswa tentang berbagai topik atau kegiatan yang akan dipelajari siswa
dalam pelajaran tersebut. Acuan dapat diberikan dengan beberapa cara, yaitu :
1). Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas
2). Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan
3). Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Guru harus mengingatkan siswa
untuk menemukan hal-hal positif maupun hal-hal negatif dari sifat, konsep atau topik
yang akan dibahas.
4). Mengajukan pertanyaan-pertanyaan
Guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada awal pelajaran yang bertujuan
untuk mempersiapkan siswa mengantisipasi materi yang akan dibahas.
d. Membuat kaitan
Aspek yang membuat pelajaran jadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut dikaitkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Hal ini sering disebut apersepsi yang
dilakukan pada awal pelajaran.
2. Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru kepada siswa haruslah benar-benar bermakna bagi siswa,
artinya siswa memang ahrus enar-benar merasa terdorong untuk meningkatkan niat
belajarnya. Jadi penguatan itu haruslah benar-benar tulus dari hati guru dan tidaklah hanya
sebagai basa basi saja.
3. Menghindari penggunaan respon negatif
Respon negatif seprti kata-kata kasar, cercaan, hukuman atau ejekan dari guru merupakan
senjata ampuh yang bisa menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa
sendiri. Oleh karena itu janganlah pernah menggunakan respon negatif ini.
Selain itu, dalam memberi penguatan guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut :
a. Sasaran penguatan.
Sasaran penguatan harus jelas, misalnya,” Via, karanganmu hari bagus sekali.”
b. Penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan
haruslah segera diberikan setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan.
c. Variasi dalam penggunaan
Penguatan haruslah diberikan dengan berbagai gaya sehingga penguatan tersebut
tidaklah kehilangan makna dan arti bagi siswa.
KEGIATAN BELAJAR 2
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
A. RASIONAL
Sila ke-4 Pancasila adalah : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakian”. Hal ini menunjukkan bahwa musyawarah mufakat
merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Seperti telah ditetapkan pada kurikulum yang
berlaku saat ini bahwa pusat pembelajaran adalah siswa (students center) jadi dominasi
guru di dalam kelas haruslah dikurangi sehingga siswa mempunyai kesempatan lebih
besar untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Salah satu caranya yaitu
dengan membentuk kelompok kecil untuk berdiskusi, Melalui wadah inilah siswa dapat
berperan aktif dan kritis serta mampu mengungkapkan pikirannya dengan baik. Alasan
lain adalah tercapainya tujuan pendidikan yang jauh lebih efektif melalui diskusi
kelompok. Tujuan-tujuan tersebut adalah tujuan dalam ranah psikomotorik serta nilai dan
sikap, misalnya keterampilan berbicara, mengungkapkan pendapat, keterampilan
berbahasa, sopan santun dalam mengajukan perbedaan pendapat serta keterampilan
berinteraksi sosial.
B. PENGERTIAN
Agar dapat disebut sebagai diskusi kelompok kecil, syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
1. Melibatkan kelompok terdiri dari sekitar 3-9 orang.
2. Berlangsung dalam situasi tatap muka yang informal artinya semua anggota
kelompok berkesempatan saing melihat, mendengar, serta berkomunikasi secara
bebas dan langsung.
3. Mempunyai tujuan yang mengikat anggota kelompok sehingga terjadi kerja sama
untuk mencapainya.
4. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis menuju kepada tercapainya
tujuan kelompok.
3. Menganalisis pandangan
Menganalisis pandangan siswa dengan cara meminta siswa memberi alasan dan
dasar pandangan yang diajukannya;
Memperjelas atau menguraikan inti gagasan siswa tentang hal-hal yang sudah
disepakati dan belum disepakati.
4. Meningkatkan urunan
Melatih siswa untuk berpikir kritis dan berpartisipasi aktif dengan cara:
mengajukan pertanyaan kunci yang bisa menantang siswa untuk berpikir;
memberikan contoh-contoh pada saat yang tepat;
mengajukan pertanyaan yang mengundang banyak pendapat
memberi waktu yang cukup untuk berpikir
memberikann dukungan terhadap uraian siswa seperti mendengarkan dengan
penuh perhatian, memberikan komentar yang positif, menunjukkan sikap yang
bersahabat.
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6. Menutup diskusi.
Membuat rangkuman;
Mengemukakan tindak lanjut
Menilai proses dan hasil diskusi
D. PRINSIP PENGGUNAAN
Prinsip-prinsip penggunaan yaitu :
1. Diskusi dapat dilaksanakan dalam sebuah pembelajaran di jenjang kelas yang sudah
mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
2. Topik atau masalah yang didiskusikan haruslah yang emerlukan informasi/pendapat
dari orang banyak.
3. Guru hendaknya dapat memodelkan fungsi pimpinan diskusi kelompok sehingga
berangsur-angsur siswa dapat memimpin diskusi sendiri.
4. Diskusi harus berlangsung terbuka penuh persahabatan sehingga bisa saling
menghargai.
5. Guru membuat perencanaan dan persiapan diskusi antara lain :
Pemilihan topik
Mempersiapkan informasi pendahuluan yang memungkinkan siswa mempunyai
latar belakang sama terhadap topik diskusi.
Menyiapkan diri sebagai pemimpin diskusi (sumber informasi, motivator dll)
Penetapan kelompok beserta anggotanya.
Pengaturan tempat duduk
KEGIATAN BELAJAR 3
KETRAMPILAN MENGELOLA KELAS
A. RASIONAL
Kegiatan pembelajaran akan berlangsung secara efektif jika faktor-faktor yang
mendukung berhasilnya kegiatan pembelajaran dapat di ciptakan. Salah satu factor
yang mendukung keberhasilan tersebut adalh iklim belajar yang konduktif atau
optimal.
B. PENGERTIAN
Pengelolaan kelas dapat didifinisikan dengan bebagai cara diantaranya :
1. Pendekatan otoriter yaitu pengelolaan kelas sebagai seperangkat kegiatan
yang dilakukan guru untuk menegakkan dan memelihara aturan didalam
kelas.
2. Pendekatan primitive yaitu pengelolaan kelas sebagai usah guru untuk
memaksimalkan kebebasan siswa.
3. Pendekatan modifikasi tingkah laku yaitu pengelolaan kelas sebagai
serangkaian kegiatan untuk meningkatkan munculnya prilaku yang baik.
4. Pengolaan kelas yaitu sebagai seperangkat usaha guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim social
nasional kelas yang positif.
5. Perilaku siswa sebagai kelompok kelas mempunyai pengarauh pada
terjadinya pembelajaran.
D. KOMPONEN-KOMPONEN KETERAMPILAN
Komponen keterampilan mengelola kelas harus dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu
:
1. Keterampilan yang bersifat preventif.
2. Ketrampilan yang bersifat represif.
a. Sikap tanggap
b. Membagi perhatian
c. Memusatkan perhatian kelompok
d. Memberikan petunjuk yang jelas
e. Menegur
f. Memberi penguatan
Ketrampilan yang bersifat represif berkaitan dengan usaha mengatasi gangguan yang
muncul , yang dapat dilakukan menjadi 3 pendekatan yaitu :
KEGIATAN BELAJAR 4
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK DAN PERORANGAN
A. RASIONAL
Pada dasrnya siswa mempunyai karakteristik yang sangat berbeda satu dengan
lainya . Untuk melayani perbedaan ini, diperlukan variasi pengorganisasian kegiatan
klasikal, kelompok kecil, dan perorangan
B. PENGERTIAN
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan hanya mungkin terwujud jika terpenuhi
syarat-syarat berikut :
1. Ada hubungan yang sehat dan akrap antara guru-siswa dan antar siswa
2. Siswa belajar dengan kecepatan , kemempuan, cara, dan minat sendiri
3. Siswa mendapat bantuan sesuai dengan kebutuhannya
4. Siswa dilibatkan dalam perencanaan belajar
5. Guru dapat memainkan berbagai peran
Dilihat dari segi guru, pengajaran kelompok kecil dan perorangan menuntut guru
berperan sebagai :
C. VARIASI PENGORGANISASIAN
Agar dapat mengelola kegiatan kelompok kecil dan perorangan, guru harus
menguasai 4 kelompok komponen keterampilan sebagai berikut :
1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.
2. Keterampilan mengorganisasikan
3. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
4. Keterampilan merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 1
HAKEKAT DISIPLIN KELAS
2. Disiplin kelas
Ungkapan disiplin oleh pakar Jurney dan Cairns (1980), bervariasi sebagai
berikut :
a. Disiplin diartikan tingkat keteraturan yang terdapat pada satu kelompok
b. Disiplin kelas diartikan sebagai teknik yang digunakan oleh guru untuk
membangun atau memelihara keteraturan di dalam kelas.
Menurut (Kohn, 1996),
Disiplin adalah bagian pengelolaan kelas yang terutama berurusan dengan
penanganan perilaku yang menyimpang
2. Faktor Sosial
a. Hubungan guru - siswa – siswa mempengaruhi disiplin kelas.
Hubungan yang sehat, akrab, dan saling mempercayai akan mampu
meningkastkan disiplin kelas. Sebaliknya hubungan yang tidak akrab, tidak sehat
dan saling mencurigai akan mempengaruhi ketaatan siswa-siswa pada aturan
kelas.
b. Latar belakang sosial siswa
Lingkungan dan orang-orang yang berada di sekitar siswa juga mempengaruhi
tingkat kedisiplinan siswa. Siswa yang berasal dari desa mungkin akan lebih
patuh dibandungkan siswa yang berasal dari kota.
3. Faktor Psikologis
Faktor psikologis mencakup:
a. Perasaan (sedih, senang, marah, bosan, benci, dsb)
b. Kebutuhan (seperti keinginan untuk dihargai, diakui, dan disayang)
Siswa yang sedih, marah akan berbeda tingkat kebutuhannya dibandingkan
dengan mereka yang sedang bergembira.
KEGIATAN BELAJAR 2
STRATEGI PENANAMAN DAN PENANGANAN DISIPLIN KELAS
A. Pandangan terhadap penanaman dan penanganan disiplin kelas
1. Pandangan yang berfokus pada kepentingan guru ( teacher centered )
2. Pandangan berfokus pada guru. Guru haruslah di depan memberi contoh, di tengah
mampu medorong untuk berkarya, dan di belakang mendorong siswa ke depan agar
mampu bertanggung jawab.
3. Pandangan yang berfokus pada kebutuhan siswa
Winzer (1995) menyatakan pendekatan yang berhasil dalam membangun disiplin
adalah pendekatan yang menghormati hak individu, mendorong peningkatan konsep
diri siswa, serta memupuk kerja sama.
4. Pandangan humanistik
Yaitu pandangan yang menekankan kemanusiaan. Perlunya komunikasi yang terbuka
dan jujur antara orang tua dan anak-anak atau antara guru dan siswa, sehingga guru
tahu apa yang disukai dan apa yang tidak disukai.
5. Pandangan kaum behaviorism, yang berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dan
dikontrol. Hukuman dan penguatan merupakan dua hal yang dianjurkan untuk
digunakan dalam menegakkan disiplin. Denga memberi penguatan, perilaku yang
dapat diharapkan dapat ditingkatkan sedang dengan memberi hukuman, perilaku
yang kurang baik dapat dihilangkan.
MODUL 12
KEGIATAN BELAJAR 1
Pada intinya, silabus adalah penjabaran dari Standar Kompetensi mata pelajran
dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, serta pokok-pokok materi yang perlu
dipelajari siswa. Format silabus disusun dalam bentuk matriks/tabel dan memuat
tentang identitas mata pelajaran, standar kompetensi mata pelajaran, kompetensi
dasar, dan indikator yang akan dicapai, materi pokok, strategi atau langkah
pembelajaran alokasi waktu, dan sumber bahan pustaka.
KEGIATAN BELAJAR 2
C. KARAKTERISTIK GURU
Keputusan perencanaan tentang kegiatan-kegiatan pembelajaran, dipengaruhi oleh
karakteristik guru itu sendiri (Neely & Hansford, 1985).
Pertama, banyaknya pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi keputusan
perencanaan. Pengalaman terdahulu membawa guru pada kesiapan mental
yang lebih mantap.
Kedua, filosofi belajar-mengajar akan mempengaruhi keputusan tentang perencanaan
guru.
Ketiga, pengetahuan guru tentang isi pelajaran, juga mempengaruhi keputusan tentang
perencanaan. Guru yang menguasai materi pembelajaran biasanya dapat
merencanakan pembelajaran yang bervariasi dan fleksibel karena siap
memanfaatkan dan menata informasi.
Keempat, gaya guru dalam mengorganisasikan pembelajaran akan mempengaruhi
keputusan perencanaan. Gaya ini tercermin dari kebutuhan guru untuk
menyusun perencanaan rutin, dan gaya memecahkan masalah.
Kelima, harapan-harapan menata kelas, baik untuk pebelajar belajar maupun
pelaksanaan pembelajaran oleh guru itu sendiri, juga mempengaruhi
keputusan tentang perencanaan.
Keenam, perasaan aman dan kontrol pembelajaran memainkan peranan dalam proses
perencanaan. Apabila guru merasa aman dalam semua segi pembelajaran,
rencana pembelajaran cenderung kurang ketat. Namun, apabila tidak begitu
aman, guru cenderung untuk lebih terstruktur dan rencana lebih terperinci.