Anda di halaman 1dari 3

MENGHIDUPKAN IMPIAN SAAT PANDEMI

COVID-19 MELANDA

(Oleh: Wahyudi Waluyojati.)


SMP Negeri 19 Purworejo
Jln. Magelang KM. 12 Purworejo phone (0275) 324627 Kd. Pos: 54183
Contact Person: email: wahyudismp19@gmail.com

“Banyak orang yang telah berhenti bermimpi, karena banyak orang hanya
sekedar puas menjadi pemimpi”

Menghidupkan Kembali Impian


Saat pandemi COVID-19 melanda Purworejo, maka yang terlintas di alam fikiran
adalah dengan cara apa dan bagaimana harus mengelolanya. Sungguh di luar nalar
saya bahwa pandemi COVID-19 ini dapat meluluhlantakkan aktivitas proses
pembelajaran kolektif , infrastruktur sekolah “mangkrak”, komitmen tenaga
pendidik dan kependidikan bisa dibilang “enggan”, belum lagi kondisi peserta
didik yang sangat “terbatas” dalam segalanya. Kenyataan semacam ini justru
bangkitkan impian untuk bisa mengubah melalui perbaikan niat bahwa kita bisa
untuk lebih baik.
Ada semacam kebuntuan melanda tenaga pendidik, kependidikan, peserta didik,
orangtua/wali, pemangku kepentingan serta lembaga vertikal satuan pendidikan
dalam mensikapi tentang pandemi Covid-19 terkait dengan pendidikan. Hegemoni
tentang kesehatan dan ekonomi masyarakat merupakan isu kuat yang harus segera
ditangani, namun demikian lambat tetapi pasti kebijakan pemerintah tentang
protokol Covid-19 yaitu social distancing dan physical distancing juga sangat
terasa di dunia pendidikan, transfer kompetensi pengetahuan, sikap, psikomotor
dan metakognitif menjadi porak poranda. Dalam tempo yang cepat kementerian
pendidikan dan kebudayaan menerbitkan regulasi tentang BDR/PJJ berbasis
internet/jaringan, hal inilah yang kemudian menjadi kejengahan yang laur biasa
bagi para tenaga pendidik dan kependidikan.
Membunuh Impian
Banyak kasus terjadi disekeliling kita, baik itu dialami oleh peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali, pemangku kepentingan dan
lembaga vertikal satuan pendidikan bahwa kebijakan tentang BDR/PJJ berbasis
internet/jaringan membuyarkan impian dalam meraih target yang diinginkan.
Berbagai pendapat mereka yang secara sadar sering kali telah membunuh
impiannya, kenyataan ini bisa terlihat dari beberapa kata-kata yang sering keluar
dari mulut mereka antara lain: saya tidak bisa mengerjakan; hal ini terlalu sulit;
anda tidak mungkin melaukannya atau anda tidak mungkin bisa; itu terlalu
beresiko dan kemungkinan tercapainya sangat kecil; berapa banyak biaya yang
dikeluarkan untuk bisa melaksanakan; saya telah mencobanya beberapa kali tidak
berhasil.
“Orang yang telah membunuh impiannya atau orang yang telah membunuh
impian orang lain adalah orang-orang yang telah berhenti bermimpi”.

Mengapa mimpi itu penting


Menjadi kaya, menjadi orang terkenal, menjadi pimpinan, mempunyai mobil,
mendapat ranking, menjadi seorang yang profesional tidaklah penting. Yang
terpenting adalah berjuang, berusaha, belajar melakukan yang terbaik untuk
mengembangkan kekuatan yang ada pada diri kita agar sanggup menjadi atau
memiliki apa yang kita impikan atau kita inginkan.
Bukanlah menjadi kaya, menjadi pimpinan, mendapatkan ranking, memiliki mobil
yang penting tetapi “ukuran impian itulah yang penting”. Orang yang
memimpikan impian kecil akan terus menjalani hidup sebagai orang kecil.
Banyak orang gagal tetap berada dalam kegagalan karena mereka telah berhenti
berimimpi.

Tipe-tipe Pemimpi
Ada lima macam tipe pemimpi sebagaimana dikemukakan oleh Robert T.
Kiyosaki (dengan sedikit modifikasi), mereka adalah : 1) Pemimpi yang bermimpi
di masa lampau, orang macam ini adalah orang yang hidupnya sudah berakhir; 2)
Pemimpi yang hanya memimpikan impian kecil, orang macam ini memimpikan
impian kecil karena ingin merasa yakin bisa mencapainya. Masalahnya jika
mereka tidak mencapainya walaupun mereka tahu dapat mencapainya; 3)
Pemimpi yang telah mencapai impian mereka dan belum menentukan impian
baru. Sebagai contoh adalah “dua puluh tahun lalu, saya bermimpi menjadi
seorang dokter. Saya sudah menjadi dokter dan sekarang saya merasa bosan
dengan kehidupan, saya senang menjadi dokter tetapi ada sesuatu yang kurang?”;
4) Pemimpi yang mempunyai impian besar tetapi tidak mempunyai rencana
bagaimana mencapainya, orang semacam ini biasanya mengatakan “Saya akan
bekerja lebih keras lagi atau Saya akan belajar lebih tekun” tetapi karena tidak
mempunyai rencana maka akhirnya mereka tidak mencapai apa-apa.; 5) Pemimpi
yang mempunyai impian besar, mencapai impian itu dan terus mempunyai impian
yang lebih besar. Kebanyakan orang ingin menjadi orang seperti ini, kalau anda
ingin menjadi orang seperti ini maka cara yang tepat adalah dengan cara
membentuk jaringan, karena dengan membentuk jaringan akan mempermudah
kita untuk mencapai impian itu.
Ada kebiasaan buruk yang sering kita dengar----“Mimpi itu milik kawula muda,
maka kerjarlah mimpi dan jadikan kenyataan”. Menurut Frank Lloyd Wright
(dalam Sayling Wen, 2003) menilai apakah seseorang itu masih muda atau tidak
dari usianya adalah keliru dan tiada berarti. Usia muda adalah kualitas istimewa,
yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang tak terbatas terhadap segalanya dan daya
konsentrasi yang besar, menjangkau apa yang belum pernah dialami serta
memfokuskan seluruh energi pada hal-hal yang dimpikan/diinginkan. Usia muda
adalah sikap positif dan benar terhadap masa depan, menghadapi apa yang terjadi
dengan penuh keyakinan, keberanian dan kegebimbiraan.

Sumber Bacaan:
Robert T. Kiyosaki, Business School For People Who Like Helping People,
Jakarta: Buana Printing.
Sayling Wen, Future Education (Masa Depan Pendidikan), Batam: Lucky
Publishers.

Anda mungkin juga menyukai