DISUSUN OLEH
NPM : 2206016983
Peradaban pemikiran politik barat lahir dari Yunani kuno, tradisi keilmuan
Dalam bidang filsafat politik, para filosof seperti Plato dan Aristoteles mempengaruhi
pemikiran dan filsafat politik barat hingga perkembangan zaman saat ini. Keduanya sama-
sama berbicara tentang filosofi dari sosial politik melalui karya-karya tulis mereka. Baik
Plato maupun Aristoteles sama-sama memiliki tujuan yang serupa dalam melihat negara,
yakni menciptakan suatu negara-kota yang adil yang dapat memberikan kebahagiaan bagi
warganya.
Lahirnya konsepsi negara ideal ini tidak terlepas dari kejatuhan pemerintahan
Athena pada masa itu. Plato terutama menganggap kejatuhan menganggap kejatuhan
Athena saat itu akibat perebutan kepemimpinan di Yunani Kuno antara dua negara utama,
Athena dan Sparta, selain itu sistem demokrasi kuno saat itu dianggapnya menghambat
perkembangan suatu negara. Pemikiran Aristoteles juga dipengaruhi oleh keadaan Athena
saat itu, namun dalam beberapa pandangan tampak perbedaan dalam melihat sebuah negara
antara Plato dan Aristoteles. Kedua pemikiran ini memberikan pandangan tentang sebuah
negara ideal yang berbeda, walaupun pemikiran Aristoteles dipengaruhi oleh pemikiran
Dalam makalah tutorial ini akan mengkaji kedua pemikirin besar Yunani kuno
ini khususnya dalam pandangannya tentang sebuah negara ideal. Konsep-konsep negara
ideal yang merupakan pilar perkembangan pemikiran politik barat paling awal akan dikaji
dalam makalah ini. Dalam makalah ini juga memuat teori-teori dan kritik atas relevansi teori
yang dikemukakan oleh kedua tokoh Yunani kuno tersebut dari berbagai sumber-sumber
tulisan.
PEMBAHASAN
1. Plato
Pemikiran Plato sejak awal tidak terlepas dari pengaruh ajaran Sokrates yang
merupakan guru dari Plato. Pikiran-pikiran Sokrates tersebut kemudian di teruskan oleh
tangan secara langsung sehingga membuat penelaah antara pikiran Sokrates dan Plato
Seperti diketahui, Plato merupakan seorang yang lahir dari keluarga aristokrasi
sekitar 429 SM. Ia merupakan seorang bangsawan kaya dan masih berkerabat dengan
banyak orang yang terlibat dalam pemerintahan Tiga Puluh Tiran. Sebagai murid dari
Sokrates dan juga latar belakang kehidupan sosialnya pada mulanya Plato berniat
memasuki bidang politik sebagai karirnya namun kematian gurunya akibat demokrasi
Athena saat itu membuat ia melanjutkan hidupnya sebagai seorang filosof. Kemunduran
kepentingan diri yang dalam dalam arti demokrasi-kuno yang menempatkan seseorang
bagaimana seharusnya sebuah negara ideal. Melalui bukunya Politea (Republic) yang
salah satu pembahasannya berisi tentang negara persemakmuran ideal yang merupakan
konsep negara utopia yang paling awal. Pada dasarnya arti dari Politea Plato ini
merupakan konstitusi dalam pengertian suatu jalan atau cara bagi individu-individu
1
Deliar Noer, hal 7
a. Konsepsi Negara Ideal Plato
Dalam buku Politea ini, suatu negara menurut Plato memiliki analogi yang
sama dengan jiwa. Di dalam unsur jiwa setidaknya ada tiga unsur penting yaitu unsur
keinginan, unsur logos (akal), dan unsur semangat yang menyangkut soal kehormatan.
Selaras dengan hal itu, negara juga memiliki tiga kelas dengan fungsinya masing-masing
yaitu kelas penguasa (yang mengetahui segala sesuatu), kelas pejuang atau membantu
penguasa (yang penuh semangat), dan kelas pekerja (yang lebih mengutamakan
Berdasarkan hal itu, Plato kemudian membuat sebuah konsep sebagai syarat
penguasa. Menurutnya yang berhak menjadi seorang penguasa adalah seorang fisuf (the
philosopher king) atau orang yang berpengetahuan tetapi harus berkolerasi dengan
pengetahuan.
Socrates “Kebajikan adalah pengetahuan” antara lain: kebenaran harus objektif dan
disampaikan dengan pengetahuan, oleh karena itu orang yang berpengetahuan harus
diberi peran yang menentukan dalam urusan publik, dan terakhir; negara harus
Keadilan menjadi tema pokok dalam Politea ini akan tetapi keadilan yang
dimaksud oleh Plato ini lebih kepada nilai kejujuran, moral, dan sifat-sifat baik
2
Deliar Noer, hal 10
3
Henry J. Schmandt, hal 59
seseorang.4 Konsep keadilan dalam tulisan Deliar Noer agaknya tidak begitu di jelaskan
Konsep keadilan Plato menurut Betrand Russel tidak sama dengan konsepsi
demokrasi yang yang dalam pemahaman kita sebagai kesetaraan. Defenisi keadilan Plato
berarti tidak adil. Golongan pemimpin mendapatkan semua kekuasaan, sebab merekalah
hadir jika ada orang-orang di dalam kelas lainnya yang ternyata lebih bijaksana
berupa garis keturunan dan Pendidikan lazimnya akan membuat anak-anak pemimpin
Dari hal ini, dapat dikatakan bahwa keadilan Plato dapat diwujudkan pada
warganegara dengan demikian harus ditentukan oleh keputusan negara sesuai dengan
Dalam hal kehidupan sosial dalam yang dikemukakan oleh Plato semacam
komunisme yang melarang adanya hak milik serta kehidupan berfamili. Adanya milik
menurut Plato akan mengurangi dedikasi seseorang pada kewajibannya sebagai anggota
masyarakat. 6
Namun yang perlu diketahui bahwa komunisme Plato ini terbatas pada kelas
penguasa dan pembantu penguasa saja, untuk kelas pekerja dibenarkan mempunyai milik
4
Deliar Noer, hal 8
5
Betrand Russell, hal 154-155
6
Deliar Noer, hal 11
dan berfamili karena merekalah yang menghidupi kelas-kelas lainnya. Komunis Plato ini
juga tidak hanya terbatas pada cara kehidupan sosial tetapi menyangkut soal ekonomi
karena bagi Plato para pemimpin hendaknya menempati rumah kecil dan mengkonsumsi
makanan sederhana. Meski tidak kaya, tak ada alasan untuk tidak berbahagia, tujuan
peraturan kota adalah kemaslahatan bagi semuanya, bukan hanya kesenangan bagi kelas
tertentu. Kekayaan maupun kemelaratan adalah sesuatu yang berbahaya, dan dalam
2. Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato yang melanjutkan tradisi gurunya sebagai ahli
dilahirkan di kota Stagira, sebuah Perkampungan Yunani di pantai maki dunia, pada 384
SM. Ketika berumur 18 tahun ia pergi ke Athena dan belajar pada Plato untuk kira kira
20 tahun lamanya.8
politik (Politica). Dalam bukunya Aristoteles ini lebih memperlihatkan kenyataan salah
satunya mengenai uraian mengenai asal mula negara. Iya memandang bahwa negara itu
sebagai suatu gabungan dari bagian bagian, dan bagian ini menurut urutan besarnya
satuan famili yang merupakan Fitrah kehidupan manusia dan pada puncaknya terbentuk
lah gabungan itu menjadi sempurna yang artinya negara adalah untuk kesempurnaan
hidup, hidup yang baik. Kemunculan negara juga tidak bisa dipisahkan dari manusia.
7
Betrand Russell, hal 150
8
Deliar Noer, hal 27
9
Deliar Noer, hal 28
Manusia menurut Aristoteles adalah manusia berpolitik (zoon politicon).
Karena watak alamiahnya demikian, negara dibutuhkan sebagai sarana untuk aktualisasi
watak manusia itu.10 Dalam pandangan inilah kemudian kita bisa simpulkan bahwa
kedua pemikir ini dalam mencari makna dan arti sebuah negara memiliki perbedaan
dimana dalam pandangan Aristoteles konsepsi sebuah negara ideal bertujuan untuk
kelompok kecil. sedangkan Plato dalam pandangannya melihat negara itu seperti unsur-
negara antara lain: Berapa jumlah orang yang memegang kekuasaan dan apa tujuan
dibentuknya negara. Dari kedua hal itu, dapat digolongkan bentuk negara dimana jika
bahwa kekuasaan yang terletak pada satu orang yang bertujuan untuk kesejahteraan
maka itu bentuk pemerintahan terbaik. Sedangkan apabila terjadi penyimpangan maka
itu merupakan bentuk negara tirani karena menggunakan kekuasaan untuk kepentingan
pribadi dan sewenang-wenang. Jika pemerintahan oleh beberapa orang dan bertujuan
demi kepentingan umum, maka bentuk negara itu adalah aristokrasi, penyimpangan
terhadap bentuk negara ini adalah oligarkhi, kekuasaan pada sedikit/beberapa orang dan
bukan untuk kesejahteraan dan kebaikan bersama. Kemudian, bila kekuasaan terletak
ditangan orang banyak/rakyat dan bertujuan demi kepentingan semua masyarakat, maka
bentuk negara itu adalah politea. Tetapi bila negara dipegang oleh banyak orang (miskin,
kurang terdidik) dan bertujuan hanya demi kepentingan mereka maka bentuk negara itu
10
Suhelmi, hal 44
adalah demokrasi.11 Sama seperti gurunya Plato, Aristoteles mamandang bahwa
memiliki kesamaan dengan Plato dimana idealnya penguasa seorang filsuf. Atas dasar
ini kemudian Aristoteles menjadikan monarkhi sebagai negara ideal karena ia diperintah
oleh seorang penguasa yang filsuf, arif dan bijaksana, namun ia menyadari bahwa
monarkhi nyaris tidak mungkin ada dalam realitas. Karena itu kemudian, ia menyadari
bahwa aristokrasi jauh lebih realistis untuk terwujud dalam kenyataan. Dari ketiga
bentuk negara itu yang paling mungkin diwujudkan atau terwujud dalam kenyataan
Konstitusi yang terbaik bagi kebanyakan negara dan kehidupan yang terbaik bagi
kebanyakan manusia, dengan tidak menganggap standar kebijakan yang berada di atas
manusia yang hebat, atau pendidikan yang dihadiahkan oleh alam dan keadaan atau
negara ideal yang hanya merupakan aspirasi semata, namun dengan mempertimbangkan
kehidupan yang disitu mayoritas bisa berbagi dan bentuk pemerintahan yang bisa
Hukum ini juga berlaku untuk penguasa, oleh karena seorang penguasa yang
baik adalah orang yang tahu dan bisa bersikap patuh dan tunduk. Bagi Aristoteles,
seorang warga negara yang berhak dan bergiril menempati kedudukan dalam negara
adalah seorang yang bisa kekuasaan dengan adil dan seorang yang bisa diperintah
dengan patuh.13
11
Suhelmi, hal 46-47
12
Plato Op.cit., IV, hal. 11
13
Delias Noer, hal 32
Berdasarkan hal tersebut, keadilan dalam pandangan Aristoteles merupakan
ikatan moral dan untuk itu keadilan juga merupakan nilai kebajikan. Seseorang dikatakan
adil apabila ia tidak mengambil lebih dari yang diambil oleh sesame warga negara atau
yang diambil adalah apa yang menjadi haknya. Untuk menjamin hal itu negara hadir
untuk memastikan terjadi keseimbangan dan melindungi warga negara yang haknya telah
diambil. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa keadilan dalam pandangan Aristoteles
Dalam hal milik, Berbeda dengan Plato, Aristoteles membenarkan adanya hak
milik individu. Hak milik penting karena memberikan tanggung jawab bagi seseorang
Hadirnya dua pemikir politik ini telah membuka jalan perkembangan politik
dunia saat ini. Dasar pemikiran politik ini telah memberikan kontribusi untuk menentukan
arah kelembagaan, yaitu negara. Gagasan Plato tentang sebuah negara ideal merupakan
upaya memperbaiki keadaan negara yang rusak. Menurut Plato, idealnya sebuah negara
memiliki etika sebagaimana juga dikeluarkan oleh Socrates yaitu tujuan hidup manusia
adalah hidup yang baik. Namun dapat diketahui bahwa gagasan Plato tentang sebuah negara
ideal agaknya bersifat utopis dan tidak berdasarkan pada realitas yang ada.
terlebih dahulu melihat kenyataan kehidupan manusia. Selain itu Aristoteles melakukan
penelitian (reaserch) mengenai sejumlah konstitusi sehingga dapat dikatakan bahwa hasil
pemikiran Aristoteles ini merupakan penelitian berdasarkan realitas yang ia amati. Aristoles
meninggalkan sebuah warisan untuk dunia saat ini bukan hanya dalam pemikiran politik,
tetapi ia juga mewariskan konstitusi Athena yang baru diketahui pada zaman modern ini
Noer, Deliar. 1997. Pemikiran Politik Negeri Barat. Bandung: Penerbit Mizan.
Plato. Republik (modern Library) (Terj. B. Jowett). New York: Random House.
Schmandt, Henry. (2009) Filsafat Politik: Kajian Historis dari Zaman Yunani Kuno