Anda di halaman 1dari 3

Mekanisme yang berbeda dari aksi hormone beberapa diantaranya pada

hormon estrogen yaitu dimana aksi estrogen di sel target membutuhkan reseptor
estrogen yang dikendalikan gen pada kromosom. Estradiol merupakan hormon inti,
artinya estradiol akan berikatan dengan reseptornya yang berada dalam sel dan
mengaktivasi atau deaktivasi transkripsi dalam nukleus. Kompleks estrogen dan
reseptor selanjutnya berdifusi ke dalam inti sel dan melekat pada DNA. Estradiol
berinteraksi dengan reseptor sel target yaitu reseptor Erα atau Erβ yang berada di
sitoplasma sel. Setelah terjadi pengikatan dengan reseptor estradiol itu, reseptor
dapat masuk ke nukleus sel target dan menginduksi pembentukan mRNA.
Messenger RNA ini kemudian akan berinteraksi dengan ribosom untuk produksi
protein spesifik (Nugroho, 2016 : 105).

Pada hormon insulin dimana mekanisme kerja insulin dimulai ketika hormon
tersebut terikat dengan sebuah reseptor glikoprotein yang spesifik pada permukaan
sel target. Reseptor insulin terdiri dari dua heterodimer yang terdiri atas dua subunit
yang diberi simbol α dan β. Subunit α terletak pada ekstrasel dan merupakan sisi
berikatan dengan insulin. Subunit β merupakan protein transmembran yang
melaksanakan fungsi sekunder yang utama pada sebuah reseptor yaitu transduksi
sinyal. Ikatan ligan menyebabkan autofosforilasi beberapa residu tirosin yang
terletak pada bagian sitoplasma subunit β dan kejadian ini akan memulai suatu
rangkaian peristiwa kompleks. Aktivasi jalur sinyal reseptor insulin menginduksi
sintesa glikogen, protein, lipogenesis dan regulasi berbagai gen dalam perangsangan
insulin (Powers ; Nugroho, 2016 : 72).

Pada hormon T3 dan T4 berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan


afinitas yang tinggi di nukleus sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan pada
tempat dengan afinitas yang rendah dengan reseptor spesifiknya. Kompleks hormon
reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA, menginduksi atau merepresi
sintesis protein dengan meningkatkan atau menurunkan transkripsi gen. Dari
transkripsi gen–gen ini timbul perubahan dari tingkat transkripsi mRNA mereka.
Perubahan tingkat mRNA ini mengubah tingkatan dari produk protein dari gen ini.
Protein ini kemudian memperantarai respon hormon Thyroid. Adapun, mekanisme
aksi dari aktivitas hormon tirosin di mulai dengan serangkaian fosforilasi.
Mekanisme umum untuk hal ini adalah melalui domain SH2 yang berikatan dengan
fosfotirosin pada reseptor. Tirosin Fosfatase mengangkat gugus fosfat tirosin
mengakhiri kerja dari protein terfosforilasi (Handayani).

Pada hormon pertumbuhan (GH) terdapat 2 mekanisme GH dalam bekerja


Secara langsung yaitu Secara langsung GH menyebabkan lipolisis, meningkatkan
transportasi asam amino ke jaringan, sintesis protein dan glukosa di hati serta
beberapa efek langsung pada pertumbuhan tulang rawan. adapun, Secara tidak
langsung. Secara tidak langsung GH bekerja melalui IGF-1 yang dihasilkan oleh
berbagai jaringan sebagai respon terhadap GH. IGF-1 dalam sirkulasi terikat pada 6
spesifi c binding potein dalam beberapa kombinasi. Jaringan yang memproduksi
IGF-1 antara lain hati, otot, tulang, tulang rawan, ginjal dan kulit. Sebagian besar
IGF-1 yang dilepas disirkulasi berasal dari hati.

Hubungan antara sistem endokrin dan sistem saraf terletak pada regulasi silang
dengan sistem saraf dan kekebalan yang berarti bahwa hormon berinteraksi dengan
neuropeptida / neurotransmiter dan sitokin yang berasal dari sel imun. Bukti menunjukkan
bahwa interaksi antara sistem ini adalah dua arah dan disregulasi berimplikasi pada etiologi
penyakit seperti gangguan metabolisme dan psikiatri (Kelley ; Kumar, dkk. 2018 : 20).

Aksi hormon pada sel dimana dimulai ketika pesan yang dikirimkan hormon
diterima oleh reseptor hormon, protein yang terletak di dalam sel atau di dalam membran sel.
Reseptor akan memproses pesan dengan memulai peristiwa pensinyalan lain atau mekanisme
seluler yang menghasilkan respons sel target. Reseptor hormon mengenali molekul dengan
bentuk dan kelompok samping tertentu, dan hanya merespons hormon yang dikenali. Jenis
reseptor yang sama mungkin terletak pada sel-sel di jaringan tubuh yang berbeda, dan
memicu respons yang agak berbeda. Jadi, respons yang dipicu oleh hormon tidak hanya
bergantung pada hormon, tetapi juga pada sel target. Setelah sel target menerima sinyal
hormon, ia dapat merespons dengan berbagai cara. Responnya mungkin termasuk stimulasi
sintesis protein, aktivasi atau deaktivasi enzim, perubahan permeabilitas membran sel,
perubahan kecepatan mitosis dan pertumbuhan sel, dan stimulasi sekresi produk. Selain itu,
satu hormon mungkin mampu menginduksi respons yang berbeda dalam sel tertentu (Betts,
2017 : 748).
Sistem endokrin terdiri dari sel, jaringan, dan organ yang mensekresi hormon sebagai
fungsi primer atau sekunder. Kelenjar endokrin adalah pemain utama dalam sistem ini.
Fungsi utama dari kelenjar tanpa saluran ini adalah untuk mengeluarkan hormon mereka
langsung ke dalam cairan di sekitarnya. Cairan interstisial dan pembuluh darah kemudian
mengangkut hormon ke seluruh tubuh. Sistem endokrin meliputi kelenjar hipofisis, tiroid,
paratiroid, adrenal, dan pineal. Beberapa kelenjar ini memiliki fungsi endokrin dan non-
endokrin. Misalnya, pankreas mengandung sel-sel yang berfungsi dalam pencernaan serta sel-
sel yang mengeluarkan hormon insulin dan glukagon, yang mengatur kadar glukosa darah.
Hipotalamus, timus, jantung, ginjal, lambung, usus halus, hati, kulit, ovarium wanita, dan
testis pria adalah organ lain yang mengandung sel-sel dengan fungsi endokrin (Betts, 2017 :
733).

Secara umum fungsi kelenjar endokrin dapat disebutkan sebagai berikut yaitu
Mensekresikan hormon yang dialirkan langsung ke dalam darah (tanpa saluran
khusus/ductless) yang diperlukan sel/jaringan/organ tubuh tertentu, Bertindak mengontrol
aktivitas kelenjar tubuh, Merangsang aktivitas kelenjar tubuh, Merangsang pertumbuhan
jaringan, Pengaturan metabolisme, proses oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada
usus halus, Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, dan
air, Memelihara lingkungan internal tubuh agar tetap optimal dan homeostatis (Nugroho,
2016: 2).

Anda mungkin juga menyukai