Anda di halaman 1dari 6

PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL DAN DINAMIKA SOSIAL

A.  Pengertian Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial


1.    Interaksi Sosial
Interaksi sosial yaitu hubungan-hubungan yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok baik
dalam bentuk kerjasama, pertikaian maupun persaingan.

     a.    Maryati dan Suryawati (2003)


Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar
individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok.
b.    Murdiyatmoko dan Handayani (2004)
Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh
mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan
pembentukan struktur sosial.
c.    Young dan Raymond W. Mack
Interaksi Sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-
hubungan antar individu, baik antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok
dengan kelompok.
Melalui interaksi akan terjadi perubahan-perubahan yang memungkinkan terbentuknya hal-hal
baru sehingga dinamika masyarakat menjadi hidup dan dinamis. Oleh karena itu, interaksi
sosial merupakan dasar terbentuknya dinamika sosial yang ada di masyarakat.

2.    Dinamika Sosial


Dalam sosiologi, dinamika sosial diartikan sebagai keseluruhan perubahan dari seluruh
komponen masyarakat dari waktu ke waktu. Keterkaitan antara dinamika sosial dengan
interaksi sosial adalah interaksi mendorong terbentuknya suatu gerak keseluruhan antara
komponen masyarakat yang akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam masyarakat
baik secara progresif ataupun retrogresif.

B.  Faktor Pendorong Interaksi Sosial dan Dinamika Sosial


Interaksi sosial terjadi bermula dari individu melakukan tindakan sosial terhadap orang lain.
Tindakan sosial merupakan perbuatan-perbuatan yang ditunjukkan atau dipengaruhi orang lain
untuk maksud serta tujuan tertentu.
a.    Tidak semua tindakan dapat dinyatakan sebagai tindakan sosial.
b.    Suatu tindakan baru dinyatakan sebagai tindakan sosial apabila subjeknya dihubungkan
dengan individu-individu lain. Oleh karena itu, tindakan sosial merupakan kenyataan sosial yang
paling mendasar sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan lainnya.
c.    Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat
mempengaruhi individu-individu lainnya di dalam suatu masyarakat.
d.   Maka dalam berinteraksi dan bertindak hendaknya memperhitungkan keberadaan individu-
individu lain, karena tindakan sosial merupakan perwujudan dari hubungan atau interaksi sosial.

1.    Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial


Manusia adalah makhluk sosial. Artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa keberadaan
orang lain. Oleh karena itulah, manusia selalu mengadakan interaksi dengan manusia lainnya.
Terdapat beberapa faktor pendorong dalam melakukan interaksi sosial antara lain :
a.    Imitasi
Adalah tindakan sosial dengan cara meniru baik itu sikap, tindakan, perilaku (behaviour),
penampilan fisik (perfomance), maupun gaya hidup (life style) seseorang. Dampak negatif
imitasi, apabila yang dicontoh adalah perilaku-perilaku menyimpang, maka seseorang
cenderung akan ikut melakukan penyimpangan, sedangkan dampak positif dari imitasi adalah
mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.
b.   Sugesti
Adalah penyampaian pengaruh yang diberikan oleh pihak lain baik berupa rangsangan,
pandangan, sikap, maupun perilaku sehingga orang tersebut akan mengikutinya tanpa pikir
panjang, rasional, dan kritis.
c.    Identifikasi
Adalah upaya yang dilakukan oleh individu untuk menjadi sama dengan individu lain yang

1
ditirunya sehingga tidak hanya melalui serangkaian proses peniruan atau imitasi tetapi juga
melalui proses kejiwaan yang mendalam.
d.   Simpati
Merupakan proses kejiwaan seorang individu yang merasa “tertarik” kepada seseorang atau
sekelompok orang karena sikap, penampilan wibawa, maupun perbuatannya. Melalui perasaan
simpati dapat menjadi dorongan yang sangat kuat pada diri seseorang untuk melakukan kontak
dan komunikasi dengan orang lain.
e.    Empati
Yaitu proses kejiwaan seseorang untuk ikut “larut” dalam perasaan orang lain baik suka
maupun duka. Empati merupakan kelanjutan rasa simpati yang berupa perbuatan nyata untuk
mewujudkan rasa simpatinya.

f.     Motivasi
Yaitu dorongan yang mendasari seseorang untuk melakukan perbuatan berdasarkan
pertimbangan rasionalistis. Motivasi dalam diri seorang muncul disebabkan faktor atau
pengaruh dari orang lain sehingga individu melakukan kontak dengan orang lain.

2.    Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Menurut Gillin dan Gillin (Soerjono Soekanto:1987) tidak semua hubungan sosial dapat
dikatakan interaksi sosial. Suatu hubungan sosial dikatakan interaksi sosial jika terdapat dua
syarat yang terpenuhi. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial
(social contact) dan komunikasi (communication).
a.    Kontak Sosial (Social Contact)
1)   Pengertian
Kontak sosial secara harfiah berati bersama-sama menyentuh secara fisik, sedangkan secara
sosiologi kontak tidak harus bersentuhan secara fisik. Kontak sosial juga dapat diartikan
sebagai hubungan sosial antara individu satu dengan individu lain yang bersifat langsung,
seperti dengan sentuhan, percakapan, maupun tatap muka sebagai wujud aksi dan reaksi.
2)   Bentuk-bentuk kontak sosial
a)    Individu dengan individu
b)   Individu dengan kelompok
c)    Kelompok dengan kelompok
3)   Sifat kontak sosial
a)    Kontak sosial primer
Yaitu kontak yang dilakukan secara langsung
b)   Kontak sosial sekunder
Yaitu kontak yang dilakukan dimana masing-masing pihak menggunakan perantara atau
penghubung.
Jenis-jenis kontak sosial sekunder meliputi :
1.    Kontak sekunder langsung
Adalah kontak yang dilakukan dimana masing-masing pihak menggunakan alat tertentu, seperti
dengan sms dan telepon.
2.    Kontak sekunder tak langsung
Adalah kontak yang dilakukan dengan bantuan pihak ketiga.

b.   Komunikasi (Communication)


1)   Pengertian
Komunikasi yaitu tindakan seseorang untuk menyampaikan pesan atau maksud kepada pihak
atau orang lain sehingga orang lain tersebut akan memberikan reaksi atas isi dari pesan atau
maksud yang disampaikan.
2)   Komponen Komunikasi
a)    Pengirim (komunikator) atau sender
Yaitu orang yang mengirim pesan tertentu.
b)   Penerima (komunikan) atau receiver
Yaitu orang yang menrima pesan dari orang lain.
c)    Pesan (maksud) atau message
Yaitu sesuatu yang ingin disampaikan kepada orang lain.
d)   Umpan balik atau feed back
Yaitu tanggapan dari penerima pesan atau maksud yang disampaikan.

2
3.    Perubahan Sosial sebagai Pendorong Dinamika Kehidupan Sosial
a.    Pengertian Perubahan Sosial
Perubahan sosial sebagai proses sosial yang terjadi dalam masyarakat merupakan suatu gejala
umum yang berlaku di mana pun selama hidup manusia. Menurut Selo Soemardjan (1974),
perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya termasuk nilai, sikap-sikap dan
pola perilaku di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan sifat
perubahan sosial yang berantai dan saling berhubungan antara satu unsur dengan unsur
kemasyarakatan yang lainnya. Dalam pengkajian mengenai perubahan sosial yang relatif
sangat luas, dikhawatirkan terjadi suatu kekaburan materi. Oleh karena itu, beberapa ahli
berusaha mendefinisikan pengertian perubahan sosial, seperti:

1)   Kingsley Davis


Perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat.
2)   Samuel Koening
Perubahan sosial menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi pada kehidupan
masyarakat.
3)   Mac Iver
Perubahan sosial adalah perubahan-perubahan dalam hubungan sosial atau perubahan
terhadap keseimbangan sosial.
4)   Roucek dan Warren
Perubahan sosial adalah perubahan dalam proses sosial atau dalam struktur masyarakat.
5)   Gillin dan Gillin
Perubahan sosial adalah suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima dan yang
disebabkan baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil,
komposisi penduduk, ideologi maupun adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam
masyarakat tersebut.
Perubahan-perubahan sosial dapat bersifat progress dan regress. Progress merupakan
perubahan sosial yang membawa kemajuan terhadap masyarakat di mana kesejahteraan
masyarakat meningkat. Perubahan yang bersifat progress dapat berupa :
1.    Planned progress
Planned progress berarti kemajuan yang sengaja direncanakan dan dilakukan oleh masyarakat
seperti program KB, program listrik masuk desa, program intensifikasi pertanian, pembangunan
jalur transportasi, perluasan jaringan telekomunikasi, dan lainlain.
2.    Unplanned progress 
Menunjuk pada adanya kemajuan yang tidak direncanakan sebelumnya oleh masyarakat.
Misalnya, meningkatnya kesuburan lahan pertanian karena lava yang dimuntahkan gunung
berapi saat meletus.
Adapun perubahan sosial yang bersifat regress adalah perubahan sosial yang membawa
kemunduran terhadap masyarakat. Misalnya peperangan, pemberontakan, konflik yang
menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

b.   Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Sosial


Pada dasarnya perubahan-perubahan sosial terjadi oleh karena anggota masyarakat merasa
tidak puas lagi terhadap keadaan kehidupan yang lama. Norma-norma dan lembaga-lembaga
serta sarana-prasarana penghidupan dianggap tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan
hidup yang baru. Oleh karena itulah, masyarakat menuntut adanya perubahan. Menurut
Soerjono Soekanto, secara umum timbulnya perubahan sosial dipengaruhi oleh dua faktor
utama yaitu faktor endogen dan eksogen.

3
1)   Faktor-Faktor Endogen
Faktor endogen merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat. Menurut David
Mc. Clellad (sebagaimana dikutip Arif Rohman : 2003) adanya faktor ini didorong oleh need for
achievment (motivasi berprestasi) dari individu-individu dalam masyarakat. Apabila setiap
individu memiliki motivasi untuk meraih prestasi terbaik, kelompok tersebut secara otomatis
akan mengalami perubahan, sebagaimana yang dicetuskan oleh Everette Hagen dalam konsep
N-Ach (Need for Achievment). Everette Hagen mengemukakan pentingnya kepribadian kreatif
(creative personality) dalam mendorong perubahan sosial. Menurutnya perubahan sosial tidak
akan terjadi manakala tidak ada perubahan dalam kepribadian kreatif/kepribadian inovatif.
Berbeda dengan pendapat Alvin L. Bertrand, menurutnya dengan adanya perubahan
komunikasi dalam masyarakat akan tercapai suatu pemahaman antaranggota masyarakat yang
mendorong munculnya perubahan sosial. Terdapat faktor-faktor dalam yang menyebabkan
terjadinya perubahan sosial antara lain:
a)   Bertambah dan Berkurangnya Jumlah Penduduk
Besar kecilnya penduduk akan menentukan cepat lambatnya perubahan sosial. Penduduk yang
padat lebih cepat terjadi perubahan-perubahan yang menyangkut struktur dan kultur
masyarakat dibandingkan dengan penduduk yang kurang padat.
b)   Penemuan-Penemuan Baru (Inovasi)
Penemuan-penemuan baru mendorong perubahan sosial dalam masyarakat. Perkembangan
teknologi yang pesat telah terjadi dalam masyarakat sejak zaman dahulu. Penemuan-
penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan dapat dibedakan menjadi discovery dan
invention. Di mana discovery merupakan penemuan unsur-unsur kebudayaan yang baru baik
berupa alat ataupun gagasan baru. Discovery menjadi invention jika masyarakat sudah
mengakui, menerima, bahkan menerapkan penemuan tersebut. Invention menunjuk pada
upaya menghasilkan suatu unsur kebudayaan baru dengan mengombinasi atau menyusun
kembali unsur-unsur kebudayaan lama yang telah ada dalam masyarakat. Menurut
Koentjaraningrat, faktor-faktor yang mendorong individu untuk mencari penemuan baru adalah
sebagai berikut :
1)   Kesadaran dari orang perorangan akan kekurangan dalam kebudayaannya.
2)   Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu keadaan.
3)   Perangsang bagi aktivitas-aktivitas penciptaan dalam masyarakat.
c)    Konflik dalam Masyarakat
Pertentangan atau konflik dalam masyarakat mampu pula menjadi sebab terjadinya perubahan
sosial. Pertentangan-pertentangan tersebut dapat berupa pertentangan antarindividu, antara
individu dengan kelompok, antarkelompok, serta konflik antargenerasi. Individu-individu yang
tengah berada dalam suatu konflik sangat mudah terpengaruh terhadap hal-hal baru.
d)   Revolusi
Revolusi terjadi karena rasa ketidakpuasan anggota masyarakat terhadap suatu sistem
pemerintahan yang ada. Adanya revolusi akan membawa perubahan-perubahan yang besar
dan berlangsung cepat. Misalnya, revolusi yang terjadi bulan Oktober 1917 di Rusia,
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan besar di negara tersebut. Pada mulanya negara
tersebut berbentuk kerajaan yang absolut, berubah menjadi diktator proletariat yang didasarkan
pada doktrin Marxsisme dimana membawa perubahan segenap lembaga-lembaga
kemasyarakatan, mulai dari bentuk negara sampai pada keluarga batih mengalami perubahan-
perubahan besar sampai ke akar-akarnya.

2)   Faktor-Faktor Eksogen


Faktor-faktor eksogen adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang bisa
mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a)   Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain
Masyarakat selalu mengadakan hubungan dengan masyarakat lain. Melalui hubungan tersebut
menimbulkan pengaruh timbal balik yang berarti masing-masing masyarakat memengaruhi
masyarakat lainnya, tetapi juga menerima pengaruh dari masyarakat yang lain sehingga terjadi
penyebaran kebudayaan. Penyebaran kebudayaan secara damai dapat melalui difusi,
akulturasi, maupun asimilasi. Difusi yaitu penyebaran kebudayaan atau pengaruh dari satu
daerah ke daerah lain yang terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Akulturasi
merupakan percampuran dua buah kebudayaan yang menghasilkan suatu bentuk kebudayaan
baru dengan tidak menghilangkan unsur keaslian dari masing-masing kebudayaan, sedangkan

4
asimilasi adalah bercampurnya dua buah kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan baru di
mana kebudayaan setempat berangsur-angsur lenyap.
b)   Peperangan
Peperangan dalam hal ini berarti pertikaian antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain di luar batas-batas negara. Dengan adanya peperangan dalam suatu negara
memunculkan implikasi negatif, seperti rakyat mengalami kehidupan tegang dan mencekam,
kebutuhan hidup menjadi susah dipenuhi, harta benda menjadi hancur dan menimbulkan
kemiskinan.
c)    Kondisi Alam yang Berubah
Terjadinya gempa bumi, topan, banjir, tsunami, dan lain-lain menyebabkan masyarakat yang
tinggal di daerah tersebut terpaksa meninggalkan tempat tinggal untuk menempati tempat
tinggal baru sehingga masyarakat harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Kondisi ini mendorong timbulnya perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan.

C.  Hubungan Antara Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial


Dalam kehidupan sosial setiap individu melakukan hubungan yang saling pengaruh-
memengaruhi dengan individu lain yang disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial yang
sesuai dengan nilai dan norma diyakini mampu membentuk keteraturan sosial. Oleh karena itu,
perlu dilaksanakan suatu kehidupan normatif dalam bermasyarakat. Inilah gambaran sederhana
tentang hubungan interaksi sosial dengan terbentuknya keteraturan sosial dalam masyarakat.
1.    Keteraturan Sosial
Keteraturan sosial adalah suatu keadaan di mana hubungan-hubungan sosial berlangsung
dengan selaras, serasi, dan harmonis menurut nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku.
Artinya, setiap individu ataupun kolektif dapat memenuhi kebutuhan masing-masing tanpa
adanya pihak yang dirugikan. Terciptanya keteraturan sosial dalam masyarakat diperlukan tiga
persyaratan yang mendasar, yaitu pertama adanya kesadaran warga masyarakat akan
pentingnya menciptakan keteraturan. Kedua adanya norma sosial yang sesuai dengan
kebutuhan serta peradaban manusia. Ketiga adanya aparat penegak hukum yang konsisten
dalam menjalankan tugas fungsi dari kewenangannya.
Bentuk konkret dari keteraturan sosial adalah adanya keselarasan yang diwujudkan dalam
bentuk kerja sama antaranggota masyarakat, seperti kehidupan masyarakat yang saling
membantu, saling menghargai, saling menghormati, bergotong royong, dan lain-lain.

2.    Pola Interaksi Sosial yang Membentuk Keteraturan Sosial


Masing-masing individu melakukan hubungan sosial dengan individu lain. Hubungan tersebut
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik jasmani maupun rohani. Dalam
berhubungan sosial, tindakan individu diatur oleh aturan-aturan sosial berupa nilai dan norma.
Jika tindakan individu dalam berinteraksi sesuai dengan nilai dan norma maka akan terbentuk
keteraturan sosial. Dengan kata lain, interaksi yang sesuai dengan nilai dan norma akan
membentuk keteraturan sosial.
Terdapat tiga bentuk atau pola interaksi yang mampu membentuk keteraturan sosial antara lain:
1)   Kerjasama (Cooperation)
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan pihak lain untuk mencapai tujuan bersama.
Bentuk-bentuk kerjasama antara lain :
a)   Tukar Menukar (Bargaining)
Yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau
lebih.
b)   Kooptasi (Cooptation)
Yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru atau unsur-unsur lain dalam kepemimpinan atau
pelaksanaan politik dalam suatu organisasi agar menjaga tidak terjadinya goncangan atau
untuk menjaga stabilitas.
c)    Koalisi (Coalition)
Yaitu gabungan atau kombinasi dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan sama.
d)   Usaha Patungan (Joint Venture)
Yaitu pengawasan bersama terhadap proyek-proyek tertentu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar membuat kerjasama semakin kuat meliputi :

5
a)    Orientasi yang sama
b)   Adanya bahaya atau ancaman dari luar
c)    Mencari keuntungan
d)   Hal-hal yang berkaitan atau berkenaan dengan sesuatu yang tertanam kuat dalam kelompok

2)   Akomodasi (Acomodation)


Adalah upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu konflik atau pertentangan. Akomodasi merupakan suatu
proses penyesuaian antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok
guna mengurangi, mencegah, atau mengatasi ketegangan dan kekacauan. Akomodasi juga dapat diartikan sebagai
keadaan atau situasi selesainya suatu konflik atau pertentangan.
Menurut Kimball Young yang dikutip oleh Soerjono Soekanto (1987), kata akomodasi memiliki dua pengertian.
Pertama, akomodasi menunjuk pada suatu keadaan. Artinya, suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam
berinteraksi yang dilandasi dengan nilai dan norma yang ada. Kedua, akomodasi sebagai proses. Arttinya,
akomodasi mengarah pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan dalam rangka mencapai
keseimbangan. Dalam kehidupan sehari-hari akomodasi dapat pula diartikan sebagai suatu proses kesepakatan
antara kedua belah pihak yang tengah bersengketa yang bersifat darurat (sementara) dengan tujuan mengurangi
ketegangan. Adapun bentuk-bentuk akomodasi antara lain :

a)   Pemaksaan (Coercion)


Yaitu bentuk akomodasi yang berlangsung melalui cara pemaksaan sepihak baik langsung atau fisik maupun tak
langsung (psikologis).
b)   Kompromi (Compromise)
Yaitu bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak yang bertikai mengurangi tuntutan agar tercapai penyelesaian.
c)    Arbitrase (Arbitration)
Yaitu cara untuk menyelesaikan konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang ditunjuk/disepakati kedua belah
pihak dimana pihak ketiga berhak membuat keputusan berdasarkan ketetapan dan bersifat mengikat kedua belah
pihak.
d)   Mediasi (Mediation)
Yaitu upaya menyelesaikan konflik atau pertentangan dengan mengundang pihak ketiga yang bersifat netral, dimana
tugas utama pihak ketiga adalah menyelesaikan konflik secara damai, berfungsi sebagai penasehat, dan tidak
berwenang memberi keputusan terhadap penyelesaian pertentangan tersebut.
e)    Toleransi (Tolerantion)
Yaitu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal untuk menghindari terjadinya perselisihan.
f)    Peradilan (Adjudication)
Yaitu upaya menyelesaikan konflik melalui pengadilan.
g)   Stalemate
Yaitu bentuk akomodasi dimana masing-masing pihak yang bertikai memiliki kekuatan yang seimbang sehingga
berhenti pada satu titik tertentu di dalam penyelesaian konflik atau pertentangan.
h)   Konsilisasi (Consiliation)
Yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih bagi tercapainya suatu
persetujuan bersama.

3)   Asimilasi (Asimilation)


Proses asimilasi menunjuk pada proses yang ditandai adanya usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara
beberapa orang atau kelompok dalam masyarakat serta usaha menyamakan sikap, mental, dan tindakan demi
tercapainya tujuan bersama. Asimilasi timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka
akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
Menurut Prof. Koentjaraningrat terdapat beberapa syarat terjadinya asimilasi. Syarat-syarat tersebut antara lain:
a)    Adanya kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaan.
b)   Adanya interaksi yang langsung dan intensif untuk waktu yang lama dalam kelompok tersebut.
c)    Sebagai akibatnya maka kebudayaan dari masing-masing kelompok berubah dan saling menyesuaikan.

4)   Akulturasi (Aculturation)


Adalah suatu proses dimana kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur
kebudayaan asing atau baru yang berbeda sehingga lambat laun kebudayaan asing akan diterima dan diolah
kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai