Anda di halaman 1dari 10

SOAL TUGAS 2 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SD

PDGK 4204

Nama : Evan Catur Maulana

NIM : 836563342

Prodi : S1-PGSD

1. Kemampuam membaca pada MMP ditekankan pada kemampuam “melek


huruf”, pada membaca tingkat lanjut diarahkan pada kemampuan “melek
wacana”, sedangkan pada kemampuam menulis ditekankan pada
“kemampuan yang bersifat mekanik” Jelaskan perbedaan makna ketiga
kemampuam tersebut!

Jawaban :

a) Kemampuan Melek Huruf

Kemampuan melek huruf maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan


melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna.
Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan
lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman
terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
b) Kemampuan Melek Wacana

Kemampuan melek wacana adalah kemampuan mengenali, memahami,


membaca suatu bacaan, simbol atau makna lainya, namun tidak bisa
menulis.

Contoh ; Seseorang awam yang hanya mengerti sedikit bahasa inggris,


paling hanya tau sepatah dua patah kata bahasa inggris serta
terjemahanya juga. Semisal mother, father pasti banyak orang awam tau
artinya ayah dan ibuk. Namun orang awam tersebut belum pasti mampu
untuk menuliskan kalimat tersebut, karena hanya memiliki kemampuan
melek wacana atau membaca saja.

c) Kemampuan bersifat Mekanik

Yaitu Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan


kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang
jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi
bermakna

2. Coba Anda jelaskan perbedaan pengejaan pada metode eja dan metode
bunyi pada membaca permulaan!

Jawaban:
a) Metode Eja

Pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan metode ini


memulai pengajarannya dengan memperkenalkan huruf-huruf alpabetis.
Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan peserta didik sesuai
dengan bunyinya menurut abjad. Sebagai contoh:

A a, B b, C c, D d, E e, F f, G g,

Dilafalkan sebagai: a, be, ce, de, e, ef, ge, dan seterusnya.

Setelah melalui tahapan ini, para siswa diajak untuk berkenalan dengan
suku kata dengan cara merangkaikan beberapa huruf yang sudah
dikenalnya Misalnya: b, a, = ba (dibaca = be, a = ba) d, u = du (dibaca
=de, u = du) ba – du dilafalkan badu b, u, k, u menjadi:

b, u = bu (dibaca be, u = bu) k,


u = ku (dibaca ke, u =ku)

b) Metode Bunyi

Proses pembelajaran membaca permulaan pada sistem pelafalan abjad


atau huruf dengan metode bunyi adalah:

b dilafalkan /eb/

d dilaflakan /ed/ : dilafalkan dengan e pepet seperti pengucapan pada


kata; benar, keras, pedas, lemah dan sebagainya c dilafalkan /ec/ g
dilafalkan /eg/ p dilafalkan /ep/ dan sebagainya
Dengan demikian, kata “nani” dieja
menjadi: en,a = na en, i = ni = dibaca = na-
ni

Dari penjelasan metode di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


MMP melalui metode bunyi adalah bagian dari metode eja. Prinsip dasar
dan proses pembelajaran tidak jauh berbeda dengan metode eja/abjad di
atas. Demikian juga dengan kelemahan-kelemahannya, perbedaannya
terletak hanya pada cara atau sistem pembacaan atau pelafalan abjad.

3. Mengapa kemajuan siswa dalam MMP perlu penilaian proses dan hasil?
Jelaskan perbedaan kedua penilaian tersebut!
Jawaban:
Penilaian yang diarahkan pada proses dan hasil belajar siswa dimaksudkan
untuk kemajuan dan hasil belajar yang dicapai masing-masing siswa.
Disamping itu, guru juga akan mendapat masukan tentang kesulitan-
kesulitan yang dialami siswanya dalam belajar. Guru akan dapat memilih
dan merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak didiknya.
A. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung
dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran yang
dimaksud , guru akan memperhatikan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaranBerdasarkan cara pelaksanaannya, alat penilaian teknik tes
dapat dilakukan secara tertulis, lisan, dan perbuatan, yang dimaksud dengan
tes memiliki arti serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, ditanggapi,
atau tugas yang harus dilaksanakan peserta tes. Dalam pembelajaran MMP,
teknik tes dapat dilakukan untuk mengetahui dan menilai sejauh mana
kemampuan dan penguasaan siswa dalam hal kemelekan huruf
(kemampuan membaca tingkat dasar) dan kemampuan menulis secara
teknis.
1) Tes Tertulis
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan
dalam bentuk tertulis. Pengerjaannya siswa dapat berupa jawaban atas
pertanyaan atau tanggapan, baik atas pernyataan maupun tugas yang
diberikan atau diperintahkan.
2) Tes Lisan
Merupakan alat penilaian yang penyajian maupun pengerjaannya dilakukan
dalam bentuk lisan. Dalam cara inipun, pengerjaannya oleh siswa dapat
berupa jawaban atas pernyataan atau tanggapan atas pernyataan.
3) Tes Perbuatan
Merupakan alat penilaian yang penugasannya dapat disampaikan secara
tertulis atau lisan dan pengerjaannya oleh siswa dilakukan dalam bentuk
penampilan atau perbuatan.
Teknik nontes merupakan alat penilaian merupakan alat penilaian
yang dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik
minat,sikap, dan kepribadian. Teknik ini digunakan untuk memperoleh
informasi tentang hal – hal yang tengah terjadi dalm kegiatan pembelajaran.
Teknik nontes lebih cocok digunakan dengan penilaian proses, sedangkan
untuk penilaian hasil dapat dilakukan dengan kedua – duanya baik teknik
tes maupun teknik nontes.
B. Penilaian Hasil
Penilaian hasil dimaksudkan untuk menilai pencapaian hasil belajar
siswa, alat yang digunakan berupa tes dan non tes. Untuk menilai
pencappaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP di kelas rendah
di maksudkan untuk menilai kemampuan siswa dalam hal kemelekhurufan
yang dicapainya. Kemampuan yang dimaksud meliputi pengenalan atas
satuan – satuan lambang bahasa yang berupa huruf, suku kata,kata, dan
kaliamat sederhana
Tes membaca permulaan dapat mengambil bentuk-bentuk seperti berikut:
1) Membaca nyaring
Siswa diminta untuk melafalkan lambing tertulis baik berupa lambing yang
berupa huruf, suku lata, kata atau kalimat sederhana. Melalui tes ini guru
akan dapat menilai kemampua siswa dalam mengidentifikasi lambing-
lambang bunyi, melafalkannya, dan memaknainya.
2) Mengisi wacana rumpang dalam berbagai tataran kebahasaan sesuai
dengan pemfokusan pembelajaran yang diberikan. Teknik isian rumpang
untuk membaca permulaan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang
sebagaimana halnya untuk membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman)
yang aturannya sudah baku, misalnya dengan pelepasan setiap kata kelima,
keenam, atau ketujuh secara konsisten. Misalnya, untuk tes identifikasi
lambing bunyi berupa lambing huruf, penyajian struktur dapat dilakukan
dalam bentuk sajian kata dengan menghilangkan bagian-bagian huruf yang
hendak diteskan. Demikian juga dengan perumoangan suku kata atau kata.
Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh pelepasan huruf
B O L …

Contoh pelepasan suku kata:


ini mimi (sebaiknya dibantu dengan gambar)
i-ni mi- . . .
i-. . .- mi-mi
contoh pelepasan kata pada teks sederhana dapat dikombinasikan dengan
gambar.
(teks ini sebaiknya diambil dari teks yang pernah diperkenalkan kepada
anak)
Ini … (gambar anak laki-laki)
Ini … (gambar anak perempuan) dan seterusnya.

3) Menjawab dan mengajukan pertanyaan dari teks tertulis (teks


sederhana). Untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks
sederhana, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk
menilai kemampuan siswa dalam memahami lambang-lambang tertulis.
Sebaliknya, siswa juga dapat dirangsang untuk mengajukan pertanyaan
sehubungan dengan teks yang dibacanya.

4. Apa yang membedakan antara pembelajaran bahasa dengan fokus menulis


dan pembelajaran membaca dengan fukus membaca!
Jawaban:
 Pembelajaran bahasa dengan fokus menulis
Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara
otomatis. Kemampuan itu bawaan saat lahir, melainkan diperoleh melalui
tindakan pembelajaran. Seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran
menulis pun belum tentu memiliki kompetensi menulis yang andal tanpa
banyak menulis.
Disampaing itu siswa dibiasakan untuk menulis dengan sikap yang
benar, misalnya memegang dan menggunakan alat tulis (meruoakan
kompetensi dasar menulis yang benar dikembangkan guru).
Di SD kelas tinggi setelah menguasai teknik menulis kata, kemudian
dilanjutkan dengan latihan merangkaikan kata-kata menjadi kalimat, dan
kalimat-kalimat ini dirangkaikan menjdi paragraf dan yang terakhir
paragraf-paragraf disusun menjadi sebuah wacana.
Menurut Pappas (daalam nurchasanah,1994) dalam pengajaran bahasa
terpadu (termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut.
1) Anak-anak adalah pembelajaran yang konstruktif. Mereka terus-menerus
akan berfikir tentang dunia mereka sebagai dasar apa yang mereka
pelajari dan mereka susun.
2) Bahasa adalah sistem makana yang dikomunikasikan dalam kehidupan
sosial. Karena bahasa digunakan untuk bermacam-macam tujuan maka
makna tersebut diekspresikan dengan cara yang bermacam-macam.
3) Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan. Pengetahuan
itu dioragnisasikan dan disususn melalui interaksi sosial. Pengetahuan
itu datang secara tiba-tiba akan berubah dalam dalam kehidupan mereka
dan dibangun dengan representasi mental yang didasarkan pada
pengalaman individual.
Tujuan pengajaran menulis terpadu adalah agar siswa dapat berkomunikasi
dalam bahasa tulis sesuai dengan konteks dengan pemakaian bahasa yang
wajar. Untuk mencapai tujuan itu, pengajaran menulis bisa memadukan
beberapa aspek pembelajaran bahasa baik yang bersifat kebahasaan
maupun keterampilan sebagai bahan ajarannya, misalnya coba Anda
jelaskan!. Keterampilan menulis dipadukan dengan keterampilan
menyimak/ mendengarkan, membaca, atau dipadukan dengan pembelajaran
kebahsaan, seperti kosakata, struktur, ejaan, dan sebagainnya.
Dalam proses pembelajaran terpadu ini peran guru sangat besar. Guru
harus mampu menciptakan sistuasi belajar yang memungkinkan siswa aktif
untuk berkomunikasi dengan menggunakan bhasa tulis. Jadi, yang
dimaksud dengan pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus menulis
adalah pembelajaran bahasa indonesia yang dipusatkan atau bertumpu pada
kegiatan latihan menulis. Kalau di SD kelas rendah difokuskan pada
penguasaan menulis huruf-huruf dan merangkai huruf-huruf itu dengan
kata, serta merangkai kata-kata itu menjadi kalimat sederhana maka di SD
kelas tinggi difokuskan pada latihan berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa tulisan yang secara jelas.
 Pembelajaran membaca dengan fokus membaca
Sejak diberlakukannya Kurikulum 1994, pembelajaran bahasa Indonesia
dari jenjang SD sampai SMA dilaksanakan secara terpadu di antara empat
keterampilan yang ada, yaitu keterampilam mendengarkan/menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Dalam melatih keterampilan berbahasa
walaupun dalam praktiknya keempat keterampilan tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan satu sama lain, namun guru dapat memfokuskan salah satu
diantara empat keterampilan tersebut. Pemfokusan pembelajaran pada salah
satu keterampilan ini menyangkut pemilihan materi, metode, dan teknik
pembelajaran. Jika difokuskan pada menulis maka alokasi waktu untuk
melatih menulis lebih banyak dari pada keterampilan lainnya. Jadi, yang
dimaksud dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Membaca
adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang dipusatkan pada melatih
keterampilan membaca.

Anda mungkin juga menyukai