Anda di halaman 1dari 20

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL

AGAMA ISLAM – C
Dosen Pengampu : Indel, S.Sos, M.Pd

Raihan Anmar Widyasmoro (5200411337)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. Kemukakan pemahaman anda mengenai hubungan Manusia, Tuhan, agama, dan islam!

Jawaban :

- Hubungan Manusia dengan Tuhan :


Hubungan manusia dengan allah Subhanahu wa Ta’ala disebut Hablum Minallah, adalah hubungan
yang mengatur antara manusia dengan tuhanya dalam hal ibadah. Jadi Hablum Minallah disini dapat
di artikan segala sesuatu bentuk peribadahan yang mendekatkan dan mengingatkan diri kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.

Allah berfirman :

ُ‫ون‬
ِ ‫س إِّلُ ِليَ ْعبد‬ ِ ْ ‫و َما َخلَ ْقتُ ا ْل ِجنُ َو‬
َُ ‫اْل ْن‬

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
(QS. Az – Zariyat : 56)

Hamlum minannas adalah hubungan yang baik dengan manusia. Yaitu hubungan yang mengatur
manusia dengan makhluk yang lainnya dalam wujud amaliyah. Jadi hablum minannas disini dapat di
artikan segala sesuatu bentuk kebaikan kepada sesame manusia yang mendatangkan ridha Allah dan
membuat Allah mencintai hamba-Nya karena saling berbuat baik kepada sesama.

Allah berfirman :

ِ ‫َار ا ْلجن‬
ُ‫ب‬ ُِ ‫َار ذِي ا ْلق ْربَىُ َوا ْلج‬
ُِ ‫ِين َوا ْلج‬ َ ‫سانًا َوبِذِي ا ْلق ْربَىُ َوا ْليَت َا َمىُ َوا ْل َم‬
ُِ ‫ساك‬ َ ْ‫ْن إِح‬ُِ ‫ش ْيئ ًاُۖ َوبِا ْل َوا ِل َدي‬
َ ‫ّللاَ َو َُّل تش ِْركوا بِ ُِه‬ُ ‫واعْبدوا‬
‫ورا‬ً ‫َاّل فَخ‬
ًُ ‫ن كَانَُ م ْخت‬ ُ ُ‫ْن السبِي ُِل َو َما َملَكَتُْ أ َ ْي َمانك ُْمُۗ إِن‬
ُْ ‫ّللاَ َُّل يحِ بُ َم‬ ُِ ‫ب بِا ْل َج ْن‬
ُِ ‫ب َواب‬ ُِ ِ‫َوالصاح‬

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri."
(QS. An – Nisa’ : 36)

Allah berfirman :

ُ‫ّللا َربك ُْم َاُّل اِلهَُ اِّلُ ه َُو َخالِقُ ك ُِل ش َْيءُ فَاعْبد ْوهُُ َوه َُو عَلى ك ُِل ش َْيءُ و ِكيْل‬
ُٰ ُ‫ذٰلِكم‬

“Itulah Allah, Tuhan kamu; tidak ada tuhan selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia;
Dialah pemelihara segala sesuatu.”
(Q.S. Al An’aam: 102)
- Hubungan Agama dengan Tuhan :

Agama didefinisikan sebagai suatu sistem keyakinan yang dianut dan tindakan-tindakan yang
diwujudkan oleh suatu kelompok atau masyarakat dalam menginterpretasi dan memberi
tanggapan terhadap apa yang dirasakan dan diyakini sebagai yang gaib dan suci. Bagi para
penganutnya, agama berisikan ajaran-ajaran mengenai kebenaran tertinggi dan mutlak tentang
eksistensi manusia dan petunjuk-petunjuk untuk hidup selamat di dunia dan di akhirat. Karena
itu pula agama dapat menjadi bagian dan inti dari sistem-sistem nilai yang ada dalam
kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorong serta pengontrol bagi
tindakan-tindakan para anggota masyarakat tersebut untuk tetap berjalan sesuai dengan nilai-
nilai kebudayaan dan ajaran-ajaran agamanya. Agama bukan hadir untuk membuat manusia
jadi bermusuhan, tetapi agama hadir untuk membantu manusia terhubung dengan Tuhannya.
Manusia punya hak pilih untuk menentukan agamanya, dimana agama yang dia yakini akan
menolong dia untuk lebih dekat atau berhubungan dengan Tuhan. Agama mana yang paling
benar? Hanya Tuhan Yang Maha Tahu yang punya jawabannya. Setiap agama punya sistem
tata keyakinannya sendiri, yang pasti agama menolong dan mengarahkan manusia untuk
mengenal dan menyembah Tuhan, sosok yang tak terbatas, sosok yang Maha Esa. Pada saat
akhir zaman, mungkin semua orang akan menyadari mana yang benar, ketika Tuhan benar-
benar menyatakan kebenaran-NYa. Yang pasti, kita perlu bersyukur karena ada agama. Agama
menolong kita untuk mengenal yang Maha Esa. Setiap manusia tentu meyakini agama yang
dianutnya adalah kebenaran. Pada dasarnya ajaran agama itu mengajarkan kebaikan dan jalan
yang lurus untuk lebih dekat dengan Sang Pencipta. Banyak cara untuk menyembah Tuhan,
cara cara menyembah Tuhan, itu yang diatur dalam agama. Pada intinya, apapun agama kita,
sebenarnya kita punya tujuan yang sama untuk mengenal dan menyembah Tuhan yang kita
yakini. Yang penting dari semuanya itu adalah hubungan pribadi kita dengan Tuhan, agama
hanya membantu mengarahkan manusia untuk lebih dekat dengan Yang Maha Esa.

Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya
memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat
qur'aniyah yang terdapat dalam Al-Qur'an, menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Islam
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk menjadi panutan dalam beragama,
Allah Ta’ala berfirman tentang agama :
ِ ‫ُِواْأل َ ْر‬
َ ِ ‫ضُآلُإِلَهَُُِإّلُه َوُيحْ ي‬
ُ‫ُوي ِميت‬ َ ‫اوات‬ َ ِ‫ُقلُْيَاأَي َهاُالناسُإِن‬
َ ‫يُرسولُهللاُِإِلَيْك ْمُ َج ِميعًاُالذِيُلَهُم ْلكُالس َم‬
َُ‫ُواتبُِعوهُلَعَلك ْمُت َ ْهتَدون‬ َ ِ‫ُو َرسو ِل ِهُالنبِي ُِاْأل ِمي ُِالذِيُي ْؤ ِمنُبِاهلل‬
َ ‫ُو َك ِل َماتِ ِه‬ ِ ‫فَئ‬
َ ِ‫َامنواُبِاهلل‬

“Katakanlah: “Hai manusia, sesung-guhnya aku adalah utusan Alloh kepadamu semua, yaitu Alloh
yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia, yang
menghidupkan dan yang mematikan, maka berimanlah kamu kepada Alloh dan RosulNya, Nabi yang
ummi yang beriman kepada Alloh dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitabNya) dan ikutilah dia,
supaya kamu mendapat petunjuk.”

[QS. Al-A’raf (7): 158]

- Hubungan islam dengan Tuhan :

Islam adalah sebuah agama yang bertuhan kan allah subhanahu wa ta’ala yang maha esa.

Allah Ta’ala berfirman :

ْۢ ِ ‫بُاِّل‬
ٰ ‫ُم ْنُبَ ْعدُِ َماُج َۤا َءهمُُا ْل ِع ْلمُبَ ْغيً ْۢاُ َب ْينَه ْمُ َۗو َم ْنُيكْف ْرُبِايت‬
ُ‫ُِّللاُِ َفاِن‬ َ ‫فُال ِذ ْينَ ُا ْوتواُا ْل ِكت‬
َ َ‫اُاختَل‬
ْ ‫ُۗو َم‬
َ ُ‫س ََلم‬ ٰ ‫ُالد ْينَ ُ ِع ْند‬
ِ ْ ِ‫َُّللا‬
ْ ‫ُاّل‬ ِ ‫ُاِن‬
ُ‫ب‬ َ ‫س ِريْعُا ْل ِح‬
ِ ‫سا‬ َ َُ‫ّللا‬
ٰ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah
diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.
Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-
Nya.” (QS. Ali 'Imran Ayat 19)
2. Jelaskan pengertian Iman, Islam, dan Ihsan, dan bagaimana mengintegrasikan Iman, Islam
dan Ihsan dalam membentuk insan kamil?

Jawaban :

- IMAN

Iman adalah kepercayaan yang dipercayai oleh seseorang yang berkenaan dengan agama,
keyakinan maupun kepercayaan kepada Tuhan, nabi, kitab dan sebagainya. Dalam ajaran
agama Islam, iman berarti kepercayaan, keyakinan kepada Allah, nabi-nabi-NYA serta kitab
yaitu Al-Quran dan lain sebagainya.
Menurut bahasa Arab, kata iman berakar pada kata amana – yu;minu – imana yang secara
harfiah atau etimologis dapat diartikan sebagai percaya dan yakin. Secara bahasa, iman dapat
diartikan sebagai tashdiq atau membenarkan yang maknanya hampir sama secara istilah.
Secara istilah, menurut buku Ensiklopedi iman yang ditulis oleh Syaikh Abdul Majid Az-
Zandani, iman dapat diartikan sesuai dengan makna linguistiknya yaitu tashdiq atau
mempercayai.
Iman secara istilah, maknawi atau terminologis merupakan percaya dengan yakin akan
keberadaan Allah, Malaikat Allah, Kitab-kitab – NYA, para Rasul – NYA, akhirat, hingga
qadha dan qadar yang telah terangkum dalam rukun iman menurut ajaran agama Islam.
Allah Ta’ala berfirman :

‫ي م ْوسى َو ِعيْسى َو َمُا ا‬


َُ ِ‫اط َو َمُا ا ا ْوت‬ ْ َ‫ب َو ْاّل‬
ُِ َ‫سب‬ َُ ‫ق َويَ ْعق ْو‬
َُ ‫سح‬ ْ ِ‫سم ِع ْي َُل َوا‬ ْ ِ‫اّللِ َو َمُا ا ا ْن ِز َُل اِ َل ْينَا َو َمُا ا ا ْن ِز َُل ا اِلى اِبْر ٖه َُم َوا‬
ُٰ ِ‫ْول ْاوا ا َمنا ب‬
َُ‫س ِلم ْون‬ْ ‫م‬ ‫ه‬
ُ َ ‫ل‬ ‫ن‬
ُ َ ‫ن‬‫و‬
ْ‫ِ ْ َ ح‬ ُ
‫م‬ۖ ‫ه‬‫ن‬ْ ُ
‫م‬ ‫َد‬
ُ ‫ح‬ َ ‫ا‬ َُ‫ْن‬ ‫ي‬‫ب‬
َ ِ ‫ق‬
ُ ‫ر‬ َ ‫ف‬‫ن‬ ُ
‫ّل‬ َ ُ
‫م‬ ‫ه‬
ِِْ ‫ب‬‫ر‬ ُ
‫ن‬ْ ‫م‬
ِ َُ‫ي الن ِبي ْون‬
َُ ‫ا ْو ِت‬
Artinya:
“Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami,
dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya,
dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta kepada apa yang diberikan kepada
nabi-nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka,
dan kami berserah diri kepada-Nya.”
(Q.S. Al – Baqarah : 136)

Selain menurut Al-Quran, beberapa ulama juga turut memberikan pendapatnya mengenai
definisi dari iman. Beberapa ulama terkenal seperti Imam Syafii, Imam Ahmad hingga Imam
Bukhari turut mengemukakan pendapatnya.

Menurut Imam Syafii, iman seorang muslim meliputi perkataan serta perbuatannya. iman
dapat bertambah maupun berkurang. Bertambahnya iman seseorang disebabkan oleh ketaatan
pada Allah, sedangkan berkurangnya iman seseorang disebabkan oleh kemaksiatan.

Imam Ahmad memiliki pendapat yang tidak jauh berbeda dengan Imam Syafii, Imam Ahmad
mengemukakan bahwa iman dapat bertambah dan berkurang, bertambah karena seseorang
melaksanakan amalan tertentu dan berkurang karena orang tersebut meninggalkan amalan.
- ISLAM

Islam berakar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan
selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah SWT. Orang yang
beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang
muslim berarti juga harus mampu menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain.
Tidak cukup selamat tetapi juga menyelamatkan. Secara istilah Islam adalah agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat manusia agar dapat hidup bahagia di dunia
dan akhirat. Inti ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.

Allah Ta’ala berfirman :

ْۢ ِ ‫بُاِّل‬
ٰ ‫ُم ْنُبَ ْعدُِ َماُج َۤا َءهمُا ْل ِع ْلمُبَ ْغيً ْۢاُ َب ْينَه ْمُ َۗو َم ْنُيكْف ْرُ ِبايت‬
ُ‫ُِّللاُِ َفاِن‬ َ ‫فُال ِذ ْينَ ُا ْوتواُا ْل ِكت‬
َ َ‫اُاختَل‬
ْ ‫ُۗو َم‬
َ ُ‫س ََلم‬ ٰ ‫ُالد ْينَ ُ ِع ْند‬
ِ ْ ِ‫َُّللا‬
ْ ‫ُاّل‬ ِ ‫ُاِن‬
ُ‫ب‬ َ ‫س ِريْعُا ْل ِح‬
ِ ‫سا‬ َ َُ‫ّللا‬
ٰ

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah
diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka.
Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-
Nya.” (QS. Ali 'Imran Ayat 19)
- IHSAN

pengertian ihsan adalah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan dilandasi
dengan kesadaran dan keikhlasan. Berbakti kepada Allah tersebut dapat berupa berbuat sesuatu
yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun sesama manusia. Ihsan dalam bahasa Arab
berarti kesempurnaan atau terbaik. Dalam islam, ihsan adalah seseorang yang melakukan
perbuatan baik dan menahan diri dari dosa. Selain itu, ihsan merupakan pilar penting bagi umat
Muslim selain iman. Ihsan tidak dapat dipisahkan dari iman dan Islam. Ketiganya merupakan
satu kesatuan yang tidak boleh ditinggalakan keislaman seseorang sempurna. Perilaku ihsan
perlu tertanam di dalam hati dan diimplementasikan dengan perbuatan terpuji dalam
kehidupan.
Allah Ta’ala berfirman :

‫سنًا‬
ْ ‫اسُح‬ َ ‫ىُوا ْل َمس ِكي ِْن‬
ِ ‫ُوق ْول ْواُ ِللن‬ َ ‫ىُوا ْليَتم‬
َ ‫سانًاُوذِىُا ْلق ْرب‬
َ ْ‫ُو ِبا ْل َوا ِل َدي ِْنُاِح‬ ٰ ُ‫َُّلُت َ ْعبد ْونَ ُاِّل‬
َ َ‫ّللا‬ َ ‫س َر ۤا ِء ْيل‬
ْ ِ‫قُبَنِ ْايُا‬ ِ َ‫ُ َواِ ْذُا َ َخ ْذن‬
َ ‫اُم ْيثَا‬
َُ‫ُوا َ ْنت ْمُم ْع ِرض ْون‬
َ ‫ُم ْنك ْم‬ِ ‫ُواتواُالزكو ۗةَُثمُت َ َوليْت ْمُاِّلُقَ ِلي ًَْل‬ َ َ‫وا َ ِقيْمواُالصلوة‬

“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain
Allah, dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat dan tunaikanlah zakat.”
Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih
menjadi) pembangkang.”
(Q.S. Al – Baqarah : 83)

Tingkatan Ihsan

Ihsan memiliki berbagai tingkatan, tingkatan dalam ihsan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Tingkatan Musyahadah: golongan orang yang melakukan ibadah seakan-akan selalu merasa,
melihat, dan menyaksikan Allah SWT secara langsung. Mereka merasa Allah benar-benar
hadir dalam setiap ibadah yang mereka lakukan.

2. Tingkatan Muraqabah: golongan orang yang melakukan ibadah merasa seluruh gerak-
geriknya dan getar hatinya diawasi oleh Allah SWT.

3. Tingkatan Ihsan paling rendah: golongan orang yang beribadah bagaikan seorang pedagang,
apa yang dilakukan dalam ibadahnya bertujuan untuk mencari keuntungan.
- Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan untuk membentuk Insan kamil adalah:

Menjadikan pondasi keimanan dalam kehidupan sehari hari sehingga segala tindak tanduk
perbuatan berdasarkan prinsip keimanan dari 6 rukun iman yaitu:

• Iman kepada Allah


• Iman kepada Malaikat Allah
• Iman Kepada Kitab Allah
• Iman kepada Rasul Allah
• Iman kepada Hari akhir
• Iman kepada qada dan qadar.

Kemudian dalam implementasinya selalu berusaha memberikan yang terbaik dan bermanfaat
untuk semua makhluk dengan senantiasa berserah diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
(Islam).

Kemudian di atas semuanya itu maka yang paling terbaik adalah ketika mengimplementasikan
Iman dan Islam dengan senantiasa meyakini bahwa segala aktivitasnya dia senantiasa sedang
merasakan dilihat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala (Ihsan).

Pembahasan

Insan kamil adalah manusia yang sempurna dari wujud keimanan, ketakwaan dan ilmu
pengetahuan yang menjadi satu perpaduan. Di dalam Islam maka terdapat beberapa tingkatan
sebagaimana hadis Jibril yang Masyhur. Tingkatan tersebut adalah:

• Islam adalah bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya
Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan haji ke Baitullah,
jika engkau mampu.
• Iman adalah ketika seseorang beriman kepada rukun iman yang 6 sebagaimana yang
disebutkan di atas.
• Ihsan adalah ketika seseorang beribadah kepada Allah seakan-akan dia melihatNya.
Kalaupun dia tidak melihatNya, sesungguhnya Allah melihatnya.
3. Dalam Al -Qur’anُallah memanggil nama manusia dengan beberapa istilah,
sebutkan dan jelaskan ?

Jawaban :

Istilah manusia dalam Al – Qur‘an ada 3, sebagai berikut :

- BASYAR

Al Basyar merupakan bentuk jamak dari kata Al Basyarah yang berarti kulit kepala, wajah atau
tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Penamaan ini menunjukkan makna, bahwa
secara biologis manusia didominiasi dengan kulit, dibanding rambut atau tubuhnya. Kata Al
Basyar menumbuhkan sebuag kata"Al Mubasyarah" yang punya makna "Al Mulamasah" atau
"Al-Wat'u" yang artinya setubuh atau senggama. Kata Mubasyarah juga mengandung arti
secara langsung. Nabi Adam ‘alaihissalam juga digelari dengan terma Abu Al Basyar, atau
“moyang manusia”.

Pemakaian manusia dengan kata Al Basyar, memberikan pengertian bahwa manusia adalah
makhluk biologis, memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum,
seks, keamanan, kebahagiaan, dan lainnya.

Dalam Alquran kata basyar digunakan untuk menjelaskan eksistensi bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak lain hanya seorang basyar yang diciptakan (Wa al-nabiyy ma huwa illa
basyar makhluq). Karena itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diperintahkan
untuk menyampaikan pesan bahwa,
َ ‫َّ َ َ َ َ َ ر ْ ُ ُ ْ ُ َ ى‬
‫وح ِإ َ َّل‬ ‫نما أنا بش ِمثلكم ي‬

“Sungguh aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diberi wahyu”.

(QS. Al-Kahfi: 110).

- INSAN

Pertama, Al-Insan. Term al-Insan yang berasal dari kata al-Ins yang mendapatkan tambahan
alif dan nun. Kata Insan ini dinyatakan dalam Alquran sebanyak 65 kali dan tersebar dalam
43 surat.

Allah Ta’ala berfirman :

‫س ٰللة ِ ِّمن ِطين ۚ ثُم جعل ٰنهُ نُطفة فِي قرار م ِكين ۖ ثُم خلقنا النُّطفة علقة فخلقنا العلقة ُمضغة فخلقنا‬
ُ ‫اْلنسان ِمن‬
ِ ‫ولقد خلقنا‬
ٰ ‫ال ُمضغة ِع ٰظما فكسونا ال ِع ٰظم لحما ثُم انشأ ٰنهُ خلقا ٰاخر فتبارك‬
‫ّللاُ احسنُ الخا ِل ِقين‬
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah (12). Kemudian Kami
menjadikannya air mani (yang tersimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim) (13). Kemudian,
air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu dari yang melekat itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang berbentuk
lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik.”

(Surah Al-Mu’minun: 12 -14).

Kata al-Insan dalam ayat ini berarti menguatkan karakter manusia sebagai insan, makhluk
yang berdimensi rohani dan jasmani. Ini bisa dipahami dari redaksi Tsumma, oleh para ulama
disebut fase peniupan ruh, yang penyebutannya setelah menjelaskan proses fisik manusia di
dalam rahim. Karena itu term Insan kepada manusia dalam Alquran bisa menunjukkan sifat
dan karakter manusia tersebut sebagai makhluk rohani yang berjasad kasar.

- AN – NAAS

An-Naas berasal dari kata nawasa yang artinya goncangan atau fluktuatif. An-Nas dalam
Alquran disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat. Dikatakan goncangan atau
fluktuatif, karena manusia itu cenderung berubah jika bertemu dengan sesamanya. Dari
karakter manusia semacam ini, maka wajar jika Islam menganjurkan agar selalu berada di
tengah-tengah orang-orang yang baik. Misalnya dalam firman Allah:
َ
‫ع الصا ِدقِين‬ ُ ‫يَا أَيهَا الذِينَُ آ َمنوا اتقوا‬
َُ ‫ّللاَ َوكونوا َم‬

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar.”

(QS. At – Taubah : 119)

Ayat ini menyeru kepada manusia yang beriman agar senantiasa bertakwa di mana saja berada
dan selalu berada di tengah-tengah orang-orang yang jujur. Namun, ada juga yang memahami
term A-Nas itu menunjuk arti manusia dewasa dan berakal.
4. Bagaimanaُmembangunُparadigmaُqur’aniُdalamُkehidupanُsehari-hari?

Jawaban:
Paradigma yaitu cara berpikir dan cara pandang terhadap suatu masalah dan atau suatu
realitas berdasarkan sebuah metode keilmuan yang dapat dipercaya. Jadi paradigma Qurani
maksudnya adalah cara pandang dan cara berpikir terhadap suatu masalah atau suatu realitas
berdasarkan AL Quran. Penting untuk memandang sesuatu melalui paradigma Qurani karena Al Quran
adalah sebuah metodelogi kelimuan yang mutlak kebenarannya. Tidak seperti metodemetodi
keilmuan lain yang kebenarannya relatif dan cenderung sebagai takaran moral subjektif. Al quran
merupakan sumber hukum yang mutlak kebenarannya dan AL quran merupakan acuan moral yang
objektif.

Hal ini sesuai sabda Rasulullah “aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat
selamanya jika kalian berpegang teguh kepada keduanya: kitabullah wa sunnati. Keduanya
tidak akan berpisah hingga bertemu di telagaku.” (HR Hakim, shahih)

Maka dengan melihat segala hal melalui paradigma Qurani, Insha ALLAH segala masalah
akan terselesaikan, ada keberkahan didalamnya, dan akan menuju kepada keselamatan.

Cara membangunya adalah membaca al – qur’an dengan ikhlas dan memahami artinya karena
al – qur’an adalah bentuk pedoman hidup yang baik dan benar bagi umat islam, karena larangan
maupun perintah dari allah subhana wa ta’ala tertera didalam al – qur’an.

5. Apa yang dimaksud dengan ijtihad dan jelaskan tujuan yang dilakukannya
ijtihad serta metode ijtihad?

Jawaban :
Ijtihad, adalah mencurahkan pikiran dengan bersungguh-sungguh. Sedangkan menurut istilah,
arti Ijtihad adalah proses penetapan hukum syariat dengan mencurahkan seluruh pikiran dan
tenaga secara bersungguh-sungguh. Kata “Ijtihad” berasal dari bahasa Arab, yaitu “Ijtihada
Yajtahidu Ijtihadan” yang artinya mengerahkan segala kemampuan dalam menanggung
beban. Dengan kata lain, Ijtihad dilakukan ketika ada pekerjaan yang sulit untuk dilakukan. Di
dalam agama Islam, Ijtihad adalah sumber hukum ketiga setelah Al-quran dan hadits. Fungsi
utama dari Ijtihad ini adalah untuk menetapkan suatu hukum dimana hal tersebut tidak dibahas
dalam Al-quran dan hadits. Orang yang melaksanakan Ijtihad disebut dengan Mujtahid dimana
orang tersebut adalah orang yang ahli tentang Al-quran dan hadits.
Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan pegangan hidup dalam
beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada suatu waktu tertentu.

Adapun beberapa manfaat Ijtihad adalah sebagai berikut ini :

• Ketika umat Islam menghadapi masalah baru, maka akan diketahui hukumnya.
• Menyesuaikan hukum yang berlaku dalam Islam sesuai dengan keadaan, waktu, dan
perkembangan zaman.
• Menentukan dan menetapkan fatwa atas segala permasalahan yang tidak berhubungan
dengan halal-haram.
• Menolong umat Islam dalam menghadapi masalah yang belum ada hukumnya dalam
Islam.

Syarat-Syarat Ijtihad (Mujtahid)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, hanya orang-orang tertentu dan telah memenuhi syarat
saja yang bisa melakukan Ijtihad. Adapun syarat-syarat menjadi Ijtihad adalah sebagai berikut:

• Harus memahami tentang ayat dan sunnah terkait dengan hukum.


• Harus memahami berbagai masalah yang telah di-ijma’kan oleh para ahlinya.
• Harus mengerti bahasa Arab dan segala ilmunya dengan sempurna.
• Harus mengerti tentang nasikh dan mansukh.
• Harus mengetahui dan memahami tentang ushul fiqh.
• Harus memahami secara dalam tentang rahasia-rahasia tasyrie’ (Asrarusyayari’ah).
• Harus memahami secara mendalam tentang seluk-beluk qiyas.

Macam-Macam Atau Metode Ijtihad

Ijtihad dapat dibagi menjadi 7 jenis. Mengacu pada pengertian Ijtihad di atas, adapun beberapa
macam Ijtihad adalah sebagai berikut:

1. Ijma’

Pengertian Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum agama Islam
berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil dari kesepakatan para ulama
tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat Islam.
2. Qiyas

Pengertian Qiyas adalah suatu penetapan hukum terhadap masalah baru yang belum pernah
ada sebelumnya, namun mempunyai kesamaan (manfaat, sebab, bahaya) dengan masalah lain
sehingga ditetapkan hukum yang sama.

3. Maslahah Mursalah

Pengertian Maslahah Mursalah adalah suatu cara penetapan hukum berdasarkan pada
pertimbangan manfaat dan kegunaannya.

4. Sududz Dzariah

Pengertian Sududz Dzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang mubah makruh atau
haram demi kepentingan umat.

5. Istishab

Pengertian Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan hingga ada alasan tepat
untuk mengubah ketetapan tersebut.

6. Urf

Pengertian Urf adalah penepatan bolehnya suatu adat istiadat dan kebebasan suatu masyarakat
selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan hadits.

7. Istihsan

Pengertian Istihsan adalah suatu tindakan meninggalkan satu hukum kepada hukum lainnya
karena adanya dalil syara’ yang mengharuskannya.

6. Apa yang dimaksud dengan Ibadah Mahdhah dan Ghoiru Mahdhah? Jelaskan
pemahaman anda tentang keistimewaan shalat!

Jawaban :

- IBADAH MAHDHAA

Menurut bahasa, mahdhah memiliki arti 'murni' atau 'tak bercampur'. Ibadah mahdhah adalah
ibadah yang selama ini kita kenal, antara lain seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Bahkan
banyak kaum muslimin menganggap bahwa ibadah mereka adalah ibadah yang masuk ke
dalam kelompok ibadah mahdhah.
Ibadah mahdha adalah ibadah yang murni ibadah. Ibadah mahdhah memiliki tiga ciri, yaitu:

• Ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah di mana
penetapannya berasal dari dalil syariat. Jadi, semua perkataan atau ucapan dalam ibadah
mahdhah tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral
(bisa jadi ibadah atau bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga memiliki dalil-dalil yang
menunjukkan adanya larangan yang ditujukan kepada selain AllahSWT, karena hal itu
termasuk dalam kemusyrikan.
• Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu
dalam rangka meraih pahala di akhirat.
• Ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, dan tidak ada jalan yang
lainnya, sekali pun melalui akal atau budaya.

- GHAIRU MAHDHAH

Menurut bahasa, ghairu mahdhah memiliki arti 'tidak murni' atau 'bercampur dengan yang lain'.
ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, yang dalam
pelaksanaannya dilandaskan dengan niat untuk mencari ridha dan pahala dari Allah SWT. Dan
jika tidak berdasarkan niat karena Allah SWT, maka amalannya tetap sah, hanya saja tidak ada
nilai pahala dalam pengerjaannya.

Ciri pada ibadah ghairu mahdhah juga berkebalikan dari ibadah mahdhah, di mana cirinya
adalah :

• Perkataan atau perbuatan dalam ibadah ghairu mahdhah asalnya bukanlah ibadah.
Akan tetapi, statusnya dapat merubah menjadi ibadah jika melihat dan menimbang
niat orang yang melaksanakannya.
• Maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau kebutuhan
yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
• Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan bahkan sudah dikenal meskipun tidak ada
wahyu dari para rasul.
- KEISTIMEWAAN SHOLAT

Shalat adalah ibadah yang paling utama dan paling agung. Shalat adalah sebaik-baik ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Shalat telah mendapatkan keistimewaan
dibandingkan dengan ibadah lainnya. Jika seorang hamba memperhatikan keistimewaan-
keistimewaan ibadah shalat tersebut, maka sungguh dia akan semakin mengagungkan ibadah
shalat dan akan semakin menjaga pelaksanaannya. Keistimewaan sholat sebagai, berikut :

1. Allah Ta’ala yang langsung memerintahkan di malam mi’raj

Keistimewaan pertama adalah Allah Ta’ala mewajibkan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi
wa sallam di malam Mi’raj. Malam tersebut adalah malam yang paling agung dan paling mulia
yang dialami oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Malam tersebut adalah malam yang
penuh berkah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dinaikkan ke langit ketujuh, dan
mendengarkan perkataan Allah Ta’ala tanpa perantara. Di malam tersebut, Allah Ta’ala
mewajibkan ibadah shalat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan untuk ibadah
yang lainnya, Allah Ta’ala mengutus Jibril ‘alaihis salaam untuk mewahyukan kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini di antara dalil yang menunjukkan agungnya ibadah shalat dan
tingginya kedudukan ibadah shalat ini dalam agama.

2. Shalat lima waktu, namun setara dengan lima puluh shalat

Pertama kali diwajibkan, shalat tersebut diwajibkan sebanyak lima puluh kali sehari semalam.
Kemudian diberikan keringanan menjadi lima shalat saja, namun timbangannya setara dengan
lima puluh shalat. Siapa saja yang menjaga shalat lima waktu, seolah-olah dia shalat lima puluh
kali sehari semalam. Sebagaimana terdapat dalam hadits ash-shahihain,

‫سون‬
ُ ‫ وهِي خم‬،‫س‬
ٌ ‫هِي خم‬

“Itu shalat lima (waktu), namun (setara dengan) lima puliuh shalat.”

(HR. Bukhari no. 349 dan Muslim no. 163)

Maksudnya, lima kali mengerjakan shalat, namun timbangan amalnya setara dengan lima puluh
shalat. Tentu saja hal ini merupakan keutamaan dan nikmat yang diberikan oleh Allah Ta’ala
kepada kita, umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Shalat adalah syariat seluruh Nabi

Termasuk keistimewaan ibadah shalat adalah bahwa shalat merupakan syariat atau ibadah
yang dilakukan oleh seluruh Nabi. Tidaklah Allah Ta’ala mengutus seorang Nabi, kecuali
dengan membawa syariat shalat. Dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut dalam Al-Qur’an
sangat banyak sekali.

4. Shalat adalah ibadah yang pertama kali dihisab pada hari kiamat

Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan dihisab oleh Allah Ta’ala pada hari kiamat. Dari
sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َُ ‫سدَتُْ فَقَ ُْد َخ‬


ُ‫اب َو َخس َِر‬ ُْ ِ‫ َوإ‬،َ‫ح َوأَ ْن َجح‬
َ َ‫ن ف‬ َُ َ‫ن صَلحَتُْ فَقَ ُْد أَ ْفل‬
ُْ ‫ فَ ِإ‬،‫ع َم ِل ُِه ص َََلته‬ َ ‫إِنُ أَو َُل َما يحَا‬
ُْ ‫سبُ بِ ُِه العَبْدُ يَ ْو َُم ال ِقيَا َم ُِة ِم‬
َ ‫ن‬

“Pada hari kiamat, pertama kali yang akan Allah Ta’ala hisab atas amal seorang hamba
adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka dia akan beruntung dan selamat. Jika shalatnya
rusak, maka dia akan rugi dan tidak beruntung.”
(HR. Tirmidzi no. 413 dan An-Nasa’i no. 322, dinilai shahih oleh Al-Albani)

5. Shalat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan setelah beriman

Shalat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan atas seorang hamba. Terdapat banyak dalil
dalam masalah ini, di antaranya adalah kisah diutusnya sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhu ke negeri Yaman. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Mu’adz,

َ َُ‫ّللاَ قَ ُِد ا ْفتَ َرض‬


َ ‫علَي ِْه ُْم َخ ْم‬
ُ‫س‬ ُ ُ‫ فَأ َ ْع ِل ْمه ُْم أَن‬، َ‫ن ه ُْم أ َ َطاعوا ِلذَ ِلك‬
ُْ ‫ فَ ِإ‬،ِ‫ َوأَنِي َرسولُ ّللا‬،‫ن ُّلَ ِإلَهَُ ِإّلُ ّللا‬ ُْ َ ‫شهَا َد ُِة أ‬
َ ‫ادْعه ُْم ِإلَى‬
ُ‫ص َل َواتُ ِفي ك ُِل َي ْومُ َو َل ْي َلة‬ َ

“Ajaklah mereka kepada syahadah (persaksian) tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak
disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya,
maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam.”
(HR. Bukhari no. 1395 dan Muslim no. 19)

6. Allah Ta’ala menyebut ibadah shalat dengan “iman”

Allah Ta’ala berfirman :


ُ َ َ َ ّ َ َ َ َ
ٰ‫يمانكم‬‫يع ِإ‬ ٰ‫ان ه‬
ٰ ‫الل ِل هي ِض‬ ٰ ‫وما ك‬

“Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.”

(QS. Al-Baqarah [2]: 143)


Yang dimaksud dengan “iman” dalam ayat tersebut adalah “shalat”. Hal ini karena shalat
adalah timbangan iman, dan bukti benarnya keimanaan seseorang. Sebagaimana sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ُ‫ َو َُّل نَجَاة‬،‫ َو َُّل ب ْر َهان‬،‫ن لَهُ نور‬
ُْ ‫علَ ْيهَا لَ ُْم َيك‬ ُْ ‫ن لَ ُْم يحَا ِف‬
َ ‫ظ‬ ُْ ‫ َو َم‬،‫ َو َنجَا ُةً َي ْو َُم ا ْل ِق َيا َم ِة‬،‫ َوب ْر َهانًا‬،‫ورا‬
ً ‫علَ ْيهَا كَانَتُْ لَهُ ن‬ َُ َ‫ن حَاف‬
َ ‫ظ‬ ُْ ‫َم‬
“Siapa saja yang menjaga ibadah shalat, maka dia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan
keselamatan pada hari kiamat. Dan siapa saja yang tidak menjaga ibadah shalat, maka dia tidak
akan mendapatkan cahaya, petunjuk, dan keselamatan pada hari kiamat.”
(HR. Ahmad no. 6576 dan Ibnu Hibban no. 1467)
Allah Ta’ala mengkhususkan penyebutan ibadah shalat, meskipun sudah tercakup dalam
makna umum sebelumnya Di antara keistimewaan ibadah shalat adalah Allah Ta’ala
mengkhususkan penyebutannya dalam banyak ayat, meskipun ibadah shalat tersebut sudah
tercakup dalam makna umum yang disebutkan sebelumnya. Sebagai contoh adalah firman
Allah Ta’ala,

َُ‫ب َوأ َ ِق ُِم الص ََلة‬


ُِ ‫ي إِلَيْكَُ ِمنَُ ا ْل ِكتَا‬ ِ ‫اتْلُ َما أ‬
َُ ‫وح‬

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah
shalat.”

(QS. Al-‘Ankabuut [29]: 45)

“Membaca Al-Kitab (Al-Qur’an) mencakup mengikuti Al-Qur’an dan mengamalkan isi


kandungan Al-Qur’an. Shalat termasuk dalam isi kandungan Al-Qur’an sehingga seharusnya
sudah tercakup di dalamnya. Akan tetapi, Allah Ta’ala kemudian menyebutkannnya secara
khusus.

Dalam ayat lainnya, Allah Ta’ala berfirman,

َ ُ‫ت َوأَقَاموُاْ الصَلَ ُةَ َوآتَوُاْ الزكَا ُةَ َله ُْم أَجْ ره ُْم ِعن َُد َربِ ِه ُْم َو ُّلَ َخ ْوف‬
َُ‫علَي ِْه ُْم َو ُّلَ ه ُْم يَحْ َزنون‬ ُِ ‫إِنُ الذِينَُ آ َمنوُاْ َوع َِملوُاْ الصا ِل َحا‬

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal salih, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

(QS. Al-Baqarah [2]: 277)


7. Uraikan pemahaman anda terkait dengan makan dan minuman yang halal dan
yang haram dalam islam beserta kriteriannya dan tuliskan QS. Al-Maidah ayat
3 beserta maknanya!

Jawaban :

kriteria makanan dan minuman halal perlu dimiliki. Dengan begitu, Anda bisa lebih berhati –
hati dan lebih mudah memastikan bahwa apa yang Anda konsumsi adalah sesuatu yang halal.
Berikut ini adalah beberapa kriteria utama makanan halal menurut Islam.

1. Halal Zat Yang Terkandung di Dalamnya

Hal pertama yang menjadi kriteria paling jelas dari makanan halal adalah zat yang terkandung
di dalamnya atau bahan pembuatnya. Makanan harus dibuat dari hewan dan tumbuhan yang
hukumnya halal untuk dimakan. Secara umum, bahan pangan yang dikategorikan haram adalah
daging babi, daging anjing, hewan bertaring, dan beberapa hewan lain yang dilarang untuk
dikonsumsi. Jika suatu makanan dibuat selain dari bahan – bahan yang diharamkan, maka
makanan tersebut boleh dikonsumsi. Sebaliknya, jika mengandung bahan yang diharamkan,
meskipun hanya sedikit, makanan tersebut tergolong sebagai makanan haram dan tidak boleh
dimakan.

2. Diperoleh Dengan Cara yang Halal

Setelah memenuhi kriteria dari sisi bahan, maka semua makanan yang ada bisa dihukumi
sebagai makanan yang halal dan boleh dikonsumsi oleh umat Islam. Akan tetapi, makanan
tersebut bisa menjadi makanan haram jika cara memperolehnya tidak baik. Misalnya saja,
makanan yang didapat dengan cara mencuri, perbuatan zina, menipu, hasil riba, korupsi, dan
lain sebagainya juga dianggap sebagai makanan yang haram. Hal ini karena uang yang
digunakan untuk mendapatkan makanan tersebut berasal dari sesuatu yang tidak baik.
Sehingga, makanan yang dikonsumsi juga ikut menjadi haram meskipun zat yang terkandung
adalah zat yang halal.

3. Diproses dengan Cara yang Halal

Selanjutnya, makanan yang halal juga harus doiproses dengan cara yang halal dan tidak
tercampur dengan apapun yang sifatnya haram. Misalnya dengan menggunakan alat masak
yang sama dengan alat masak yang digunakan untuk memasak makanan yang haram. Makanan
yang dibuat dengan cara ini juga bisa dikategorikan sebagai makanan yang haram. Selain dari
alat masak yang sama, suatu makanan juga bisa dianggap haram jika menggunakan bahan –
bahan lain yang tidak diperbolehkan pada saat proses masak dilakukan.

4. Disajikan dan Disimpan dengan Cara yang Halal

Terakhir, makanan yang halal juga harus disajikan dan disimpan dengan cara yang hal.
Meskipun terkesan sepele, namun cara penyajian dan penyimpanan makanan tidak bisa
diabaikan. Makanan halal harus tidak boleh disajikan dengan sesuatu yang haram, misalnya
dengan menggunakan alat makan yang terbuat dari emas. Selain itu, proses penyimpanan
makanan juga harus dipastikan kehalalannya. Jangan mencampur makanan halal dengan
makanan yang tidak halal dalam satu tempat. Hal ini dikhawatirkan dapat membuat makanan
yang sebelumnya halal berubah menjadi haram.

Allah Ta’ala berfirman :

ُِ ۗ ‫ت الشيْط‬
ُ‫ن اِنهُ لَك ُْم عَدوُ م ِبيْن‬ ُِ ‫َل َط ِيبًاُۖو َُّل تَت ِبعُ ْوا خطو‬ ُ ِ ‫اياَيهَا الناسُ كل ْوا ِمما فِى ْاّلَ ْر‬
ًُ ‫ض حَل‬

“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata
bagimu.”

(QS. Al-Baqarah Ayat 168)

َُ‫ِن ك ْنت ُْم اِياهُ ت َ ْعبد ْون‬ ُٰ ِ ‫ت َما َر َز ْقنك ُْم َواشْكر ْوا‬
ُْ ‫ّللِ ا‬ ُْ ‫اياَيهَا ال ِذيْنَُ ا َمن ْوا كل ْوا ِم‬
ُِ ‫ن َط ِيب‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan
kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.”
(QS. Al-Baqarah Ayat 172)
ُ‫ّللاِ ِب ُٖه َوا ْلم ْن َخنِقَةُ َوا ْل َم ْوق ْوذَةُ َوا ْلمتَ َر ِديَةُ َوالن ِط ْيحَةُ َو َمُا ا اَ َك َُل السبع‬ ُٰ ‫علَيْكمُ ا ْل َم ْيتَةُ َوالدمُ َو َلحْ مُ ا ْل ِخ ْن ِزي ُِْر َو َمُا ا ا ِهلُ ِلغَي ُِْر‬ َ ُْ‫ح ِر َمت‬
‫َل‬ َ ُْ ‫س ال ِذيْنَُ َكفَر ْوا ِم‬
َُ ‫ن ِد ْينِك ُْم ف‬ ۗ
َُ ‫ق ا َ ْليَ ْو َُم يَ ِٕى‬
ُ‫س‬ْ ِ‫ست َ ْقسِم ْوا ِب ْاّلَ ْز َّل ُِۗم ذ ِلك ُْم ف‬
ْ َ‫ن ت‬ُْ َ ‫ب َوا‬ُِ ‫علَى النص‬ َ ‫ح‬ ۗ
َُ ‫اِّلُ َما ذَكيْت ُْم َو َما ذ ِب‬
َ ُ‫ي َم ْخ َمصَة‬
‫غي َُْر‬ ُْ ِ‫ضطرُ ف‬ ْ ‫نا‬ ُِ ‫س ََل َُم ِد ْينًُۗا فَ َم‬ ِ ْ ُ‫ي َو َر ِضيْتُ لَكم‬
ْ ‫اّل‬ ُْ ِ‫علَيْك ُْم نِ ْع َمت‬ ُِ ۗ ‫اخش َْو‬
َ ُ‫ن ا َ ْليَ ْو َُم ا َ ْك َم ْلتُ َلك ُْم ِد ْينَك ُْم َواَتْ َم ْمت‬ ْ ‫ت َ ْخش َْوه ُْم َو‬
ُ‫غف ْورُ ر ِحيْم‬ َ َ‫ّللا‬ُٰ ُ‫متَجَا ِنفُ ِ ِّلثْمُ فَاِن‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang
disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula)
yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak
panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa
karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”

(QS. Al-Ma'idah Ayat 3)

Daftar Pustaka

Saya mengerjakan ujian tengah semester ini dengan refrensi sebagai berikut :

• https://brainly.co.id/tugas/25442461

• https://brainly.co.id/tugas/35325223

• https://prezi.com/p/jldhhiwrr5no/bagaimana-membangun-paradigma-qurani/

• https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-ijtihad.html

• https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5795266/pengertian-ibadah-mahdhah-dan-

perbedaannya-dengan-ghairu-mahdhah

• https://www.merdeka.com/trending/makanan-halal-dan-haram-dalam-agama-islam-

lengkap-dengan-dalil-dan-penjelasan-ilmiah-kln.html

Anda mungkin juga menyukai