Program Pengembangan Kecerdasan Emosional & Kecerdasan Spiritual (Esq) Siswa Di Sma Terpadu Wirabakti Kabupaten Bone Bolango
Program Pengembangan Kecerdasan Emosional & Kecerdasan Spiritual (Esq) Siswa Di Sma Terpadu Wirabakti Kabupaten Bone Bolango
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data
yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang
digunakan adalah analisis data kualitatif.
dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang di inginkan.
Sekolah sebagai lembaga formal yang merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan
Pendidikan berbasis ESQ merupakan sebuah solusi efektif atas berbagai problema
dekadensi moral bangsa dewasa ini. Pendidikan berbasis ESQ diharapkan menjadi sebuah
inovasi untuk mengembalikan “ruh” pendidikan yang selama ini mengalami distorsi dan
menciptakan insan akademis yang cerdas intelektual, emosional, dan spiritual. Bagaimanapun
juga, karakter SDM yang kuat adalah modal peradaban bangsa yang unggul. Menurut
goelman ( 2004 :44), kecerdasan intelektual ( IQ) hanya menyumbang 20 % bagi kesuksesan,
kecerdasan emosional atau emotional Quetiont ( EQ) yakni kemampuan memotivasi diri
sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati, berempati serta
bekerja sama
melakukan hal-hal tersebut dengan cara istimewa. Kecerdasan emosional dan spiritual juga
berfungsi membangkitkan intuisi dan rasa ingin tahu, yang akan membantu mengantisipasi
masa depan yang tidak menentu dann merencanakan tindakan-tindakan sesuai visi.
Cooper dan sawaf (dalam masaong, 2011) menyatakan Jika emosi diarahkan kearah
yang positif, maka akan menjadi pengorganisasian yang hebat dalam bidang pikiran dan
perbuatan, sedangkan emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh.
Demikian pula guru yang kecerdasan intelektualnya tinggi, tetapi kecerdasan emosional dan
spiritualnya rendah, akan lebih banyak berceramah di depan kelas, sering menekan dan
mengancam siswa, menganggap siswa tidak banyak yang diketahui, lebih banyak mendikte,
Sesuai dengan hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Terpadu Wirabakti di
dapat bahwa siswa yang bersekolah di SMA Terpadu Wirabakti selalu menyikapi masalah
yang timbul dengan emosi yang tak terkendali khususnya bagi siswa kelas awal yang
mungkin tidak terbiasa pisah dari orang tuanya sehingga mereka mendapatkan masalah yang
berkepanjangan dan akhirnya mereka terpengaruh dengan keadaan ini sampai mereka
mengambil jalan pintas dengan lebih memilih lari dan berhenti sekolah tanpa berpikir lagi.
terjadi dikalangan siswa, khususnya dalam proses pembelajaran. Namun di ketahui bahwa
kecerdasan emosional dan spiritual itu sendiri tidak diajarkan secara khusus di sekolah dan
tidak tercatat dalam dokumen pembelajaran maupun raport, seperti nilai-nilai pelajaran
ataupun keterampilan lainya. Namun demikian kecerdasan emosional dan spiritual yaitu
merupakan salah satu faktor yang penting dan yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang
memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi belajar yang lebih baik di sekolah
Terpadu Wirabakti”
BAB II
PEMBAHASAN
komponen, yaitu : (1) kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, (2)
dilaksanakan, dan (3) kemampuan untuk mengkkritik diri sendiri atau melakukan
autocriticism.
dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang
tertentu.
atau berbuat dalam situasi secara inteligent / cerdas atau bodoh, intelegensi seseorang
dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya,
kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan
sekitarnya.
siswa dapat dilihat pada keuletan, optimisme, motivasi diri, dan antusiasme. Lebih
didasarkan pada kepintaran seorang anak, tetapi melalui sesuatu yang disebut dengan
b. Mengelola Emosi
e. Membina Hubungan
Perlu dipahami bahwa SQ tidak mesti berhubungan dengan agama, Kecerdasan spiritual
(SQ) adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinya secara
utuh.
Menurut Zohar dan Marshal (dalam masaong, 2011:95-96) kecerdasan spiritual
sebagai puncak kecerdasan. Kecerdasan spiritual tidak identik dengan agama formal,
spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
jujur, dan ikhlas bagi siswa. (2) Menyediakan lingkungan belajar yang produktif. (3)
siswa. Kecerdasan spiritual bukan han ya dimaknai dari tingkat keseringan seseorang
menjalankan ibadah sholat, rajin ke gereja, menunaikan ibadah haji, mengeluarkan zakat
yang luar biasa mengagumkan dan sekaligus argumen pemikiran tentang betapa
Penggabungan antara pengendalian kecerdasan emosi dan spiritual. Manfaat yang bisa
Hasil wawancara beberapa aspek yang diteliti dalam penelitian ini berkaitan
berikut.
Mekanisme yang dilakukan sekolah dalam merencanakan program yaitu dari hasil
evaluasi pembinaan tahun-tahun sebelumnya baik terhadap siswa maupun lulusanya
dianalisis dan ditentukan faktor-faktor yang pelu dikuatkan maupun dikoreksi untuk
selanjutnya.sekolah membentuk Tim penanggung jawab program keagamaan dan
pembinaan kepribadia siswa dengan surat keputusan kepala sekolah.tim ini menyusun
dan memperbaiki program pembinaan dan keagamaan termasuk kurikulum, materi-
materi pembinaan yang dibutuhkan dalam menjalankan program
tersebut(1.a/W/KS/21/05/2013).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Guru :
berbasis “religi” di SMA Terpadu Wirabakti merupakan suatu keharusan pada sekolah
ini. Yakni salah satunya pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ)
walau dalam hal ini dalam program sekolah tidak disebutkan demikian, namun dalam
program sekolah adalah program keagamaan yang berbasis di masjid dan program
bahwa :
khusus/penangan khusus bagi siswa yang bermasalah, pemberian teguran, dan juga
pemberian sanksi). Sedangkan program spiritualnya (SQ) adalah tahfidz Qur’an (hafal
qur’an), Tahsinul Qira’ah (perbaikan bacaan), Iqra (bagi yang belum lancar), pembinaan
calon khatib dan imam, pelatihan gerakan dan bacaan sholat, taklim/kajian-kajian keislaman,
dalam pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual siswa yang disebut dengan program
keagamaan dan program pembinaan kepribadian yang meliputi tahfidz qur’an, tahssinul
qur’an, iqra, pembinaan calon khatib dan imam, pendalaman kajian-kajian islam dan lain
yang wajib diikuti oleh setiap siswa. Kegiatan intrakurikuler bersifat mengikat.
minimal yang harus dimiliki siswa di suatu tingkat sekolah (lembaga pendidikan).
pada tujuan kegiatan inrakurikuler ini. Kalau ditinjau dari waktu pelaksanaan,
waktu untuk kegiatan kurikuler pasti dan tetap, dilaksanakan sekolah secara terus-
menerus setiap hari sesuai dengan kalender akademik. Sebagai kegiatan inti
persekolahan yang wajib diikuti oleh seluruh siswa, kegiatan kurikuler memiliki
motivasi dan bimbingan terhadap tiap-tiap guru mata pelajaran dalam melakukan
penyususnan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan juga silabus dengan berisikan
kecerdasan emosional dan spiritual yang saat ini dikenal dengan pendidikan karakter.
ditempuh oleh kepala sekolah adalah pemberian motivasi, bimbingan terhadap guru-guru
dalam penyususnan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan silabus yang berisi
pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual (ESQ) yakni kepala sekolah, guru,
dan siswa yang merupakan salah satu faktor pendukung dari pelaksanaan suatu
diberikan tanggung jawab dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
ditetapkan oleh kepala sekolah dengan membentuk tim penanggung jawab program
spiritual yang dilaksanakan disekolah ini yaitu mengacu pada nilai-nilai pendidikan karakter
yakni religius, kerja sama, saling menolong dan disiplin. Dengan nilai-nilai pendidikan
karakter ini seorang anak akan menadi cerdas emosi dan spiritualnya. Kecerdasan emosional
dan spiritual adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan,
karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan,
yang ada dilingkungan sekolah termasuk peserta didik atau siswa. Hal ini karena sasaran
pengembangan kecerdasan emosional dan spiritual tak lain adalah siswa itu sendiri.
kecerdasan emosi dan spiritual anak terhadap keberhasilan disekolah ada sederet faktor-faktor
penyebab kegagalan anak disekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan
terletak pada kecerdasan otak, melainkan pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan
bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan
berkomunikasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Tim pengembangan program keagamaan dan kepribadian yang terdiri dari wakil
kepala sekolah kesiswaan, guru pembina mata pelajaran keagamaan, guru BK, pelatih,
pelaksanaan program ekstrakurikuler ini sesuai rencana, dengan respon siswa positif
spiritual siswa yang dilaksanakan disekolah ini yaitu mengacu pada nilai-nilai
pendidikan karakter antara lain religius, kerja sama, dan tolong menolong. Program
pembelajaran di dalam kelas. Dengan melibatkan kepala sekolah, guru mata pelajaran,
dan siswa yang ada di lingkungan sekolah. Respon maupun tanggapan dari siswa
terhadap program yang dilaksanakan sekolah umumnya positif, Yang ditandai dengan
aktivitas siswa yang proaktif terlibat dalam melakukan nilai-nilai karakter yang
dilatihkan guru
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, diberikan beberapa saran sebagai berikut :
2. Untuk kepala sekolah. Kepala sekolah bekerja sama dengan staf pegawai
spiritual yang berperan dalam keberhasilan siswa baik disekolah maupun disekitarnya,
maka disarankan kepada pihak sekolah terutama guru-guru pelajar agar lebih
4. Untuk siswa. Lebih meningkatkan lagi pemahaman dan wawasan siswa terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Aqib Z & Sujak. 2011. Panduan Dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung : PT Yrama
Widya.
Arini, N. K. Sukiati. 2008. Pengaruh Tingkat Intelegensi dan Motivasi Belajar terhadap
prestasi Akademik Siswa Kelas 11 SMA Negeri 99 jakarta. Artikel hasil
penelitian. Jakarta.
Boeree , C.G. 2009. Metode pembelajaran & pengajaran (kritik dan sugesti terhadap
dunia pendidikan, pembelajaran dan pengajaran)
Masaong, Abdul Kadim. 2011. Supervisi pendidikan (untuk pendidikan yang lebih
baik). Gorontalo : Sentra Media
Sugiyono. 2009. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.