Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Budaya Kebidanan
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Profesionalisme Kebidanan
Dosen pengampu : Anne Loisza.S.S.T,.M.KES.

Disusun Oleh :
Karina Nurul R 6121071
Rika Yusmita 6121080
Salsabila Qolbi Q 6121087

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG


PRODI SARJANA KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karuniannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘BUDAYA
KEBIDANAN’ dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk tugas mata kuliah Profosionalisme Kebidanan
(PROFBID). Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan baik para
pembaca sertapara penulis mengenai konsep Pandamgan ilmu kebidanan terhadap budaya
kebidanan
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Anne Loisza.S.S.T,.M.KES. selaku
dosen mata kuliah PROFBID. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang sudah membantu penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari lata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.

Bandung,4 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Aspek – Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan
2.2 Kebudayan yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu
2.3 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan
2.4 Kebudayaan yang Dianut Oleh Masyarakat Indonesia Pada Ibu Hamil, Nifas dan Bayi Baru
Lahir
2.5 Hal yang Mempengaruhi Bidan dalam Memberikan Asuhan Kepada Klien
2.6 Kegiatan Kebudayaan dengan Peran Seorang Bidan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki keragaman dalam kebiasaan, adat istiadat, budaya dannorma yang
berlaku di lingkungan masyarakatnya terutama yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut terutama faktor sosial budaya di masyarakat
Kebudayaan atau yang disebut peradapan adalah pemahaman yangmeliputi : Pengetahuan,
kepercayaan , seni, moral, hukum, adat istiadat yangdiperoleh dari anggota masyarakat ( Taylor
1997 )
Salah satunya dalam budaya praktik kebidanan. Budaya atau kebiasaan dalam praktik
kebidanan merupakan salah satu yang mempengaruhi status kesehatan. Di antara kebudayaan
maupun adat istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang merugikan.
Salah satu hal yang mempengaruhi kesehatan di Indonesia, antara lain masih adanya pengaruh
sosial budaya yang turun menurun masih dianut sampai saat ini.Selain itu ditemukan pula
sejumlah pengetahuan dan perilaku yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kesehatan menurut
ilmu kedokteran ataupun ilmu kebidanan atau bahkan memberikan dampak kesehatan yang
kurang menguntungkan bagi ibu dan anaknya

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Apa itu kebudayaan kebidanan berhubungan dengan kesehatan?
B. Berkaitan dengan apa saja kebudayaan kebidanan?
1.3 TUJUAN
A. Untuk mengetahui apa itu kebudayaan kebidanan

1.4 Manfaat Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesionalisme Kebidanan (Profbid)
2. Untuk dapat menambah wawasan para pembaca dan pengetahuan baru tentang berbagai
kebudayaan kebidanan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aspek Sosial Budaya yang Berhubungan dengan Kesehatan
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta “budayah/Bodhi” yang berarti budi akal atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan akal. Budaya dapat dipisahkan menjadi kata majemuk
Budi dan Daya yang berarti : cipta, rasa, karsa, karya. Kebudayaan adalah pemahaman yang
meliputi : pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat yang diperoleh dari
anggota masyarakat (Taylor 1997) Sedangkan menurut Bakker 1984 mengatakan bahwa
kebudayaan adalah sesuatu yang baik dan berharga dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan
adalah pola tingkah laku mantap : pikiran, perasaan, dan reaksi yang diperoleh dan terutama
diwujudkan oleh simbul-simbul pada pencapaian tersendiri dari kelompok manusia yang bersifat
universal. Menurut para ahli :
1. Koentjaraningrat 2002
Seluruh kelakua dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus di
dapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan belajar maka hal itu bisa di
kategorikan sebagai budaya.
2. Taylor (Primitive Culture)
Sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan,
kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hokum, adat-istiadat dan kemampua lain
serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat.
3. Herskovits
Sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya. Artinya segala sesuatu
yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik itu hasil abstrak maupun nyata
asaqlka meerupakan proses untuk terlibat dalam ligkungannya, baik lingkungan fisik
maupun social, maka bisa disebut budaya.

Budaya kesehatan adalah gaya hidup yang dapat membantu menjaga dan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat perorangan. Pemerintah dan organisasi non-
pemerintah bekerja untuk mempromosikan budaya hidup sehat ini.

2.2 Kebudayaan yang Berhubungan dengan Kesehatan Ibu


Hingga saat ini sudah banyak program-program pembangunan kesehatan di Indonesia
yang ditujukan pada penanggulangan masalah masalah kesehatan ibu dan anak. Pada dasarnya
program-program tersebut lebih menitik beratkan pada upaya-upaya penurunan angka kematian
bayi dan anak, angka kelahiran kasar dan angka kematian ibu. Hal ini terbukti dari hasil-hasil
survei yang menunjukkan penurunan angka kematian bayi dan anak serta angka kelahiran
kasar. Namun tidak demikian halnya dengan angka kematian ibu (MMR) yang selama dua
dekade ini tidak menunjukkan penurunan yang berarti.

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa


Maternal Mortality Rate (MMR) sebesar 359 per 100.000 persalinan. Selain angka kematian,
masalah kesehatan ibu dan anak juga menyangkut angka kesakitan atau morbiditas. Penyakit
penyakit tertentu seperti ISPA, diare dan tetanus yang sering diderita oleh bayi dan anak acap
kali berakhir dengan kematian.
Demikian pula dengan peryakit-penyakit yang diderita oleh ibu hamil seperti anemia,
hipertensi, hepatitis dan lain-lain dapat membawa resiko kematian ketika, akan, sedang atau
setelah persalinan. Masalah kematian maupun kesakitan pada ibu dan anak sesungguhnya tidak
terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat dimana mereka
berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi mengenai berbagai pantangan, hubungan sebab akibat antara makanan dan
kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik positif
maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, fakta dasarnya adalah
merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar.
Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola
makan ibu hamil dan anak yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu dan anjuran
terhadap beberapa makanan tertentu. Membicarakan mengenai mitos dan fakta seputar
kehamilan maupun kelahiran memang tidak akan pernah ada habisnya. Mitos telah menjadi
adat istiadat yang bersifat turun temurun dari orang tua kita terdahulu, menjadi suatu hal yang
biasa dan sangat mereka yakini. Tidak sedikit mitos yang hanya tinggal mitos, bahkan tidak
layak untuk sekedar diyakini. Namun ternyata banyak pula mitos yang dapat dinalar, diterima
oleh akal dan ternyata ada faktanya

2.3 Aspek Sosial Budaya yang Berkaitan dengan Kehamilan


Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu juga untuk
menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan kehamilan antenatal
care adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendir. Fakta di
berbagai kalangan masyarakat di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan
sebagai hal yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlumemeriksakan dirinya
secara rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan ke bidan menyebabkan tidak terdeteksinyafaktor-faktor
resiko tinggi yang mungkin dialami oleh mereka.
Beresiko ini baru diketahui padasaat persalinan yang sering kali karena kasusnya sudah
terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan
akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan
persalinan dipengaruhi juga oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di
daerah pedesaan. Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak
khususnya pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-
turut dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi saat
melahirkan.
Contohnya di kalangan masyarakat pada suku bangsa nuaulu di Maluku terdapat suatu
tradisi upacara kehamilan yang dianggap sebagai suatu peristiwa biasa, khususnya masa
kehamilan seorang perempuan pada bulan pertama hingga bulan ke delapan. Namun pada usia
saat kandungan telah mencapai Sembilan bulan, barulah mereka akan mengadakan suatu
upacara. Masyarakat nuaulu mempunyai anggapan bahwa pada saat usia kandungan seorang
perempuan telah mencapai Sembilan bulan, maka pada diri perempuan yang bersangkutan
banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan berbagai bahaya gaib.
Dan tidak hanya dirinya sendiri juga anak yang dikandungannya, melainkan orang lain
disekitarnya, khususnya kaum laki-laki. Untuk menghindari pengaruh roh-roh jahat tersebut, si
perempuan hamil perlu diasingkan dengan menempatkannya di posuno.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah gizi.
Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-pantangan terhadap
beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak berkurang ditambah
lagidengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang sebenamya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan
janin. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi terutama di
daerah pedesaan.

2.4 Kebudayaan yang Dianut oleh Masyarakat Indonesia pada Ibu Hamil, Nifas dan Bayi
Baru Lahir :
Tingginya angka kematian ibu dan anak di Indonesia berkaitan erat dengan faktor sosial
budaya masyarakat, seperti tingkat pendidikan penduduk, khususnya wanita dewasa yang
masih rendah, keadaan sosial ekonomi yang belum memadai, tingkat kepercayaan
masyarakatterhadap pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang masih rendah dan
jauhnya lokasi tempat pelayanan kesehatan dari rumah-rumah penduduk kebiasaan-kebiasaan
dan adat istiadat dan perilaku masyarakat yang kurang menunjang dan lain sebagainya.
Berbagai kelompok masyarakat di berbagai tempat yang menitik beratkan perhatian
mereka terhadap aspek kultural dari kehamilan dan menganggap peristiwa itu sebagai tahapan-
tahapan kehidupan yang harus dijalani didunia. Masa kehamilan dan kelahiran dianggap masa
krisis yang berbahaya, baik bagi janin atau bayi maupun bagi ibunya karena itu sejak kehamilan
sampai kelahiran para kerabat dan handai taulan mengadakan serangkaian upacara bagi wanita
hamil dengan tujuan mencari keselamatan bagi diri wanita itu serta bayinya, saat berada di
dalam kandungan hingga saat lahir. Orang jawa adalah salah satu contoh dari masyarakat yang
sering menitik beratkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari pertistiwa kehamilan,
sehingga di dalam adat-istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang cukup rinci untuk
menyambut kelahiran bayi. Biasanya upacara dimulai sejak usia ketujuh bulan kandungan ibu
sampai pada saat kelahirannya, walaupun ada pula sebagian kecil warga masyarakat yang telah
melakukannya sejak janin di kandungan ibu berusia tiga bulan.
Upacara -upacara adat jawa yang bertujuan mengupayakan keselamatan bagi janin dalam
prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya itu adalah upacara mitoni, procotan dan
brokohan. Sebagian masyarakat jawa juga percaya bahwa bayi yang lahir pada usia tujuh bulan
mempunyai peluang untuk hidup, bahkan lebih kuat daripada bayi yang lahir pada usia
kehamilan delapan bulan, walupun kelahiran itu masih prematur. Kepercayaan ini tampak
terdapat pula pada sejumlah suku bangsa di Indonesia dan Malaysia (Ladderman, 1987).
Karena itu orang jawa menganggap usia tujuh bulan kandungan sebagai saat yang
penting, sehingga perlu dilakukan upacara yang disebut mitoni untuk menyambutnya dan
menangkal bahaya yang mungkin timbul pada masa itu. Upacara mitoni yang umumnya hanya
dilakukan pada kehamilan pertama dari seorang wanita, sebenarnya dapat pula berfungsi untuk
memberikan ketenangan jiwa bagi calon ibu yang belum pernah mengalami peristiwa
melahirkan.
Upacara mitoni dilakukan dengan cara memandikan sang calon ibu dengan air bunga,
yang biasanya dilakukan oleh orangtua pasangan suami-istri yang sedang menantikan bayinya,
ditambah sejumlah kerabat sepupuh terdekat atau sepupu yang dihormati. Selanjutnya diadakan
upacara memecah buah kelapa bergambar wayang dengan tokoh dewa Kamajaya dan Dewi
ratih oleh sang calon ayah, yang sebelumnya dimasukan ke dalam sarung yang dikenakan oleh
si calon ibu ketika dimandikan, mulai dari ujung sarung pada batas menyentuh tanah.
Namun sebelum menyentuh tanah, sang calon ayah harus bisa menangkap buah kelapa
itu pada ujung sarung dekat kaki istrinya. Upacara ini dimaksudkan agar kelak proses kelahiran
bayi dapat berjalan lancar dan bayi yang akan lahir tampan atau cantik seperti dewa dan dewi
tersebut. Rangkaian upacara mitoni pada dasarnya melambangkan harapan baik bagi sang bayi,
yakni harapan agar ia sempurna dan utuh fisiknya, tampan atau cantik wajahnya dan selamat
serta lancar kelahirannya.
Upacara procotan dilakukan dengan membuat sajian jenang procot yakni bubur putih
yang dicampur dengan irisan ubi. Upacara procotan khusus bertujuan agar sang bayi mudah
lahir dari rahim ibunya. Brokohan adalah upacara sesudah lahirnya bayi dengan selamat dengan
membuat sajian nasi urap dan telur rebus yang diedarkan pada sanak keluarga untuk
memberitahukan kelahiran sang bayi. Pusat perhatian orang jawa mengenai pelaksanaan
upacara pada masa kehamilan dan kelahiran terletak pada unsur tercapainya.
Kebiasaan-kebiasaan adat istiadat dan perilaku masyarakat sering kali merupakan
penghalang atau penghambat terciptanya pola hidup sehat di masyarakat. Perilaku, kebiasaan,
dan adat istiadat yang merugikan seperti misalnya:
1. Ibu menyusui dilarang makan makanan yang asin, misalnya ikan asin, telur asin
karena bisamembuat ASI jadi asin
2. Larangan makan yang dianggap “tajam” seperti nanas karena di khawatirkan akan
keguguran
Fakta :
Yang berbahaya bagi ibu hamil sebetulnya buah nanas muda dansangat asam, serta
dikonsumsi dalam jumlah banyak. Buah nanas yangmatang, justru banyak
mengandung zat-zat gizi untuk perkembangan janin, seperti vitamin A, vitamin C,
kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium(Mg), zat besi (Fe), na-trium (Na), kalium (K),
gula dektrosa, sukrosa danserat. Sebelum dimakan, rendamlah di dalam air garam
untukmenghilangkan getahnya.
Beberapa hal yangdilakukan oleh masyarakat pada ibu bersalin :
1. Minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas.Memang, rumput
Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil,tapi apa kandungannya belum
diteliti secara medis. Rumput fatimah ataubiasa disebut Labisia pumila ini,
berdasarkan kajian atas obat-obatan tradisional di Sabah, Malaysia, tahun 1998,
dikatakan mengandunghormon oksitosin yang dapat membantu menimbulkan
kontraksi. Tapi, apa kandungan dan seberapa takarannya belum diteliti secara
medis. Jadi,harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya.
Karena,rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-
5cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembekatau tipis,
dan posisi ubun-ubun kecilnya normal. Jika letak ari-arinya dibawah atau bayinya
sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika
pembukaannya belum ada, tapi si ibu justrudirangsang mulas pakai rumput ini,
bisa-bisa janinnya malah naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak
mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
2. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulitpersalinan.
Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibuyang pernah
mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misalempat anak. Ari-ari
lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harusdiangkat. Ibu yang pernah
mengalami kuret sebaiknya melakukanpersalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi
sesuatu dapat ditangani segera.
Setelah Melahirkan :
1. Kaki harus lurusMenurut Koesmariyah, baik saat berjalan maupun berbaring,
kakiharus lurus. Dalam arti, kaki kanan dan kiri enggak boleh saling
tumpangtindih ataupun ditekuk. Selain agar jahitan akibat robekan di vagina
takmelebar ke mana-mana, juga dimaksudkan supaya aliran darah tetap
lancaralias tak terhambat. Secara medis, posisi kaki yang lurus memang
lebihmenguntungkan karena membuat aliran darah jadi lancar.
Sedangkanmobilisasi secara umum, pada dasarnya boleh dan malah harus
dilakukan.Makin cepat dilakukan kian menguntungkan pula. Dengan catatan,
kondisisi ibu dalam keadaan baik, semisal tak mengalami perdarahan
ataukelainan apa pun saat melahirkan. Selain patokan bahwa dalam 8
jampertama setelah melahirkan ia sudah bisa BAK dan BAB serta
seleramakannya bagus. Begitu juga tensi, denyut nadi, dan suhu tubuhnya
dalambatas normal. Soalnya, jika tak bisa BAK dan BAB berarti ada sesuatu
yang enggak beres yang akan berpengaruh pada kontraksi dan prosesinvolusi
(pengecilan kembali) rahim.
2. Tak boleh keramas Pantangan yang satu ini dicemaskan bisa membuat si ibu
masukangin. Itu sebab, sebagai gantinya rambut cukup diwuwung, yakni
sekadardisiram dengan air dingin. Lagi-lagi, penyiraman ini diyakini agar
darahputih bisa turun dan tak menempel di mata. Namun agar tak bau apek
dantetap harum disarankan menggunakan ratus pewangi. Tentu saja
pantangansemacam itu untuk kondisi jaman sekarang dirasa memberatkan.
Terlebihuntuk ibu-ibu yang harus sering beraktivitas di luar rumah.
Sedangkanmandi boleh-boleh saja asal dilakukan jam 5 atau 6 untuk mandi
pagi dansebelum magrib untuk mandi malam. Penggunaan air dingin, katanya,
justru lebih baik ketimbang air hangat karena bisa melancarkan produksi ASI.

Pada Bayi Baru Lahir :


1. Menggunting bulu mata agar lentik. Memotong bulu mata bisamengurangi fungsinya
untuk melindungi mata dari benda-benda asing.Panjang pendeknya bulu mata sudah
menjadi bawaan dari bayi itu sendiri.
2. Dibedong agar kaki tidak bengkok. Ternyata di bedong bisa membuatperedaran darah
bayi menjadi terganggu, kerja jantung akan lebih beratmemompa darah, akibatnya bayi
akan sering sakit di daerah paru-paru dan jalan nafasnya. Selain itu dibedong akan
menghambat perkembangan motorik si bayi karena tidak ada kesempatan untuk bergerak.
Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau saat
cuacadingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannyadengan
pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinyabengkok, sebab di
dalam perut tidak ada ruang yang cukup untukmeluruskan kakinya sehingga waktu
lahirpun masih bengkok, tapi akanlurus dengan sendirinya
Tingkat kepercayaan masyarakat kepada petugas kesehatan, dibeberapa wilayah
masih rendah. Mereka masih percaya kepada dukun karena kharismatik dukun tersebut
yang sedemikian tinggi, sehingga ia lebih senang berobat dan meminta tolong kepada ibu
dukun. Didaerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah.

2.5 Hal yang mempengaruhi bidan dalam memberikan asuhan kepada klien:
1. Menentukan dimensi yang penting dari klien sehingga klien dan bidan dapat bekerja
sama
2. Menentukan kelompok agama yang dipercaya klien
3. Informasi yang didapat harus akurat, membuat asumsi tentang agama klien adalah hal
ceroboh dan dapat menyebabkan kesalahan.
4. Keselamatan yang dilandasi atas keyakinan mengenai krisis kehidupan yang
mengandung bahaya dan harus ditangkal serta harapan akan kebaikan bagi janin dan
ibunya.

2.6 Kegiatan Kebudayaan dengan Peran Seorang Bidan


Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Seorang bidan harus
mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan kesehatan
ibu
hamil, ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut. Seorang bidan juga
harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas, peran sertatanggung
jawabnya. Dalam rangka peningkatan kualitas dan mutu pelayanan kebidanan diperlukan
pendekatan-pendekatan khususnya sosial budaya, untuk itu sebagai tenaga kesehatan
khususnya calon bidan agar mengetahui dan mampu melaksanakan berbagai upaya untuk
meningkatkan peran aktif masyarakat agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan.
Menurut Departemen kesehatan, fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah, mengenai
persalinan, pelayanan keluarga berencana, dan pengayoman medis kontrasepsi.
2. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan,
denganmelakukan penyuluhan kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
setempat.
3. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader serta dukun bayi.
4. Membina kelompok dasa wisma di bidang kesehatan.
5. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke fasilitas kesehatan lainnya.
6. Mendeteksi dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi serta
adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai dengan
kemampuannya.

Melihat dari luasnya fungsi bidan tersebut, aspek sosial-budaya perludiperhatikan oleh
bidan. Sesuai kewenangan tugas bidan yang berkaitan denganaspek sosial-budaya, telah
diuraikan dalam peraturan Menteri Kesehatan No.363/Menkes/Per/IX/1980 yaitu :
Mengenai wilayah, struktur kemasyarakatan dankomposisi penduduk, serta sistem
pemerintahan desa dengan cara :
1. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa yang telah adapembagian
wilayah pendukuhan/RK dan pembagian wilayah RT sertamencari keterangan tentang
penduduk dari masing-masing RT
2. Agar seluruh tugas dan fungsi bidan dapat dilaksanakan secara efektif, bidan harus
mengupayakan hubungan yang efektif dengan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan
hubungan yang efektif adalah komunikasi .Kegiatan bidan yang pertama kali harus
dilakukan bila datang ke suatu wilayah adalah mempelajari bahasa yang digunakan oleh
masyarakat setempat. Kemudian seorang bidan perlu mempelajari sosial-budaya
masyarakat tersebut, yang meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur
pemerintahan,adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai,
agama,bahasa, kesenian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bidan sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat,
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan status kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.Seorang bidan
harus mampu menggerakkan peran serta masyarakat khususnya, berkaitan dengan
kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir, anak remaja dan usia lanjut.
Seorang bidan juga harus memiliki kompetensi yang cukup berkaitan dengan tugas,
peran serta tanggung jawabnya. Agar bidan dapat menjalankan praktik atau pelayanan
kebidanan dengan baik, hendaknya bidan melakukan beberapa pendekatan misalnya
pendekatan melalui kesenian tradisional.

Sebagian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turun-temurun


dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karna itu, meskipun petugas
kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang terbukti kurang
menguntungkan bagi kesehatan, seringkali tidak mudah bagi mereka untuk
mengadakan perubahan terhadapnya, maka diperlukan pendekatan terlebih dahulu.

B. SARAN
1. Pembahasan ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para petugas kesehatan
di indonesia dalam upaya meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan yang
mereka terapkan bagi ibu. Khususnya, pemahaman yang menyeluruh dan utuh
terhadap berbagaipandangan, sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam
konteks budaya masyarakat yang bersangkutan, sangat diperlukan bagi
pembentukan strategi-strategi yang lebih tepat dalam melakukan perubahan yang
lebih baik.
2. Memberikan arahan agar ibu rutin untuk memeriksa kandungannya ke petugas
kesehatan (Dokter atau Bidan).
DAFTAR PUSTAKA

Sheila C. Hunt, 2007, Konsep Sosial Kebidanan, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Armen, 2015, Buku Ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar, Daerah Istimewa Yogyakarta :
Deepublish
https://www.google.co.id/books/edition/Buku_Ajar_Ilmu_Sosial_Dan_Budaya_Dasar/
_UKRDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=ILMU+SOSIAL+BUDAYA+DASAR+DALAM+KEBIDANAN&pg
=PR5&printsec=frontcover (Online) Diakses pada tanggal 23 Oktober 2022
Yulianthi, 2015, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Daerah Istimewa Yogyakarta :
Deepublish
https://www.google.co.id/books/edition/Ilmu_Sosial_Budaya_Dasar/aMCVDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=ILMU+SOSIAL+BUDAYA+DASAR+DALAM+KEBIDANAN&pg
=PA109&printsec=frontcover (Online) Diakses pada tanggal 26 Oktober 2022)

Anda mungkin juga menyukai