Anda di halaman 1dari 8

Tugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

DI SUSUN OLEH :

Rizal Wahyu Nugraha : 2015061019

DOSEN PEMBIMBING :

I Komang Gede Sukawijana, S.Pd.,M.Pd

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS


TEKNIK DAN KEJURUAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
2021/2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Petir merupakan sebuah gejala alam yang biasa terjadi dimanapun ketika musim hujan tiba. Yang
dinamakan petir ialah kilatan cahaya putih yang menyilaukan, sementara suara menggelegar yang
datang sesudahnya disebut dengan guruh. Petir dan guruh datang
 beriringan, namun terkadang jeda waktu antara kilatan dan juga suara gemuruh terbilang sesaat.
Perbedaan waktu datang ini disebabkan karena perbedaan antara kecepatan suara dan
 juga kecepatan cahaya.

B. Proses terjadinya petir

Sebuah fenomena alam pasti terjadi karena adaya beberapa hal yang menyebabkannya terjadi. Seperti
halnya hujan yang terjadi karena adaya penguapan di planet Bumi yang naik ke atas,
 petir pun juga terjadi karena sesuatu hal dan melalui serangkaian proses juga. Petir terjadi karena
adanya perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Terjadinya petir juga
melalui beberapa proses. Untuk melihat secara detail proses terjadinya
 petir adalah sebagai berikut:

a. Proses terjadinya muatan pada awan ini karena awan terus bergerak secara teratur dan terus
menerus. Selama pergerakan ini awan akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan
yang negatif akan berkumpul pada satu sisi saja dan sisi sebaliknya akan berkumpul sisi
positif.
b. Terjadi pembuangan muatan negatif, hal ini terjadi apabila perbedaan potensial antara awan
dan bumi cukup besar. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya pembuangan muatan negatif
dari awan ke bumi untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses
 pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron (muata negatif) adalah udara

c. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara
yang kita dengar sebagai suara yang menggelegar.

Petir lebih sering kita jumpai pada musim hujan karena pada saat musim hujan udara mengandung
kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya akan turun dan arus listrik lebih mudah
mengalir.
BAB II
PERLINDUNGAN TERHADAP PETIR

A. Dampak Terjadinya Petir

Petir mempunyai banyak dampak yang bisa terjadi karenanya. Beberapa dampak yang dapat
ditimbulkan akibat sambaran petir dapat dikelompokkan dalam beberapa efek. Beberapa efek dari
sambaran petir antara lain sebagai berikut:

1. Efek Listrik 

Petir dapat menimbulkan efek listrik untuk manusia. Ketika arus petir melalui kabel

 penyalur (konduktor) menuju resistansi elektroda bumi instalasi penangkal petir, akan
menimbulkan tegangan jatuh resistif. Arus petir juga akan menimbulkan tegangan yang tinggi
disekitar elektroda bumi yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup.

2. Efek Tegangan Tembus –  Samping

Titik sambaran petir pada sistem proteksi petir bisa memiliki tegangan yang lebih tinggi
terhadap unsur logam didekatnya, sehingga hal ini dapat menimbulkan resiko tegangan
tembus dari sistem proteksi petir yang telah terpasang menuju struktur logam lainnya. Efek
tegangan tembus ini dapat menyebabkan resiko yang sangat berbahaya bagi isi dan
 juga kerangka struktur perangkat bangunan.

3. Efek Thermal

Sambaran petir juga menyebabkan efek thermal. Efek thermal pelepasan muatan petir terbatas
pada kenaikan temperatur konduktor yang dilalui arus petir yang besar, waktunya sangat
singkat dan pengaruhnya pada sistem proteksi petir juga diabaikan.
B. Metode Penangkal Petir

Manusia selalu mencoba untuk menjinakkan keganasan alam , salah satunya adalah
Sambaran Petir. dan metode yang pernah dikembangkan:
1. Penangkal Petir Kovensional / Faraday / Frangklin

Kedua ilmuan diatas Faraday dan Frangklin mengketengahkan system yang hampir sama ,
yakni system penyalur arus listrik yang menghubungkan antara
 bagian atas bangunan dan grounding . Sedangkan system perlindunga yang

dihasilkan ujung penerima / Splitzer adalah sama pada rentang 30 ~ 45 ‘ .


Perbedaannya adalah system yang dikembangkan oleh Faraday bahwa Kabel

 penghantar terletak pada sisi luar bangunan dengan pertimbangan bahwa kabel

 penghantar juga berfungsi sebagai penerima sambaran, Berupa sangkar elektris atau biasa
disebut sangkar Faraday.

2. Penangkal Petir RadioAktif

Penelitian terus berkembang akan sebab terjadinya petir, dan dihasilkan kesimpulan

 bahwa petir terjadi karena ada muatan listrik di awan yang dihasilkan oleh proses ionisasi, maka
penggagalan proses ionisasi di lakukan dengan cara memakai Zat berradiasi misl. Radiun 226
dan Ameresium 241, karena 2 bahan ini mampu menghamburkan ion radiasinya yang bisa
menetralkan muatan listrik awan.

Sedang manfaat lain adalah hamburan ion radiasi akan menambah muatan pada Ujung Finial/
Splitzer dan bila mana awan yang bermuatan besar yang tidak mampu di netralkan zat radiasi
kemuadian menyambar maka akan condong mengenai penangkal petir ini.
Keberadaan penangkal petir jenis ini sudah dilarang pemakaiannya, berdasarkan kesepakatan
internasional dengan pertimbangan mengurangi pemakaian zat beradiasi dimasyarakat.
3. Penangkal Petir Elektrostatic

Penangkal Petir Electrostatic tidak terlarang, namun tetap kurang populer digunakan. Prinsip
kerjanya penangkal dianggap meniru sebagian dari metode dan sistem penangkal
 petir Radioaktif , yaitu dengan menambah muatan pada bagian ujung finial atau splitzer agar
petir selalu menuju ujung komponen ini untuk disambar. Selanjutnya tetap dibutuhkan
komponen kondukor dan Gounding untuk mengubur muatan listrik.

Perbedaan dari sisten Radioaktif dan Elektrostatik ada pada energi yang dipakai. Untuk
Penangkal Petir Radioaktif muatan listrik dihasilkan dari proses hamburan zat berradiasi
sedangkan pada penangkal petir elektrostatik energi listrik dihasilkan dari Listrik Awan yang
menginduksi permukaan bumi

Selain ketiga jenis penangkal petir diatas, ada pula EF Lighting Protection System yang mana
memiliki prinsip menyaluran arus petir dengan menggunakan terminal receiver serta kabel
penghantar khusus yang mempunyai sifat isolasi tegangan tinggi.

Demikian pengenalan mengenai alat penangkal petir beserta metode kinerjanya. Semoga

 bermanfaat dan Anda beserta gadget Anda terlindungi dari bahaya petir yang menyambar.
BAB III PEMASANGAN
PENANGKAL PETIR

A. Instalasi Penangkal Petir

Untuk mengantisipasi resiko bilamana petir berada dekat rumah kita, perlu membuat
sistim penangkal petir (grounding system) di rumah kita. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi
resiko kita dari sambaran petir dan juga barang barang elektronik dari arus lebih yang diakibatkan
oleh petir yang mengenai sekeliling rumah Tetapi dengan pembuatan penangkal
 petir berarti bukan 100% membuat kita aman dari resiko petir tersebut.

Berikut uraian bagaimana membuat sistim instalasi penangkal petir konvensional yang bisa
diterapkan di bangunan rumah tinggal.
Secara umum bagian dan sistim pemasagan penangkal petir adalah sebagai berikut :

1. Batang Penangkal Petir, sering disebut Splitzen.

2. Pengkabelan (Konduktor). Adalah merupakan penghantar aliran dari penangkal petir ke

 pembumian (pentanahan). Kable yang digunakan untuk yang jauh dari jangkauan

 biasanya jenis kabel BC ( kabel tembaga terbuka) dan untuk yang mudah dalam

 jangkauan menggunakan kabel BCC atau NYY (kabel tembaga terbungkus).

3. Terminal,

4. Pembumian/ Pentanahan. Adalah bagian yang meneruskan hantaran ke tanah. Menggunakan


sejenis pipa tembaga (cooper rod) diameter 1/2 inch panjang 3 -4 m.

Dari gambaran tersebut diatas , dapat dijelaskan fungsi pembumian adalah :


 Menghantar muatan dari petir ke bumi.

 Bilamana ada arus lebih yang masuk dari jaringan listrik, dengan menggunakan alat bantu arester yang sudah
di integarsikan ke sistim pembumian maka tegangan lebih dapat di hantarkan ke bumi, hal ini akan mengurangi
kerusakan sitim dan peralatan elektronik didalam rumah.
 Bilamana ada tegangan lebih yang masuk kedalam sistim jaringan listrik didalam rumah, alat alat elektronik
yang sudah diintegrasikan kedalam sistim pembumian sehingga tegangan lebih akan dihantarkan ke bumi, hal
ini akan mengurangi kerusakan barang barang elektronik di dalam rumah. Kita dapat membuat sub  –  sub
terminal didalam rumah tapi harus memperhatikan faktor keamanan dan estetika.

B. Komponen Penangkal Petir

1. Splitzen/ Air Terminal

Dalam sistem proteksi petir konvensional di Indonesia Air Terminal juga disebut sebagai splitzen dan
untuk orang awam di Indonesia mengenalnya sebagai tombak
 penangkal petir. Splitzen atau tombak ini di pasang vertikal diatas atap bangunan dengan posisi ujung
tombak yang runcing menghadap ke atas. Ada 2 bentuk Tombak atau Splitzen yang pada umumnya
dipasang dalam sistem proteksi petir konvensional di bangunan rumah atau gedung, yang pertama
berbentuk tombak lurus angunan gedung dan rumah, yang kedua berbentuk trisula (dipercaya
beberapa orang memiliki radius penangkapan sambaran petir lebih luas dari yang berbentuk lurus)

2. Konduktor

Kabel Konduktor dalam sistem proteksi petir konvensional berfungsi menghubungkan Air
Terminal/tombak/splitzen ke komponen sistem proteksi petir lainnya dan ke sistem grounding atau
sistem pertanahan. Jika ada sambaran petir yang tertangkap oleh air terminal/tombak/splitzen maka
arus petir tersebut akan segera disalurkan melalui kabel konduktor tersebut. Kabel Konduktor untuk
sistem proteksi
 petir umumnya berbahan tembaga tanpa bungkus atau dikenal dengan sebutan Kabel
BC (Bare Cooper). Kabel BC ini terdiri dari beberapa ukuran kabel yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan, semakin besar ukuran kabelnya semakin baik
 penyaluran arus petirnya.

DAFTAR PUSTAKA

- https://ilmugeografi.com/fenomena-alam/petir 

- http://semeru-penangkalpetir.blogspot.co.id/2014/10/jenis-penangkal-petir-dan- cara-
kerjanya.html
- https://khedanta.wordpress.com/2011/04/21/sistim-penangkal-petir-grounding-
system-untuk-bangunan-rumah/

Anda mungkin juga menyukai