Anda di halaman 1dari 5

E.

Model Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Ideal


Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
suatu organisasi. Kepemimpinan dalam dunia pendidikan berkaitan dengan masalah kepala
sekolah dalam memimpin para guru untuk mencapai visi dan misi sekolah. Dalam hal ini
perilaku kepala sekolah mampu mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa
bersahabat, dekat, penuh perhatian dan penuh pertimbangan terhadap guru, baik secara
individu maupun secara kelompok. Kinerja kepemimpinan sekolah adalah upaya kepala
sekolah dalam mengimplementasikan manajemen sekolah guna mewujudkan tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, kepala sekolah memiliki posisi yang
penting dalam menggerakkan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai kebutuhan
zaman, khususnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknlogi, agama, budaya dan seni.

Seiring dengan perkembangan globalisasi, persaingan global yang semakin ketat dan
pendidikan yang semakin terdesentralisasi dalam kerangka otonomi daerah, maka diperlukan
perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, khususnya pola pemimpin senior, yang
awalnya dari hierarkis komando kini menuju kemitraan bersama. Dimana kekuatan kemauan
dan pragmatik adalah sikap dan perilaku yang biasanya menjadi ciri kepemimpinan hierarkis
komando-birokrasi yang pada akhirnya membuat sikap inovatif dan kreatif setiap bawahan
dalam bertindak hanya atas perintah pemimpin, sehingga menyebabkan sulit untuk mencapai
kinerja yang baik dan produktif.

Ketika menyadari hal di atas, sangat penting bagi kita untuk mengubah kebijakan
kepemimpinan pendidikan kita. Jadi kita bisa memberdayakan orang-orang kita. Dalam hal
ini, Larry Lashway (ERIC Digest, No. 96) merekomendasikan facilitative leadership, di
mana kepemimpinan biasanya berfokus pada collaboration dan empowerment. Sedangkan
David Conley and Paul Goldman (1994) mendefinisikan facilitative leadership sebagai: "the
behaviors that enhance the collective ability of a school to adapt, solve problems, and
improve performance." Kata kuncinya yaitu collective, yang berarti keberhasilan pendidikan
tidak ditentukan oleh hasil pekerjaan pribadi, melainkan dengan kerja tim yang cerdas

Model kepemimpinan fasilitatif dirancang untuk mendorong semua guru dan warga
sekolah untuk memberdayakan diri dan mengembangkan rasa tanggung jawab atas tugas
yang mereka lakukan dan tidak didasarkan pada kontrol eksternal organisasi, tetapi
dikembangkan dari hati dengan pertimbangan yang matang. Kepemimpinan fasilitatif
merupakan model kepemimpinan ideal yang diperlukan untuk menghadapi tantangan masa
depan di era globalisasi dan teknologi informasi, pada hakikatnya memberdayakan seluruh
elemen manusia yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap pendidikan.

Terry (1972) mengemukakan bahwa untuk dapat memberdayakan setiap individu


dalam tingkat persekolahan, seorang kepala sekolah dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif bagi pemberdayaan (create an environment conducive to empowerment),
memperlihatkan idealisme pemberdayaan (demonstrates empowerment ideals), penghargaan
terhadap segala usaha pemberdayaan (encourages all endeavors toward empowerment) dan
penghargaan terhadap segala keberhasilan pemberdayaan (appreciation for all
empowerment). Pandangan ini menunjukkan bahwa upaya pemberdayaan bukanlah tugas
yang mudah, guru membutuhkan ketekunan dan integritas yang rajin untuk tumbuh dan
berkembang sebagai individu yang berdaya. Jika kepala sekolah mampu memberdayakan
semua anggota, dinamisme organisasi yang dibentuk oleh pemikiran kreatif dan inovatif
setiap anggota akan tumbuh serta dapat mengekspresikan dan mewujudkan dirinya secara
bebas.

Upaya peningkatan profesionalisme kepala sekolah tidak akan terwujud, tanpa adanya
motivasi dan kesadaran internal dari dirinya sendiri serta semangat untuk mengabdi yang
akan melahirkan visi sekolah maupun kemampuan konsepsional yang jelas dari kepala
sekolah. Ini merupakan faktor yang penting, tanpa adanya kesadaran dan motivasi semangat
mengabdi, maka semua usaha yang dilakukan tidak akan memberikan hasil yang optimal,
yang akan menyebabkan realisasinya juga tidak optimal. Untuk mencapai lembaga
pendidikan yang tanggap dan tangguh di era pendidikan yang terdesentralisasi, maka
diperlukan seorang kepala sekolah yang ideal dengan kualitas-kualitas sebagai berikut:

1. Fokus pada kelompok


Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah berfokus pada kelompok tugas dengan
tanggung jawab atau peran masing-masing. Hal ini memungkinkan kerjasama yang lebih
erat dalam kelompok. Kelompok kerja menjadi sumber motivasi bagi setiap anggota
kelompok. Sama seperti motivasi pribadi menjadi tantangan bagi seluruh kelompok. Hal
ini karena pemimpin cenderung mengevaluasi pekerjaan kelompok dan bukan individu.
Oleh karena itu, setiap kelompok berusaha untuk membina kerjasama yang terbaik.
2. Melimpahkan wewenang
Kepala sekolah tidak membuat semua keputusan sendiri, ia memberikan wewenang
kepada kelompok yang ada pada pengawasannya, karena orang-orang yang dilatih dalam
kelompok kerja tersebut tentunya lebih tahu mana yang lebih baik dalam melakukan
pekerjaan mereka, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik.
3. Merangsang kreativitas
Untuk meningkatkan mutu kinerja, kepala sekolah perlu merangsang timbulnya
kreativitas guru-gurunya untuk menciptakan hal-hal baru yang sekiranya akan
menghasilkan kinerja yang lebih bermutu. Seorang pemimpin tidak selayaknya
memaksakan ide-ide lama yang sudah terbukti tidak dapat menghasilkan mutu kinerja,
oleh karena itu para guru harus dibuat tidak takut untuk berkreasi dan orang yang terbukti
menghasilkan ide yang bagus harus diberi pengakuan dan penghargaan.
4. Memberi semangat dan motivasi
Kepala sekolah harus selalu mengupayakan reformasi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah yang dipimpinnya. Dalam hal ini, kepala sekolah harus mendorong
setiap guru untuk berinovasi, baik dari segi metode kerja maupun barang dan jasa yang
dihasilkan. Semua ini, tentu saja, melalui proses pengujian dan evaluasi yang ketat
sebelum diadopsi secara luas oleh organisasi mana pun.
5. Memikirkan program penyertaan bersama
Seorang kepala sekolah harus selalu mengupayakan adanya kerjasama dalam tim,
kelompok atau organisasi. Program-program mulai dari tahap perencanaan sampai
implementasi dan evaluasinya dilaksanakan melalui kerjasama dan bukan program
sendiri-sendiri yang bersifat individual. Dasarnya adalah pengikutsertaan semua orang
dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-
masing.
6. Kreatif dan proaktif
Kepala sekolah harus selalu bertindak kreatif dan proaktif yang bersifat preventif dan
antisipatif. Kepala sekolah bukan hanya bertindak pasif yang mengambil tindakan ketika
masalah muncul, tetapi ia harus kreatif dan proaktif dalam bertindak untuk mencegah
masalah dan kesulitan di masa depan. Semua rencana tindakan dipikirkan secara matang
mulai dari konsekuensi yang akan muncul dan bagaimana menghadapi hal-hal negatif
untuk dapat dihilangkan atau diminimalkan.
7. Memperhatikan sumber daya manusia
Dalam hal ini, orang adalah sumber daya yang paling penting dan berharga dalam
organisasi manapun. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus selalu mendapat
banyak perhatian dari para pemimpin pendidikan, dalam arti mereka selalu berusaha
untuk memperkuat diri agar selalu lebih mampu. Pelatihan, pendidikan dan kegiatan lain
yang ditujukan untuk penguatan sumber daya manusia harus dilembagakan dalam arti
selalu direncanakan dan didistribusikan kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan dan
keadaannya.
8. Membicarakan persaingan
Kepala sekolah dianjurkan melakukan pembandingan dengan sekolah lain,
membandingkan mutu sekolahnya dengan mutu sekolah lain yang sejenis. Kegiatan ini
disebut benchmarking. Kepala sekolah harus selalu berusaha menyamai mutu sekolah
lain, bahkan harus senantiasa berusaha melampaui mutu sekolah lain.
9. Membangun karakter, budaya dan iklim organisasi
Karakter suatu organisasi tercermin dari pola sikap dan perilaku orang-orangnya.
Demikian pula budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai tertentu yang relevan
dengan mutu yang diinginkan oleh organisasi itu juga perlu dibina. Misalnya, dalam
lembaga pendidikan perlu dikembangkan budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai
belajar, kejujuran dan kepelayanan. Nilai-nilai yang merupakan bagian dari budaya
organisasi itu harus menjadi pedoman dalam bersikap dan berperilaku dalam organisasi.
Meskipun demikian, karakter dan budaya organisasi itu hanya akan tumbuh dan
berkembang bila iklim organisasi itu menunjang. Oleh karena itu, kepala sekolah harus
selalu membina iklim organisasinya agar kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
karakter dan budaya organisasi tersebut.
10. Kepemimpinan yang tersebar
Kepala sekolah jangan berusaha memusatkan kepemimpinan pada dirinya saja, tetapi
harus menyebarkan kepemimpinannya pada orang-orang lain, dan hanya menyisakan
pada dirinya yang memang harus dipegang oleh seorang pimpinan. Kepemimpinan yang
dimaksudkan adalah pengambilan keputusan dan pengaruh pada orang lain. Jadi,
ketergantungan sekolah pada pimpinan akan sangat kecil, karena sebagian besar dari
orang-orang dalam lembaga itu memiliki kemandirian yang tinggi.
11. Bekerja sama dengan masyarakat
Dalam era desentralisasi pendidikan sekarang ini kerja sama dengan masyarakat sudah
menjadi bagian penting dalam mengendalikan roda perjalanan organisasi pendidikan.
Dimana kegiatan internal dan eksternal, serta kegiatan rutin dan non-rutin berjalan
bersama-sama. Masalah-masalah yang muncul dicari kaitannya baik di dalam sekolah itu
sendiri maupun di masyarakat agar dapat diselesaikan secara lebih mudah dan lebih
tuntas.

DAPUS:
Fiabdillah, R. dkk. (2020). Kepemimpinan Kepala Sekolah Yang Ideal. Jurnal of
Education, Psychology and Counseling, 2(1), 476-479.
Ghufron. (2020). Teori-teori Kepemimpinan. Fenomena, 19(1), 76-77.
Januar, A. M. (2015). Kepemimpinan Ideal Kepala Sekolah. Jurnal Dimensi Pendidikan
dan Pembelajaran, 3(2), 3-4.
Mulyasa. (2011). Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bumi Aksara: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai