Anda di halaman 1dari 4

makalah kasus-kasus tata usaha negara

Keputusan Tata Usaha Negara tentang sengketa lahan


Keputusan Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Tertulis
2. Dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
3. Berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
4. Bersifat konkrit
5. Bersifat individual
6. Bersifat final
7. Menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata
            Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati ke-empat objek
gugatan, maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah ke-empat objek
gugatan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara atau tidak
            Menimbang, bahwa ke-empat objek gugatan tersebut merupakan surat
pernyataan pelepasan segala hak dan kepentingan atas bidang tanah dengan ganti
rugi antara Bambang Setyono yang bertindak untuk dan atas nama Yayasan
Kesejahteraan Hari Tua Pupuk Kaltim sebagai Pihak Pertama dengan Agus
Khoirul Anwar, A. Ptnh. yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota
Balikpapan sebagai Pihak Kedua, dengan ditandatangani oleh kedua belah pihak,
saksi-saksi (Lurah Sepinggan dan Camat Balikpapan Selatan), dan Tergugat
selaku pejabat yang mengesahkan pelepasan hak atas tanah berdasarkan halaman
23 dari 26 halaman, Putusan Nomor : 29/G/2012/PTUN.SMD pasal 30 Peraturan
Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1994
              Menimbang, bahwa oleh karena Tergugat di dalam ke-empat objek
gugatan selaku Pejabat yang mengesahkan pelepasan hak atas tanah, maka Majelis
Hakim berpendapat keempat objek gugatan tidak dikeluarkan oleh Tergugat
selaku Badan/Pejabat Tata Usaha Negara atau bukan merupakan produk hukum
Tergugat.
  Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah
ke-empat objek gugatan berisi tindakan hukum tata usaha negara atau tidak.
             Menimbang, bahwa Tindakan hukum Tata Usaha Negara tidaklah sama
maknanya dengan tindakan Pejabat atau tindakan Badan Tata Usaha Negara,
artinya tidak setiap tindakan Pejabat adalah tindakan hukum Tata Usaha Negara.
Tindakan hukum Tata Usaha Negara termasuk dalam kelompok tindakan hukum
publik, yang sifatnya sepihak.
              Menimbang, bahwa ke-empat objek gugatan tersebut ditandatangani oleh
beberapa pihak (Bambang Setyono yang bertindak untuk dan atas nama Yayasan
Kesejahteraan Hari Tua Pupuk Kaltim sebagai Pihak Pertama dengan Agus
Khoirul Anwar, A. Ptnh. Yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota
Balikpapan sebagai Pihak Kedua, saksi-saksi yaitu Lurah Sepinggan dan Camat
Balikpapan Selatan) dan Tergugat menandatangani ke-empat objek gugatan
sebagai pihak yang mengesahkan, artinya untuk dapat berlakunya objek gugatan
tersebut, tidak dapat digantungkan pada unsur kehendak sepihak dari Tergugat
(Kepala Kantor Pertanahan Kantor Balikpapan), ke-empat objek gugatan tersebut
juga tidak mengandung unsur pernyataan kehendak dari Tergugat, tetapi
digantungkan dari pernyataan kehendak dari banyak pihak, artinya bahwa ke-
empat objek gugatan tidak dapat berlaku tanpa ada kesepakatan dari pihak-pihak
yang turut menandatanganinya, dan tugas dari Tergugat dalam hal ini hanyalah
sebagai pejabat yang mengesahkan saja.
              Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas, oleh
karena keempat objek gugatan bukan pernyataan kehendak dan bukan kehendak
sepihak dari Tergugat, maka ke-empat objek gugatan tidak berisi tindakan hukum
tata usaha negara.
              Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 1
angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tersebut bersifat kumulatif,
artinya bahwa suatu Keputusan Tata Usaha Negara harus memenuhi seluruh
unsur-unsur tersebut tanpa terkecuali, tidak terpenuhinya salah satu unsur, maka
keputusan tersebut bukanlah Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud pada Pasal 1 angka 9 Undang- Undang Nomor 51 Tahun 2009 yang
dapat dijadikan objek gugatan di Peradilan Tata Usaha Negara.
              Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Majelis Hakim
berkesimpulan bahwa ke-empat objek gugatan tersebut tidak termasuk dalam
pengertian Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 karena tidak memenuhi
unsur yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, dan unsur
yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara
               Menimbang, bahwa oleh karena ke-empat objek gugatan tersebut tidak
termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan Pasal 1 angka 9, maka sengketa ini tidak termasuk sengketa tata
usaha negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009, sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang
untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa ini.
              Menimbang, bahwa karena Pengadilan Tata Usaha Negara tidak
berwenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa ini, maka
eksepsi Tergugat tentang kewenangan absolut pengadilan harus dikabulkan, dan
terhadap eksepsi selanjutnya tidak perlu dipertimbangkan lagi.

DALAM POKOK SENGKETA :


              Menimbang, bahwa oleh karena eksepsi Tergugat tentang kewenangan
absolut pengadilan dikabulkan, maka pokok sengketanya tidak perlu lagi
dipertimbangkan, sehingga beralasan hukum bagi Majelis Hakim untuk
menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima.
              Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat tidak diterima, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986,
Penggugat harus dihukum untuk membayar biaya perkara yang jumlahnya akan
ditentukan dalam amar putusan ini.
              Mengingat, ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara dan Pasal 1 angka 9 Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara serta ketentuan-ketentuan lain
yang berkaitan dengan sengketa ini.
MENGADILI
DALAM EKSEPSI :
Mengabulkan eksepsi Tergugat tentang kewenangan absolut pengadilan.
DALAM POKOK SENGKETA :
1.      Menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima.
2.      Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.
336.000,00 (tiga ratus tiga puluh enam ribu rupiah).
Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Tata Usaha Negara Samarinda pada hari Selasa, tanggal 12 Februari 2013

 DALAM HUKUM PENGADILAN TATA USAHA NEGARA  YANG


BERKAITAN DENGAN SENGKETA KEPUTUSAN PENGADILAN TATA
USAHA NEGARA ADALAH:
a.      Dasar Hukum
             Undang-undang Nomor 5 tahun 1986, tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.
             Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 5                     Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
         Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
b.      Sumber Hukum
               Pasal 55 UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
   Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
               Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
   Pasal 1 Angka 12 UU No. 51 Tahun 2009
   Pasal 1 Angka 9 UU No. 51 Tahun 2009
   Undang-undang No. 5 Tahun 1960 Jo. PP No. 10 Tahun 1961
   Pasal 3 huruf a dan huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24
Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah
   PP No. 24 Tahun 1997 Jo PMNA/Ka.BPN No. 3 Tahun 1997
   Pasal 2a UU No. 9 Tahun 2004
   Pasal 37 PERMENAG/PERMENAG/Ka.BPN No. 1 Tahun 1994
   Pasal 110 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986
   Pasal 77 Ayat 1 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009

c.         Ruang Lingkup


Ruang Lingkup Pokok Sengketa terletak dalam lapangan hukum perdata, maka
yang berwenang memutuskan perkara masalah adalah hakim biasa. Bilamana
Pokok Sengketa dalam lapangan hukum publik, maka hanyalah Hakim
Administrasi yang berkompeten untuk memeriksa dan memutus perkara ini. Suatu
Perkara adalah ditetapkan oleh tolak ukur atau Pokok dalam Sengketa. Apabila
hal yang dilanggar terletak dibidang hukum perdata, yaitu terdapatnya hak perdata
yang  tertindis atau pemilik hak yang dirugikan maka Pengadilan Umum (bagian
perdata) yang berwenang memeriksa dan memutus perkara. Bilamana itu terletak
di bidang hukum publik maka yang berkompeten memeriksa dan memutus
perkara adalah Pengadilan Administrasi.
Jadi dalam masalah ini ruang lingkup pokok sengektanya adalah Hukum Perdata
karena didalam masalah ini tergugat tidak berkehendak sepihak dan unsur-unsur
yang terdapat dalam Pasal 1 Angka 9 Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009
tersebut bersifat kumulatif, artinya bahwa suatu Keputusan Tata Usaha Negara
harus memenuhi seluruh unsur-unsur tersebut tanpa terkecuali, tidak terpenuhinya
salah satu unsur, maka keputusan tersebut bukanlah Keputusan Tata Usaha
Negara sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 angka 9 Undang-undang Nomor 52
Tahun  2009 yang dapat dijadikan objek gugatan di Peradilan Tata Usaha Negara.

Anda mungkin juga menyukai