Anda di halaman 1dari 9

Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X

Vol 01. No. 02 Maret 2022

AL-QUR’AN SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL

Muhammad Syaiful
syaifulmuhammad1702@gmail.com
Universitas Nahdatul Ulama Kalimantan Selatan, Indonesia

Abstrak
Pentingnya Pendidikan Islam Multikultural di Indonesia menjadi suatu keniscayaan
mengingat Indonesia merupakan Negara multi etnis, suku, ras, budaya dan Agama.
Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengungkap bagaimana al-Qur’an memandang
Pendidikan Islam Multikultural dalam kontek yang lebih luas. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis library research, dengan teknik
pengumpulan data melalui data-data pustaka berupa teks yang terdapat di buku,
artikel, makalah dan sumber-sumber tertulis lainnya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Allah SWT secara sengaja menjadikan umat manusia dengan
beragam suku, ras, bahasa, budaya, agama dan keunikan-keunikan lain dengan tujuan
untuk untuk menumbuhkan sikap toleransi satu dengan yang lain. Pendidikan Islam
Multikultural dalam praktek yang lebih luas harus di arahkan kepada penerimaan
terhadap perbedaan-perbedaan tersebut sehingga akan mengahasilkan peserta didik
yang terbuka terhadap segala bentuk prbedaan sebagai suatu hukum alam dan
sunnatulah.

Kata Kunci: Pendidikan, multikultural, al-Hujurat.

Abstrack
The importance of multicultural Islamic education in Indonesia is a necessity
considering that Indonesia is a multi-ethnic, ethnic, racial, cultural and religious
country. The purpose of this discussion is to reveal how the Koran views
Multicultural Islamic Education in a broader context. This study uses a qualitative
approach with the type of library research, with data collection techniques through
library data in the form of text contained in books, articles, papers and other written
sources. The results of this study indicate that Allah SWT deliberately made human
beings with various ethnicities, races, languages, cultures, religions and other
uniqueness with the aim of fostering tolerance for one another. Multicultural Islamic
education in a broader practice must be directed towards acceptance of these
differences so that it will produce students who are open to all forms of difference as
a natural law and sunnatulah.

Keywords: Education, multicultural, al-Hujurat.

PENDAHULUAN
Agama Islam datang sebagai rahmatan lil alamin, yaitu sebagai rahmat kepada
semesta alam. Arti lil alamin memiliki implikasi makna yang kuat, bahwa Islam pada
dasarnya memiliki tugas untuk menjaga dan merawat alsm semesta dengan berbagai
perbedaan yang ada. Perbedaan dan keragaman yang ada merupakan takdir Allah
SWT yang tidak bisa dinafikan keberadaaanya. Dengan demikian, hakikatnya

96
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

mengakui dan menghormati segala perbedaan yang ada baik dari perbedaan bahasa,
budaya, etnis, dan lain sebagainya.
Jika tika menggunakan kaca mata al-Qur’an, secara eksplisit Allah SWT
menjelaskan hakikat dari perbedaan dan tujuan dari adanya perbedaaan tersebut. Ini
artinya adalah bahwa al-Qur’an tidak mengelak dan bahkan mengakui adanya
perbedaan tersebut sebagai sunnatullah dan suatu keniscayaan yang terjadi bagi
manusia. Surah Al-Hujaraat secara eksplisit menjelaskan itu dengan sangat jelas
bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan, bergolong-
golong, berbangsa dan berkabilah-kabilah pada dasarnya untuk saling mengenal,
menghormati, dan bertoleransi. Ayat tersebut berbunyi:

Artinya: Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu


damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa.
dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu
sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.

Perbedaan dan keragaman yang ada pada manusia merupakan sunnatullah


yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Keragaman tersebut cukup luas meliputi
keragaman agama, etnis, bangsa, bahasa, dan termasuk budaya (multikultural).
Perbedaan ini hendaknya disipkapi oleh setiap manusia agar dapat saling mengenal
satu dengan lainnya, saling memahami dan saling toleran, untuk terwujudnya
peradaban manusia yang aman damai dan sejahtera
Adapun pendidikan pada dasarnya adalah upaya dan ikhtiar yang dilakukan
oleh seseorang/lembaga dalam menanamkan dan mengembangkan potensi-potensi
dasar manusia berlandarkan nilai-nilai yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat.1
Pendidikan juga bermakna proses memanusiakan manusia, agar meraka dapat
menggapai kedewasaan yang hakiki tanpa sedikitpun mengurangi nilai-nilai
kebudayaan yang sudah mapan dalam lingkungan masyarakat.
Dalam konteks lembaga pendidikan, objek yang menjadi latar belakang serta
potensi memiliki fenomena yang beragam. Oleh karena itulah pendidikan yang
diterapkan perlu untuk merangkul setiap perbedaaan yang ada di setiap peseta didik.
Pendidikan yang dilakukan juga harus mempertimbangkan keragaman dan
berorientasi pada pluralias peserta didik. Hal ini penting dilakukan sebab pendidikan

1 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultuiral (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 32.

97
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

yang demikain akan dapat mencetak dan menanamkan nilai-nilai saling


menghormati, dan menghargai perbedaan yang ada pada peserta didik.
Pendidikan multikultural dapat diartikan sebagai proses pengembangan
potensi manusia agar dapat memahmi, dan menghargai segala perbadaan dan
hetroginitas manusia, arti ini memiliki konsekuensi bahwa pendidikan yang
dilakukan harus dapat mengusung keragaman aliaran, suku, etnis dan budaya.2
Dengan arti ini pendidikan multikultural memiliki konsekuensi penerimaan terhadap
segala perbedaan yang terjadi pada individu tampa adanya skat-sakat yang
menghendaki pula adanya kewajiban dan hak setiap individu untuk mendapatkan
pendidikan tanpa adanya diskriminasi.
Pada dasarnya, pendidikan yang menghargai perbedaan dan keragaman sejak
dahulu telah diimplimentasikan di lembaga-lembaga pendidikan. Persoalannya
adalah pada tataran yang lebih luas belum dirasakan maksimal, kesadaran kita untuk
mengaktualisasikan nilai tersebut masih jauh dari harapan, oleh sebab itulah masih
banyak ditemui beberapa kelompok yang masih tidak bisa menerima perbedaan yang
mereka temukan. Pendidikan yang diterapkan di Negara ini perlu memperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana nilai multikultural ini daar teraktualisasi
dalam kehidupan mansyarakat, oleh karena itu perlu upaya untuk dapat
menkondisikannya dengan mengarah kepada nilai tersebut. Nilai multikultural yang
barangkali dapat diajarkan dan dibuasakan smenjak dini kepada siswa-siswa adalah
membangun kepercayaan satu dengan lainnya, hidup harmonis di sekolah dan
masyarakat, memiliki pemikiran yang luas dan dinamis, peka terhadap lingkungan
sekitar, dan lalin sebagainya.
Mencetak manusia yang komitmen atas setiap perbedaan harus dimluai dari
adanya model pendidikan yang komitmen pula terhadap pluralitas, sebab pendidikan
merupakan factor yang sangat efektif dalam membentuk karakter dan kepribadian
manusia. Dengan demikian, menerapkan model pendidikan multikultual sangat
penting dilakukan dengan harapan membentuk manusia yang multikulturalis.
Dilihat dari konteks ajaran agama Islam, banyak sekali ditemukan ayat al-
Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan keragaman dan perbedaan
serta bagaimana seharusnya ummat Islam menyikapinya. Kendatipun demikian,
konsepsi dari pendidikan multikultural yang selaras dengan nash-nash ajaran Islam
sehingga keduanya dapat terintegrasi dengan sangat harmonis. Integrasi inilah yang
kemudian dapat menghasikan model pendidikan yang sangat menghargai
perbedaan/multikultural, namun tidak mengesampingkan aspek ajaran agama Islam
yang merupakan “ruh” pendidikan agama Islam.
Berdasarkan argumentasi itulah, integrasi yang dihasilkan dari pendidikan
multikultural dengan nash ajaran Islam dapat memperoleh satu elemen penting yang
kemudian dapat dijadikan sebagai acuan dalam merumuskan konsep pendidikan
multikultural yang berasaskan nilai-nilai ajaran agama Islam. Dalam kajian ini akan
mengungkap bagaimana sebenarnya Al-Qur’an memandang pendidikan mulitikultural
sebagai sebuah solusi untuk memecahkan konflik multi etnis, budaya yang sering
terjadi di negara Indonesia.

METODE PENELITIAN

2Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2008), 50.

98
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

Motode penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah dengan pendekatan
kualitatif dengan jenis library research sehingga sumber data yang diperoleh yaitu
dari al-Qur’an sebagai sumber primer dan dari literature-literatur limiah.3 Kajian ini
berupaya untuk mengkaji tentang pendidikan Islam multikultual yang didasarkan
kepada paradigm al-Qur’an sebagai sember ajaran dalam Islam. Kajian dilakukan
dengan proses penelaahan terhadap beberapa sumber keilmuan guna mendapatkan
pemahaman yang konstruktif dan luas demi memperoleh konsep ilmu pengetahuan
yang substantive dan konperhensif.

PEMBAHASAN
Al-Qur’an Sebagai Paradigma Konsep Pendidikan Islam Multikultural
Pendidikan Islam Multikultural berasal dari dari 2 makna substansi yaitu;
pendidikan Islam dan multikultural. Untuk dapat memahami makna dari Pendidikan
Islam Multikultural kita perlu mengupas makna dari masing-masing kalimat tersebut.
Berikut akan dijelaskan sebagaimana berikut ini.
Terdapat 3 istilah Arab yang merujuk kepada makna pendidikan Islam yaitu:
tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Tiga istilah itu dapat kita ketahui dari ayat al-
qur’an.4Pertama, kata tarbiyah berasal dari kata rabba, yarubbu, rabban,5 yang berarti
mengasuh, memimpin, mendidik. Kata kerja rabba sudah digunakan pada masa Nabi
Muhammad SAW, seperti yang terdapat pada surah al-isra’ ayat 24:

Artinya: dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".

Kendatipun terdapat 3 istilah yang merujuk kepada makna pendidikan Islam,


Muhammad Athiyah yang dikutip Imron Fauzi menejelaskan bahwa istilah yang tepat
untuk menjelaskan makna pendidikan Islam adalah istilah tarbiyah karena ia
mencakup seluruh aktivitas pendidikan, yaitu mencakup upaya mempersiapkan siswa
agar menjadi insan kamil, memperoleh kebahagiaan, dan memperkuat ukwan
kebangsaaan dalam bingkai kebangsaaan dan nasionalisme.6
Hakikat pendidikan Islam pada dasarnya tidak hanya mencangkup aspek-spek
keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT, lebih dari itu pendidikan Islam berupaya
pula untuk mencetak calon-calon pemimpin bagi orang yang beriman dan bertaqa (lil
muttaquna imaman). Sementara pendidikan multikultural mengusung pendidikan
yang menghormati dan menghargai perbedaan dan keragaman.
Secara etimologi multikultural berasal dari dua akar kata yaitu multi dan
kultur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) multi dapat diartikan seagai
plural atau lebih dari satu, berlipat, banyak. Sementara kultur bermakna
pemeliharaan, pembudayaan, dan kebudayaan.7 H.A.R Tilaar menejelaskan bahwa
multikultural berarti keragaman kebuyaan yang dimiliki oleh beberapa kelompok
yang dikumpulkan dalam suatu Negara nation state dalam banyak aspek kehidupan

3 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), 49.
4 Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2012), 45.
5 Syaikh Muhammad Ma’sum bin Ali, Amtsilatul at-Tashrifiyah (Semarang: CV. Pustaka Al-Alawiyah,

1992), 4.
6 Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah (Jogjakarta: Ar-Ruzz media, 2012), 47.
7 Susilo Riwayadi, dan Suci Nur Anisyah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Sinar Terang,

2009), 487.

99
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

seperti bahasa, kebijakan, pendidikan, kesehatan, praktik keagamaan dan lain


sebagainya.8
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam multukultural
adalah konsep dan model pendidikan yang menghargai dan menerima segala
perbedaan budaya, suku, etnis, gender dan mengusung kesetaraan dan kesamaan
derajat dengan merlandaskan kepada nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai pondasi
awal system pendidikannnya. Arti ini memiliki implikasi logis bahwa pendidikan
Islam multikultural harus tidak menafikan keberadaaan ajaran agama sebagai
pondasi dasarnya.
Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber ajaran Islam pada dasarnya banyak
menyampaikan fenomena keragaman sebagai suatu keniscayaan bagi manusia.
Artinya adalah agama Islam mengakomodir konsep pendidikakn multikultural secara
penuh dalam rangka terciptanya kedamaian dan kesejarteraan umum. Tercatat
banyak sekali ayat al-Qur’an yang menjelaskan konsepk multikulturalisme baik yang
tersurat maupun tersirat, implisit maupun eksplisit. Sementara dalam Hadis Nabi
Muhammad SAW juga banyak memupat pesan-pesan yang mengisyaratkan
pentingnya mengahargai dan menghormati perbedaan yang ada walaupun dengan
orang non muslim.9 Oleh sebab itu, tidak alasan lagi bagi kita untuk menolak
pendidikan multikultural sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan system
pendidikan Islam.
Kendatipun demikian, multikulturalisme sebagai suatu konsep memang tidak
dapat ditemukan jika kita hanya mengandalkan pemahaman tekstual terhadap ayat-
ayat dalam al-Qur’an. Penafsiran yang lebih konperhensif harus dilakukan untuk kita
menemukan makna tersirat yang menunjukkan pentingnya memiliki sikap toleransi
kepada orang yang berbeda denganh kita. Dalam konteks di Indonesia, pemahaman
dan penafsiran tentang ayat-ayat al-Qur’an mengenai konsep multikulturalisme
memang dilakukan, banyak sekali para cendikiawan muslim yang mencoba untuk
mencari dan menggali makna-maka tersirat dari al-Qur’an, salah satunya dilakukan
oleh M. Quraish Shihab, ulama’ ini adalah intelektual muslim yang sangat terkenal
tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga memiliki reputasi yang baik sebagai mufassir
internasional10.
M. Quraisy Shihab menganggap bahwa konsep multikulturalisme dalam al-
Quran merupakan sebuah pengakuan bahwa Allah SWT secara nyata menciptakan
manusia dengan beragam dan perbedaan suku, ras, etnis, agama, dan budaya untuk
saling menghargai, memahami, menghormati bukan justru perbedaan tersebut
menyebabkan mereka saling bertengkar dan konflik. Artinya adalah bahwa konsep
multikultural pada dasarnya merupakan upaya untuk menciptakan kemashlahatan
ummat manusia.11

Pentingnya Menanamkan Nillai-nilai Pendidikan yang Multikulturalis


Secara historis, pendidikan multikultural telah berkembang sejak lama di
Negara-negara Eropa, Amerika dan Negara maju lainnya. Model pendidikan ini
tergolong baru dan digagas sebagai respon terhadap fenomena-fenomena kekerasan

8 H.A.R Tilaar, Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam Transformasi


Pendidikan Nasional (Jakarta: PT. Grafindo, 2004), 39.
9 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadis (Dirasah Islamiyah I) (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000), 207.
10 Ahmad Rajafi, Nalar Fiqh Muhammad Quraish Shihab (Yogyakarta: Istana Publishing, 2014), 55-56.
11 Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika Hingga Ideologi (Teraju: Bandung,

2002), 180.

100
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

dan konflik yang terjadi di negara tersebut. Pendidikan multukultural bertujuan


untuk menjadikan masyarakat yang menjadi populasi mayoritas dapat bersikap
toleran kepada kaum minoritas yang mayoritas adalah para imigran.12
Secara teoritis, konsep pendidikan multikultural banyak dikembangkan oleh
Negara maju, dan telah melahirkan lima pendekatan: pertama, pendekaran yang
mengacu pada perbedaan kebudayaan; kedua, pendidikan yang mengacu kepada
penerimaan terhadap kebudayaan dan pemahamannya; ketiga, pendidikan pluralism;
keempat, pendidikan dwibudaya; kelima, pendidikan yang berorientasi kepada nilai-
nilai moral. Kelimanya merupakan konsep pendidikan multikultural yang diterapkan
di Negara-negara yang demokratis sepeti Kanada dan Amerika sebagai langkah
antisipatif terhadap banyaknya fenomena kriminalitas, dan diskriminasi rasial
terhadap kaum minoritas (kulit hitam) yang dilakukan oleh mayoritas (kulit putih).
Langkah ini juga dianggap sebagai upaya untuk memperkuat integritas secara
nasional.13
Tujuan diterapkannya pendidikan multikultural paling tidak terbagi kepada 2
(dua) tujuan besar; pertama, membangun wacana dan prespektif baru tentang
pendidikan multikultural di kalangan para akademisi dan praktisi pendidikan seperti
dosen, mahasiswa, guru, ahli, serta pengambil kebijakan14. Sementara tujuan akhirnya
adalah untuk terbentuknya manusia-manusia yang memiliki pemahaman yang luas
terhadap pengetahuan yang mereka miliki serta terbentuknya siswa-siswa yang
memiliki karakter pluralis, humanis, dam demokratis. 15
Jadi, pentingnya pendidikan multikultural dalam kehidupan manusia adalah
untuk menumbuhkan sikap peduli terhadap orang lain, tolong-menolong tanda
melihat perbedaan yang ada. Sehingga dengan demikian, kesadaran akan toleransi
akan memunculkan individu yang menghormati serta tidak menjadikan keragaman
tersebut sebagai alasan untuk terjadinya konflik sosial yang ada di lingkungan sosial.
Pendidikan yang mengusung pluritas dan multikulturalitas memiliki tugas
untuk memberikan perubahan besar, bukan hanya pada kurikulumnya saja melainkan
pada tataran yang lebih luas yaitu praktik pembelajaran yang dilakukan. Konsep
pendidikan ini lebih berorientasi kepada pengembangan aspek kognisi dan afeksi
peserta didik dengan cara mengaitkan persoalan tersebut dengan fenomena
lingkungan yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari.16
Bagi individu yang telah memiliki kesadaran terhadap nilai-nilai pendidikan
multikultural tersebut akan memiliki perubahan sikap baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Dalam aspek kognitif seseorang akan memiliki komponen karakter
yang meliputi: kesadaran baik dan buruk, pengetahuan tentang nilai- nilai
multikultural, menggunakan pandangan moral, memiliki pertimbangan moral,
membuat keputusan berdasarkan moral dan memiliki pengetahuan tentang dirinya
sendiri. Dari aspek afektif meliputi: memiliki kepedulian sesuai hati nurani, memiliki
kepercayaan diri, memiliki rasa empati, memiliki pengendalian diri dan kerendahan
hati. Sedangkan dari aspek psikomotorik anak didik memiliki kemampuan dan

12 M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk Demokrasi dan Keadilan
(Yogyakarta: Pilar Media, 2005), 23.
13 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, 180.
14 M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, 26.
15 Ibid.
16 Yaya Suryana & Rusdiana, Pendidikan Multikultural: Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa Konsep,

Prinsip, dan Implementasi (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 249.

101
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

kemauan dalam menjalankan moral serta kebiasaan dalam mewujudkan dan


mengaplikasikan nilai-nilai multikultural dalam kehidupannya.17
Implikasi dari penerapan pendidikan multikultural dalam konteks lingkungan
sekolah mengharuskan setiap lembaga untuk berusaha untuk dapat memberikan
layanan yang terbaik bagi siswanya agar dapat mengembangkan potensi yang mereka
miliki. Contoh dari adanya pendidikan multikultural terutama dalam dunia
pendidikan seperti, menegur siswa yang melakukan pencelaan kepada temannya,
mempererat pesaudaraan dengen siswa-siswa yang memiliki latarbelakarng yang
berbeda, memberikan kesempatan kepada siswa yang tidak seagama untuk beribadah
sesuai agamanya, menjaga sikap siswa dan masih banyak lainnya.
Dengan demikian, penanaman nilai-nilai pluralis dan multikulturalis kepada
siswa sangat efektif dilakukan dengan cara aplikatif-praktis di lingkungan sekolah.
Penggunaan metode doktrinasi memang bisa dilakukan namun metode pembiasaan
bisa jadi menjadi langkah yang paling efektif bagi para siswa. Pendidikan
multikultural berusaha untuk menjadikan siswa agar dapat memahami lingkungan,
menghargai perbedaaan, serta toleran terhadap segala bentuk keragaman, oleh
karena itulah penting bagi seorang guru mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke
dalam kurikulum lembaga baik dalam bentuk written curriculum maupun yang hidden
curriculum.

Nilai-nilai Pendidikan Islam Multikultural


Ketika suatu pendidikan sedang dilaksanakan melalui proses pembelajaran,
tentu sangat penting bagi pendidik dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
tersebut secara maksimal termasuk di dalamnya pendidikan multicultural. Hanum
dalam Suryana & Rusdiana menjelasakan bahwa pada intinya nilai-nilai pendidikan
multikultural terbagi pada tiga aspek. Nilai-nilai ini di serap oleh pendidikan Islam
sebagai suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konsep yang ia usung. Nilai-
nilai tersebut meliputi: 18
1. Nilai demokrasi. Istilah demokrasi secara sederhana memiliki arti yang sangat
luas yang mencangkup keadilan dalam semua bidang kehidupan. Keadilan
dalam politik, social, budaya menjadi cakupan dari istilah domokrasi/keadilan.
Keadilan adalah sebuah konsep luas yang berorientasi pada terpenuhinya
kebutuhan manusia sesuai dengan haknya setelah melaksanakan
kewajibannya.
2. Nilai humanis. Nilai ini menekankan kepada pentingnya pengakuan akan
keragaman, perbedaan, hetrogenitas, dan pluralitas manusia. Aspek ini sangat
menjungjungtinggi keragaman agama, suku, bangsa, etnis, cara berfikir,
ideology, dan bahkan sampai kepada tingkatan ekonomi.
3. Nilai pluralism bangsa. Sebagaimana pengertian pluralis yaitu pengakuan
terhadap adanya keragaman maka nilai ini juga mengakimodir keragaman
yang terjadi pada satu bangsa sperti bangsa Indonesia. Nanun demikian, istilah
pluralism pada dasarnya tidak hanya merujuk pada istilah pengauan akan
keragaman saja melainkan pengakuan terhadap hal-hal yang dilahirkan oleh
social-ekonomi dan politik. Arti ini mengisyaraktkan bahwa pluralism pada
dasarnya berkaitan dengan prinsip demokrasi.

17 Sulalah, Pendidikan Multikultural: Diaktika Nilai-Nilai Universitas Kebangsaan (Malang: UIN-Maliki


Press, 2011), 105.
18 Yaya Suryana & Rusdiana, Pendidikan Multikultural, 200

102
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

Dalam konteks pendidikan sekolah, Banks menjelaskan bahwa terdapat


beberapa dimensi yang dapat diaplikasikan oleh sekolah dalam menanamkan nilai
multikultural kepada peserta didik. Dimensi ini penting diterapkan dalam konteks
pendidikan sebab menjadi nilai dasar dari pendidikan multikultual. Adapun dimensi
tersebut adalah dimensi integrasi isi/materi, dimensi konstruksi pengetahuan,
dimensi pengurangan prasangka, dimensi pendidikan yang sama adil, dan dimensi
pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial.19
Ngainun Na’im dan Achmad Sauqi menjelaskan bahwa terdapat aspek-aspek
yang perlu untuk kemudian mendapatkan perhatian dalam rangka mendidik dan
menanaman nilai-nilai pendidikan Islam multikultural kepada peseta didik antara
lain; pertama, pendidikan Islam multikultural harus mengakomodir segala perbedaan
dan keragaman yang ada; kedua, pendidikan Islam multikultural dilakukan dengan
mengacu kepada system pendidikan yang pluralis dalam mengkontruksi pemahaman
peserta didik tentang keragaman yang ada di ligkungan sekitar; ketiga, pendidikan
Islam multikultural tidak mempersoalkan perbedaan dan keragaman identitas, suku,
etnis, budaya, ras, dan golongan apapun; keempat, memberikan kesempatan yang
besar bagi peserta didik untuk dapat mengembangkan sense of self sebagai bekal bagi
mereka di kehidupan kelak.20 Nilai-nilai Pendidikan multikultural di atas biasanya
mempunyai ciri-ciri khusus yang di antaranya adalah:
1. Memiliki tujuan untuk mencetak “manusia budaya” dan “masyarakat yang
berbudaya (berperadaban)”.
2. Kurikulum yang digunakan mengusung nilai moralitas, prinsip kemanusiaan,
nilai kebangsaaan, dan nilai etnik.
3. Metode yang digunakan adalah demokratis di amana aspek ini
mengakomodir keragaman dan perbedaan budaya bangsa.
4. Evaluasi yang digunakan lebih berorientasi kepada aspek tingkahlaku yang
ditunjukkan dengan apresiasi, persepsi, terhadap keragaman budaya.21
Niai-nilai pendidikan multikultural sebagaimana yang dijelasakan di atas
sangat penting untuk ditanamkan semenjak dini kepada setiap murid kita agar
tertanam dalam diri mereka sikap dan karakter toleran, dinamis, menerima segala
perbedaan yang ada sebagai sebuah keniscayaan. Hal ini sangat menjadi sangat
penting sebab perbedaan-perbedaan yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia bisa
disyukuri sebagai sebuah karunia berharga dari Allah SWT, bukan justru dianggap
sebagai sebuah belenggu yang dapat menghantarkan kepada perpecahan dan konflik
sosial.

PENUTUP
Al-Qur’an sebagai Paradigma Pendidikan Islam Multukultural pada hakikatnya
merupakan konsep yang menawarkan paradigm Pendidikan Islam yang Multikultural.
Ayat-ayat al-Qur’an yang termaktub pada hakikatnya menjelaskan pentingnya
menjalin toleransi di atas kemajemukan dan perbedaan. Lebih lanjut, ayat-ayat di
dalam al-Qur’an juga menjelskan bahwa Allah SWT secara sengaja menjadikan umat
manusia dengan beragam suku, ras, bahasa, budaya, agama dan keunikan-keunikan
lain dengan tujuan untuk untuk menumbuhkan sikap toleransi satu dengan yang lain.

19 Kasinyo Harto, Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2014), 37.
20 Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-ruzz

Media, 2008), 53.


21 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, 179.

103
Tanfidziya: Journal of Arabic Education p-ISSN 2809-0640 e-ISSN 2809-056X
Vol 01. No. 02 Maret 2022

Pendidikan Islam Multikultural dalam praktek yang lebih luas harus di arahkan
kepada penerimaan terhadap perbedaan-perbedaan tersebut sehingga akan
mengahasilkan peserta didik yang terbuka terhadap segala bentuk perbedaan sebagai
suatu hukum alam dan sunnatulah yang tidak perlu untuk dipersoalkan.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Syaikh Muhammad Ma’sum bin. 1992. Amtsilatul at-Tashrifiyah. Semarang, Cv.
Pustaka Al-Alawiyah.
Departemen Agama RI, 1992. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Asy-Syifa’.
Fauzi, Imron. 2012. Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Jogjakarta: Ar-Ruzz media.
Gusmian, Islah. 2002. Khazanah Tafsir Indonesia: Dari Hermeneutika Hingga Ideologi.
Bandung, Teraju.
Harto, Kasinyo. 2014. Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis
Multikultural. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mahfud, Choirul. 2010. Pendidikan Multikultuiral. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muhadjir, Noeng. 1996. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rake Sarasin.
Naim, Ngainun dan Achmad Sauqi. 2008. Pendidikan Multikultural: Konsep dan
Aplikasi. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Nata, Abuddin. 2000. Al-Qur’an dan Hadis (Dirasah Islamiyah I. Jakarta: PT. Raja
Grafind
Rajafi, Ahmad. 2014. Nalar Fiqh Muhammad Quraish Shihab. Yogyakarta: Istana
Publishing.
Riwayadi, Susilo dan Suci Nur Anisyah. 2009. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surabaya: Sinar Terang.
Sulalah. 2011. Pendidikan Multikultural: Diaktika Nilai-Nilai Universitas Kebangsaan.
Malang: UIN-Maliki Press.
Suryana, Yaya & Rusdiana. 2015. Pendidikan Multikultural: Suatu Upaya Penguatan Jati
Diri Bangsa Konsep, Prinsip, dan Implementasi. Bandung: Pustaka Setia.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme Tantangan-Tantangan Global Masa Depan Dalam
Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Grafindo.
Yaqin, M. Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding untuk
Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

104

Anda mungkin juga menyukai