Anda di halaman 1dari 24

“MAKALAH KEPERAWATAN TRANSKULTURAL/PSIKOSOSIAL

BUDAYA DALAM KEPERAWATAN”


PASIEN LANSIA DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

OLEH

Kelompok 4:

1. Siti Roslina Laibu (PO7120422011)

2. Elvina S. Bague (PO7120422018)

3. Riskawati (PO7120422015)

4. Sulfiani Anwar (PO7120422003)

5. Sartika Ndeki (PO7120422010)

POLTEKKES KEMENKES PALU


PROFESI NERS
T.A 2022-2023
Page | i
1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat
Ridho Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Teori Model Keperawatan Transkultural Medeleine Leininger”

 Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
penulis alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang terdekat,
sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan
ini mengucapkan terima kasih untuk semuanya yang sudah mau membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.

Semoga makalah "Teori Model Keperawatan Transkultural Medeleine


Leininger” ini bermanfaat bagi kita semua.

Palu, 20 Juli 2022

Kelompok 4

2
BAB I
TEORI

1.1 Teori Model Keperawatan Transkultural Medeleine Leininger


A. Teori Medeleine Leininger
Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi, tapi konsep teori
ini relevan untuk keperawatan. Transcultural Nursing adalah suatu
area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan
yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia
(Leininger, 2002).
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and
universality, atau yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing.
Awalnya, Leininger memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam
keperawatan. Namun kemudian dia menemukan teori cultural diversity and
universality yang semula disadarinya dari kebutuhan khusus anak karena
didasari latar belakang budaya yang berbeda. Transcultural nursing merupakan
subbidang dari praktik keperawatan yang telah diadakan penelitiannya.
Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan
berbasis budaya.
Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah :

1. Culture. Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan,


kepercayaan, norma, cara hidup dari kelompok tertentu yang
mengarahkan anggotanya untuk berfikir, membuat keputusan, serta
motif tindakan yang diambil.
2. Culture care. Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif
yang berkaitan dengan nilai yang diwariskan, kepercayaan, dan motif
cara hidup yang membantu, menfasilitasi atau memampukan individu
atau kelompok untuk mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki
kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau kematian.

3
3. Diversity. Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya,
pengetahuan, dan adat kesehatan, serta asuhan keperawatan.
4. Universality. Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan
praktik terkait konsep sehat dan asuhan keperawatan.
5. Worldview. Cara seseorang memandang dunianya

6. Ethnohistory. Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu,


kelompok, budaya, lembaga, terutama sekelompok orang yang
menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuahbudaya dalam jangka
waktu tertentu.
Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger,
maka Leininger menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah
sebuah peta kognitif yang bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana
dalam menyajikan faktor penting teorinya secara holistik.

Beberapa ilmuwan mungkin menempatkan teori ini dalam klasifikasi


kelas menengah. Leininger berpendapat bahwa teori besar ini bukan karena
memiliki dimensi tertentu untuk menilai total gambar. Ini bersifat holistik dan
komprehensif. Pendekatan, yang telah menyebabkan aplikasi praktik
keperawatan yang lebih luas daripada tradisional. Diharapkan dengan

4
pendekatan jarak jauh dan reduksionis.

Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan dan care


dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu : Struktur sosial seperti teknologi,
kepercayaan dan factor filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan
factor-faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor pendidikan. Faktor
sosial ini berhubungan dengan konteks lingkungan, bahasa dan sejarah etnis,
masing-masing sistem ini merupakan bagian struktur sosial. Pada setiap
kelompok masyarakat; pelayanan kesehatan, pola-pola yang ada dalam
masyarakat dan praktek-praktek. Yang merupakan bagian integral dari aspek-
aspek struktur sosial (Leininger dan MC Farland 2002). Dalam model
Sunrisenya Leininger menampilkan visualisasi hubungan antara beberapa
konsep yang disignifikan. Ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat Leineinger
sebagai bentuk tindakan dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan.
Tindakan membantu didefinisikan sebagai prilaku yang mendukung. Menurut
Leininger bantuan semacam itu baru dapat benar-benar efektif jika latar
belakang budaya pasien juga dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan dan
pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

Leininger mengembangkan istilah baru untuk prinsip dasar teorinya. Ini


definisi dan prinsip-prinsip  istilah kunci untuk memahami teori tersebut. Di
bawah ini adalah ringkasan dasar prinsip yang penting untuk memahami teori
Leininger :

a) Care adalah untuk membantu orang lain dengan kebutuhan nyata atau


diantisipasi dalam upaya untuk memperbaiki kondisi manusia yang
menjadi perhatian atau untuk menghadapi kematian.
b) Merawat adalah tindakan atau kegiatan diarahkan memberikan
perawatan.
c) Budaya mengacu pada belajar, berbagi, dan dipancarkan nilai-nilai,
keyakinan, norma, dan kehidupan dari individu tertentu atau kelompok
yang membimbing mereka berpikir, keputusan, tindakan, dan cara
berpola hidup.

5
d) Perawatan Budaya mengacu pada beberapa aspek budaya yang
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk meningkatkan kondisi
manusia atau untuk menangani penyakit atau kematian.
e) Keragaman budaya peduli merujuk pada perbedaan dalam makna, nilai,
pantas tidaknya perawatan di dalam atau di antara kelompok-kelompok
orang yang berbeda.
f) Universalitas peduli Budaya mengacu pada perawatan umum atau arti
serupa yang jelas di antara banyak budaya.
g) Keperawatan adalah profesi yang dipelajari dengan disiplin terfokus
dengan perawatan fenomena.
h)  Worldview mengacu pada cara orang cenderung untuk melihat dunia
atau alam semesta dalam menciptakan pandangan pribadi tentang hidup.
i) Budaya dan dimensi struktur sosial termasuk faktor yang berhubungan
dengan agama, struktur sosial, politik / badan hukum, ekonomi, pola
pendidikan-terns, penggunaan teknologi, nilai-nilai budaya, dan
ethnohistory yang di-fluence tanggapan budaya manusia dalam konteks
budaya.
j) Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan
budaya dan dihargai oleh budaya yang ditunjuk.
k) Pelestarian budaya perawatan atau pemeliharaan mengacu pada kegiatan
pelayanan keperawatan yang membantu orang dari budaya tertentu untuk
menyimpan dan menggunakan inti kebudayaan nilai perawatan terkait
dengan masalah kesehatan atau kondisi.
l) Budaya akomodasi perawatan atau negosiasi merujuk kepada tindakan
keperawatan kreatifyang membantu orang-orang dari budaya tertentu
beradaptasi dengan atau bernegosiasi dengan lain- ers dalam kesehatan
masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama dari hasil
kesehatan yang optimal untuk klien  dari budaya yang
ditunjuk. Memahami Kerja Theorists Perawat
m) Budaya perawatan restrukturisasi mengacu pada tindakan terapi yang
diambil oleh budaya perawat yang kompeten atau keluarga. Tindakan ini
memungkinkan atau sebagai klien untuk mengubah perilaku kesehatan

6
pribadi terhadap menguntungkan hasil sementara menghormati nilai-nilai
budaya klien.

Beberapa inti dari model teorinya :


a) Asuhan membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok yang
memiliki kebutuhan nyata agar mampu memperbaiki jalan hidup dan
kondisinya.
b) Budaya diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai-nilai kelompok
tertentu.
c) Asuhan transkultural perawat secara sadar mempelajari norma-norma dan
nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka memberikan bantuan
dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu mempertahankan
tingkat kesejahteraanya.

B. Paradigma Keperawatan
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan
(Andrew and Boyle, 1995).
1. Manusia. Setiap budaya manusia memiliki pengetahuan dan praktik
keperawatan tradisional dan biasanya pengeetahuan dan praktik
keperawatan tradisional dan biasanya pengetahuan dan praktik perawatan
professional, yang berbeda-beda baik secara transkultural ataupun
individual. Nilai-nilai asuhan budaya, keyakinan, dan praktik dipengaruhi
oleh dan cenderung terikat dengan pandangan dunia, bahasa, filosofi,
agama, dan spiritualitas, kekerabatan, sosial, politik, hukum, pendidikan,
ekonomi, teknologi, riwayat etnis, dan lingkungan dari konteks budaya
(Alligood, 2014).
2. Kesehatan. Perawatan yang bermanfaat, menyehatkan, dan memuaskan
secara budaya dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas didalam konteks lingkungan mereka.

7
Asuhan keperawatan yang sesuai budaya dan dapat dirasakan manfaatnya
hanya dapat terjadi ketika nilai-nilai perawatan, ekspresi, atau pola telah
diketahui dan digunakan secara eksplisit untuk perawatan yang sesuai,
aman, dan bermakna. Terdapat persamaan dan perbedaan culture care
antara perawatan profesional dan perawatan tradisional dari klien dalam
budaya manusia di seluruh dunia (Alligood, 2014).
3. Lingkungan. Konflik budaya, kerugian praktik, stress budaya, dan nyeri
terkait budaya merefleksikan kurangnya pengetahuan tentang asuhan
budaya yang merupakan dasar untuk dapat memberikan perawatan yang
sesuai budaya, bertanggungjawab, aman, dan sensitif. Metode penelitian
keperawatan etnis memberikan makna penting untuk dapat menemukan dan
menginterpretasikan data yang terkait emic dan etic, data kompleks, dan
data dengan beragam asuhan budaya secara akurat (Alligood, 2014).
4. Keperawatan. Keperawatan transkultural merupakan disiplin ilmu dan
profesi yang humanistic dan ilmiah yang tujuan utamanya adalah untuk
melayani individu, kelompok, komunitas, masyarakat, dan institusi.
Perawatan berbasis budaya merupakan makna yang paling komprehensif
dan holistic untuk mengetahui, menjelaskan, dan menginterpretasikan dan
memprediksi fenomena asuhan keperawatan dan untuk memandu keputusan
dan tindakan keperawatan. Care adalah esensi dari keperawatan dan
merupakan focus yang khusus, dominan, inti, dan mempersatukan.
Perawatan berbasis budaya (caring) merupakan sesuatu yang bersifat
esensial untuk kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan, dan pertahanan, serta
untuk menghadapi hendaya an kematian. Caring yang berbasis budaya
merupakan sesuatu yang esensial untuk tritmen dan pemulihan, dan bahwa
tidak mungkin kesembuhan tanpa adanya caring, tapi caring dapat tetap ada
tanpa adanya kesembuhan. Konsep asuhan budaya, makna, ekspresi, pola,
proses, dan bentuk structural dari perawatan dapat beragam secara
transkultural dengan adanya keragaman dan beberapa kesamaan (Alligood,
2014).

1.2 Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan

8
1) Manusia
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan
nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan sub kultur, individu
memiliki opini dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh,
ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari budaya tersebut. Setiap
manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan meneruskan pengetahuan
tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang memiliki
atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut sosial atau
secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari individu.
2) Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau
kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan
sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem
layanan budaya juga merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari
dua sub sistem:
a) Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang
menjadi bagian dari sistem layanan kesehatan regular, termasuk
layanan medis, layanan keperawatan, dan fisioterapi.
b) Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang
terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan
kebiasaan etnik, pengobatan alternative.
3) Sehat dan sakit
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang
di tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-
beda antar-budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan
agar mampu memahami makna yang diberikan oleh kelompok budaya
tertentu terhadap sehat dan sakit.
4) Keperawatan
Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai
keperawatan transkultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan
aspek-aspek sebagai berikut :
a) Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik

9
b) Keperawatan berpusat pada individu
c) Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan, dan
memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu penyakit,
sambil mempertimbangkan perbedaan budaya. Menurut Leininger,
perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan cara :
1. Preservasi Asuhan Kultural Preservasi asuhan kultural berarti
bahwa keperawatan melibatkan penghargaan yang penuh terhadap
pandangan budaya dan ritual pasien serta kerabatnya.
2. Adaptasi Asuhan Kultural Bertentangan dengan preservasi asuhan
kultural, adaptasi asuhan kultural melibatkan negosiasi dengan
pasien dan kerabatnya dalam rangka menyesuaikan pandangan dan
ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan.
3. Rekonstruksi Asuhan Kultural Rekonstruksi asuhan kultural
melibatkan kerjasama dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka
membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang berkaitan
dengan sehat, sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi
mereka.

1.3 Apikasi Transkultural Nursing Dalam proses Keperawatan


Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan
oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien. Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai
tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada Sunrise
Model yaitu :
1. Faktor teknologi (tecnological factors).

10
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih
atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan,
alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih
pengobatan alternatif dan persepsi kliententang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors).
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan,
cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social
factors).
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways).
Nilai- nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk.
Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu
dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan

11
membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and
legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya
: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang
dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi,
penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh bukti- bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :
tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya
untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan
dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi
verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial

12
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
C. Perencanaan dan Pelaksanaan

Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah


suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan
adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural
yaitu : mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien
tidak bertentangan dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila
budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya
klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
1. Cultural care preservation/maintenance
a. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
b. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan
klien
c. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
2. Cultural careaccomodation/negotiation
a. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
b. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
c. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi
dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik
3. Cultual care repartening/reconstruction
a. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
b. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok
c. Gunakan pihak ketiga bila perlu
d. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua

13
e. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
Kesehatan Perawat dan klien harus mncoba untuk
memahami budaya masing-masing melalui proses
akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan
perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya
budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya
klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga
hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan
klien yang bersifat terapeutik.
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap
keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atauberadaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

14
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Contoh Kasus

Seorang lansia berinisial RL umur 63 tahun, berjenis kelamin perempuan, agama


islam, pendidikan terakhir SD, dan pekerjaan adalah seorang Ibu Rumah Tangga
yang menerima gaji pensiunan suaminya di salah satu fasilitas pelayanan sosial di
Kota Gorontalo. Ny.RL bersuku Gorontalo, memiliki 4 orang anak yang sudah
berkelurga. Saat ini Ny.RL tinggal bersama anak Ke-2 nya, menantu serta 3
cucunya. Suami Ny.RL telah meninggal 5 tahun yang lalu. Ny.RL adalah pribadi
yang tegas dan tidak ingin dibantah kata anaknya.

Ny.RL datang ke Puskesmas bersama anaknya, saat dikaji Ny.RL mengeluh sakit
kepala sejak 6 hari yang lalu, klien mengatakan sakitnya berdenyut denyut dan
terasa berat di bagian kepala belakangnya, Ny.RL mengatakan nyeri dirasakan
sewaktu waktu dan kadang dibarengi mata yang berkunang-kunang. Ny.RL
mengatakan sebelum nyeri kepala ia sempat melakukan aktifitas rumah berupa
bersih-bersih langit-langit rumah tanpa menyalakankan lampu botol. Klien
percaya bahwa jika tidak menyalakan lampu botol saat bersih-bersih rumah akan
dapat teguran dari orang yang sudah meninggal. Saat merasakan nyeri kepala
klien meminta anaknya untuk membawanya ke dukun dan meminta dibuatkan
obat berupa air yang diberikan jampi jampi oleh dukun yang dipercaya. Namun
setelah 5 hari meminum air yang diberi oleh dukun tersebut tidak ada perubahan
sama sekali bahkan bertambah parah hingga kesulitan tidur pada malam hari

Saat di kaji anak Klien mengatakan Ny.RL sangat suka makan Ikan Asin terlebih
lagi jika ikan asinnya adalah ikan batu. Saat di ukur tanda tanda vital, TD
200/110, N 115 x/m, Rr 19 x/m, BB 85 Kg dan TB 155 cm. Ny.RL tampak
meringis dan memegang kepalanya. Klien juga mengatakan mudah lelah jika
berjalan terlalu jauh dan pandangannya mulai terasa kabur. Saat ini anak dan
Ny.RL bertanya tanya tentang peyakit yang diderita Ny.RL. Dokter dan perawat
telah menjelaskan penyakitnya namun Ny.RL masih tampak bingung dan tetap
merasa bahwa sakit yang dideritanya karena ditegur arwah suaminya.

15
2.2 Pembahasan Sesuai Model Konsep Keperawatan Leininger

1. PENGKAJIAN
Inisial : Ny. RL
Umur : 63 thn
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pengkajian Sunrise Model
a. Faktor Teknologi (Technologi Factors)
Ny.RL adalah pribadi yang tegas dan tidak ingin dibantah kata anaknya. Karena
Ny. RL dibesarkan dari budaya Gorontalo ia percaya bahwa nyeri kepalanya
disebabkan pada saat bersih-bersih langit-langit rumah klien lupa menyalakan
lampu botol sehingga ditegur oleh arwah suaminya. Ny.RL saat merasakan nyeri
kepala meminta anaknya untuk membawanya ke dukun dan meminta dibuatkan
obat berupa air yang diberikan jampi jampi oleh dukun yang dipercayanya.
karena tidak kunjung sembuh bahkan bertambah parah anaknya membawa Ny.
RL ke Puskesmas.

b. Faktor Agama & Falsafah Hidup (Religious and Philosophical Factors)


Klien beragama Islam dan suaminya telah meninggal 5 tahun yang lalu. Sekarang
Ny. RL tinggal bersama anak ke-2 nya, menantu, dan 3 cucunya. Saat dijelaskan
oleh dokter dan perawat Ny. RL masih masih tampak bingung dan tetap merasa
bahwa sakit yang dideritanya karena ditegur arwah suaminya.

c. Faktor Sosial & Keterikatan Keluarga (Kindship and Social Factors)


Klien biasa di panggil Ny. RL, klien berumur 63 thn berjenis kelamin
perempuan, klien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga yang menerima gaji
pensiunan suaminya di salah satu fasilitas pelayanan sosial di Kota Gorontalo.
Ny.RL, memiliki 4 orang anak yang sudah berkelurga. Saat ini Ny.RL tinggal
bersama anak Ke-2 nya, menantu serta 3 cucunya. Suami Ny.RL telah
meninggal 5 tahun yang lalu.

16
d. Faktor Nilai Budaya & Gaya Hidup (Cultura Value and Lifeways)
Karena Ny. RL dibesarkan dari budaya Gorontalo ia percaya bahwa nyeri
kepalanya disebabkan pada saat bersih-bersih langit-langit rumah klien lupa
menyalakan lampu botol sehingga ditegur oleh arwah suaminya. Ny.RL saat
merasakan nyeri kepala meminta anaknya untuk membawanya ke dukun dan
meminta dibuatkan obat berupa air yang diberikan jampi jampi oleh dukun yang
dipercayanya.

e. Faktor Peraturan & Kebijakan (Polytical and Legal Factors)


Dokter dan perawat telah menjelaskan penyakitnya namun Ny.RL masih
tampak bingung dan tetap merasa bahwa sakit yang dideritanya karena ditegur
arwah suaminya.

f. Faktor Ekonomi (Economical Factors)


Klien seorang Ibu Rumah Tangga yang menerima pensiunan suaminya disalah
satu fasilitas pelayanan sosial di Kota Gorontalo.

g. Faktor Pendidikan (Educational Factors)


Pendidkan terakhir klien SD dan hanya berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga
sehingga saat dijelaskan oleh dokter dan perawat Ny. RL tampaknya masih
bingung dan tetap percaya dengan budayanya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d Agen pencedera fisiologis
2. Intoleransi Aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
3. Defisit Pengetahuan b.d Kurang terpapar informasi.

17
3. INTERVENSI
Intervensi 
No. Diagnosa Luaran Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen Setelah dilakukanMManajemen Nyeri
pencedera fisiologis intervensi Observasi 
keperawatan  Identifikasi
selama .... tingkat lokasi,
nyeri menurun karakteristik,
dengan kriteria durasi, frekuensi,
hasil: kualitas,
 Kemampuan intensitas nyeri
menuntaskan  Identifikasi skala
aktivitas nyeri 
 Keluhan nyeri  Identifikasi
menurun respon nyeri non
 Meringis verbal 
menurun  Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan
nyeri 
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan
tentang nyeri 
 Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup  
 Monitor efek
samping

18
penggunaan
analgesik 
Terapeutik 
 Berikan teknik
non farmakologi
logis untuk
mengurangi rasa
nyeri 
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri 
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi
 Jelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri 
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri 
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat 
 Ajarkan teknik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa

19
nyeri 
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetic
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi
b/d intervensi Observasi 
ketidakseimbangan keperawatan  Identifikasi
antara suplai dan selama .... gangguan fungsi
kebutuhan oksigen toleransi aktivitas tubuh yang
meningkat dengan mengakibatkan
kriteria hasil: kelelahan
 Keluhan lelah  Monitor kelehan
menurun fisik dan
 Perasaan emosional
lemah  Monitor pola dan
menurun jam tidur
 Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas
Terapeutik 
 Sediakan
lingkungan
nyaman dan
rendah stimulus
(cahaya, suara,
kunjungan)
 Berikan aktifitas
dikstraksi yang
menenangkan
 Fasilitasi duduk
di sisi tempat

20
tidur, jika tidak
dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi  
 Anjurkan tirah
baring
 Anjurkan
melakukan
aktivitas secara
bertahap
 Anjurkan
menghubungi
perawat jika
tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi 
 Kolaborasi ahli
gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
b/d kurang terpapar intervensi Observasi 
informasi. keperawatan  Identifikasi
selama .... tingkat kesiapan dan
pengetahuan kemampuan
membaik dengan menerima
kriteria hasil: informasi
 Perilaku Terapeutik 
sesuai  Sediakan media
anjuran dan materi untuk
meningkat Pendidikan

21
 Persepsi yang kesehatan
keliru  Jadwalkan waktu
terhadap yang tepat untuk
masalah memberikan
menurun pendidikan
 Kemampuan kesehatan sesuai
menjelaskan kesepakatan
pengetahuan dengan pasien
tentang suatu dan keluarga
topik  Berikan
meningkat kesempatan klien
dan keluarga
untuk bertanya
dan
mengemukakan
perasaannya
Edukasi 
 Jelaskan factor
resiko yang apat
memengaruhi
Kesehatan

Dari hasil pengkajian sunrise model yang dilakukan pada contoh kasus tersebut,
terdapat 7 faktor yang harus dikaji oleh perawat. Pada pengkajian faktor teknologi
(technologi factors), Anak klien mengatakan klien adalah pribadi yang tegas dan tidak
ingin dibantah, klien dibesarkan dari budaya Gorontalo ia percaya bahwa nyeri
kepalanya disebabkan karena pada saat bersih-bersih langit-langit rumah, klien lupa
menyalakan lampu botol sehingga ditegur oleh arwah suaminya. klien saat merasakan
nyeri kepala meminta anaknya untuk membawanya ke dukun dan meminta dibuatkan
obat berupa air yang diberikan jampi jampi oleh dukun yang dipercayanya. karena tidak
kunjung sembuh bahkan bertambah parah anaknya membawa klien ke Puskesmas.

22
Pada pengkajian faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors), klien beragam islam dan merupakan Ibu Rumah Tangga yang menerima
pensiunan Almarhum suaminya yang telah meninggal 5 tahun yang lalu. Sekarang klien
tinggal bersama anak ke-2 nya, menantu, dan 3 cucunya. Saat dijelaskan oleh dokter dan
perawat klien masih tampak bingung dan tetap merasa bahwa sakit yang dideritanya
karena ditegur arwah suaminya.

Pada pengkajian faktor sosial dan keterikatan keluarga, Klien biasa di panggil
Ny. RL, klien berumur 63 thn berjenis kelamin perempuan, klien merupakan seorang
Ibu Rumah Tangga yang menerima gaji pensiunan suaminya di salah satu fasilitas
pelayanan sosial di Kota Gorontalo. klien memiliki 4 orang anak yang sudah berkelurga.
Saat ini klien tinggal bersama anak Ke-2 nya, menantu serta 3 cucunya. Suami Ny.RL
telah meninggal 5 tahun yang lalu.
Pada pengkajian faktor nilai budaya dan gaya hidup (cultural values and
lifeways), klien dibesarkan dari budaya Gorontalo ia percaya bahwa nyeri kepalanya
disebabkan pada saat bersih-bersih langit-langit rumah klien lupa menyalakan lampu
botol sehingga ditegur oleh arwah suaminya. klien saat merasakan nyeri kepala meminta
anaknya untuk membawanya ke dukun dan meminta dibuatkan obat berupa air yang
diberikan jampi jampi oleh dukun yang dipercayanya.
Pada pengkajian faktor peraturan dan kebijakan (political and legal factor),
Dokter dan perawat telah menjelaskan penyakitnya namun klien masih tampak bingung
dan tetap merasa bahwa sakit yang dideritanya karena ditegur arwah suaminya.
Pada pengkajian faktor ekonomi (economical factors), Klien seorang Ibu
Rumah Tangga yang menerima pensiunan suaminya disalah satu fasilitas pelayanan
sosial di Kota Gorontalo.
Sedangkan pada pengkajian faktor pendidikan (educational factors),
Pendidkan terakhir klien SD dan hanya berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga
sehingga saat dijelaskan oleh dokter dan perawat klien tampaknya masih bingung dan
tetap percaya dengan budayanya.

Daftar Pustaka

23
Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Buku SDKI, SLKI, SIKI Edisi I Cetakan II.
DPP PPNI: Jakarta Selatan

24

Anda mungkin juga menyukai