Anda di halaman 1dari 6

Si Penari Cantik

Karya: Asyera Kesita Pratydina Pasaribu

Di bawah sinar mentari, Langkah demi Langkah terpatri. Sinar mengenai kulit langsat gadis
bersurai hitam yang kini berputar untuk mengakhiri tariannya. Di dekat sebuah danau, tanpa
orang-orang ia menari tanpa pasang mata melihat. Air matanya terus mengucur di
sepanjang nyanyian yang ia nyanyikan.

”Teruslah menari agar kau tetap terlihat rupawan, menarilah untukku agar kau mendapat
imbalan ini” perkataan itu terus menghantuinya, membuatnya telah beribu kali
mengucapkan kalimat penyesalan setelah bernegosasi dengan penyihir tua.

“Andai aku tidak menerima tawaran kala itu, mungkin saat ini aku akan tetap hidup damai
walau berwajah biasa!” gumamnya setelah mengakhiri tariannya.

Kinanti melihat pantulan dirinya di danau, tampak elok wajahnya apalagi sinar matahari ikut
menghiasi wajahnya.

Hari ini, Kinanti akan datang ke suatu pesta dimana para petinggi keraajaan akan berkumpul
disana. Kinanti tidak akan melewati hal tersebut karena dirinya yang berdarah bangsawan
diwajibkan untuk ikut. Apalagi ia pangeran yang sudah lama ia cintai hadir disana. Kinanti
terus tersenyum, sudah lama ia menaruh rasa pada pangeran Canova, apalagi mereka sering
bertemu apabila ada acara kerajaan tidak akan ada halangan apabila ia ingin Bersama
Canova.

Setiba di rumah, Kinanti menyuruh pelayannya untuk mempersiapkan segala hal mulai dari
pakaiannya hingga riasannya. Padahal hari masih pagi, tapi seakan kinanti tak ingin menyia-
nyiakan momen ini. Gaun yang ia pakai selalu baru dan dirancang oleh penjahit terkenal,
perhiasannya terkessan elegan dan mahal, siapa yang tak kenal Kinanti. Semua orang tahu
dia adalah anak bangsawan berpengaruh.

Malam pun tiba, Langkah demi-langkah ia lakukan dengan anggun, sorot lampu istana seolah
meyorot dirinya. Ketika dia melangkah, seluruh mata terpaku pada dirinya, ”Apa kabar
semua?”

Setelah dirinya menyapa semua yang hadir, orang-orang akan mendekat padanya dan mulai
mencoba basa-basi terhadapnya.

“Gaunmu tidak tertandingi, kaulah nomor satu disini”

“kau yang paling cantik, Nona!”

“aku setuju, seharusnya malam ini kau bersanding dengan Pengeran Casanova!”

Kata-kata yang cukup membosankan. Namun Ia tak berbohong justru ia menyukai hal itu.

“Selamat malam, nona cantik. Apakah kau butuh pasangan dansa?” Namanya Reno,
pendatang dari kerajaan lain yang sudah berkali-kali datang. Akhir-akhir ini lelaki itu terus
menganggu ketenangannya.
“Maaf, kau tak ingat kalau aku lebih pantas bersanding dengan Pangeran Casanova,
ketimbang berandal sepertimu!” Kinanti berjalan hendak meninggalkan Reno.

“Halo, Nona muda rupawan yang angkuh. Kau tidak tahu kalau aku ini juga bangsawan
sepertimu. Seenaknya kau bilang aku berandal.”

Kinanti tidak menggubris semua ocehan dari mulut Reno, ia hanya diam terus berjalan lurus
walaupun matanya terus mencari sosok yang ia tunggu. Sesekali ia memutar bola matanya
malas karena Reno terus mengekorinya. Hingga Kinanti terpaku, sosok yang ia cari telah
muncul di depan matanya.

“Pangeran Canova, Yang terhormat, selamat atas keberhasilanmu menaklukan Kerajaan


Utara. Aku sangat mengagumi kehebatanmu!” Kinanti menunduk hormat.

“Sudah lama kita tidak bertemu, Sejak aku terus mengarungi kerajaan lain. Kita jadi jarang
berjumpa. Banyak sekali yang ingin aku ceritakan padamu saat aku disana, tapi untuk saat ini
aku tak bisa. Sepertinya hari ini akan sangat sibuk,” Ujar Pangeran Casanova.

“Aku akan tetap menunggumu sampai kau mau menceritakan pengalaman mengagumkan
yang kau miliki selama disana, betapa hebatnya dirimu wahai Pangeran!” Pujinya.

“kau tahu, aku ingin mengatakan bahwa semakin hari kau semakin cantik. Entah kebaikan
apa yang telah kau lakukan sehingga dewi menurunkan kecantikan kepadamu!” balas
pangeran.

Wajah Kinanti bersemu, wajahnya terasa panas. Senyumnya seakan enggan berhenti, rasa
ingin memiliki Canova, semakin besar.

“Sepertinya aku ada pertemuan penting, aku pergi dulu sampai jupa lagi, Kinanti” Pangeran
Canova berjalan pergi menjauh.

Kinanti masih dalam senyum bahagianya, tak menyadari lelaki disampingnya masih
mengekorinya, “Kau belum berniat menyudahi aksi menjijikanmu itu? Kau tersenyum seperti
orang gila.”

“Aku tidak peduli perkataan bodohmu!”

Kinanti berjalan menuju meja prasmanan, mencicipi sedikit hidangan manis disana. Widya
menghampiri dirinya dan ikut melakukan hal yang sama dengannya. Gadis sebaya dirinya ini
entah kenapa sedikit membuatnya tak nyaman seperti hendak mengatakan sesuatu.

“Hai, kau sangat terkenal ya disini. Orang-orang terus membicarakanmu, aku jadi penasaran
dengan dirimu. Perkenalkan aku Widya, senang bertemu denganmu sescara langsung.
Ternyata kau lebih cantik dari dugaanku!” ujarnya.

“Salam kenal juga, matamu tidak berbohong sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu
kepadaku, oh iya terimaksih dengan pujian itu,”

“Ternyata kau cukup teliti, aku hanya penasaran kenapa pangeran sering menceritakan
mengenai dirimu. Dia bilang kau sahabatnya yang terbaik, aku sedikit cemburu. Ternyata kau
seperti yang dikatakannya, kuharap” Perkataan widya sedikit membuat rasa penasaran
Kinanti muncul dan menimbulkan pertanyaan.

“Kau ada hubungan apa dengan Pangeran?” tanyanya.


“Astaga aku melewatkan hal ini, aku tunangan Casanova. Aku bertunangan dengannya dan
ayahku memberikan kerajaan kami pada Casanova. Ia adalah pria menarik, dalam semalam
aku dengan mudah jatuh cinta padanya. Ia selalu menceritakan tentang dirimu padaku”
jelasnya.

Seakan api membakarnya, Kinanti mengepalkan tangannya. Namun melihat keadaan yang
ramai ia menyembunyikan emosi yang membakarnya. Kinanti tersenyum walaupun dadanya
terbakar.

“Baguslah, namun sepertinya aku harus pergi dulu. Sampai jumpa!” Kinanti meninggalkan
gadis yang bahkan belum selesai dengan kata selanjutnya.

Kinanti berlari dan pergi dengan mobilnya. Ia memberikan aba-aba kepada sopirnya untuk
pergi menuju danau. Sesampainya disana ia, meluapkan amarahnya. Ia menghancurkan
segala tumbuhan hias disana dan melempari danau itu dengan batu.

“Dasar danau sialan, untuk apa wajah rupawan ini kalau akhirnya aku tak mendapatkan
Casanova. Apa perlu aku bunuh si Widya sialan itu? Aku Lelah menari setiap pagi buta untuk
memulihkan kekuatanmu. Namun apa? Ini yang kau berikan?” teriaknya.

Seorang penyihir tua muncul dari danau dengan tatapan datar, “Apa kau bisa ulangi kata-
kata tadi dengan nada yang sama?”

“Aku tidak perlu mengulangi perkataanku, yang aku ingin kau tahu bahwa aku kecewa
kepadamu!”

“Aku memberikan tawaran, bagaimana kalau aku cabut semua kecantikan yang kuberikan?”

Seketika Kinanti bersujud di kaki penyihir, memohon ampun atas emosi sesaatnya yang tak
berguna. Penyihir tersenyum dan mengelus rambut Kinanti dan mengajaknya unutk bangkit.

“ingatlah untuk tetap Kembali setiap jam lima pagi. Danau ini butuh kekuatan untuk pulih,
danau ini adalah ssumber kekuatanku, jika kekuatanku hilang maka kecantikanmu akan
hilang,” jelasnya. Kinanti mengangguk paham, ia masih dalam raut menyesalnya.

Ketika pagi tiba, sesperti biasa ia akan menari setelah itu ia akan membereskan kekacauan di
danau yang telah ia perbuat.

Ketika sedang menanam bunga yang baru, seseorang datang mengejutkan dirinya. Widya,
entah kenapa ia bisa tahu keberadaan dirinya. “Aku semalam tertidur disini,”

Kinanti tertegun seketika, wajahnya semakin panik setelah melihat siapa yang
menghampirinya. Melihat Widya berdiri dengan gaun yang sama dengan gaun tadi malam.
“kemarin aku mengikutimu, karena tingkahmu aneh. Aku takut terjadi sesuatu kepadamu”
jelas Widya.

“Tapi aku tidak melihat dan mendengar apapun, percaya padaku!”

“Justru karena kau berkata demikian aku jadi penasaran apa yang kau dengar!” Kinanti
berjalan mendekat kearah Widya.

Widya tersenyum miring, “sepertinya aku tidak berbakat dalam berbohong sepertimu. Aku
tidak jadi iri padamu. Aku lega ternyata kecantikan yang kau miliki tidak murni!” Ucap Widya
lugas.
“Perhatikan cara bicaramu. Kau tak tahu apa yang ada dipikiranku ketika melihat dirimu?
Jadi aku izinkan kau pergi dari danau ini!”

Widya pun menghilang dari sana saat itu juga, meninggalkan kinanti yang porak-poranda.
Satu orang telah mengetahui rahasia besarnya, ia merasa dirinya akan hancur sebentar lagi.
Kinanti menatap kepergian Widya, dirinya diguncang kebingungan oleh dirinya sendiri.

Tiba saatnya hari ia bertemu dengan Casanova, di meja pavilion dekat taman istana
menyedu teh bersama Widya. Pasangan itu terlihat serasi, Kinanti yang ada disana seolah
tidak ada. Barulah setelah beberapa lama ia berada disana, Casanova membuka suara pada
Kinanti.

“Ini WIdya tunanganku, maaf belum menceritakannya padamu. Ternyata Widya telah
terlebih dahulu memperkenalkan diri padamu. Aku jadi tidak enak padamu,”

“Tidak apa-apa pangeran, Aku boleh pergi? Sepertinya aku ada kesibukan lain”

Kinanti pun meninggalkan mereka, ia memilih pergi ke pekan raya dimana semua orang
menjual semua barang disana. Ada satu acara lelang yang membuatnya tertarik sehingga ia
memilih datang kesana.

“Wah, ternyata seorang sepertimu tertarik juga dengan acara ini?” ujarnya.

“Apalagi yang akan kau katakana, katakan saja aku tidak peduli,”

Reno terdiam sejenak, “Apa aku tidak bisa berbincang denganmu?”

“tidak”

Reno menarik tangan Kinanti menuju acara lelang tadi, Reno buru-buru mencari tempat
paling depan di acara lelang tersebut. Dipertengahan acara Casanova dan Widya datang
membuat kehebohan, padahal baru saja mereka duduk santai di pavilion, mengapa mereka
datang ke acara lelang.

“kau pasti bingung mengapa pangeran ikut di acara ini, disini akan banyak orang berkumpul
untuk mengambil benda Ajaib. Benda utama yang dilelangkan adalah minuman baja untuk
daya tahan tubuh tiada batas, semua lelaki disini akan memperebutkan benda itu” jelas
Reno seakan tahu apa yang ada di pikiran Kinanti.

“Jadi pangeran ingin benda itu. Aku yakin dia yang akan mendapatkannya,” ucap Kinanti.

“Akhirnya kau berbicara juga denganku, kalau ada yang sesesuatu yang kau inginkan
katakana padaku, aku bisa membantu” Reno tersenyum menampilkan gigi putih nan
rapinya.

Kinanti fokus melihat benda apa saja yang dilelangkan, hingga suatu barang yang dilelangkan
menarik perhatian dirinya, suatu botol berisi cairan berwarna ungu muda dengan gemerlap
bening.

“Apa kau akan membantuku?”

“kau ingin benda itu?” tanya Reno dan Kinanti pun mengangguk.
Reno mengangkat tangannya untuk membeli barang tersebut, namun pangeran melakukan
hal yang sama. Akhirnya kinanti berdiri dan mempertaruhkan semua hartanya untuk benda
itu.

‘Wah, saya tidak menduga barang ini akan laku mahal sekali. Bagaimana kalau kita rehat
sebentar untuk berdiskusi mengenai barang ini.” ucap Pedagang lelang benda Ajaib itu.

Kinanti menghampiri pangeran untuk membiarkan kinanti membeli benda tersebut, namun
pangeran menolak karena benda itu adalah keinginan Widya, “Pangeran kumohon”

Casanova menatap Widya keputusannya sudah bulat untuk memberikan benda itu pada
tunagannya itu.

“Reno kau bilang kau akan membantuku?” Kinanti memandang ke arah lelaki itu penuh
harap.

“Satu syarat, kau harus menikah denganku? Bagaimana?”

Tanpa berpikir lagi Kinanti mengangguk demi botol yang akan memberikannya kecantikan
abadi. Ia berharap dengan botol itu, ia tidak perlu menari di danau itu lagi. Sialnya, Widya
dengan gencar untuk membeli barang itu. Bahkan wajahnya dipenuhi amarah ketika ia tahu
Kinanti juga menginginkan barang tersebut.

“Hei Kinanti, kau jangan senang dulu. Agar semua orang tahu bahwa kau bersekutu dengan
penyihir, sebelumnya kuperingatkan kepada Reno untuk tidak menikahi Kinanti. Ia adalah
penyembah berhala. Ia menyembah danau untuk mendapatkan kecantikan. Lihat saja ketika
ia tidak menari di danau itu lagi, wajahnya perlahan akan menjadi seperti aslinya yang buruk
rupa. Kasihan sekali Reno apabila memiliki istri buruk rupa!” Widya masih gencar dengan
benda itu, tawanya menggelegar setelah ia puas membeberkan rahasia besar Kinanti.

“Bagaimanapun wajahya aku akan menikahi dia, karena kau telah memberitahu semuanya
itu artinya kau membiarkan kinanti mendapatkan barang tersebut.” Perkataan Reno cukup
membuat Widya terdiam. Casanova yang paham kondisi akhirnya buka bicara.

“Apakah benar yang dikatakan Widya?” ujarnya Casanova pelan.

Kinanti mengangguk, “maaf, Aku akan jujur. Selama ini aku menaruh rasa pada dirimu.
Ketika melihat diriku kurang menarik, aku melakukan negoisasi dengan penyihir penjaga
danau. Aku melakukan itu karena kau pernah bilang kau suka gadis cantik. Aku melakukan
itu semua untuk mendapatkan perhatianmu”

“Tapi ketika mengetahui kau telah memiliki tunangan, aku marah dan hampir
menghancurkan danau tersebut. Namun beberapa hari ini, aku merenungi semua
kesalahanku, dan mulai menyadari bahwa aku harus melepaskan dirimu. Walaupun begitu
hasrat menjadi cantikku semakin besar, mohon berikan benda itu padaku!”

Setelah berunding, Widya tidak dapat berkutik akhirnya benda itu jadi miliknya. Reno
membantunya seperti yang ia katakan.

“Terimakasih, tapi tidak mungkin kau membantu tanpa sebab,” Kinanti menatap Reno penuh
curiga.
“kenapa kau berpikir buruk? Apakah semua orang selalu seperti itu padamu?” tanya Reno
dan kinanti mengangguk.

Tanpa disadari, kinanti membawa Reno ke danau penyihir tua. Entah sejak kapan ia
membiarkan orang lain tahu tentang danau tersebut. Mata Reno berbinar saat menatap
danau tersebut, keindahan yang khas dan sebuah legenda yang pudar.

“inilah rahasia besarku” ucap Kinanti.

“ini danau legenda kuno yang telah hilang, muncul lagi setelah ribuan tahun?” tanya Reno
tapi Kinanti menggeleng bingung dan takt ahu.

“Danau ini ditunggu oleh seorang dewa yang sedang mengisi kekuatannya. Dia akan
mengabulkan keinginan siapapun yang menari disini. Tak sembarang orang yang bisa
menari, hanya orang terpilih dan yang jiwanya terharmonisasi dengan jiwa danau. Kau
adalah orang pilihan!”

Kinanti tidak menyangka rahasia yang ia anggap memalukan adalah legenda yang
menakjubkan. Penyihir yang ternyata adalah seorang Dewa akhirnya muncul dan menyapa
mereka. Kinanti berterimakasih sekaligus meminta maaf pada Dewa tersebut. Ia berjanji
akan terus menari untuk danau itu.

“kau tahu, kalau danau ini hancur. Dunia ini akan hancur juga. Pengabdianmu suci, anakku”

Anda mungkin juga menyukai