Anda di halaman 1dari 20

BAB I TINJAUAN PUSTAKA A.

Definisi Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengadung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yangdisebabkan oleh jamurdermatofita. Sedangkan dermatomikosis adalah semua penyakit jamur yang menyerang kulit1,2,3. Penyakit ini disebut juga tinea, ringworm, teigne, herpes sirsinata, kurap.

B. Epidemiologi Sekarang ini, infeksi yang disebabkan dermatofita diperkirakan semakin meningkat. Peningkatan jumlah pasien dengan keadaan imunokompromise seperti AIDS, DM, kanker dan transplantasi organ menyebabkan penyakit ini lebih menonjol. Diperkirakan 20%-25% populasi dunia terinfeksi dermatofita dan insidensinya cenderung naik4. Sejumlah penelitian menyebutkan infeksi dermatofita berhubungan dengan aktivitas, kondisi lingkungan dan kelompok usia tertentu5.

C. Etiologi Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin, terdiri dari 3 genus, yaitu Microsporum, Tricrophyton dan Epidermophyton. Selain sifat keratolitik masih banyak sifat yang sama diantara dermatofita, antara lain sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan dan penyebab penyakit1.Dari 41 spesies dermatofita yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Tricrophyton, 7 spesies Microsporumdan 1 spesies Epidermophyton2. Enam spesies penyebab dermatofitosis terbanyak di Indonesia adalah Trychophyton rubrum,Trychophyton mentagrophytes, Trychophyton concentricum, Microsporum canis, Microsporum gypseum dan Epidermophyton floccosum6.

Berdasarkan habitatnya, golongan dermatofita dibagi menjadi 3 kelompok, geofilik, zoofilik, dan antropofilik. Kelompok geofilik hidup di tanah, dan sesekali menyerang manusia melalui kontak langsung dengan tanah melalui spora yang dapat hidup bertahun-tahun. Strain Microsporum gypseum yang berasal dari kultur tubuh manusia, lebih berbahaya dari bentuk yang ditemukan di tanah3. Kelompok zoofilik biasanya ditemukan pada hewan, tapi juga di transmisikan ke manusia. Sumber infeksi utamanya adalah dari kucing dan anjing yang dipelihara manusia (M. Canis). Transmisi dapat terjadi melalui kontak langsung dengan hewan tersebut atau secara tidak langsung bila bulu hewan yang terinfeksi ada di pakaian atau dirumah. Area yang sering terkena kulit kepala, jenggot, muka dan lengan3. Kelompok antropofilik sudah beradaptsi dengan manusia sebagai hostnya. Tidak seperti kelompok feofilik dan zoofilik, antropofilik lebih sering terjadi di lingkungan, disebarkan orang ke orang melalui kontak langsung. Infeksi kelompok ini bervariasi dari yang asimtomatis sampai terjadi inflamasi tergantung dari virulensi dan keadaan tubuh manusia3. Selain cara penularan langsung dan tidak langsung, juga terdapat faktorfaktor penularan lain2 : 1. Faktor virulensi dari dermatofita Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trichophyton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophyton floccosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam. 2. Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur. 3. Faktor-suhu dan kelembaban

Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini. 4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik. 5. Faktor umur dan jenis kelamin Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak

dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilon, dapat mempermudah penyakit jamur ini.

D. Patogenesis Infeksi dermatofita melibatkan 3 tahapan, pelekatan ke keratinosit, penetrasi melewati dan diantara sel, dan perkembangan respon host. Untuk melekatkan arthrokonidia ke jaringan keratin, jamur harus tahan dengan berbagai efek dari sinar ultraviolet, suhu dan kelembaban yang bervariasi, kompetisi dengan flora normal dan sphingosin yang diproduksi sel keratinosit. Asam lemak yang dihasilkan oleh kelenjar sebacea berfungsi sebagai fungistatik. Keberadaan asam lemak ini pada anak post pubertas dapat diduga sebagai penyebab penurunan kejadian tinea kapitis setelah dewasa3. Setelah melekat, spora harus berkembang dan masuk ke stratum korneum lebih cepat daripada deskuamasi. Penetrasi berhasil dengan ditandai sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga menyediakan makanan untuk jamur. Trauma dan maserasi juga berperan dan merupakan faktor penting dalam patogenesis tinea pedis3.

Derajat inflamasi yang terjadi dipengaruhi oleh status imun penderita dan organisme yang terlibat. Pengenalan imunologis dan kemotaksis dari sel inflamasi melalui berbagai cara. Beberapa jamur menghasilkan faktor kemotaksis dengan BM rendah seperti yang dihasilkan oleh bakteri. Pembentukan antibodi tidak terlihat sebagai perlindungan infeksi dermatofita, tetapipasien dengan infeksi luas dapta ditemukan kenaikan titer antibodi. Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau reaksi tipe lambat sebagai peran yang sangant penting dalam melawan dermatofitosis. Yang berperan dalam imunitas seluler ini adalah interferon yang disekresikan oleh sel limfosit T helper 1.

Pada pasien yang pertama kali terkena, infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal dan skin test trichophytin masih negatif. Infeksi menghasilkan eritema yang ringan dan skuama sebagai efek peningkatan pergantian keratinosit. Antigen dermatofita kemudian diproses oleh sel langerhans epidermal dan dipresentasikan kepada linfosit T di limfonodi lokal. Limfosit T kemudian berprolifrerasi dan bermigrasi ke tempat infeksi untuk menyerang jamur. Pada saat ini, lesi tiba-tiba terjadi inflamasi dan barrier epidermis menjadi permeabel untuk transferin dan sel yang bermigrasi. Kemudian jamiur menghilang dan lesi sembuh. Skin test trichophytin sekarang positif3.

E. Klasifikasi Dermatofitosis dibagi berdasarkan bagian tubuh manusia yang diserang sehingga lebih praktis dan dianut oleh sebagian besar dokter spesialis kulit, yaitu: Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit kepala dan rambut kepala Tinea barbae, dermatofitosis pada dagu dan jenggot Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, anus, bokong dan kadang sampai daerah perut bagian bawah Tinea pedis et manus, dermatifitosis pada kaki dan tangan Tinea unguium, dermatofitosis padakuku jaari tangan dan kaki Tinea korporis, dermatofitosis pada daerah selain bagian yang tidak termasuk diatas, seperti perut, dada dan punggung.

Tinea kapitis Tinea korporis Tinea cruris Tinea pedis/manum

Gambar 1. Kl i i

i dermat it i

1. Ti (Scal

a Kapiti

Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak -anak dan sering dit larkan melal i binatang- binatang peli araan seperti kucing, anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk yang khas tinea kapitis dibagi dalam 4 bentuk : a. Grey patch ring worm Penyakit ini dimulai dengan papula merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bers isik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan al pesia setempat, disebut daerah grey patch1,2. Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flo uresensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas grey patch tersebut1,2. Grey patchyang


i w

; i a Tonsurans)

dilihat dalam klinik tidak menunjukkan batas daerah sakit yang pasti1. Jenis ini sering disebabkan oleh Microsporum1,2 dan trichophyton 2. b. Black dot ring worm Infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala2. Bagian rambut yang tersisa adalah ujung rambut yang penuh dengan spora1. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan kulit, yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran back dot. Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan olehTrichophyton mentagrophyites1,2 . c. Kerion Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik2. Bila disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum gypseum, pembentukan kerion sering terlihat, agak berkurang bila disebabkanTrichophyton violaceum1. d.Tinea favosa Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus moussy odor. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Trichophyton Penyebab violaceum utamanya adalah tonsurans,dan sedikit sekali Trichophyton sudah terkena infeksi2.Terutama violaceum, disebabkan Trichophyton

tonsurans,

Trichophyton

Trichophytonschoenleini,

dan Trichophyton

gypseum. Oleh karena tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.

AB

Gambar 2. Macam tinea kapitis A: black dot, B: Grey patch, C: kerion, D: tinea favosa 2. Tinea Barbae Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambangdan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion a. Superfisialis

Tipe ini meyerupai folikulitis bakterial. Kelainan-kelainan berupa gejala eritema difus, papula perifolikulerdan pustul3. b. Kerion Tipe lesi inflamasi tinea barbae, mirip dengan kerion tinea kapitis. Bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi3. Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan : - Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus) - Karbunkel - Dermatitis kontak

Gambar 3. Macam tinea barbae A: tipe kerion, B: tipe superfisialis

3. Tinea kruris Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun, bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif2. Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam,

daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke gluteus, perut bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila2. Penyebab utama adalah Epidermophyton floccosum, Trikophyton rubrum dan Trikophyton mentographyites2. Diferensial Diagnosa : - Kandidiasis inguinalis - Eritrasma - Psoriasis vulgaris - Pitiriasis rosea

Gambar 4. Tinea kruris 4. Tinea Pedis dan Manus Tinea pedis disebut juga Athletes foot = Ring worm of the foot. Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder. Ada 3 bentuk Tinea pedis: a. Bentuk intertriginosa

Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celahcelah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum1,2. b. Bentuk hiperkeratosis Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila

hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura-fisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki2. c. Bentuk vesikuler subakut Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang terdapat pada tinea pedis, dapat terjadi pada tinea manus1,2. Penyebab utamanya ialah : Trichophytonrubrum, Trichophyton

mentagrophyites, dan Epidermophyton floccosum. Tinea manus dan Tinea pedis harus dibedakan dengan : - Dermatitis kontak akut alergis - Skabies - Psoriasis pustulosa

10

Gambar 5. Tinea pedis 5. Tinea Unguium (Onikomikosis = ring worm of the nails) Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila dimulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen

jamur.Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh kukunya sudah terkena penyakit2. Penyebab mentagrophyites utama adalah : Trichophytonrubrum, Trichophyton

11

Gambar 6. Tinea unguium 6. Tinea Korporis Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan danbanyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis inimenahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkandaerah-daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadibersama-sama dengan Tinea kruris2. Penyebab utamanya adalah : Trichophyton violaseum, Trichophyton rubrum, Trichophyton metagrophyites, Microsporum gypseum, Microsporum canis, Microsporum audolini.

12

Gambar 7. Tinea korporis F. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan KOH Bahan pemeriksaan yang didapat dipindah ke gelas obyek, lalu ditetesi dengan larutan KOH 10-30%. Tutup dengan gelas penutup, tekan perlahan untuk menghilangkan gelembung udara. Kemudian dipanaskan tetapi jangan sampai mendidih. Sediaan diperiksa dengan mikroskop, mulai dengan rendah, bila elemen jamur sudah terlihat, pembesaran dinaikkan7. Kultur 1. Agar Sabauraud modifikasi Media yang mengandung kloramfenikol dan sikloheksimid, merupakan media selektif untuk mengisolasi dermatofita karena dapat mencegah pertumbuhan kontaminan seperti bakteri dan jamur lainnya7. 2. Media DTM (Dermatophyte Test medium) Media ini mengandung merah fenol yang merubah warna medium dari warna kuning menjadi merah karena adanya metabolit alkalin oleh koloni dermatofita7.

G. Terapi Medikamentosa Topikal Pengobatan topikal 1-2 kali sehari merupakan terapi utama untuk tinea korporis/cruris dan tinea pedis/manus. Obat yang biasa dipakai adalah 13

golongan azole (clotrimazole, miconazole, tioconazole) dan golongan allylamine (terbinafine dan naftifine). Kedua golongan ini mempunyai efikasi tinggi terhadap dermatofita8. Sistemik Untuk tinea unguium dan tinea kapitis, terapi oral merupakan terapi utama. Lima terapi sistemik utama yang tersedia adalah tebinafine, itraconazole, griseofulvin, fluconazole dan ketoconazole. Itraconazole dan terbinafine merupakanobat umum untuk onikomikosis. Griseofulvin berperan penting dalam terapi tinea kapitis8.
Tinea pedis /manum Cream:2x/hari(14 minggu) Oral:250 mg/hari (2 minggu) Solusio1%: 2x/hari(1minggu) Oral 200 mg 2x/hari selama 1 minggu Tinea corporis /cruris Cream:2x/hari(14 minggu) Oral:250 mg/hari (2 -4 minggu) Solusio1%: 2x/hari(1minggu) Oral 200 mg 2x/hari selama 1 minggu Tinea kapitis 5 mg/kgBB/hari 2-4minggu (anak) Tinea unguium Oral:250 mg/hari (2 minggu) Kuku jari kaki 12-16 minggu Kuku jari tangan 6 minggu Oral: pulse therapy* kuku jari kaki: 3 pulse kuku jari tangan: 2 pulse

Terbinafine

Itraconazole

Continuous: 5 mg/kgBB/hari 2-4minggu(anak) Pulse: Caps(5 mg/kgBB/hari, 1-3 pulse) Oral susp (3 mg/kgBB/hari, 1-3 pulse)

Fluconazole

Oral: 150 mg 1x/minggu, selama 6 minggu

Oral: 150-300 mg 1x/minggu, selama 2-4 minggu

Continuous: oral susp 6 mg/kgBB/hari, 20 hari Pulse: oral susp 6 mg/kgBB/hari, 8-12 minggu Hanya efektif untuk Trichophyton Shampo 2 % sebagai terapi tambahan Microsize 20-25 mg/kgBB/hari,612 minggu Ultramicrosize 10-15

Oral: 150-300 mg 1x/minggu, selama 6-12 bulan kuku jari kaki: 915 bulan kuku jari tangan: 4-9 bulan Oral: 200-400 mg/hari, 6 bulan Tidak direkomendasikan karena hepatotoksik Microfine 500mg/hari, 6-12 bulan

Ketokonazole

Cream 2%: 1x/hari,6 minggu Oral: 200-400 mg/hari, 4 minggu Microsize 1g/hari Ultramicrosize 660-750 mg/hari,4-8

Cream 2%: 1x/hari,2 minggu Oral: 200-400 mg/hari, 4 minggu Microsize 500 mg/hari Ultramicrosize 330-375 mg/hari,2-4

Grizeofulvin

14

minggu

minggu

mg/kgBB/hari,612 minggu Oral susp 15-25 mg/kgBB/hari,612 minggu

Ket:* pulse therapy : 2x200 mg/hari selama 1 minggu, diikuti 3 minggu bebas ketokonazole Tabel 1. Terapi untuk dermatofitosis Non medikamentosa9 : 1. Edukasi diri sendiri dan anggota keluarga tentang resiko dermatofitosis dan penularannya 2. Hindari kontak dengan orang atau binatang yang terinfeksi dermatofitosis 3. Praktekkan higiene yang bagus 4. Keringkan tubuh setelah mandi 5. Menjaga kebersihan lingkungan dan tempat kerja 6. Jangan bertukar handuk, pakaian, sikat gigi dengan orang lain 7. Ganti kaos kaki dan pakaian dalam sekali sehari 8. Hindari pakaian dalam dan celana yang ketat 9. Memakai bedak tabur pada daerah lembab

H. Prognosis Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

15

BAB II STATUS PENDERITA

A. Identitas Nama Alamat Usia Jenis kelamin No. RM Tanggal periksa : Bpk. S : Pengkol, Kragan, Gondang Rejo, Karanganyar : 65 tahun : laki-laki : 390322 : 11 Juli 2011

B. Anamnesa Keluhan Utama : gatal-gatal diselangkangan

C. Riwayat Penyakit Sekarang Gatal-gatal dimulai sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Terasa gatal makin meluas, jika berkeringat dan saat malam hari terasa sangat gatal. Pasien mengaku sering mengompres bagian yang gatal dengan air hangat. Kurang lebih 1 minggu ini pasien mandi dengan daun sambiloto, tetapi belum berkurang. Pasien sering memakai salep mikonazol jika terasa gatal 2 kali -3 sehari. Pasien sudah mengurangi makan makanan yang sering dianggap g atal, tapi tidak pengaruh ke gatal. Kalau pasien ke sawah juga sering gatal.

D. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat alergi makanan : (+) telur, ayam, ikan sungai Riwayat alergi obat : (-) Riwayat hipertensi : (+) Riwayat DM : (-) Riwayat penyakit serupa : (+) tahun 2001

16

E. Riwayat penyakit keluarga Riwayat alergi makanan : (-) Riwayat alergi obat : (-) Riwayat hipertensi : (-) Riwayat DM : (-) Riwayat penyakit serupa : (-)

F. Status Dermatologis Regio inguinal terdapat patch eritema berbatas tegas dengan skuama halus

G. Pemeriksaan Penunjang KOH inguinal : (-) KOH skrotum : (-)

H. Differntial Diagnosa 1.Tinea kruris 2Eritrasma.

17

I. Diagnosa Tinea kruris

J. Terapi Medikamentosa: Interhistin 2x1 Ketokonazole cream 2x sehari Ketokonazole tab 1 x 200 mg

K. Prognosis Baik

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Budimulja, Unandar. Mikosis. In: Djuanda, Adhi, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2009. 2. Boel, Trelia. Mikosis Superfiisial. USU Digital Library.2003. 3. Verma S, Heffernan M. Superficial Fungal Infection: Dermatophytosis, Onycomycosis, Tinea Nigra, Piedra. In: Wolff K, et al, editors.Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th Edition. New York. McGraw-Hill Companies, INC.2008. 4. El Nweze.Dermatophytosis in Western Africa: A Review. Pakistan Journal of Biological sciences. 2010, 13(!3):649-656. 5. Das K, Basak S, Ray S. A Study on Superficial Fungal Infection from West Bengal: A Brief Report. J life Sci. 2009, 1(1):51-55. 6. Susilo J, Sjarifuddin PK. Dermatofitosis. In: Gandahusada S, editor. Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1998. 7. Hanum SYM. Hubungan kadar CD4 dengan Infeksi Jamur Superfisialis pada Penderita HIV di RSUP H.Adam Malik Medan (Tesis). Medan.Universitas Sumatra Utara. 2009. 8. Gupta AK, Cooper EA. Update in Antifungal Dermatophytosis.Mycopathologia (2008) 166:353367. 9. Anonim. Natural Help for Ringworm. Native Remedies. 2011 Therapy of

19

Responsi

SEORANG LAKI-LAKI USIA 65 TAHUN DENGAN TINEA KRURIS

Oleh: Achmad Abdulloh G0006029

Pembimbing: Prof. Dr. dr. Hari ono Kariosentono,SpKK

. KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA 2011

20

Anda mungkin juga menyukai