Anda di halaman 1dari 62

Case Based Discussion

Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam melengkapi


Kepaniteraan Klinik di Bagian Prostodontia

Oleh:

SYAIDATUL FAUZIAH
20100707360804066
SUBHANI YUNUS
21100707360804026

Dosen Pembimbing : Dr. drg. Okmes Fadriyanti, Sp. Pros

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2022
MODUL IV : KERUSAKAN DAN KEHILANGAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah Disetujui Laporan Diskusi Modul IV Tentang “Gigi Tiruan


Jembatan (Bridge)”Guna Melengkapi Persyaratan Kepaniteraan Klinik pada
Bagian Modul IV

Padang, 24 Januari 2022

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

(Dr. drg. Okmes Fadriyanti., Sp. Pros)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan case based discussion ini yang berjudul

“Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)” sebagai salah satu syarat guna memenuhi

requirment klinik pada bagian prostodontia

Perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas serta

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. drg. Okmes Fadriyanti., Sp.

Prosselaku pembimbing.

Akhir kata penulis berharap semoga case based discussion ini dapat

bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi

semua pihak yang memerlukan.

Padang, 24 Januari 2022

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi merupakan salah satu organ yang tidak kalah penting perannya dalam

sistem pencernaan tubuh manusia. Gigi juga memiliki fungsi yang beragam dalam

rongga mulut yaitu sebagai alat pengunyahan, menjaga kesehatan jaringan

periodontal, mempertahankan suara/bunyi, serta estetik dan kosmetik. Penampilan

gigi mempengaruhi penilaian orang lain dari daya tarik wajah. Pola menyikat gigi

yang kurang intensif dan kebiasaan makan makanan manis dapat menyebabkan

kerusakan atau kehilangan gigi.

Kehilangan atau tidak adanya gigi pada seseorang akan menimbulkan

berbagai gangguan pada orang tersebut. Kehilangan gigi yang tidak segera diganti

akan menyebabkan terjadinya rotasi, migrasi, ekstrusi dari gigi yang ada, resorbsi

tulang alveolar serta edentulos yang tersedia menjadi sempit. Kondisi tersebut

tentu saja dapat mengganggu sistem mastikasi, sehingga harus dibuatkan gigi

tiruan sedini mungkin.

Gigi yang hilang dapat diganti dengan gigi tiruan yang berfungsi untuk

mempertahankan fungsi rongga mulut, kenyamanan, estetika dan kesehatan

dengan cara merestorasi gigi asli atau mengganti gigi yang sudah tanggal.

Pembuatan gigi tiruan secara garis besar dibagi menjadi dua cabang ilmu, yaitu

ilmu gigi tiruan lepasan dan ilmu gigi tiruan cekat. Ilmu gigi tiruan cekat

merupakan cabang ilmu yang menyangkut pergantian dan perbaikan gigi dengan

suatu prothesa gigi tiruan yang tidak dapat dilepas.

1
Gigi tiruan cekat diklasifikasikan menjadi dua yaitu mahkota (crown) dan

jembatan (bridge). Gigi tiruan jembatan (GTJ) yang lazim disebutfixed partial

dentureadalah gigitiruan sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu atau

lebih gigi penyangga dan tidak dapat dilepas oleh pemakainya. Apabila

seseorang kehilangan satu atau beberapa gigi, terutama gigi anterior, akan

mengganggu tampilan dan saat bicara sehingga penderita merasa tidak percaya

diri, sebaliknya jika kehilangan gigi posterior akan mengganggu fungsi

pengunyahan.

Jenis Gigi tiruan jembatan ini meliputi komponen pontik, konektor dan

retainer dari bahan logam non mulia yang dihubungkan secara permanen pada

gigi penyangga dengan perantaraan bahan adesif serta tetap menggunakan

teknik etsa asam.

Pembuatan Gigi tiruan jembatan diperlukan beberapa pertimbangan

yang disesuaikan dengan kasus, rencana perawatan, preparasi gigi dan

bahan restorasi. Penggantian gigi pada daerah anterior rahang atas

merupakan suatu tantangan karena faktor kesulitan yang tinggi untuk

penatalaksanaan jaringan lunak dan desain pontiknya. Tujuan daripembuatan

gigi tiruan adalah memulihkan daya kunyah, memperbaiki estetik, mencegah

migrasi-rotasi-ektrusi, memperbaiki pengucapan, menjaga kesehatan jaringan

lunak serta mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut dari struktur organ di

dalam rongga mulut.

Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan GTJ adalah mempertahankan

dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem

pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,

2
agar suatu GTJ dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,

maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang

digunakan sebagai gigi penyangga juga dapat dipertahankan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah :

1. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi dari gigi tiruan jembatan

2. Mengetahui proses pembuatan gigi tiruan jembatan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Jembatan

Gigi tiruan jembatan disebut juga Fixed Partial Denture adalah suatu

protesa sebagian yang dilekatkan secara tepat pada satu atau lebih gigi penyangga

dan menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang.

Gigi tiruan jembatan (Bridge Fixed Bridge) adalah gigi tiruan yang

dicekatkan pada gigi penyangga dan didukung sepenuhnya oleh gigi

pendukungnya.

Gigi tiruan jembatan adalah restorasi yang menggantikan satu atau lebih

gigi yang disemenkan pada gigi penyangga dan didukung sepenuhnya oleh

periodontium.

2.2 Tujuan Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan

Menurut Martanto, tujuan pembuatan gigi tiruan jembatan adalah untuk

memulihkan daya kunyah (masticating efficiency) yang menjadi kurang karena

hilangnya satu atau lebih gigi asli. Selain itu juga untuk memperbaiki estetika,

memelihara/mempertahankan kesehatan gusi, memulihkan fungsi fonetik

(pengucapan), serta mencegah terjadinya pergeseran gigi keruangan yang kosong

akibat kehilangan gigi berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi.

2.3 Indikasi dan Kontra Indikasi Gigi Tiruan Jembatan

Adapun indikasi dan kontraindikasi dari GTJ, yaitu :

1. Kehilangan 2 gigi insisivus atau 4 gigi

2. Gigi nonvital dapat digunakan jika ada struktur korona yang memadai

4
3. Dukungan tulang alveolar baik, rasio pmahkota-akar 1:1 atau lebih

4. Gigi penyangga tidak mobility

5. Tidak ada cacat jaringan lunak yang besar

6. Resorbsi tulang alveolar sedang

7. Daerah permukaan gigi penyangga harus sama atau melebihi luas

permukaan gigi-gigi yang akan digantikan oleh pontik

Kontraindikasi pemakaian GTJ :

1. Pasien tidak kooperatif

2. Usia pasien lanjut

3. Gigi asli yang mengalami kelainan periodontium

4. Pasien mempunyai masalah gagging

5. Xerostomia: resiko karies tinggi

6. Masalah kesehatan sistemik

7. OH tidak baik

8. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.

2.3 Komponen Gigi Tiruan Jembatan

Gigitiruan Jembatan terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik,

retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Retainer, adalah bagian yang menghubungkan gigi tiruan dengan gigi

penyangga terdiri dari 3 macam:

- ekstrakorona : FVC, PVC

- intrakorona : Inlay, onlay

- Intra Radikular : harus ada tambahan abutment

5
2. Konektor menghubungkan pontik dengan retainer, terdiri dari 2 macam:

- Rigid : Kaku, tidak bergerak, efek splinting maksimal

- Non rigid : adanyapergerak yang terbatas, menyebabkan

penurunan efek ungkit.

3. Pontik adalah bagian yang mengantikan gigi yang hilang, terdiri dari :

- Sadle pontik : seluruh permukaan pontik kontak/rapatdengan mukosa.

Pada jenis ini memiliki estetis yang baik karena menutup seluruh

permukaan dan memiliki bentuk seperti gigi asli, tetapi tidak ada efek

self cleansing.

- Sanitary/ hygiene pontik : dasar pontik menggantung diatas mkuosa 1-2

mm

- Ridge lappontik: bagian pontik yang berkontak hanya permukaan labial

saja.

4. Conical pontik:bagian tengah pontik yang kontak dengan mukosa

5. Abutment adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan

untuk menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti

daerah membran periodontal, panjang serta jumlah akar.

2.4 Macam-Macam Jenis Gigi Tiruan Jembatan

Adapun 5 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada

dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:

a. Fixed-fixed bridge

Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua

sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang

terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari

6
gigi yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk

menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa

gigi yang hilang. Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed

bridge yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga

yang mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang Fixed-fixed bridge

dengan menggunakan bahan porselen pada gigi posterior rahang bawah.

Gambar 1. Gambar fixed-fixed bridge pada gigi posterior

rahang bawah

b. Semi fixed bridge

Suatu gigi tiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada

akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan

menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan derajat kecil

pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi.

7
Gambar 2. Semi-Fixed Bridge

c. Cantilever bridge

Suatu gigi tiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau

lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi

beban oklusal dari gigitiruan.

Gambar 3. Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay CW,


Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics.
2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p.
120)

d. Spring cantilever bridge

Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke

gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai

penghubung ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari

lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan

dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi

8
pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi

anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar

anterior gigi yang hilang.

Gambar 4. Gambaran spring cantilever bridge (Sumber : Barclay


CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 122)

e. Compound bridge

Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigi tiruan

jembatan dan bersatu menjadi suatu kesatuan.

2.6 Pertimbangan Dalam Pembuatan Gigi Tiruan

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah

sebagai berikut.

1. Oklusi gigi

Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di

dalam rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi

yang ada di antara gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang

kosong, sedangkan gigi lawannya (oklusinya) akan cenderung memanjang

karena tidak ada gigi yang menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya

9
gigi kedaerah yang kosong dinamakan shifting/drifting, sedangkan gigi

yang memanjang dinamakan elongation/extrusion. Bila kondisi ini

berlanjut, maka akan menyebabkan :

a. Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular Joint)

b. Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction) dan

dapat menyebabkan penyakit periodontal .

c. Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya.

Beban fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat

dikurangi dengan mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal

untuk mengurangi beban oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada

pasien-pasien tertentu.

2. Oral hygiene

Kondisi oral pasien juga menentukan keberhasilan dari pembuatan

gigi tiruan jembatan, kondisi OH yang buruk dapat menyebabkan

ternganggunya fungsi dari gigi tiruan jembatan

3. Jaringan periodontal

Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran periodontal pada

akar-akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama dengan

daerah membran periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.

4. Posisi gigi dan kesejajaran gigi

Abutment yang melibatkan gigi anterior hanya gigi gigi insisivus

biasanya mempunyai inklinasi labial yang serupa dan tidak terlalu sulit

untuk menyusun kesejajarannya. Apabila abutment melibatkan gigi

anterior seperti caninus dan gigi posterior seperti premolar kedua atas

10
supaya diperoleh kesejajaran, kaninus harus dipreparasi pada arah yang

sama seperti premolar

5. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi

6. Frekwensi karies

2.7 Prosedur Pemeriksaan

Penegakan diagnosis dan rencana perawatan merupakan hal yang sangat

penting dilakukan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi

ketetapan dan keberhasilan pada pasien. Dalam menegakkan diagnosis ada 4 tahap

yang harus dijaga yaitu disingkat dengan “SOAP” (pemeriksaan subjektif,

objektif, assessmen dan treatmen planning).

1. Pemeriksaan Subjektif

a. Identitas pasien diperlukan sebagai pasca tindakan dapat pula sebagai data

mortem (dental forensic), data identitas pasien meliputi :

 Nama

 Status pernikahan

 Tempat dan tanggal lahir

 Pekerjaan

 Alamat

 No. Telfon pasien

b. Keluhan utama (Chief Complaint CC)

Berkaitan dengan keluhan oleh pasien datang kedokter gigi keluhan utama

pasien akan berpengaruh terhadap pertimbangan dokter dalam menentukan

tindakan yang akan dilakukan kepada pasien.

11
c. Present illness (Present Illness PI)

Mengetahui keluhan utama saja tidak cukup, maka perlu dilakuhkan

pengembangan masalah yang ada dalam keluhan utama dan lain - lain.

Mencari tahu kapan pasien merasakan sakit/ rasa tidak nyaman sejak

pertama kali terasa, apakah bersifat berselang atau terus menerus, dilihat

apakah terlalu pasien merasakan sakit, dilihat faktor pemicunya contoh

lokasi, faktor pemicu, karakter, keparahan, penyebaran.

d. Riwayat medik (medikal history/ PMH)

Apakah pasien pernah rawat inap dirumah sakit karena dengan gejala

umum demam, penurunan berat badan serta gejala umum lainnya.

Perawatan bedah, radiologi, alergi obat dan makanan, anestesi, dan rawat

inap dirumah sakit karena penyakit riwayat umum.Jika pasien pernah

rawat inap.

e. Riwayat dental (Post Medical History PDH)

Apakah pasien pernah datang kedokter gigi karena akan mempengaruhi

seseorang dokter gigi dalam meninjau tindakan perawatan pada pasien

yaitu pasien rutin kedokter gigi apa tidak, sikap pasien datang kedokter

gigi saat dilakuhkan perawatan, keluhan gigi pasien, perawatan restorasi,

dll. Jika pasien pernah datang kedokter gigi.

f. Riwayat keluarga (Famili History FH)

Ini berkaitan dengan problem herediter yang berkaitan dengan riwayat

penyakit keluarga, seperti ayah ibu pernah rawat inap dirumah sakit, ayah

ibu pernah berkunjung kedokter gigi memeriksakan keluhan.

12
g. Riwayat sosial (Sosial History SH)

Riwayat sosial yang dapat dipertimbangkan

 Apakah pasien masih memiliki keluarga

 Keadaan sosial ekonomi pasien

 Kebiasaan merokok, minum alkohol, pengguna obat-obatan

 Informasi tentang diet makan pasien

2. Pemeriksaan Obyektif

Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua macam

yaitu pemeriksaan ekstraoral dan pemeriksaan intra oral.

A Pemeriksaan Ekstra Oral

1. Pemeriksaan Limfonodi

Cara pemeriksaan Limfonodi:

a. Pasien diminta sedikit menundukkan kepala

b. Operator berdiri dibelakang pasien

c. Dengan 3 jari dilakukan perabaan atau palpasi pada : submental,

submandibular, dan servikal

Pemeriksaan pada kelenjar limfonodi tercatat sebagai berikut :

a. Pemeriksaan kelenjar submandibula;  Kanan/kiri : teraba (+/-),

lunak/kenyal/keras, nyeri tekan (+/-)

b. Pemeriksaan kelenjar submental : teraba (+/-), lunak/kenyal/keras,

nyeri tekan (+/-)

c. Pemeriksaan kelenjar servikal; Kanan/kiri : teraba (+/-),

lunak/kenyal/keras, nyeri tekan (+/-)

13
Intensitas sakit pada saat dilakukan palpasi bergantung pada fase akut

dan kronis. Pada kondisi akut biasanya akan terasa sakit, sedangkan

pada kondisi kronis akan tidak terasa sakit pada saat palpasi.

2. Pemeriksan temporo mandibullar joint (TMJ)

Cara pemeriksaan TMJ :

a. Inspeksi :

 Simetris wajah

 Range Of Motion

- Jarak pembukaan maksimum antara tepi insisal insisivus atas

dan insisivus bawah diukur menggunakan caliper atau penggaris

- Pembukaan normal 40 mm

14
 Gerakan Lateral

- Normal gerakan lateral > 7 mm

- Pengukuran dilakukan dengan gigi yang sedikit terpisah

menggunakan penggaris

- Mengukur perpindahan median line dari rahang atas dan median

line rahang bawah

 Gerakan membuka dengan deviasi

- penyimpangan atau defleksi

- Mandibular seering menyimpang kearah sisi yang terkena

selama pembukaan karena kejang otot atau penguncian mekanis

15
- Jika terjadi deviasi selama membuka dan rahang kembali ke

garis tengah sebelum 30-35 mm dari pembukaan total,

kemungkinan terjadi gangguan TMJ

b. Palpasi

Pemeriksaan palpasi dilakukan untuk mengetahui kesimetrisan

pergerakan sendi dan ada atau tidaknya rasa nyeri saat dilakukan

palpasi. Otot otot yang diperiksa meliputi :

- Muskulus temporalis : Berjalan dari otot temporal anterior,

media dan posterior

16
- Muskulus masseter : Berjalan dari tepi mandibular sampai tepi

zigomatikus

- Muskulus pterygoid medial : Otot ini teraba pada insersio pada

permukaan medial sudut mandibula

- Muskulus pterygoid lateral : Masukkan jari di posterior rahang

bawah sampai 45 drajat terhadap ramus

17
c. Auskultasi

- Bunyi sendi tmj terdiri dari “kliking” dan “krepitasi”

- Kliking adalah bunyi singkat yang terjadi pada saat membuka

atau menutup mulut

- Krepitasi adalah bersifat difus, yaitu berupa suara yang

dirasakan menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut.

- Instruksikan pasien membuka dan menutup mulut, kemudian

dengan menggunakan stetoskop mendengar adanya kliking atau

krepitasi pada are meatus acusticus eksternus.

18
3. Pemeriksaan Wajah

a Bentuk wajah : Pemeriksaan inspeksi dari depan

 Persegi ( square )

 Lonjong ( oval )

 Lancip ( tapering )

b Profil wajah : Pemeriksaan inspeksi dari samping

 Lurus ( straight)

 Cembung ( convex )

 Cekung ( concave )

c Simetris wajah

Dikatakan simetris apabila wajah terbagi 2 sama lebar dan

anatomisnya sama jika ditarik garis median dari garis rambut

ke titik glabela, subnasion dan menton.

4.

4. Pemeriksaan mata

Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor)

atau tidak sama besar (anisokor), melihat sklera apakah ikterik

atau tidak ikterik, dan melihat konjungtiva apakah pucat

(anemis) atau tidak.

19
5. Pemeriksaan bibir

Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup

bibir.Tonus bibir atau kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu

normal, hipotonus, dan hipertonus. Katup bibir untuk melihat

apakah bibir dapat terkatup atau tidak dapat terkatup. Cara

pemeriksaan dengan mempalpasi otot bibir dalam keadaan

relaksasi.

B Pemeriksaan Intra oral

1. Palatum

2. Mukosa

3. Ginggiva

4. Lidah

5. Gigi Geligi

6. Dasar mulut

7. Frenulum

Pemeriksaan obyektif gigi dapat dilakukan dengan pemeriksaan

beberapa cara antara lain sebagai berikut:

1. Inspeksi

2. Tes mobilitas

3. Sondasi

4. Tes suhu

5. Perkusi

6. Tes elektrik

20
7. Palpasi

8. Transimulasi

3. Pemeriksaan Penunjang

Radiografi

Dental radiografi memegang peranan penting dalam menegakkan

diagnosis dan merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan

untuk melihat keaadaan gigi secara utuh.

Ada dua macam dalam radiologi kedokteran gigi

1. Radiologi Intra Oral : tehnik periapikal, tehnik bite wing atau saya gigit,

tehnik oklusal

2. Radiografi Ekstra Oral : panoramik, oblique lateral, postero anterior PA

jaw, reversi town’s projection

4. Diagnosis

Diagnosis adalah cara menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala

(simtom) dan tanda (sign) yang ada. Macam macam diagnosis:

1) Diagnosis medis, yaitu proses penentuan jenis penyakit berdasarkan tanda

dan gejala menggunakan cara dan alat penunjang seperti laboratorium,

foto dan klinik.

2) Diagnosis banding/ differential diagnostik (DD) yaitu diagnosis yang

dilakuhkan dengan membandingkan tanda klinis suatu penyakit dengan

tanda klinis penyakit lain.

5. Prognosis

Prakiraan ramalan tentang jalannya penyakit. (sesudah diberikan

pengobatan/ perawatan tertentu). Jenis prognosis :

21
1) Prognosis bona : ramalan baik

2) Prognosis dubia ad bona : ramalan ragu – ragu condong ke baik

3) Prognosis dubia ad mala : ramalan ragu – ragu condong keburuk

4) Prognosis mala : ramalan buruk

6. Rencana Perawatan

Rencana perawatan sangat perlu untuk membuat jadwal kerja dan

prioritas perawatan. Prinsip rencana perawatan yang dapat diaplikasikan

sebagai berikut :

1) Menghilangkan keluhan pada pasien.

2) Memberi edukasi

3) Ekstraksi gigi yang tidak dapat dirawat

4) Meningkatkan kondisi periodontal

5) Restorasi gigi yang mengalami karies

6) Prosedur perawatan yang lebih lanjut : endodontik, prostodontik,

orthodontik, dan fase pemeliharaan.

2.7 Tahapan Preparasi Gigi Posterior

1. Outline Untuk Alur Panduan (Guiding Grooves)


a. Membuat outline pada gigi molar kedua
 Menggambar outline pada fosa sentral, mesial dan distal bidang oklusal
kemudian hubungkan sampai bagian central groove yang meluas ke distal
dan mesial marginal ridge.
 Menggambar outline pada developmental groove bukal dan lingual gigi,
serta pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp (cusp tip) hingga
ke dasar cusp.
 Menggambar outline untuk panduan bevel ± 1,5 mm dari buko-oklusal
(fungsional cusp).

22
 Menggambar outline untuk panduan finishing line (chamfer) ± 1 – 2 mm
di atas servikal di sekeliling gigi.

b. Membuat outline pada gigi premolar dua


 Menggambar outline pada pit dan fissure kemudian diteruskan sampai
marginal ridge
 Menggambar outline pada developmental groove bukal dan lingual gigi
 Menggambar outline untuk panduan bevel ± 1,5 mm dari buko-oklusal
(fungsional cusp).
 Menggambar outline untuk panduan finishing line (chamfer) ± 1 – 2 mm
di atas servikal di sekeliling gigi.
2. Preparasi Bidang Oklusal
Bertujuan untuk menghasilkan suatu ruangan di antara gigi
abutment dengan gigi antagonisnya untuk ditempati oleh lapisan logam
atau porcelain ataupun kombinasi keduanya.
a. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang oklusal (guiding
grooves for occlusal reduction).

Gambar 1. Alur panduan bidang oklusal


Tujuan pembuatan alur panduan (guiding grooves) bidang oklusal ini yaitu
memberikan panduan saat preparasi agar bentuk preparasi pada bidang
oklusal sesuai dengan anatomi gigi dan juga meminimalkan jaringan keras
gigi yang hilang dalam upaya mendapatkan ruang yang cukup untuk
ketebalan logam.
Tahapan pembuatan alur panduan (guiding grooves) bidang oklusal :

23
 Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan
roundend tapered diamond bur pada fosa sentral, mesial dan distal bidang
oklusal dan hubungkan sehingga membentuk saluran (channel) di
sepanjang alur bagian tengah oklusal (central groove) yang meluas ke
distal dan mesial marginal ridge.Tunjukkan instruktur.

 Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan


roundend tapered diamond bur pada developmental groove bukal dan
lingual gigi, serta pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp (cusp
tip) hingga ke dasar cusp.Tunjukkan instruktur

 Pada area yang permukaan oklusalnya kontak dengan permukaan oklusal


gigi antagonis, buatlah alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan
round-end tapered diamond bur dengan memposisikan mata bur pada
angulasi 45° terhadap sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada
functional.

Gambar 2.
a. angulasi mata bur saat preparasi function cusp bevel
b. hasil preparasi

Tujuan pembuatan bevel pada functional cusp adalah menyediakan ruang


untuk logam sehingga didapatkan ketebalan logam yang cukup pada
daerah yang berkontak oklusi (oklusi sentrik) dengan gigi antagonis.
Apabila bevel tersebut tidak dibuat, maka ketebalan logam kurang
sehingga terjadi overkontur restorasi.

b. Melakukan pengurangan pada bidang oklusal (occlusal reduction)

24
 Setelah alur panduan (guiding groove) dibuat, struktur gigi yang tersisa
di antara alur panduan tersebut dikurangi menggunakan round-end tapered
diamond bur.
 Lakukan pengurangan bidang oklusal secara bertahap. Bidang oklusal
pada sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang oklusal telah selesai
dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang oklusal dapat dilakukan
begitupun sebaliknya.

Gambar 3. A. Pengurangan bidang oklusal secara bertahap; B. hasil pengurangan bidang


oklusal menggunakan round-end tapered diamond bur; C. Pengurangan bidang oklusal yg
tidak adekuat akan mempengaruhi ketebalan restorasi tuang nya (Rosenstiel et al, 2002;
Shillingburg et al, 1997).

 Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan kertas artikulasi


(articulating paper). Apabila masih terdapat area yang terkena spot (dark
spot area), maka dilakukan pengurangan kembali pada area tersebut hingga
spot tidak tampak saat cek oklusi sentrik.
 Periksa hasil preparasi, tidak boleh ada permukaan yang bersudut tajam
maupun permukaan yang tidak rata.Tunjukkan instruktur

3. Persiapan Sebelum Preparasi Bidang Aksial Gigi Penyangga (Abutment)


Pada gigi-gigi yang bersebelahan dengan gigi abutment, dipasang
matrix band dan retainer untuk melindungi permukaan enamel gigi yang
tidak dijadikan abutment agar tidak terkikis bila tanpa sengaja mata bur
berkontak dengan gigi-gigi tersebut.

4. Preparasi Bidang Aksial

a. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang aksial (guiding


grooves for axial reduction)

25
 Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang
sejajar dengan sumbu gigi, menggunakan round-end tapered diamond bur

Gambar 4. A. Alur panduan bidang aksial; B. Preparasi alur panduan bidang


aksial (Rosenstiel et al, 2002)

 Kedalaman alur panduan pada daerah servikal tidak boleh melebihi ½


dari ketebalan mata bur. Bila dilihat dari oklusal, alur panduan bagian
oklusal tampak lebih dalam dibandingkan bagian servikal tampak
oklusoservikal, terlihat alur panduan bidang aksial bagian oklusal lebih
dalam dibandingkan bagian servikal; (Rosenstiel et al, 2002)

Gambar 5. Tampak oklusoservikal, terlihat alur panduan bidang aksial bagian oklusal
lebih dalam dibandingkan bagian servikal

b. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial reduction) dan


pembuatan chamfer (bahu liku)

Setelah alur panduan (guiding grooves) dibuat, struktur gigi yang tersisa di
antara alur panduan tersebut dikurangi menggunakan roundend tapered
diamond bur.

26
 Lakukan pengurangan bidang aksial secara bertahap. Bidang aksial pada
sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang aksial telah selesai
dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang aksial dapat dilakukan
begitupun sebaliknya.

 Buatlah chamfer bersamaan dengan pengurangan bidang aksial,


mengelilingi seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual dan
mesial-distal). Chamfer dibuat dengan lebar ± 0,5-1 mm agar ketebalan
logam pada area tersebut cukup. Preparasi chamfer menggunakan round-
end fissured diamond bur atau round-end tapered diamond bur

Gambar 6.

a. pengurangan bidang aksial;


b. preparasi bidang aksial;
c. tampak oklusal, sisi distobukal telah dilakukan pengurangan;
d. preparasi sisi mesiobukal;
e. tampak oklusal, sisi mesiobukal telah dilakukan pengurangan;
f. hasil pengurangan bidang aksial sisi bukal-lingual menggunakan torpedo
diamond bur (Rosenstiel et al, 2002; Shillingburg et al, 1997)

 Perhatikan sisi proksimal gigi. Pengurangan bidang proksimal harus


dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai gigi sebelahnya, untuk
mencegah hal tersebut maka pada gigi yang bersebelahan dengan gigi yang
dipreparasi tersebut dipasang matrix band dan retainer.

27
 Lakukan preparasi menggunakan long-tapered needle edge diamond bur
atau long-thin diamond bur. Preparasi dilakukan dari arah bukal ke lingual,
hingga tersisa sedikit struktur gigi yang kemudian dikurangi dengan
menggunakan long-thin diamond bur. Tunjukkan instruktur.

Catatan : Apabila gigi sebelahnya terkena preparasi, poles gigi tersebut


dengan white stone/arkansas stone dan aplikasikan topikal fluoride varnish
untuk mencegah demineralisasi enamel gigi dan meningkatkan
resistensinya.

Gambar 7

a. Preparasi sisi proksimal gigi;


b. Hasil pengurangan bidang aksial sisi proksimal menggunakan short needle dan
torpedo diamond bur (untuk chamfer);
c. Pengurangan bidang aksial yang tidak adekuat akan mengakibatkan tipisnya
dinding restorasi (A) atau overkontur (B)

5. Pemeriksaan Hasil Preparasi


Bertujuan untuk mengevaluasi tahapan preparasi gigi penyangga
yaitu melihat kesejajaran hasil preparasi gigi, adanya lip enamel, over
contour (over tapering) atau under contour dan adanya undercut.
 Dilakukan dengan cara visual yaitu melihat dengan satu mata dengan
jarak pandang kurang lebih 30 cm (Shillingburg et al, 1997) atau dengan
bantuan sonde lurus.
6. Penghalusan (Finishing)
 Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk
menghaluskan permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer.

28
 Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer
menggunakan sonde,permukaan tersebut harus terasa sehalus permukaan
kaca.

Gambar 8
a. Hasil akhir preparasi pada gigi molar
b. Hasil akhir preparasi pada gigi molar dan premolar

Gambar 9. Preparasi abutment dan fungsinya

29
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identifikasi Pasien

Nama Pasien : Raymon Kurniawan

Umur : 25 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

No RM : 057208

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Jorong Hilie Balai

Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2022

3.2 Pemeriksaan Subjektif


1. Anamnesis

1) Keluhan utama : Pasien datang ke RSGM Baiturrahmah dengan keluhan

ingin memperbaiki gigi belakang bawahnya yang sudah hilang.

Kerusakan gigi karena awalnya karies parah sehingga dicabut. Pasien

ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak dapat dilepas pasang dan bahan

yang kuat serta bagus.

2) Tujuan pembuatan gigi tiruan : Fungsi pengunyahan

3) Riwayat kesehatan umum : Pasien tidak memiliki penyakit sistemik

4) Riwayat medis gigi dan mulut :

 Sebab Kehilangan gigi/ kerusakan gigi : Gigi berlubang belakang

kanan

 Pencabutan terakhir : 1 tahun yang lalu

30
 Riwayat pemakaian gigi tiruan : Belum pernah

5) Sikap mental : Filosofis

3.3 Pemeriksaan Objektif

Gambar 2. Wajah pasien tampak


Gambar 1. Wajah pasien tampak samping.
depan.

1. Extra oral :

a. Wajah

 Bentuk Wajah : Lonjong

 Profil wajah : Cembung

 Proporsi dan simetris wajah : Simetris

b. Mata

Inspeksi pada mata :

 Konjungtiva dan sklera : Normal

 Pupil : Normal, bergerak ke segala arah

 Sama tinggi

31
c. Bibir

 Bibir Atas : Normal, tebal, simetris

 Bibir Bawah : Normal, tebal, simetris

d. Warna kulit : Sawo matang

e. kelainan / defek pada wajah : Normal

TMJ : Terdapat bunyi krepitasi pada TMJ sebelah kiri

 Trismus: tidak trismus

 ROM :

 Pembukaan mulut : 46 mm

 Gerakan mandibular ke kanan : 5,7 mm

 Gerakan mandibular ke kiri : 3,6 mm

 Gerakan mandibular ke anterior : 3,3 mm

 Deviasi : Terdapat deviasi mandibular kanan

 Sound joint : Ada

 Kelainan lain : tidak ada

f. Kelenjar Lymph node : Normal

2. Intra Oral :

Saliva : Kuantitas sedikit, kualitas encer

Lidah : Ukuran normal, posisi Wright klas I, mobilitas normal

Refleks muntah : Tinggi

Gigitan : Ada,

 Overjet gigi 21 terhadap gigi 31 : 3,3 mm


 Overbite gigi 21 terhadap gigi 31 : 3,7 mm
 Cross-bite: -

Hubungan Rahang : Ortognatik

32
Pemeriksaan Gigi Geligi : Bentuk gigi : normal, terdapat fraktur gigi 11 dan
atrisi gigi anterior bawah

Vestibulum :

Rahang atas

Post. Kanan : dangkal

Post. Kiri : dangkal

Anterior : sedang

Rahang bawah

Post. Kanan : dangkal

Post. Kiri : dangkal

Anterior : sedang

Prosessus alveolaris posterior bawah : Bentuk oval, ketinggian rendah, tahanan


jaringan rendah, bentuk permukaan tidak rata

Frenulum : rendah

Labialis superior : rendah

Labialis inferior : sedang

Bukalis RA kanan : sedang

Bukalis RA kiri : sedang

Bukalis RB kanan : sedang

Bukalis RB kiri : sedang

Lingualis : sedang

Palatum : Bentuk oval, dalam, tidak ada torus palatinus, palatum


molle House klas I

Exostosis : tidak ada

Bentuk lengkung rahang : RA : oval RB : oval

Perlekatan dasar mulut : normal

33
Odontogram:

1817 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 2728
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 3738

Keterangan :
Gigi 46 : Missing
Gigi 11 : Fraktur
Hubungan rahang : Ortognatik

3. Pemeriksaan penunjang radiografi :

Gambar 6. Foto rontgen periapikal

 Tidak ada kelainan periapikal

 Jaringan periodontal gigi penyangga baik

 ada sedikit resorbsi tulang alveolar pada gigi 45

3.2 Diagnosa

RB : Klas III Kennedy disertai gigi 11 fraktur klas 2 Ellis dan TMD grup 2

dengan ketidaksesuaian struktural pada permukaan artikular terdapat

deviasi sebelah kanan

3.3 Rencana Perawatan

a. Rencana Perawatan pra prostodontik :

34
- Scalling
- Restorasi klas IV pada gigi 11
b. Rencana Perawatan prostodontik :

1) Rahang Bawah

Pasien dibuatkan gigi tiruan jembatan dengan desain rigid fixed bridge

3 unit dan single restoration

3.5 Desain Gigi Tiruan Jembatan

4
4 2 2 2
3 2

1 1

Keterangan :

1. Abutment
2. Connector
3. Pontic
4. Jacket crown

35
BAB IV

RENCANA PERAWATAN

4.1 Persiapan Alat dan Bahan


Alat Bahan
 1 Set alat diagnostik (2 kaca  Hydrocoloid irreversible (alginat)
mulut, pinset, sonde lurus,  Elastomer (light body & putty
pinset) body)
 probe  Gips
 Contra angle (low speed &  gips tipe 2 (plaster of paris)
high speed)  gips tipe 3 (gips stone)
 Mata bur diamond (flat end  gips tipe 4 (hard stone)
tapered, chamfer/torpedo, long  Wax
thin needle, round end tapered  Vaselin
bur, elips/flame, Fine Finishing
 Cotton Pellet
diamond bur )
 Cotton roll
 Semen spatel
 GIC tipe I (Luting cement)
 Crown retraktor
 Articulating paper
 Agate spatel
 Povidone Iodine
 Handscoon & masker
 Plastik cellophane
 Rontgen foto
 Dental floss
 Lekron
 Zink oxide non eugenol
 Stock tray
 Benang retraksi /benang +
 Rubber bowl & spatula
adrenalin
 Gelas ukur & sendok ukur
 Bahan anestesi (Pehacain)
 Crown mess
 Spuit 3ml
 Plastic instrument
 Self curing akrilik
 Glass slab
 sodium hipoklorit 1% dan
 Dappen glass klorheksidin

36
 Injeksi dengan spuit yang lebih
besar
 Slaber
 Suction
 Gelas kumur
 Paper pad

4.2 Rencana perawatan Pra Prostodontik


- Scalling
- Restorasi klas IV pada gigi 11
4.3 Rencana Perawatan Prostodontik
Pasien akan dibuatkan gigi tiruan jembatan jenis rigid fixed bridge dengan
pembagian:
 Abutment : Pada gigi 45 dan 47 sesuai dengan hukum ante yaitu luas
ligament periodontal gigi penyangga harus lebih besar atau
sama dengan gigi yang akan digantikan.
 Retainer : Ekstrakorona (Full crown)
 Pontik : Pada gigi 46 dengan jenis Modified Ridge lap pontik
 Konektor : Rigid
 Bahan : PFM (Porcelen fused to metal) / logam keramik

4.3.1 Tahapan Kerja Rencana Perawatan Prostodontik


Kunjungan I
1. Cetak Anatomis
Persiapan Alat dan bahan
 Alat diagnostic set
 Sendok cetak stock tray
 Rubber bowl dan spatula
 Sendok takar dan gelas ukur
 Hidrokoloid irreversible

37
 Air
 Antiseptic
 Gelas kumur
Metode mencetak : mukostatik
Cara mencetak :
1. Mempersilahkan pasien duduk di dental unit
2. Operator menggunakan alat pelindung diri
3. Mempersiapkan alat dan bahan
4. Atur posisi pasien dan operator. Posisi pasien untuk rahang atas setinggi
dada. Posisi operator untuk rahang atas dibelakang kanan pasien.
5. Instruksikan pasien untuk berkumur
6. Try in sendok cetak
7. Siapkan bowl, spatula, air dan alginate
8. Aduk powder dan liquid dengan perbandingan 1:1 dalam bowl. Aduk
dengan gerakkan memutar seperti angka 8 dan menekan ke dinding bowl
hingga homogen.
9. Masukkan alginate dengan spatel ke sendok cetak dan ratakan
10. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien dengan posisi operator
berada dibelakang pasien untuk rahang atas dan didepan kanan pasien
untuk rahang bawah. Kemudian cetak dengan menggunakan teknik
mukostatik.
11. Instruksikan pasien untuk bernafas melalui mulut. Pada rahang atas pasien
diminta untuk menundukkan kepala dan membentuk mulut seperti huruf
O. Pada rahang bawah pasien diminta untuk mengangkat lidah ke depan
dan membentuk mulut seperti huruf O
12. Pastikan alginate sudah kering dengan memeriksa sisa alginate pada bowl
13. Lepaskan dan keluarkan sendok cetak
14. Instruksikan pasien berkumur
15. Periksa hasil cetakan.
 Seluruh anatomi tercetak
 Tidak ada gelembung udara atau porus
 Cetakan tidak robek

38
 Cetakan melekat dengan sendok cetak
 Halus, licin
 Tidak ada bagian sendok cetak yang tidak tertutup bahan cetak
 Desinfeksi cetakan dengan direndam larutan sodium hipoklorit 1% dan
klorheksidin
16. Cor cetakan dengan gips tipe III dental stone

Model anatomis rahang atas Model anatomis Rahang bawah

Kunjungan Ke II
Persiapan Alat dan bahan :
 Contra angle highspeed handpiece
 Alat diagnostic set
 Spuit injeksi
 Round end tapper diamond bur
 Flat end tapper diamond bur
 Torpedo bur
 Long-thin diamond bur
 Fine finshing bur
 Arkansas bur
 Bahan anestetikum
 Povidone iodin
 chlorhexidine

39
 Topical fluoride varnish
 Articulating paper
Persiapan Operator
 Posisi Operator : jarum jam angka 8-9
 Memakai masker dan handscoon
Persiapan Pasien
 Untuk RB : tinggi rahang sejajar dengan dada operator

1. Penjelasan tahapan kerja dan pengisian Informed consent sebelum


melakukan preparasi pada gigi penyangga 45 dan 47
2. Anestesi gigi 45 dan 47 dengan teknik anestesi infiltrasi supraperiosteal
1. Asepsis daerah kerja (forniks dan 2 mm di bawah servikal bagian oral) dengan
larutan povidone iodine
2. Masukkan larutan anestesi ke dalam spuit
3. Pastikan udara di dalam spuit sudah keluar dengan cara mengetukkan jari ke
spuit
4. Insersi jarum di area forniks dengan sudut 45o terhadap gigi, pastikan bevel
menghadap ke tulang
5. Aspirasi jarum, jika tidak ada darah yang ikut masuk ke dalam spuit, lakukan
deponir sebanyak 1-1,5 cc
6. Keluarkan jarum dan lakukan masase
7. Insersi jarum 2 mm dari bawah servikal bagian oral, hindari bagian rugae
palatina, bevel menghadap ke tulang
8. Aspirasi jarum, jika tidak ada darah yang ikut masuk ke dalam spuit, lakukan
deponir sebanyak 0,5-1 cc
9. Keluarkan jarum dan lakukan masase

3. Preparasi gigi 45 dan 47


1. Outline Untuk Alur Panduan (Guiding Grooves)
a. Membuat outline pada gigi molar kedua

40
 Menggambar outline pada fosa sentral, mesial dan distal bidang oklusal
kemudian hubungkan sampai bagian central groove yang meluas ke distal
dan mesial marginal ridge.
 Menggambar outline pada developmental groove bukal dan lingual gigi,
serta pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp (cusp tip) hingga
ke dasar cusp.
 Menggambar outline untuk panduan bevel ± 1,5 mm dari buko-oklusal
(fungsional cusp).
 Menggambar outline untuk panduan finishing line (chamfer) ± 1 – 2 mm
di atas servikal di sekeliling gigi.

b. Membuat outline pada gigi premolar dua


 Menggambar outline pada pit dan fissure kemudian diteruskan sampai
marginal ridge
 Menggambar outline pada developmental groove bukal dan lingual gigi
 Menggambar outline untuk panduan bevel ± 1,5 mm dari buko-oklusal
(fungsional cusp).
 Menggambar outline untuk panduan finishing line (chamfer) ± 1 – 2 mm
di atas servikal di sekeliling gigi.
2. Preparasi Bidang Oklusal
Bertujuan untuk menghasilkan suatu ruangan di antara gigi
abutment dengan gigi antagonisnya untuk ditempati oleh lapisan logam
atau porcelain ataupun kombinasi keduanya.
a. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang oklusal (guiding
grooves for occlusal reduction).

41
Gambar 1. Alur panduan bidang oklusal
Tujuan pembuatan alur panduan (guiding grooves) bidang oklusal ini yaitu
memberikan panduan saat preparasi agar bentuk preparasi pada bidang
oklusal sesuai dengan anatomi gigi dan juga meminimalkan jaringan keras
gigi yang hilang dalam upaya mendapatkan ruang yang cukup untuk
ketebalan logam.
Tahapan pembuatan alur panduan (guiding grooves) bidang oklusal :

 Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round


end tapered diamond bur pada fosa sentral, mesial dan distal bidang
oklusal dan hubungkan sehingga membentuk saluran (channel) di
sepanjang alur bagian tengah oklusal (central groove) yang meluas ke
distal dan mesial marginal ridge.Tunjukkan instruktur.

 Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan round


end tapered diamond bur pada developmental groove bukal dan lingual
gigi, serta pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp (cusp tip)
hingga ke dasar cusp.Tunjukkan instruktur

 Pada area yang permukaan oklusalnya kontak dengan permukaan oklusal


gigi antagonis, buatlah alur dengan kedalaman 1,5 mm, menggunakan
round-end tapered diamond bur dengan memposisikan mata bur pada
angulasi 45° terhadap sumbu gigi sehingga terbentuk bevel pada
functional.

Gambar 2.
a. angulasi mata bur saat preparasi function cusp bevel
b. hasil preparasi

42
Tujuan pembuatan bevel pada functional cusp adalah menyediakan ruang
untuk logam sehingga didapatkan ketebalan logam yang cukup pada
daerah yang berkontak oklusi (oklusi sentrik) dengan gigi antagonis.
Apabila bevel tersebut tidak dibuat, maka ketebalan logam kurang
sehingga terjadi overkontur restorasi.

b. Melakukan pengurangan pada bidang oklusal (occlusal reduction)


 Setelah alur panduan (guiding groove) dibuat, struktur gigi yang tersisa
di antara alur panduan tersebut dikurangi menggunakan round-end tapered
diamond bur.
 Lakukan pengurangan bidang oklusal secara bertahap. Bidang oklusal
pada sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang oklusal telah selesai
dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang oklusal dapat dilakukan
begitupun sebaliknya.

Gambar 3. A. Pengurangan bidang oklusal secara bertahap; B. hasil pengurangan bidang


oklusal menggunakan round-end tapered diamond bur; C. Pengurangan bidang oklusal yg
tidak adekuat akan mempengaruhi ketebalan restorasi tuang nya (Rosenstiel et al, 2002;
Shillingburg et al, 1997).

 Lakukan cek oklusi sentrik dengan menggunakan kertas artikulasi


(articulating paper). Apabila masih terdapat area yang terkena spot (dark
spot area), maka dilakukan pengurangan kembali pada area tersebut hingga
spot tidak tampak saat cek oklusi sentrik.
 Periksa hasil preparasi, tidak boleh ada permukaan yang bersudut tajam
maupun permukaan yang tidak rata.Tunjukkan instruktur
3. Persiapan Sebelum Preparasi Bidang Aksial Gigi Penyangga (Abutment)
Pada gigi-gigi yang bersebelahan dengan gigi abutment, dipasang
matrix band dan retainer untuk melindungi permukaan enamel gigi yang

43
tidak dijadikan abutment agar tidak terkikis bila tanpa sengaja mata bur
berkontak dengan gigi-gigi tersebut.

4. Preparasi Bidang Aksial

a. Membuat alur panduan untuk pengurangan bidang aksial (guiding


grooves for axial reduction)

 Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang
sejajar dengan sumbu gigi, menggunakan round-end tapered diamond bur

Gambar 4. A. Alur panduan bidang aksial; B. Preparasi alur panduan bidang


aksial (Rosenstiel et al, 2002)

 Kedalaman alur panduan pada daerah servikal tidak boleh melebihi ½


dari ketebalan mata bur. Bila dilihat dari oklusal, alur panduan bagian
oklusal tampak lebih dalam dibandingkan bagian servikal tampak
oklusoservikal, terlihat alur panduan bidang aksial bagian oklusal lebih
dalam dibandingkan bagian servikal; (Rosenstiel et al, 2002)

44
Gambar 5. Tampak oklusoservikal, terlihat alur panduan bidang aksial bagian oklusal
lebih dalam dibandingkan bagian servikal

b. Melakukan pengurangan pada bidang aksial (axial reduction) dan


pembuatan chamfer (bahu liku)

Setelah alur panduan (guiding grooves) dibuat, struktur gigi yang tersisa di
antara alur panduan tersebut dikurangi menggunakan roundend tapered
diamond bur.

 Lakukan pengurangan bidang aksial secara bertahap. Bidang aksial pada


sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang aksial telah selesai
dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang aksial dapat dilakukan
begitupun sebaliknya.

 Buatlah chamfer bersamaan dengan pengurangan bidang aksial,


mengelilingi seluruh permukaan bidang aksial (sisi bukal-lingual dan
mesial-distal). Chamfer dibuat dengan lebar ± 0,5-1 mm agar ketebalan
logam pada area tersebut cukup. Preparasi chamfer menggunakan round-
end fissured diamond bur atau round-end tapered diamond bur

Gambar 6.

g. pengurangan bidang aksial;


h. preparasi bidang aksial;
i. tampak oklusal, sisi distobukal telah dilakukan pengurangan;

45
j. preparasi sisi mesiobukal;
k. tampak oklusal, sisi mesiobukal telah dilakukan pengurangan;
l. hasil pengurangan bidang aksial sisi bukal-lingual menggunakan torpedo
diamond bur (Rosenstiel et al, 2002; Shillingburg et al, 1997)

 Perhatikan sisi proksimal gigi. Pengurangan bidang proksimal harus


dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengenai gigi sebelahnya, untuk
mencegah hal tersebut maka pada gigi yang bersebelahan dengan gigi yang
dipreparasi tersebut dipasang matrix band dan retainer.

 Lakukan preparasi menggunakan long-tapered needle edge diamond bur


atau long-thin diamond bur. Preparasi dilakukan dari arah bukal ke lingual,
hingga tersisa sedikit struktur gigi yang kemudian dikurangi dengan
menggunakan long-thin diamond bur. Tunjukkan instruktur.

Catatan : Apabila gigi sebelahnya terkena preparasi, poles gigi tersebut


dengan white stone/arkansas stone dan aplikasikan topikal fluoride varnish
untuk mencegah demineralisasi enamel gigi dan meningkatkan
resistensinya.

Gambar 7

d. Preparasi sisi proksimal gigi;


e. Hasil pengurangan bidang aksial sisi proksimal menggunakan short needle dan
torpedo diamond bur (untuk chamfer);
f. Pengurangan bidang aksial yang tidak adekuat akan mengakibatkan tipisnya
dinding restorasi (A) atau overkontur (B)

5. Pemeriksaan Hasil Preparasi


Bertujuan untuk mengevaluasi tahapan preparasi gigi penyangga
yaitu melihat kesejajaran hasil preparasi gigi, adanya lip enamel, over
contour (over tapering) atau under contour dan adanya undercut.

46
 Dilakukan dengan cara visual yaitu melihat dengan satu mata dengan jarak
pandang kurang lebih 30 cm (Shillingburg et al, 1997) atau dengan
bantuan sonde lurus.
 Pemeriksaan kesejajaran bidang preparasi dengan menggunakan dua sonde
pada bagian mesial, distal dan bukal, lingual.
6. Penghalusan (Finishing)
 Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk
menghaluskan permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer.
 Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer
menggunakan sonde,permukaan tersebut harus terasa sehalus permukaan
kaca.

4. Pembuatan Crown Sementara Teknik Direct-Indirect


Persiapan Alat dan bahan
• dignostic set
• contra angle dan straight handpiece
• carbide bur
• Arkansas bur
• brushwool
• Semen spatula
• dappen glass
• rubber bowl dan spatula
• Malam merah
• Putty
• Vaselin
• cold curing akrilik
• Pumice
• hidrokoloid irreversibel
• Air

Tahap Pembuatan :

47
Tahapan pembuatan mahkota sementara dengan teknik kombinasi adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pencetakan anatomis
• aduk alginat dengan rubber bowl dan spatula dengan perbandingan 1:1,
aduk sampai homogen
• letakkan adonan pada sendok cetak, lalu cetak dengan teknik mukostatis
• isi cetakan dengan gips tipe 3
2. pembentukan daerah pontik dengan malam/anasir gigi
• sesuaikan dengan bentuk anatomis
• sesuaikan oklusi dengan gigi antagonisnya
3. Cetak model kerja yang telah diwax up menggunakan bahan cetak putty (indeks
putty).
• ambil bahan base dan katalis dengan perbandingan 1:1, aduk dengan
tangan sampai homogen
• masukkan adonan putty dalam sendok cetak dan cetakkan pada model
yang sudah disiapkan
• tunggu sampai setting
3. bersihkan dan keringkan gigi yang sudah dipreparasi dan bahan separating
(vaselin) dioleskan pada gigi pasien yang telah dipreparasi
4. Lakukan pengadukan self curing akrilik dengan perbandingan liquid dan
powder 1:1, lalu aplikasikan ke dalam indeks putty, cetakkan ke gigi pasien
tunggu sedikit mengeras dan keluarkan lagi, rendam kedalam air, masukan
kembali lakukan berulang hingga setting, bertujuan untuk mencegah terjadinya
inflamasi karna self curing akrilik.
5. lakukan finishing dan polishing
• rapi sisa akrilik yang berlebih dengan bur freaser/carbide
• haluskan dengan arkansas bur
• lakukan polis dengan brushwool dan ditambahkan pumise

5. Pencetakan Fisiologis
Persiapan Alat dan bahan
 Alat diagnostic set

48
 Glass plate/glass lab
 Semen spatula
 Sendok cetak (stock tray)
 Spuit injuksi
 Plastis instrument
 pinset
 cotton roll
 Kapas
 Light body
 Putty
 Benang retraksi

1. Asepsis gigi yang telah dipreparasi


• bersihkan gigi yang telah dipreparasi dengan air dalam syringe atau water
spray pada DU
• isolasi saliva, letakkan cottonvroll pada bagian mukosa labial
• keringkan dengan udara atau air spray pada DU

2. Retraksi Gingiva
Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi selama 5-10 menit.
Retraksi gingiva dilakukan guna menaikkan sulkus gingival agar batas gusi
preparasi tampak dengan jelas sebelum dilakukan cetak fisiologis.
Alat yang digunakan : benang retraksi (retraction cord),Plastic
Instrument
Bahan : epinephrine
Cara retraksi gingiva :
• Isolasi daerah kerja mengunakan cotton roll di vestibulum labial kiri dan
kanan
• Keringkan daerah sulkus gingiva dengan three way syring
• Potong benang retraksi ± 5 cm
• celupkan benang retraksi pada epinephrine

49
• letakkan benang retraksi dengan membentuk huruf U pada bagian gingiva
gigi yang sudah dipreparasi
• masukkan benang retraksi kedalam sulkus gingiva dengan plastis
instrument. kemudian perlahan-lahan selipkan benang diantara gigi dan
gingiva bagian mesial interproksimal dengan plastis filling dan bantuan
pinset sampai terpasang dengan baik, kemudian dilanjutkan pada sisi
interproksimal sampai permukaan bukal.
• tunggu 10-15 menit

3. Pencetakan fisiologis
Prosedur :
a. Persiapan posisi pasien dan operator
b. Menjelaskan prosedur yang akan dikerjakan ke pasien
c. Posisi pasien setinggi siku operator
d. Kepala pasien sedikit menengadah
e. Saat pencetakan instruksikan pasien untuk tidak bernafas melalui
mulut, mengangkat lidah ke palatum dan menyebutkan O
f. Posisi operator pada jam 8-9 atau berada di depan kanan pasien
g. Bahan cetak double impression teknik two phase (indirect):
 Putty di aduk dengan tangan, 1 sendok base (biru) : I sendok
catalyst (kuning) → homogen menjadi warna hijau.
 Buat gulungan putty masukan pada sendok cetak
 Letakan plastik selopan diatas putty
 Cetakkan ke dalam mulut pasien dengan tekanan
mukokompresi → Buka cetakan
 Buka plastik selopan dan keluarkan benang retraksi dari
gingiva mengunakan plastis instrumen
 Siapkan pasta light body sepanjang 10 cm → Aduk sampai
homogen.
 Sepertiga bahan cetak dimasukkan ke dalam alat suntik lalu
injeksikan ke gigi dan sisa bahan cetak dimasukkan ke dalam

50
cetakan putty → Lalu cetakkan ke mulut pasien → Tahan 6
menit.
 Dengan menggunakan pinset, Tarik benang retraksi yang
berada di subgingiva, dari bagian mesial – palatal – distal –
labial
 Cek hasil cetakan :
- Mendapatkan tepi servikal line dengan bahan light body
- Tidak ada gelembung udara
- Tidak robek, tidak porus
- Tidak ada step antara putty dan light body.
 Melakukan desinfeksi cetakan
- sendok cetak yang sudah dikeluarkan dari mulut dicuci
dengan air mengalir dengan cara menggerakkan sendok
cetak untuk mengeluarkan sisa makanan dan saliva
- sendok cetak RA dan RB direndam dalam larutan
iodoform didalam wadah selama 10 menit
 Cor cetakan dengan hard stone.
 Untuk rahang atas dilakukan pencetakan dengan menggunakan
alginate, kemudian dicor dengan gips biru. Tujuannya untuk
mendapatkan antagonisnya.

6. Menentukan warna gigi


Sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman warna (shade
guide 3D). Penentuan warna dilakukan dalam ruangan dengan pencahayaan yang
terang atau di luar ruangan dengan cahaya matahari serta gigi tetangga dan shade
guide dalam keadaan basah. Ada tiga prinsip penentuan warna dengan shade
guide yaitu value, chroma, dan hue. Value yaitu tingkatan warna dari gelap ke
terang, chroma yaitu kepekatan warna, sedangkan hue yaitu merah atau kuning.

7. Bridge sementara
Alat dan bahan
 Alat diagnostic set

51
 Contra angle highspeed handpiece
 Carbide bur
 Bur polish
 Dippen glass
 Semen spatel
 Dental floss
 Self cure acrylic
 Articulating paper
 semen zinc oxide non eugenol
 Try in bridge sementara
- Pemeriksaan kontak proksimal mengunakan dental floss
- Pemeriksaan kontak margin/tepi crown mengunakan probe
- Pemeriksaan oklusi mengunakan articulating paper
- Pemeriksaan estetik (Bentuk, warna, posisi gigi)
- Pemeriksaan dasar pontik dengan mukosa dengan menggunkan kaca
mulut
 Penyemenan bridge sementara
Penyemenan bridge sementara :dengan semen zinc oxide non eugenol
yang cukup tebal. Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan
semen dan akan mempermudah pembongkaran kembali nantinya. Setelah
penyemenan selesai, sisa-sisa semen dihilangkan sebab dapat mengiritasi
jaringan lunak.
 Intruksi laboratorium
Operator mengirimkan kerja rahang atas dan rahang bawah, gigitan kerja,
warna gigi yang dipilih.

Kunjungan III
Persiapan Alat dan bahan
• diagnostic set
• tray instrument
• contra angle highspeed handpiece

52
• diamond bur
• bur polis
• semen spatula
• plastis instrument
• Glass plate
• dental floss
• larutan desinfektan
• articulating paper
• Masker
• Handscoon
• Probe
• Sonde
• cotton roll
• cotton pellet
• Tampon

1. Pelepasan bridge sementara menggunakan crown retractor dan rendam


bridge sementara dalam larutan desinfektan
2. Try in coping logam
 Periksa adaptasi dan ketepatan linggir, apakah overextension atau
underextension dengan sonde bengkok, lihat apakah gingiva memucat atau
tidak
 Cek oklusi dengan articulating paper
 Cek retensi dan stabilisasi
 Ketebalan rata atau tidak pada seluruh permukaan
 Tidak boleh ada sudut yang tajam
3. Semenkan kembali bridge sementara
4. Intruksi laboratorium
Operator mengirimkan kembali model dan coping.

Kunjungan IV
Persiapan Alat dan bahan

53
• diagnostic set
• tray instrument
• contra angle handpiece
• diamond bur
• bur polis
• semen spatula
• plastis instrument
• Glass plate
• dental floss
• articulating paper
• Masker
• Handscoon
• Probe
• Sonde
• cotton roll
• cotton pellet
• Tampon
• GIC tipe 1
• Sodium hipoklorit

1. Pelepasan bridge sementara menggunakan crown retractor


2. Try in bridge permanen
a. Pemeriksaan kontak proksimal mengunakan dental floss, apakah
dental floss bias bebas melewati daerah proksimal atau tidak.
b. Pemeriksaan kontak margin/tepi crown mengunakan probe, jika
probe tersangkut maka crown terlalu pendek.
c. Pemeriksaan oklusi mengunakan articulating paper, jika jejas
warna dari articulating paper tidak merata dan tebal, maka terjadi
trauma oklusi.
d. Pemeriksaan estetik (bentuk,warna,posisi gigi)

54
e. Periksa akhiran pontik dengan kaca mulut, apakah gusi di bawah
pontik tertekan atau tidak, terlihat jika tertekan maka akan berwarna
pucat
f. Pengisian Informed consent sebelum melakukan penyemenan
Bridge

3. Penyemenan Bridge
 isolasi daerah kerja
 bersihkan area gigi yang dipreparasi menggunakan syringe berisi air, lalu
keringkan dengan cotton pellet
 Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan dengan sodium hipoklorit 1%
dan klorheksidin lalu dikeringkan gigi yang akan dipasangi mahkota
bridge juga dikeringkan.
 manipulasi bahan gic dengan perbandingan 1:1 diatas glass plate
 Glass Ionomer Cement tipe I (luting cement) diaduk dengan gerakan rotasi
sampai homogen dengan tanda jika diangkat bahan tidak putus dengan
jarak 1 cm
 bahan diletakkan kedalam mahkota bridge dengan plastis filling istrumen.
 Mahkota bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas
diletakkan diatas mahkota jaket dan pasien disuruh menggigit beberapa
menit.
 bersihkan sisa semen yang melekat pada gigi dan jaringan sekitarnya
dengan cotton pellet, sonde dan dental floss
 Pemeriksaan oklusi dan estetis.
4. KIE
a. Komunikasi / Informasi :
1. Hindari untuk menggigit pada gigi belakang yang terpasang bridge
(seperti benda keras) untuk selamanya karna gigi berbeda dengan
gigi asli
2. Informasikan kepada pasien karna bridge baru dilakukan
pemasangan akan terasa tidak nyaman dan terasa ngilu lebih
kurang 1 minggu

55
3. Gigi tiruan gampang pecah sehingga pasien harus selalu hati-hati
dalam mengunyah

b. Instruksi :
1. Menginstruksikan pasien untuk menghubungi operator jika
terdapat keluhan atau rasa sakit
2. Menginstruksikan pasien untuk datang kembali untuk kontrol 1
minggu kemudian
3. Menginstruksikan pasien untuk datang kembali untuk kontrol ke 2
seminggu setelah kontrol 1 dilakukan
4. Menginstruksikan pasien untuk tetap datang untuk kontrol berkala
selama 3-6 bulan

c. Edukasi :
1. Menginstruksikan pasien untuk selalu menjaga kebersihan
rongga mulutnya
2. Menginstruksikan pasien untuk menyikat gigi 2 kali sehari dengan
bulu sikat yang halus
3. Rutin membersihkan bridge dengan bulu sikat yang halus dan
dental floss pada bagian interdental

Kunjungan V
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi
tindakan yang perlu dilakukan.
1. Pemeriksaan subjektif
Ada atau tidaknya keluhan pasien tentang gigi tiruannya
2. Pemeriksaan objektif
Memeriksa keadaan jaringan mulut apakah ada daerah memucat atau
eritema, lalu cek keadaan oklusi dengan articulating paper dan periksa
OH pasien.

56
57
BAB V

KESIMPULAN

Gigi tiruan jembatan disebut juga Fixed Partial Denture adalah suatu

protesa sebagian yang dilekatkan secara tepat pada satu atau lebih gigi penyangga

dan menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang. Berdasarkan kasus diatas

pasien ingin dibuatkan gigi tiruan, gigi tiruan yang dibuat yaitu gigi tiruan

jembatan dan gigi tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan jembatan yang akan dibuat

terdiri dari pontik berjenis modified ridge lap pontik sebagai pengganti gigi 46

yang telah hilang. Gigi 45 dan 47 sebagai abutment yang digunakan sebagai

retainer dengan jenis ekstra korona retainer.

Pembuatan gigi tiruan jembatan diperlukan beberapa pertimbangan yang

disesuaikan dengan kasus. Keberhasilan perawatan dapat dicapai dengan diagnosa

dan rencana perawatan yang tepat, keterampilan dan pengalaman operator serta

komunikasi dan kooperatif yang baik antara pasien dan dokter gigi. Prognosa

untuk kasus ini baik karena jaringan pendukung gigi penyangga sehat, kebersihan

mulut baik dan pasien kooperatif.

58
DAFTAR PUSTAKA

Adenan,Aprilia., dkk., 2012., “Pembuatan gigitiruan jembatan anterior pada lingir


alveolar yang resorpsiMaking anterior denture bridge on resorpted alveolar
ridge”., Journal., Fakultas Kedokteran gigi Padjajaran., Bandung.

Alan DN, Foreman PC, Petunjuk Bergambar Mahkota dan Jembatan, Hipokrates,
Jakarta, 1994, 36 – 48

Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22

Johson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontic, WB.
Saunders, Philadelphia

Machmud E. Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatanjaringan


periodontal. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial 2008;7(1):13-4.

Martanto, P., 1981, Teori dan PraktekIlmuMahkotadanBridge, Alumni, Bandung

Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, EGC, 1991.

Rizki, Christie., dkk., 2012.,” Gigitiruan jembatan adesif sebagai perawatan


alternatif pada kasus kehilangan satu gigi”., Journal., ., Fakultas
Kedokteran gigi Padjajaran., Bandung.

Susaniawaty, Yuli., dkk., 2015.,”Kegagalan estetik pada gigi tiruan cekat


(Esthetic failure in fixed denture)”., Journal.,Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Hasanuddin Makassar, Indonesia.

Setyaning, Conny.,dkk.,” Laporan Kasus Gigi Tiruan Cekat”., Laporan


Kasus.,Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada., Yogjakarta.

Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and


Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare

Shillingburg, Herbert T. 2012. Fundamentals Of Fixed Prosthodontic, 4th Ed.


Buku Kedokteran EGC: Jakarta .

59

Anda mungkin juga menyukai