Oleh:
SYAIDATUL FAUZIAH
20100707360804066
SUBHANI YUNUS
21100707360804026
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan case based discussion ini yang berjudul
“Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)” sebagai salah satu syarat guna memenuhi
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. drg. Okmes Fadriyanti., Sp.
Prosselaku pembimbing.
Akhir kata penulis berharap semoga case based discussion ini dapat
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi merupakan salah satu organ yang tidak kalah penting perannya dalam
sistem pencernaan tubuh manusia. Gigi juga memiliki fungsi yang beragam dalam
gigi mempengaruhi penilaian orang lain dari daya tarik wajah. Pola menyikat gigi
yang kurang intensif dan kebiasaan makan makanan manis dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada orang tersebut. Kehilangan gigi yang tidak segera diganti
akan menyebabkan terjadinya rotasi, migrasi, ekstrusi dari gigi yang ada, resorbsi
tulang alveolar serta edentulos yang tersedia menjadi sempit. Kondisi tersebut
tentu saja dapat mengganggu sistem mastikasi, sehingga harus dibuatkan gigi
Gigi yang hilang dapat diganti dengan gigi tiruan yang berfungsi untuk
dengan cara merestorasi gigi asli atau mengganti gigi yang sudah tanggal.
Pembuatan gigi tiruan secara garis besar dibagi menjadi dua cabang ilmu, yaitu
ilmu gigi tiruan lepasan dan ilmu gigi tiruan cekat. Ilmu gigi tiruan cekat
merupakan cabang ilmu yang menyangkut pergantian dan perbaikan gigi dengan
1
Gigi tiruan cekat diklasifikasikan menjadi dua yaitu mahkota (crown) dan
jembatan (bridge). Gigi tiruan jembatan (GTJ) yang lazim disebutfixed partial
dentureadalah gigitiruan sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu atau
lebih gigi penyangga dan tidak dapat dilepas oleh pemakainya. Apabila
seseorang kehilangan satu atau beberapa gigi, terutama gigi anterior, akan
mengganggu tampilan dan saat bicara sehingga penderita merasa tidak percaya
pengunyahan.
Jenis Gigi tiruan jembatan ini meliputi komponen pontik, konektor dan
retainer dari bahan logam non mulia yang dihubungkan secara permanen pada
lunak serta mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut dari struktur organ di
dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem
pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik dan tetap sehat. Oleh karena itu,
2
agar suatu GTJ dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama di dalam mulut,
maka pemeliharaan jaringan periodontal harus dilakukan agar gigi alami yang
1.2 Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan jembatan disebut juga Fixed Partial Denture adalah suatu
protesa sebagian yang dilekatkan secara tepat pada satu atau lebih gigi penyangga
Gigi tiruan jembatan (Bridge Fixed Bridge) adalah gigi tiruan yang
pendukungnya.
Gigi tiruan jembatan adalah restorasi yang menggantikan satu atau lebih
gigi yang disemenkan pada gigi penyangga dan didukung sepenuhnya oleh
periodontium.
hilangnya satu atau lebih gigi asli. Selain itu juga untuk memperbaiki estetika,
2. Gigi nonvital dapat digunakan jika ada struktur korona yang memadai
4
3. Dukungan tulang alveolar baik, rasio pmahkota-akar 1:1 atau lebih
7. OH tidak baik
retainer, konektor, abutment, dan sadel, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
5
2. Konektor menghubungkan pontik dengan retainer, terdiri dari 2 macam:
3. Pontik adalah bagian yang mengantikan gigi yang hilang, terdiri dari :
Pada jenis ini memiliki estetis yang baik karena menutup seluruh
permukaan dan memiliki bentuk seperti gigi asli, tetapi tidak ada efek
self cleansing.
mm
saja.
dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a. Fixed-fixed bridge
sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang
6
gigi yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk
menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa
bridge yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga
yang mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang Fixed-fixed bridge
rahang bawah
Suatu gigi tiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada
akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan
pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi.
7
Gambar 2. Semi-Fixed Bridge
c. Cantilever bridge
Suatu gigi tiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau
lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi
gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai
penghubung ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari
lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan
8
pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi
anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar
e. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigi tiruan
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah
sebagai berikut.
1. Oklusi gigi
Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di
dalam rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi
yang ada di antara gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang
karena tidak ada gigi yang menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya
9
gigi kedaerah yang kosong dinamakan shifting/drifting, sedangkan gigi
untuk mengurangi beban oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada
pasien-pasien tertentu.
2. Oral hygiene
3. Jaringan periodontal
daerah membran periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.
biasanya mempunyai inklinasi labial yang serupa dan tidak terlalu sulit
anterior seperti caninus dan gigi posterior seperti premolar kedua atas
10
supaya diperoleh kesejajaran, kaninus harus dipreparasi pada arah yang
6. Frekwensi karies
penting dilakukan oleh dokter gigi karena hal tersebut akan mempengaruhi
ketetapan dan keberhasilan pada pasien. Dalam menegakkan diagnosis ada 4 tahap
1. Pemeriksaan Subjektif
a. Identitas pasien diperlukan sebagai pasca tindakan dapat pula sebagai data
Nama
Status pernikahan
Pekerjaan
Alamat
Berkaitan dengan keluhan oleh pasien datang kedokter gigi keluhan utama
11
c. Present illness (Present Illness PI)
pengembangan masalah yang ada dalam keluhan utama dan lain - lain.
Mencari tahu kapan pasien merasakan sakit/ rasa tidak nyaman sejak
pertama kali terasa, apakah bersifat berselang atau terus menerus, dilihat
Apakah pasien pernah rawat inap dirumah sakit karena dengan gejala
Perawatan bedah, radiologi, alergi obat dan makanan, anestesi, dan rawat
rawat inap.
yaitu pasien rutin kedokter gigi apa tidak, sikap pasien datang kedokter
penyakit keluarga, seperti ayah ibu pernah rawat inap dirumah sakit, ayah
12
g. Riwayat sosial (Sosial History SH)
2. Pemeriksaan Obyektif
1. Pemeriksaan Limfonodi
13
Intensitas sakit pada saat dilakukan palpasi bergantung pada fase akut
dan kronis. Pada kondisi akut biasanya akan terasa sakit, sedangkan
pada kondisi kronis akan tidak terasa sakit pada saat palpasi.
a. Inspeksi :
Simetris wajah
Range Of Motion
- Pembukaan normal 40 mm
14
Gerakan Lateral
menggunakan penggaris
15
- Jika terjadi deviasi selama membuka dan rahang kembali ke
b. Palpasi
pergerakan sendi dan ada atau tidaknya rasa nyeri saat dilakukan
16
- Muskulus masseter : Berjalan dari tepi mandibular sampai tepi
zigomatikus
17
c. Auskultasi
18
3. Pemeriksaan Wajah
Persegi ( square )
Lonjong ( oval )
Lancip ( tapering )
Lurus ( straight)
Cembung ( convex )
Cekung ( concave )
c Simetris wajah
4.
4. Pemeriksaan mata
19
5. Pemeriksaan bibir
relaksasi.
1. Palatum
2. Mukosa
3. Ginggiva
4. Lidah
5. Gigi Geligi
6. Dasar mulut
7. Frenulum
1. Inspeksi
2. Tes mobilitas
3. Sondasi
4. Tes suhu
5. Perkusi
6. Tes elektrik
20
7. Palpasi
8. Transimulasi
3. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi
1. Radiologi Intra Oral : tehnik periapikal, tehnik bite wing atau saya gigit,
tehnik oklusal
4. Diagnosis
5. Prognosis
21
1) Prognosis bona : ramalan baik
6. Rencana Perawatan
sebagai berikut :
2) Memberi edukasi
22
Menggambar outline untuk panduan finishing line (chamfer) ± 1 – 2 mm
di atas servikal di sekeliling gigi.
23
Buatlah alur dengan kedalaman 1-1,5 mm dengan menggunakan
roundend tapered diamond bur pada fosa sentral, mesial dan distal bidang
oklusal dan hubungkan sehingga membentuk saluran (channel) di
sepanjang alur bagian tengah oklusal (central groove) yang meluas ke
distal dan mesial marginal ridge.Tunjukkan instruktur.
Gambar 2.
a. angulasi mata bur saat preparasi function cusp bevel
b. hasil preparasi
24
Setelah alur panduan (guiding groove) dibuat, struktur gigi yang tersisa
di antara alur panduan tersebut dikurangi menggunakan round-end tapered
diamond bur.
Lakukan pengurangan bidang oklusal secara bertahap. Bidang oklusal
pada sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang oklusal telah selesai
dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang oklusal dapat dilakukan
begitupun sebaliknya.
25
Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang
sejajar dengan sumbu gigi, menggunakan round-end tapered diamond bur
Gambar 5. Tampak oklusoservikal, terlihat alur panduan bidang aksial bagian oklusal
lebih dalam dibandingkan bagian servikal
Setelah alur panduan (guiding grooves) dibuat, struktur gigi yang tersisa di
antara alur panduan tersebut dikurangi menggunakan roundend tapered
diamond bur.
26
Lakukan pengurangan bidang aksial secara bertahap. Bidang aksial pada
sisi mesial dikurangi terlebih dahulu, sisi distalnya sebagai panduan
ataupun sebaliknya. Apabila sisi mesial bidang aksial telah selesai
dikurangi, maka pengurangan sisi distal bidang aksial dapat dilakukan
begitupun sebaliknya.
Gambar 6.
27
Lakukan preparasi menggunakan long-tapered needle edge diamond bur
atau long-thin diamond bur. Preparasi dilakukan dari arah bukal ke lingual,
hingga tersisa sedikit struktur gigi yang kemudian dikurangi dengan
menggunakan long-thin diamond bur. Tunjukkan instruktur.
Gambar 7
28
Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer
menggunakan sonde,permukaan tersebut harus terasa sehalus permukaan
kaca.
Gambar 8
a. Hasil akhir preparasi pada gigi molar
b. Hasil akhir preparasi pada gigi molar dan premolar
29
BAB III
LAPORAN KASUS
Umur : 25 tahun
No RM : 057208
Pekerjaan : Mahasiswa
ingin dibuatkan gigi tiruan yang tidak dapat dilepas pasang dan bahan
kanan
30
Riwayat pemakaian gigi tiruan : Belum pernah
1. Extra oral :
a. Wajah
b. Mata
Sama tinggi
31
c. Bibir
ROM :
Pembukaan mulut : 46 mm
2. Intra Oral :
Gigitan : Ada,
32
Pemeriksaan Gigi Geligi : Bentuk gigi : normal, terdapat fraktur gigi 11 dan
atrisi gigi anterior bawah
Vestibulum :
Rahang atas
Anterior : sedang
Rahang bawah
Anterior : sedang
Frenulum : rendah
Lingualis : sedang
33
Odontogram:
1817 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 2728
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 3738
Keterangan :
Gigi 46 : Missing
Gigi 11 : Fraktur
Hubungan rahang : Ortognatik
3.2 Diagnosa
RB : Klas III Kennedy disertai gigi 11 fraktur klas 2 Ellis dan TMD grup 2
34
- Scalling
- Restorasi klas IV pada gigi 11
b. Rencana Perawatan prostodontik :
1) Rahang Bawah
Pasien dibuatkan gigi tiruan jembatan dengan desain rigid fixed bridge
4
4 2 2 2
3 2
1 1
Keterangan :
1. Abutment
2. Connector
3. Pontic
4. Jacket crown
35
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
36
Injeksi dengan spuit yang lebih
besar
Slaber
Suction
Gelas kumur
Paper pad
37
Air
Antiseptic
Gelas kumur
Metode mencetak : mukostatik
Cara mencetak :
1. Mempersilahkan pasien duduk di dental unit
2. Operator menggunakan alat pelindung diri
3. Mempersiapkan alat dan bahan
4. Atur posisi pasien dan operator. Posisi pasien untuk rahang atas setinggi
dada. Posisi operator untuk rahang atas dibelakang kanan pasien.
5. Instruksikan pasien untuk berkumur
6. Try in sendok cetak
7. Siapkan bowl, spatula, air dan alginate
8. Aduk powder dan liquid dengan perbandingan 1:1 dalam bowl. Aduk
dengan gerakkan memutar seperti angka 8 dan menekan ke dinding bowl
hingga homogen.
9. Masukkan alginate dengan spatel ke sendok cetak dan ratakan
10. Masukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien dengan posisi operator
berada dibelakang pasien untuk rahang atas dan didepan kanan pasien
untuk rahang bawah. Kemudian cetak dengan menggunakan teknik
mukostatik.
11. Instruksikan pasien untuk bernafas melalui mulut. Pada rahang atas pasien
diminta untuk menundukkan kepala dan membentuk mulut seperti huruf
O. Pada rahang bawah pasien diminta untuk mengangkat lidah ke depan
dan membentuk mulut seperti huruf O
12. Pastikan alginate sudah kering dengan memeriksa sisa alginate pada bowl
13. Lepaskan dan keluarkan sendok cetak
14. Instruksikan pasien berkumur
15. Periksa hasil cetakan.
Seluruh anatomi tercetak
Tidak ada gelembung udara atau porus
Cetakan tidak robek
38
Cetakan melekat dengan sendok cetak
Halus, licin
Tidak ada bagian sendok cetak yang tidak tertutup bahan cetak
Desinfeksi cetakan dengan direndam larutan sodium hipoklorit 1% dan
klorheksidin
16. Cor cetakan dengan gips tipe III dental stone
Kunjungan Ke II
Persiapan Alat dan bahan :
Contra angle highspeed handpiece
Alat diagnostic set
Spuit injeksi
Round end tapper diamond bur
Flat end tapper diamond bur
Torpedo bur
Long-thin diamond bur
Fine finshing bur
Arkansas bur
Bahan anestetikum
Povidone iodin
chlorhexidine
39
Topical fluoride varnish
Articulating paper
Persiapan Operator
Posisi Operator : jarum jam angka 8-9
Memakai masker dan handscoon
Persiapan Pasien
Untuk RB : tinggi rahang sejajar dengan dada operator
40
Menggambar outline pada fosa sentral, mesial dan distal bidang oklusal
kemudian hubungkan sampai bagian central groove yang meluas ke distal
dan mesial marginal ridge.
Menggambar outline pada developmental groove bukal dan lingual gigi,
serta pada tiap triangular ridge diawali dari puncak cusp (cusp tip) hingga
ke dasar cusp.
Menggambar outline untuk panduan bevel ± 1,5 mm dari buko-oklusal
(fungsional cusp).
Menggambar outline untuk panduan finishing line (chamfer) ± 1 – 2 mm
di atas servikal di sekeliling gigi.
41
Gambar 1. Alur panduan bidang oklusal
Tujuan pembuatan alur panduan (guiding grooves) bidang oklusal ini yaitu
memberikan panduan saat preparasi agar bentuk preparasi pada bidang
oklusal sesuai dengan anatomi gigi dan juga meminimalkan jaringan keras
gigi yang hilang dalam upaya mendapatkan ruang yang cukup untuk
ketebalan logam.
Tahapan pembuatan alur panduan (guiding grooves) bidang oklusal :
Gambar 2.
a. angulasi mata bur saat preparasi function cusp bevel
b. hasil preparasi
42
Tujuan pembuatan bevel pada functional cusp adalah menyediakan ruang
untuk logam sehingga didapatkan ketebalan logam yang cukup pada
daerah yang berkontak oklusi (oklusi sentrik) dengan gigi antagonis.
Apabila bevel tersebut tidak dibuat, maka ketebalan logam kurang
sehingga terjadi overkontur restorasi.
43
tidak dijadikan abutment agar tidak terkikis bila tanpa sengaja mata bur
berkontak dengan gigi-gigi tersebut.
Buatlah 3 buah alur panduan pada bidang bukal dan lingual gigi yang
sejajar dengan sumbu gigi, menggunakan round-end tapered diamond bur
44
Gambar 5. Tampak oklusoservikal, terlihat alur panduan bidang aksial bagian oklusal
lebih dalam dibandingkan bagian servikal
Setelah alur panduan (guiding grooves) dibuat, struktur gigi yang tersisa di
antara alur panduan tersebut dikurangi menggunakan roundend tapered
diamond bur.
Gambar 6.
45
j. preparasi sisi mesiobukal;
k. tampak oklusal, sisi mesiobukal telah dilakukan pengurangan;
l. hasil pengurangan bidang aksial sisi bukal-lingual menggunakan torpedo
diamond bur (Rosenstiel et al, 2002; Shillingburg et al, 1997)
Gambar 7
46
Dilakukan dengan cara visual yaitu melihat dengan satu mata dengan jarak
pandang kurang lebih 30 cm (Shillingburg et al, 1997) atau dengan
bantuan sonde lurus.
Pemeriksaan kesejajaran bidang preparasi dengan menggunakan dua sonde
pada bagian mesial, distal dan bukal, lingual.
6. Penghalusan (Finishing)
Gunakan torpedo fine-finishing bur atau torpedo white stone untuk
menghaluskan permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer.
Cek permukaan gigi yang telah dipreparasi dan margin chamfer
menggunakan sonde,permukaan tersebut harus terasa sehalus permukaan
kaca.
Tahap Pembuatan :
47
Tahapan pembuatan mahkota sementara dengan teknik kombinasi adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pencetakan anatomis
• aduk alginat dengan rubber bowl dan spatula dengan perbandingan 1:1,
aduk sampai homogen
• letakkan adonan pada sendok cetak, lalu cetak dengan teknik mukostatis
• isi cetakan dengan gips tipe 3
2. pembentukan daerah pontik dengan malam/anasir gigi
• sesuaikan dengan bentuk anatomis
• sesuaikan oklusi dengan gigi antagonisnya
3. Cetak model kerja yang telah diwax up menggunakan bahan cetak putty (indeks
putty).
• ambil bahan base dan katalis dengan perbandingan 1:1, aduk dengan
tangan sampai homogen
• masukkan adonan putty dalam sendok cetak dan cetakkan pada model
yang sudah disiapkan
• tunggu sampai setting
3. bersihkan dan keringkan gigi yang sudah dipreparasi dan bahan separating
(vaselin) dioleskan pada gigi pasien yang telah dipreparasi
4. Lakukan pengadukan self curing akrilik dengan perbandingan liquid dan
powder 1:1, lalu aplikasikan ke dalam indeks putty, cetakkan ke gigi pasien
tunggu sedikit mengeras dan keluarkan lagi, rendam kedalam air, masukan
kembali lakukan berulang hingga setting, bertujuan untuk mencegah terjadinya
inflamasi karna self curing akrilik.
5. lakukan finishing dan polishing
• rapi sisa akrilik yang berlebih dengan bur freaser/carbide
• haluskan dengan arkansas bur
• lakukan polis dengan brushwool dan ditambahkan pumise
5. Pencetakan Fisiologis
Persiapan Alat dan bahan
Alat diagnostic set
48
Glass plate/glass lab
Semen spatula
Sendok cetak (stock tray)
Spuit injuksi
Plastis instrument
pinset
cotton roll
Kapas
Light body
Putty
Benang retraksi
2. Retraksi Gingiva
Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi selama 5-10 menit.
Retraksi gingiva dilakukan guna menaikkan sulkus gingival agar batas gusi
preparasi tampak dengan jelas sebelum dilakukan cetak fisiologis.
Alat yang digunakan : benang retraksi (retraction cord),Plastic
Instrument
Bahan : epinephrine
Cara retraksi gingiva :
• Isolasi daerah kerja mengunakan cotton roll di vestibulum labial kiri dan
kanan
• Keringkan daerah sulkus gingiva dengan three way syring
• Potong benang retraksi ± 5 cm
• celupkan benang retraksi pada epinephrine
49
• letakkan benang retraksi dengan membentuk huruf U pada bagian gingiva
gigi yang sudah dipreparasi
• masukkan benang retraksi kedalam sulkus gingiva dengan plastis
instrument. kemudian perlahan-lahan selipkan benang diantara gigi dan
gingiva bagian mesial interproksimal dengan plastis filling dan bantuan
pinset sampai terpasang dengan baik, kemudian dilanjutkan pada sisi
interproksimal sampai permukaan bukal.
• tunggu 10-15 menit
3. Pencetakan fisiologis
Prosedur :
a. Persiapan posisi pasien dan operator
b. Menjelaskan prosedur yang akan dikerjakan ke pasien
c. Posisi pasien setinggi siku operator
d. Kepala pasien sedikit menengadah
e. Saat pencetakan instruksikan pasien untuk tidak bernafas melalui
mulut, mengangkat lidah ke palatum dan menyebutkan O
f. Posisi operator pada jam 8-9 atau berada di depan kanan pasien
g. Bahan cetak double impression teknik two phase (indirect):
Putty di aduk dengan tangan, 1 sendok base (biru) : I sendok
catalyst (kuning) → homogen menjadi warna hijau.
Buat gulungan putty masukan pada sendok cetak
Letakan plastik selopan diatas putty
Cetakkan ke dalam mulut pasien dengan tekanan
mukokompresi → Buka cetakan
Buka plastik selopan dan keluarkan benang retraksi dari
gingiva mengunakan plastis instrumen
Siapkan pasta light body sepanjang 10 cm → Aduk sampai
homogen.
Sepertiga bahan cetak dimasukkan ke dalam alat suntik lalu
injeksikan ke gigi dan sisa bahan cetak dimasukkan ke dalam
50
cetakan putty → Lalu cetakkan ke mulut pasien → Tahan 6
menit.
Dengan menggunakan pinset, Tarik benang retraksi yang
berada di subgingiva, dari bagian mesial – palatal – distal –
labial
Cek hasil cetakan :
- Mendapatkan tepi servikal line dengan bahan light body
- Tidak ada gelembung udara
- Tidak robek, tidak porus
- Tidak ada step antara putty dan light body.
Melakukan desinfeksi cetakan
- sendok cetak yang sudah dikeluarkan dari mulut dicuci
dengan air mengalir dengan cara menggerakkan sendok
cetak untuk mengeluarkan sisa makanan dan saliva
- sendok cetak RA dan RB direndam dalam larutan
iodoform didalam wadah selama 10 menit
Cor cetakan dengan hard stone.
Untuk rahang atas dilakukan pencetakan dengan menggunakan
alginate, kemudian dicor dengan gips biru. Tujuannya untuk
mendapatkan antagonisnya.
7. Bridge sementara
Alat dan bahan
Alat diagnostic set
51
Contra angle highspeed handpiece
Carbide bur
Bur polish
Dippen glass
Semen spatel
Dental floss
Self cure acrylic
Articulating paper
semen zinc oxide non eugenol
Try in bridge sementara
- Pemeriksaan kontak proksimal mengunakan dental floss
- Pemeriksaan kontak margin/tepi crown mengunakan probe
- Pemeriksaan oklusi mengunakan articulating paper
- Pemeriksaan estetik (Bentuk, warna, posisi gigi)
- Pemeriksaan dasar pontik dengan mukosa dengan menggunkan kaca
mulut
Penyemenan bridge sementara
Penyemenan bridge sementara :dengan semen zinc oxide non eugenol
yang cukup tebal. Dicampur sedikit vaselin untuk mengurangi kekuatan
semen dan akan mempermudah pembongkaran kembali nantinya. Setelah
penyemenan selesai, sisa-sisa semen dihilangkan sebab dapat mengiritasi
jaringan lunak.
Intruksi laboratorium
Operator mengirimkan kerja rahang atas dan rahang bawah, gigitan kerja,
warna gigi yang dipilih.
Kunjungan III
Persiapan Alat dan bahan
• diagnostic set
• tray instrument
• contra angle highspeed handpiece
52
• diamond bur
• bur polis
• semen spatula
• plastis instrument
• Glass plate
• dental floss
• larutan desinfektan
• articulating paper
• Masker
• Handscoon
• Probe
• Sonde
• cotton roll
• cotton pellet
• Tampon
Kunjungan IV
Persiapan Alat dan bahan
53
• diagnostic set
• tray instrument
• contra angle handpiece
• diamond bur
• bur polis
• semen spatula
• plastis instrument
• Glass plate
• dental floss
• articulating paper
• Masker
• Handscoon
• Probe
• Sonde
• cotton roll
• cotton pellet
• Tampon
• GIC tipe 1
• Sodium hipoklorit
54
e. Periksa akhiran pontik dengan kaca mulut, apakah gusi di bawah
pontik tertekan atau tidak, terlihat jika tertekan maka akan berwarna
pucat
f. Pengisian Informed consent sebelum melakukan penyemenan
Bridge
3. Penyemenan Bridge
isolasi daerah kerja
bersihkan area gigi yang dipreparasi menggunakan syringe berisi air, lalu
keringkan dengan cotton pellet
Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan dengan sodium hipoklorit 1%
dan klorheksidin lalu dikeringkan gigi yang akan dipasangi mahkota
bridge juga dikeringkan.
manipulasi bahan gic dengan perbandingan 1:1 diatas glass plate
Glass Ionomer Cement tipe I (luting cement) diaduk dengan gerakan rotasi
sampai homogen dengan tanda jika diangkat bahan tidak putus dengan
jarak 1 cm
bahan diletakkan kedalam mahkota bridge dengan plastis filling istrumen.
Mahkota bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas
diletakkan diatas mahkota jaket dan pasien disuruh menggigit beberapa
menit.
bersihkan sisa semen yang melekat pada gigi dan jaringan sekitarnya
dengan cotton pellet, sonde dan dental floss
Pemeriksaan oklusi dan estetis.
4. KIE
a. Komunikasi / Informasi :
1. Hindari untuk menggigit pada gigi belakang yang terpasang bridge
(seperti benda keras) untuk selamanya karna gigi berbeda dengan
gigi asli
2. Informasikan kepada pasien karna bridge baru dilakukan
pemasangan akan terasa tidak nyaman dan terasa ngilu lebih
kurang 1 minggu
55
3. Gigi tiruan gampang pecah sehingga pasien harus selalu hati-hati
dalam mengunyah
b. Instruksi :
1. Menginstruksikan pasien untuk menghubungi operator jika
terdapat keluhan atau rasa sakit
2. Menginstruksikan pasien untuk datang kembali untuk kontrol 1
minggu kemudian
3. Menginstruksikan pasien untuk datang kembali untuk kontrol ke 2
seminggu setelah kontrol 1 dilakukan
4. Menginstruksikan pasien untuk tetap datang untuk kontrol berkala
selama 3-6 bulan
c. Edukasi :
1. Menginstruksikan pasien untuk selalu menjaga kebersihan
rongga mulutnya
2. Menginstruksikan pasien untuk menyikat gigi 2 kali sehari dengan
bulu sikat yang halus
3. Rutin membersihkan bridge dengan bulu sikat yang halus dan
dental floss pada bagian interdental
Kunjungan V
Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi
tindakan yang perlu dilakukan.
1. Pemeriksaan subjektif
Ada atau tidaknya keluhan pasien tentang gigi tiruannya
2. Pemeriksaan objektif
Memeriksa keadaan jaringan mulut apakah ada daerah memucat atau
eritema, lalu cek keadaan oklusi dengan articulating paper dan periksa
OH pasien.
56
57
BAB V
KESIMPULAN
Gigi tiruan jembatan disebut juga Fixed Partial Denture adalah suatu
protesa sebagian yang dilekatkan secara tepat pada satu atau lebih gigi penyangga
dan menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang. Berdasarkan kasus diatas
pasien ingin dibuatkan gigi tiruan, gigi tiruan yang dibuat yaitu gigi tiruan
jembatan dan gigi tiruan sebagian lepasan. Gigi tiruan jembatan yang akan dibuat
terdiri dari pontik berjenis modified ridge lap pontik sebagai pengganti gigi 46
yang telah hilang. Gigi 45 dan 47 sebagai abutment yang digunakan sebagai
dan rencana perawatan yang tepat, keterampilan dan pengalaman operator serta
komunikasi dan kooperatif yang baik antara pasien dan dokter gigi. Prognosa
untuk kasus ini baik karena jaringan pendukung gigi penyangga sehat, kebersihan
58
DAFTAR PUSTAKA
Alan DN, Foreman PC, Petunjuk Bergambar Mahkota dan Jembatan, Hipokrates,
Jakarta, 1994, 36 – 48
Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.
Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115-22
Johson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontic, WB.
Saunders, Philadelphia
Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, EGC, 1991.
59