NOMOR : 50/RSUP/SK-DIR/VI/2022
TENTANG
KEBIJAKAN AKSES DAN KESINAMBUNGAN PELAYANAN
RUMAH SAKIT UMUM PROKLAMASI
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Asuhan di rumah sakit merupakan bagian dari suatu sistem pelayanan
yang terintegrasi dengan para professional pemberi asuhan (PPA) dan
tingkat pelayanan yang akan membangun suatu kesinambungan
pelayanan.
Ditetapkan di : Karawang
Pada tanggal : 7 Juni 2022
Rumah Sakit Umum Proklamasi Karawang
Direktur
3. Kesinambungan Pelayanan.
a. Rumah sakit memiliki proses untuk melaksanakan kesinambungan pelayanan di rumah sakit dan
integrasi antara profesional pemberi asuhan (PPA) dibantu oleh manajer pelayanan pasien
(MPP)/case manager.
1) Para PPA telah memberikan asuhan pasien secara terintegrasi berfokus pada pasien meliputi:
a) Keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.
b) Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai ketua tim asuhan pasien oleh
profesional pemberi asuhan (PPA) (clinical leader);
c) Profesional pemberi asuhan (PPA) bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi
interprofesional dibantu antara lain oleh Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan
Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya, Alur Klinis/clinical pathway terintegrasi,
Algoritme, Protokol, Prosedur, Standing Order dan CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi);
d) Perencanaan pemulangan pasien (P3)/discharge planning terintegrasi.
e) Asuhan gizi terintegrasi;
f) Manajer pelayanan pasien/case manager.
2) Rumah sakit memiliki manajer pelayanan pasien yang berperan penting dalam melakukan
manajemen pelayanan pasien (MnPP).
a) Dalam pelaksanaan manajemen pelayanan pasien, MPP mencatat pada lembar formulir A
yang merupakan evaluasi awal manajemen pelayanan pasien dan formulir B yang
merupakan catatan implementasi manajemen pelayanan pasien.
b) Kedua formulir tersebut merupakan bagian dari rekam medis.
3) Para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) dan Manajer Pelayanan Pasien (MPP) melaksanakan
kesinambungan dan koordinasi pelayanan meliputi:
a) Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap;
b) Pelayanan diagnostik dan tindakan;
c) Pelayanan bedah dan nonbedah;
d) Pelayanan rawat jalan; dan
e) Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya.
4) Pencatatan perkembangan pasien didokumentasikan para PPA di formulir catatan
perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
5) Pencatatan di unit intensif atau unit khusus menggunakan lembar pemantauan pasien khusus,
pencatatan perkembangan pasien dilakukan pada lembar tersebut oleh DPJP di unit tersebut,
PPA lain dapat melakukan pencatatan perkembangan pasien di formulir catatan pasien
terintegrasi (CPPT).
6) Perencanaan dan pelayanan pasien secara terintegrasi diinformasikan kepada pasien dan atau
keluarga secara berkala sesuai kebutuhan sehingga dapat memberikan hasil asuhan pasien
yang bermutu dengan biaya efektif
b. Setiap pasien memiliki dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) untuk memberikan asuhan
kepada pasien.
1) Setiap pasien memiliki dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan melakukan asuhan
pasien secara terkoordinasi dan terdokumentasi di dalam rekam medis pasien.
2) Proses perpindahan tanggung jawab koordinasi asuhan pasien dari satu dokter
penanggungjawab pelayanan (DPJP) ke DPJP lain, termasuk bila terjadi perubahan DPJP
Utama dilakukan secara lisan dan tertulis secara jelas pencatatan di rekam medis tentang
alihh tanggung jawabnya
3) Bila dilaksanakan rawat bersama ditetapkan DPJP utama sebagai koordinator asuhan pasien.
6. Transportasi
a. Rumah sakit menetapkan proses transportasi dalam merujuk, memindahkan atau pemulangan,
pasien rawat inap dan rawat jalan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
1) Rumah sakit memiliki proses transportasi pasien sesuai dengan kebutuhannya yang meliputi
pengkajian kebutuhan transportasi pasien, SDM pendamping pasien, obat, bahan medis habis
pakai, alat kesehatan, peralatan medis dan persyaratan PPI yang sesuai dengan kebutuhan
pasien untuk proses transportasi pasien.
2) Kendaraan ambulans dipelihara sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
3) Bila Rumah Sakit bekerja sama dengan jasa transport pasien mandiri, rumah sakit harus
memiliki dokumen kerjasama dan dilakukan evaluasi berkala dari Rumah Sakit mengenai
kelayakan kendaraan transport, memenuhi aspek mutu, keselamatan pasien dan keselamatan
transportasi.
4) Kriteria alat transportasi yang digunakan untuk merujuk, memindahkan, atau memulangkan
pasien ditentukan oleh Rumah Sakit (staf yang kompeten), harus sesuai dengan Program PPI,
memenuhi aspek mutu, keselamatan pasien dan keselamatan transportasi.
5) Penggunaan Alat-alat Peringatan
a) Sirine
1.1) Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya
digunakan jika pengemudi dalam respon emergensi, Suara sirine yang
dinyalakan terus menerus dapat menambah rasa takut dan cemas pasien,
dan kondisi pasien dapat memburuk jika mulai timbul stress.
1.2) Cenderung untuk tidak memberikan jalan pada ambulans jika sirine terlalu
sering dinyalakan.
1.3) Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah
beranggapan bahwa semua pengendara kendaraan bermotor akan
mendengar sinyal Anda. Adanya bangunan, pepohonan, dan semak
belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine.
1.4) Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa
pengemudi menjadi panik jika mendengar bunyi sirine.
1.5) Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba.
Hal ini dapat menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan
Anda tidak bisa berhenti tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika
Anda berada dekat dengan kendaraan di depan Anda.
1.6) Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk
menakuti orang lain.
b) Klakson