MALARIA
PERTEMUAN KE-6
DIAGNOSA MALARIA
Kultur Darah
• Pemeriksaan kultur darah perlu dipertimbangkan untuk
pasien malaria yang tidak menunjukkan perbaikan setelah
terapi antimalaria. Etiologi infeksi lain perlu dicurigai dan
mungkin terjadi pada pasien-pasien yang berada di daerah
endemis.
Radiologi
Rontgen toraks perlu dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya.
Selain itu, pada kecurigaan malaria berat,
terutama bila ada manifestasi klinis respiratorik,
Rontgen toraks juga perlu dilakukan. CT scan
kepala dilakukan bila ada kecurigaan edema
serebral atau perdarahan otak.[3]
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis bakterial pada pasien
dengan penurunan kesadaran
• Penatalaksanaan malaria di Indonesia meliputi pengobatan yang
radikal mengikuti kebijakan nasional pengendalian malaria di
Indonesia.
• Pengobatan dengan artemisinin-based combination therapy (ACT)
hanya boleh diberikan pada pasien dengan hasil pemeriksaan darah
malaria positif. Pada kasus malaria berat, penatalaksanaan tidak
boleh ditunda
Berobat Jalan
• Pasien malaria nonfalciparum tanpa gejala berat dan dapat
mengonsumsi obat oral dapat berobat jalan. Evaluasi pengobatan
dilakukan pada hari ke-3, -7, -14, -21, dan -28 berdasarkan gejala klinis
dan pemeriksaan darah mikroskopis. Edukasi pasien untuk segera
memeriksakan diri jika ada pemburukan klinis tanpa menunggu
jadwal tersebut.[4]
• Pasien rawat inap dengan keadaan umum dan kesadaran baik, telah
bebas demam 3 hari tanpa obat penurun demam dan pemeriksaan
parasit negatif 3 kali berturut-turut dengan jarak waktu 12-24 jam,
dapat dipulangkan dan berobat jalan.
Persiapan Rujukan
• Setiap kasus malaria berat harus dirawat inap atau dirujuk ke
fasilitas kesehatan dengan fasilitas yang memadai. Risiko kematian
tertinggi pada malaria berat atau malaria serebral terjadi pada 24
jam pertama. Untuk itu, pasien dengan waktu rujukan >6 jam
perlu diberikan antimalaria sebelum dirujuk.
• Antimalaria yang dianjurkan adalah artesunate dan artemether
intramuskular. Jika kedua obat tersebut tidak tersedia, kina
intramuskular (paha) dapat diberikan. Artesunate rektal hanya
direkomendasikan untuk anak berusia < 6 tahun (dosis 10
mg/kgBB) jika artesunate intravena atau intramuskular tidak
tersedia.
• Di Indonesia, bila tidak tersedia artesunate, maka dapat diberikan
dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) sebanyak 1 kali (bila
toleransi oral baik)
• Pasien yang gagal diterapi dengan antimalaria lini pertama
memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang memiliki
antimalaria lini kedua.
Medikamentosa
• Obat antimalaria tidak boleh diberikan sebelum malaria
terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Pemberian
antimalaria bertujuan untuk membunuh semua stadium
parasit di dalam tubuh, termasuk gametosit. Pada kasus infeksi
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, antimalaria yang dapat
membunuh hipnozoit perlu diberikan untuk mencegah relaps.
Jenis antimalaria perlu disesuaikan dengan daerah pasien
terinfeksi, sebab adanya pola resistensi obat yang berbeda.
• Medikamentosa yang dianjurkan di Indonesia untuk kasus
malaria tanpa komplikasi adalah DHP oral dengan atau tanpa
primaquine (tergantung jenis malaria). chloroquine tidak lagi
digunakan karena banyaknya kasus resistensi.
• DHP diberikan 1 kali sehari selama 3 hari. Dosis primaquine
yang digunakan adalah 0,25 mg/kgBB/hari. Obat antimalaria
dikonsumsi sehabis makan (tidak dalam keadaan perut
kosong).
Malaria pada Wanita Hamil
• Malaria pada wanita hamil diobati hanya
menggunakan DHP selama 3 hari. Medikamentosa
berupa primaquine, tetracycline, dan doxycycline
tidak boleh diberikan untuk wanita hamil.
• Di Amerika Serikat, terapi pilihan untuk malaria
falciparum tanpa komplikasi pada kehamilan adalah
artemether-lumefantrine (Coartem) atau bila tidak
tersedia, alternatifnya adalah mefloquine atau kina +
clindamycin. Pada kasus malaria vivax, obat yang
dapat diberikan adalah artemether-lumefantrine
(trimester kedua atau ketiga) atau mefloquine.
• Di Indonesia, terapi lini kedua trimester pertama
dapat diberikan kombinasi kina (dosis dewasa) +
clindamycin 10 mg/kgBB/kali diberikan 2 kali sehari.
Dosis maksimal clindamycin adalah 300 mg/hari.