Anda di halaman 1dari 134

PENGELOLAAN LOGISTIK

PROGRAM HIV AIDS & PIMS


Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Jakarta, 2021
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

616.979 2 Indonesia. Kementerian


Katalog Kesehatan
Dalam Terbitan. RI. Direktorat
Kementerian Jenderal
Kesehatan RI
Ind Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
616.979 2
p Ind Petunjuk Teknis Pengelolaan
Indonesia. Kementerian Logistik Program
Kesehatan RI.HIV AIDS Jenderal
Direktorat
p Pencegahan
dan Penyakit Infeksi Menulardan Pengendalian Penyakit
Seksual.—
Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS
Jakarta :dan
Kementerian Kesehatan
Penyakit Infeksi RI.2021
Menular Seksual.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2021
ISBN 978-623-301-217-1
ISBN 978-623-301-217-1

1. Judul 1. Judul I. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS –


PREVENTION AND CONTROL
I. II.HUMAN IMMUNODEFICIENCY
ACQUIRED VIRUS SYNDROME
IMMUNODEFICIENCY – PREVENTION AND CONTROL
II. III.ACQUIRED
SEXUALLY TRANSMITTED DISEASES
IMMUNODEFICIENCY SYNDROME
III. SEXUALLY TRANSMITTED DISEASES

616.979
2 616.979 2
Ind Ind
p p

ii
PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN LOGISTIK
PROGRAM HIV AIDS DAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Jakarta, 2021

Penasehat:
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid

Penanggung Jawab:
Nurjannah, SKM, M.Kes

Tim Penyusun:
Subdit HIV AIDS dan PIMS
GHSC-PSM
Global Fund AIDS

Editor
dr. Hariadi Wisnu Wardhana
Tri Indah Budiarty, SKM

Diterbitkan Oleh :
Kementerian Kesehatan RI

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara
apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain-lain
tanpa seijin tertulis dari penerbit.
KATA PENGANTAR

Untuk mendukung strategi pengendalian HIV Nasional dibutuhkan pengelolaan yang baik dalam
segala aspek, salah satunya dalam hal pengelolaan logistik. Manajemen logistik program HIV
AIDS dan PIMS harus dikuatkan untuk menjamin ketersediaan logistik program yang dibutuhkan
untuk diagnosis, pengobatan, dan pemantauan terapi HIV AIDS dan PIMS. Pengelolaan yang
baik akan menjamin ketersediaan logistik program, menghilangkan keterlambatan logistik,
menghilangkan atau mengurangi kekurangan stok, kelebihan stok, dan logistik program yang
kedaluwarsa.

Buku ini menjelaskan pedoman pengelolaan logistik program HIV AIDS untuk jenjang pusat,
provinsi, kabupaten/kota hingga layanan yang dapat mendukung ketersediaan logistik program
HIV AIDS dan PIMS dalam jumlah, tempat, waktu, harga, spesifikasi, dan mutu yang tepat serta
didukung dengan pencatatan dan pelaporan yang tepat waktu dan akurat.

Saya menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam proses penyusunan buku pedoman ini. Semoga buku ini bermanfaat dan dapat
dijadikan acuan bagi pengelola program di provinsi, kabupaten/kota, layanan dan mitra kerja
pengendalian HIV AIDS tingkat nasional maupun internasional.

Jakarta, Juni 2021


Direktur P2PML,

dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid


NIP. 197208312000032001

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual iii
TIM PENYUSUN

Pengarah : Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS


dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid
Penanggung Jawab : Nurjannah, SKM, M. Kes
Editor : dr. Hariadi Wisnu Wardhana
Tri Indah Budiarty, SKM

Penyusun dan Kontributor :


1. dr. Ratna Budi Hapsari, MKM Koordinator HIV AIDS dan PIMS
2. dr. Lanny Luhukay Sub Koordinator HIV
3. dr. Nurhalina Afriana, M. Epid Sub Koordinator PIMS
4. dr. Fadjar Surya Mensing Silalahi Subdit HIV AIDS dan PIMS
5. dr. Hariadi Wisnu Wardhana Subdit HIV AIDS dan PIMS
6. dr. Pratono, M. Epid Subdit HIV AIDS dan PIMS
7. dr. Trijoko Yudopuspito, M.Sc. PH Subdit HIV AIDS dan PIMS
8. dr. Rian Hermana Subdit HIV AIDS dan PIMS
9. Tri Indah Budiarty, SKM Subdit HIV AIDS dan PIMS
10. Romauli, SKM, M.Epid Subdit HIV AIDS dan PIMS
11. Sugeng Wiyana, SKM, MPH Subdit HIV AIDS dan PIMS
12. Rudy E. Hutagalung Subdit HIV AIDS dan PIMS
13. Gestafiana, SKM, MKM Subdit HIV AIDS dan PIMS
14. Hj. Titi Sari Renowati, SKM, MScPH Global Fund AIDS
15. Noviasty Endang PH, SIP Global Fund AIDS
16. Siti Zarah Eka Putri, SKM Global Fund AIDS
17. M. Nurfadlie Robby, S.Kom Global Fund AIDS
18. Nurlaila, SKM Global Fund AIDS
19. Lia Nurlita, S. Farm, M.M Global Fund AIDS
20. Ade Putra, S. T Global Fund AIDS
21. A. Zulkifli Waworuntu Global Fund AIDS
22. Sigit Wibowo, Amd Global Fund AIDS
23. Arief Sudrajat, MBA GHSC-PSM
24. Desy Natalia Sagala, MPH GHSC-PSM
25.
Novita, SKM GHSC-PSM
26. Naela Mustika Khikmah, MPH GHSC-PSM
27. Sartika Simanjuntak, M.Si GHSC-PSM
28. Awaliyah Rizka Safitri, SKM GHSC-PSM
29. Trisya Rakmawati, MHM., Apt. GHSC-PSM

iv Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
RESUME

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN LOGISTIK


PROGRAM HIV AIDS DAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL

Dalam rangka mencapai target pengendalian HIV AIDS, manajemen pengelolaan logistik program
HIV AIDS harus dikuatkan untuk menjamin ketersediaan logistik program yang dibutuhkan
untuk diagnosis, pengobatan, dan pemantauan terapi HIV AIDS dan PIMS. Pengelolaan logistik
yang baik akan menjamin ketersediaan logistik, menghilangkan keterlambatan pasokan,
menghilangkan atau mengurangi kekurangan stok, kelebihan stok, dan logistik program yang
kedaluwarsa.

Pengelolaan logistik dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi lintas program, lintas sektor
dan mitra terkait baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan fasyankes dengan tugas yaitu,
menyusun dan melaksanakan petunjuk teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan
PIMS; Menyusun perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi,
monitoring dan evaluasi logistik Program HIV AIDS dan PIMS; Melakukan Bimbingan Teknis
pengelolaan logistik; Melakukan fasilitasi kegiatan pelatihan pengelolaan logistik Program HIV
AIDS dan PIMS.

Perencanaan kebutuhan ditetapkan dengan memperhatikan beberapa aspek seperti target


nasional, indikator capaian program, serta masukan dari berbagai lintas sektor/ program terkait
HIV AIDS dan PIMS. Perencanaan kebutuhan terdiri dari proses forecasting, supply planning,
usulan kebutuhan dan rencana permintaan, dan alokasi pemenuhan permintaan.

Pengadaan logistik obat program HIV AIDS dan PIMS (ARV, IO, IMS) dilakukan oleh Direktorat
Oblik dan Perbekkes, sedangkan pengadaan logistik non obat (RDT HIV, RDT Sifilis, Reagen CD4,
VL HIV, dan BHP lainnya), jasa konsultan dan jasa lainnya dilakukan oleh Direktorat P2PML dan
daerah. Metode pengadaan dapat berupa e-katalog, lelang, penunjukan langsung, pengadaan
langsung, dan swakelola. Beberapa logistik program HIV AIDS dan PIMS dari dana hibah
memerlukan proses impor dalam pengadaannya. Pengadaan impor memerlukan dokumen
Special Access Scheme (SAS) untuk produk yang belum memiliki ijin edar atau Surat Kuasa Impor
untuk produk yang sudah memiliki ijin edar yang dikeluarkan oleh Dirjen Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual v
Kegiatan penerimaan logistic perlu memperhatikan beberapa hal di setiap jenjangnya seperti
kelengkapan dokumen, pencatatan barang, serta memeriksa kondisi fisik barang yang diterima.
Kegiatan penyimpanan dan pemeliharaan logistik dengan cara menempatkan logistik yang
diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat
mengurangi mutu logistik. Kegiatan meliputi pengaturan tata ruang, rak dan palet, pencegahan
kebakaran, pencahayaan gudang, perlengkapan lain, penyusunan stok, pencatatan stok,
monitoring suhu, monitoring kelembaban, pengendalian hama dan binatang pengganggu,
serta prosedur keamanan dan keselamatan.

Dalam pengelolaan persediaan perlu dilakukan pencatatan dan pelaporan secara rutin setiap
transaksi penerimaan dan pengeluaran logistik, monitoring pengadaan dan pengiriman logistik
program, monitoring dan analisa kecukupan logistik program, dan melakukan stock opname
secara rutin. Semua jenis logistik program HIV didistribusikan melalui sistem desentralisasi.
Pengiriman logistik dikirim dari pusat ke provinsi, provinsi ke kabupaten/kota dan kabupaten/
kota ke layanan kesehatan berdasarkan permintaan dari jenjang dibawahnya. Jika karakteristik
jenis logistik program HIV mensyaratkan tempat penyimpanan khusus dan sarana prasarana
penyimpanan tertentu maka logistik tersebut dikirimkan langsung ke layanan Kesehatan.

Pencatatan dan pelaporan program HIV AIDS dan PIMS menggunakan Sistem Informasi HIV AIDS
(SIHA) yang dilakukan di semua jenjang mulai dari Fasyankes, kabupaten/kota, provinsi, sampai
dengan pusat. Pencatatan dan pelaporan ini digunakan untuk permintaan dan pemenuhan
kebutuhan logistik program serta digunakan untuk analisis dan pemantauan ketersediaan
logistik program di semua jenjang. Pelaporan pengelolaan logistik program dilaporkan secara
rutin setiap hari melalui sistem dengan melakukan transaksi ataupun pencatatan secara realtime
pada saat melakukan transaksi, penggunaan, penerimaan dan pendistribusian.

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/
Daerah Pasal 1 ayat 1 mengamanatkan bahwa aset yang selanjutnya disebut Barang Milik Negara
(BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Pengelolaan aset
meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, penerimaan,
penyimpanan, pengamanan dan pemeliharaan, pemindahtanganan, pemusnahan dan
penghapusan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Monitoring merupakan salah satu fungsi manajemen dalam rangka pemantauan kecukupan
logistik program HIV AIDS dan PIMS. Monitoring merupakan pengamatan rutin secara terus-
menerus mengenai pengelolaan logistik dengan melakukan analisa data untuk pelaporan
sebagai bagian dalam pengambilan keputusan, menggunakan form monitoring. Proses

vi Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
monitoring, yaitu mengetahui pelaksanaan kegiatan dan dapat melakukan tindakan perbaikan,
mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan logistic, memberikan masukan untuk
pengelolaan dan pemanfaatan logistik program HIV AIDS dan PIMS, monitoring dilaksanakan
dengan menggunakan panduan yang ditetapkan, tersedianya dokumentasi pencatatan dan
pelaporan logistik program HIV AIDS dan PIMS, sistem pemantauan pengelolaan logistik
disusun, ditetapkan, dilaksanakan dan dikembangkan secara berkala dengan memperhatikan
keselarasan dengan sistem di semua jenjang dan lintas program. Monitoring dilakukan oleh
semua pihak terkait secara berjenjang dan berkala melalui analisis laporan rutin yang berkaitan
dengan pengelolaan logistik program di semua jenjang, pertemuan atau workshop, serta
supervisi lapangan.

Evaluasi adalah penilaian secara berkala terhadap kesesuaian proses seluruh aspek manajemen
logistik menggunakan form evaluasi. Evaluasi kegiatan logistik yaitu, Pusat melaksanakan
evaluasi kegiatan pengelolaan logistik di provinsi setiap tahun, Dinkes Provinsi melaksanakan
evaluasi kegiatan pengelolaan logistik di Kabupaten/Kota minimal 6 bulan sekali, Dinkes
Kabupaten/kota melaksanakan evaluasi kegiatan pengelolaan logistik di Fasyankes minimal
6 bulan sekali. Sedangkan, evaluasi dapat dilakukan dengan menganalisis hasil, pertemuan
evaluasi dilakukan sekali setahun, laporan evaluasi akhir tahun.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual vii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... iii

TIM PENYUSUN............................................................................................................................................... iv

RESUME ............................................................................................................................................................ v

DAFTAR ISI......................................................................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN..................................................................................................................................... xiv

BAB I
PENDAHULUAN............................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................................................................ 1
C. Tolok Ukur Kinerja Pengelolaan Logistik................................................................................... 2
D. Ruang Lingkup...................................................................................................................................... 2
E. Landasan Hukum.................................................................................................................................. 3

BAB II
PENGELOLAAN LOGISTIK PROGRAM HIV AIDS DAN PIMS........................................................... 5
A. Jenis-Jenis Logistik Program HIV AIDS dan PIMS................................................................... 5
1. Logistik obat HIV AIDS dan IMS.............................................................................................. 5
2. Logistik Non Obat HIV AIDS dan IMS.................................................................................... 6
B. Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan PIMS............................................................... 7

BAB III
PERENCANAAN............................................................................................................................................... 11
A. Pemilihan Jenis Logistik.................................................................................................................... 11
B. Persyaratan Logistik Program......................................................................................................... 11
1. Persyaratan Logistik Obat ARV dan IO IMS......................................................................... 11
2. Persyaratan Logistik Non Obat................................................................................................ 12
C. Perencanaan Kebutuhan................................................................................................................... 19

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual ix
BAB IV
PENGADAAN ................................................................................................................................................... 23
A. Pengadaan Dalam Negeri................................................................................................................. 23
B. Pengadaan Luar Negeri (Pengadaan Impor)............................................................................ 24

BAB V
PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN........................................................................................................ 29
A. Penerimaan............................................................................................................................................. 29
1. Penerimaan di Pusat................................................................................................................... 29
2. Penerimaan di Provinsi dan Kabupaten/Kota.................................................................... 29
3. Penerimaan di Fasyankes.......................................................................................................... 30
B. Kegiatan Penyimpanan dan Pemeliharaan Logistik............................................................. 31
1. Tata Ruang...................................................................................................................................... 31
2. Rak dan Pallet................................................................................................................................ 31
4. Pencahayaan Gudang................................................................................................................ 31
5. Penyusunan Stok.......................................................................................................................... 32
6. Suhu Penyimpanan Stok........................................................................................................... 32
7. Pencatatan Stok............................................................................................................................ 32
8. Monitoring Suhu.......................................................................................................................... 32
9. Monitoring Kelembapan........................................................................................................... 32
10. Pengendalian Hama dan Binatang Pengganggu............................................................. 32
11. Prosedur Keamanan dan Keselamatan................................................................................ 32

BAB VI
PERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI.................................................................................................................. 33
A. Pengelolaan Persediaan.................................................................................................................... 33
1. Monitoring dan Analisa Kecukupan Logistik Program................................................... 33
2. Dasar Perhitungan Logistik...................................................................................................... 34
3. Pemberian ARV untuk Beberapa Bulan (Multi-Month Dispensing)............................. 35
4. Penanganan Stok Berlebih atau Kurang.............................................................................. 35
5. Kegiatan Stock Opname............................................................................................................. 36
6. Penggunaan Logistik.................................................................................................................. 36
B. Distribusi.................................................................................................................................................. 37
1. Proses permintaan logistik program HIV AIDS dan PIMS.............................................. 37
2. Kegiatan Pemenuhan Permintaan Reguler........................................................................ 37

x Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
C. Kegiatan Pemrosesan Permintaan Khusus (CITO).................................................................. 38
D. Kegiatan Pengiriman Khusus (Push DO)..................................................................................... 38

BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN............................................................................................................... 39

BAB VIII
PENGELOLAAN ASET PROGRAM............................................................................................................. 41
A. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran.......................................................................... 41
B. Pengadaan Aset Program................................................................................................................. 41
C. Penggunaan........................................................................................................................................... 42
D. Penerimaan Aset Program................................................................................................................ 43
E. Penyimpanan......................................................................................................................................... 43
F. Pengamanan dan Pemeliharaan.................................................................................................... 43
G. Pemindahtanganan............................................................................................................................. 45
H. Pemusnahan dan Penghapusan.................................................................................................... 46
I. Penatausahaan Aset Program......................................................................................................... 46

BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI................................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................... 53

LAMPIRAN ................................................................................................................................................... 55

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama Sediaan Obat ARV........................................................................................................... 5

Tabel 2. Nama Sediaan Obat PIMS, Infeksi Opportunistik............................................................. 6

Tabel 3. Nama Logistik Non Obat HIV AIDS dan PIMS..................................................................... 6

Tabel 4. Tanggung Jawab Pengelolaan Logistik Sesuai dengan Kewenangan...................... 7

Tabel 5. Tingkat Kecukupan Persediaan Logistik


di Instalasi Farmasi Pusat/ Provinsi/ Kabkota di Akhir Bulan........................................ 33

Tabel 6. Tingkat Kecukupan Persediaan Logistik di Instalasi Farmasi Fasyankes


di Akhir Bulan................................................................................................................................ 33

Tabel 7. Batasan Stok Minimum Untuk Logistik Program HIV...................................................... 37

Tabel 8. Peran dan Tanggung Jawab petugas pencatatan dan pelaporan............................. 39

xii Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Berita Acara Stock Opname............................................................................................. 55


Lampiran 2. Kartu Stok Manual atau Elektronik............................................................................... 56
Lampiran 3. Surat Permintaan ARV....................................................................................................... 57
Lampiran 4. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK).................................................................................. 58
Lampiran 5. Surat Pengiriman Barang................................................................................................. 60
Lampiran 6. Pencatatan Suhu dan Kelembaban.............................................................................. 61
Lampiran 7. Certificate of Origin............................................................................................................. 62
Lampiran 8. Certificate of Analysis.......................................................................................................... 63
Lampiran 9. Airway Bill............................................................................................................................... 64
Lampiran 10. Invoice..................................................................................................................................... 66
Lampiran 11. Packing List............................................................................................................................ 67
Lampiran 12. Special Access Scheme (SAS)............................................................................................. 68
Lampiran 13. Sertifikat GMP...................................................................................................................... 69
Lampiran 14. Certificate of Free Sale........................................................................................................ 70
Lampiran 15. Brosur...................................................................................................................................... 73
Lampiran 16. Kodefikasi Aset Tetap dan Logo Aset Tetap.............................................................. 74
Lampiran 17. Contoh Surat Penunjukan/Penanggung Jawab...................................................... 75
Lampiran 18. Contoh Berita Acara Barang (Aset) Hilang/Rusak................................................... 76
Lampiran 19. Berita Acara Barang Hilang / Rusak.............................................................................. 77
Lampiran 20. Surat Permohonan Hibah................................................................................................ 78
Lampiran 21. Kertas Kerja Inventarisasi................................................................................................. 80
Lampiran 22. Berita Acara Hasil Inventarisasi...................................................................................... 81
Lampiran 23. BAHI......................................................................................................................................... 82
Lampiran 24. Surat Kesediaan Menerima Hibah................................................................................ 83
Lampiran 25. Berita Acara Penelitian Fisik beserta Lampiran Aset Program............................ 86
Lampiran 26. Hasil Pemeriksaan Uji Mutu dari BPOM...................................................................... 88
Lampiran 27. Form Monitoring dan Evaluasi....................................................................................... 89

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual xiii
DAFTAR SINGKATAN

AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome


ART Anti Retroviral Terapi
ARV Anti Retroviral Virus
APBD Anggaran Perencanaan Belanja Daerah
APBN Anggaran Perencanaan Belanja Negara
AWB Airway Bill
BAST Berita Acara Serah Terima
BHP Bahan Habis Pakai
BMN Barang Milik Negara
BOM Bill of Material
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik
CPOB Cara Produksi Obat yang Baik
CD4 Cluster of Differentiation 4
COA Certificate of Analysis
COO Certificate of Origin
CST Care, Support, and Treatment
DBS Dried Blood Spot
Dinkes Dinas Kesehatan
EID Early Infant Diagnostic
EQA External Quality Assurance
FDC Fixed Dose Combination
FEFO First Expired First Out
FIFO First In First Out
FTA-Abs Fluorescent Treponemal Antibody Absorption
GF ATM Global Fund AIDS Tuberculosis Malaria
GO Gonore
HIV Human Immunodeficiency Virus
IMS Infeksi Menular Seksual
IO Infeksi Opportunistik
IQC Internal Quality Control

xiv Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
KDT Kombinasi Dosis Tetap
KAK Kerangka Acuan Kerja
Kemenkes Kementerian Kesehatan
KIE Komunikasi Informasi Edukasi
LBADB Laporan Bulanan Alat Dan Bahan
LBPHA Laporan Bulanan Perawatan HIV AIDS
LKB Layanan Komprehensif Berkesinambungan
LRN Laboratorium Rujukan Nasional
MPHL-BJS Memo Pencatatan Hibah Langsung - Bentuk Barang/ Jasa/ Surat Berharga
ODHIV Orang Dengan HIV AIDS
OBLIK Obat Publik
PCR Polymerase Chain Reaction
PDP Perawatan Dukungan dan Pengobatan
PIMS Penyakit Infeksi Menular Seksual
PME Pemantapan Mutu Eksternal
PMI Pemantapan Mutu Internal
PMS Penyakit Menular Seksual
PMTCT Prevention Mother To Child Transmission
PPIA Pencegahan Penularan Ibu ke Anak
PPK Pejabat Pembuat Komitmen
PPM Pool Procurement Mechanism
PP dan PL Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
P2PML Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
P3 Profilaksis Paska Pajanan
RDT Rapid Diagnostic Test
RKO Rencana Kebutuhan Obat
RPR Rapid Plasma Reagen
SAS Special Access Scheme
SDGs Sustainable Development Goals
SDM Sumber Daya Manusia
SBBK Surat Bukti Barang Keluar
SKB Surat Keluar Barang

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual xv
SOP Standar Operasional Prosedur
SPB Surat Penerimaan Barang
SPM Standar Pelayanan Minimal
SUFA Strategic Use for ARV
TP Treponema Pallidum
TPHA Treponema Pallidum Haemagglutination Assay
TP-PA Treponema Pallidum Particle Agglutination Assay
ULP Unit Layanan Pengadaan
UPK Unit Pelayanan Kesehatan
QC Quality Control (Pemantapan Mutu)
VCT Voluntary Counseling Test
VL Viral Load
VDRL Venereal Disease Research Laboratory
WHO World Health Organization (Badan Kesehatan Dunia)

xvi Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pengendalian HIV AIDS di Indonesia mempunyai tujuan Three Zero, yaitu tidak
ada infeksi HIV baru, tidak ada kematian terkait AIDS, dan tidak ada diskriminasi terhadap
orang dengan HIV AIDS (ODHIV) pada tahun 2030. Selain itu, program pengendalian HIV
AIDS bertujuan mencapai triple 95s (95% dari ODHIV mengetahui status mereka, 95% dari
ODHIV dalam pengobatan ARV, dan 95% dari ODHIV virusnya tersupresi) pada tahun 2030.
Pada tahun 2019 diperkirakan terdapat 543,100 ODHIV di Indonesia, dimana per Desember
2020 jumlah ODHIV yang mengetahui statusnya adalah 419.551 orang dan ODHIV dalam
pengobatan ART baru mencapai 142.906 orang (26%).

Untuk mencapai target pengendalian HIV AIDS, manajemen pengelolaan logistik program
HIV AIDS harus dikuatkan untuk menjamin ketersediaan logistik program yang dibutuhkan
untuk diagnosis, pengobatan, dan pemantauan terapi HIV AIDS dan PIMS. Pengelolaan
logistik yang baik akan menjamin ketersediaan logistik, menghilangkan keterlambatan
pasokan, menghilangkan atau mengurangi kekurangan stok, kelebihan stok, dan logistik
program yang kedaluwarsa. Oleh karena itu, petunjuk ini disusun sebagai panduan
dasar pengelolaan logistik program HIV AIDS dan PIMS untuk masing-masing pemangku
kepentingan mulai dari proses perencanaan sampai monitoring dan evaluasi untuk
mencapai tujuan pengelolaan logistik program HIV AIDS dan PIMS.

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan petunjuk teknis pengelolaan logistik program HIV AIDS dan PIMS
adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Mendukung ketersediaan logistik program HIV AIDS dan PIMS dalam jumlah, tempat,
waktu, harga, spesifikasi, dan mutu yang tepat, serta didukung dengan pencatatan
dan pelaporan yang tepat waktu dan akurat.

2. Tujuan Khusus
a. Memberikan panduan pelaksanaan pengelolaan logistik program HIV AIDS dan
PIMS bagi pengelola program dan pengelola farmasi baik di pusat, provinsi,
kabupaten/kota, dan fasilitas pelayanan kesehatan (Fasyankes).
b. Memberikan informasi mengenai spesifikasi logistik program yang
direkomendasikan.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 1
BAB I

c. Memberikan panduan mengenai perhitungan kebutuhan logistik program HIV


AIDS dan PIMS.
d. Terpenuhinya kebutuhan Logistik program HIV AIDS dan PIMS (obat, reagen,
peralatan dan bahan penunjang laboratorium) secara berkesinambungan di
seluruh unit pelayanan kesehatan program HIV AIDS dan PIMS.
e. Meminimalkan jumlah obat dan reagen yang kedaluwarsa, kelebihan dan
kekurangan stok.
f. Memastikan pemanfaatan peralatan dan kondisi alat kesehatan bisa bekerja
dengan baik dan sesuai fungsinya.
g. Meningkatnya kompetensi petugas pengelola program HIV AIDS, farmasi, dan
petugas terkait di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota serta petugas fasyankes
dalam pengelolaan logistik program HIV AIDS dan PIMS.

C. Tolok Ukur Kinerja Pengelolaan Logistik


Tolok ukur digunakan untuk menilai seberapa jauh tujuan atau sasaran pengelolaan logistik
program HIV AIDS dan PIMS yang telah tercapai. Tujuan lain adalah untuk penetapan
prioritas pengambilan tindakan dan untuk mengevaluasi capaian target yang ditetapkan.
Dalam mengukur efektivitas kinerja pengelolaan logistik, digunakan tolok ukur sebagai
berikut:
1. Terjaminnya keberlangsungan logistik program HIV untuk mendukung pengobatan,
pemeriksaan dan monitoring pengobatan.
2. Terjaminnya mutu logistik sampai ke pengguna.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup petunjuk teknis logistik ini terdiri dari:
1. Perencanaan kebutuhan
2. Pengadaan
3. Penerimaan dan Penyimpanan
4. Persediaan dan Distribusi
5. Pencatatan dan Pelaporan
6. Pengelolaan Aset
7. Monitoring dan Evaluasi

2 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pendahuluan

E. Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan petunjuk teknis logistik program
pengendalian HIV AIDS dan PIMS ini adalah:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pengelolaan BMN/D.
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2021 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1190 Tahun 2004 tentang Pemberian Gratis
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan Obat Anti Retro Viral (ARV) untuk HIV/AIDS.
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 375/MENKES/SK/V/2009 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005–2025.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 tentang
Pemasukan Alat Kesehatan Melalui Mekanisme Jalur Khusus (Special Access Scheme).
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 tahun 2015 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian
Kesehatan.
13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2020 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan.
17. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan
BMN.
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.05/2011 tentang Mekanisme
Pengelolaan Hibah.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 3
BAB I

19. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 78/PMK.06/2014 Tentang


Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara.
20. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesa Nomor 150/PMK.06/2014 tentang
Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara.
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75 Tahun 2017 Terkait Penilaian Kembali Barang
Milik Negara/Daerah.
22. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.06/2016 tentang Pemusnahan dan
Penghapusan Barang Milik Negara.
23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Penggunaan Barang Milik Negara.
24. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Pemindahtanganan Barang Milik Negara.
25. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan
Barang Milik Negara.
26. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 52/PMK.06/2016 Tentang
Perubahan Atas- Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/ PMK.06/2012 Tentang Tata
Cara Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara.
27. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019
tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.
28. Surat Edaran Dirjen P2PML Nomor : KN.02.04/3014/2017 tentang SOP Penerimaan
Barang Milik Negara di lingkungan P2PML.
29. Surat Edaran No. HK.02.02/I/154/2018 tentang Penatalaksanaan Orang Dengan HIV
AIDS (ODHIV) untuk Eliminasi HIV AIDS tahun 2030.

4 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB II
PENGELOLAAN LOGISTIK
PROGRAM HIV AIDS DAN PIMS

A. Jenis-Jenis Logistik Program HIV AIDS dan PIMS


Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyatakan bahwa
penyediaan obat, vaksin, alat kesehatan, dan suplemen kesehatan untuk program nasional
menjadi tanggung jawab pemerintah Pusat. Program HIV AIDS dan PIMS adalah salah
satu program nasional di sektor kesehatan dan oleh karenanya pemenuhan logistik
program HIV AIDS dan PIMS menjadi suatu prioritas Kementerian Kesehatan. Logistik yang
disediakan oleh program HIV AIDS dan PIMS sesuai dengan tatalaksana pengobatan HIV
AIDS dan PIMS. Logistik yang tercantum dalam daftar dibawah merupakan logistik yang
disediakan oleh Kementerian Kesehatan sedangkan logistik program yang tidak disediakan
akan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah karena telah menjadi bagian tanggung
jawab pemerintah daerah untuk pemenuhan SPM kabupaten/kota. Berikut ini adalah
logistik program HIV AIDS dan PIMS yang terdiri dari logistik obat dan non-obat:

1. Logistik obat HIV AIDS dan IMS

Jenis logistik obat yang di kelola oleh program HIV AIDS dan PIMS saat ini:
a. Obat ARV

Tabel 1. Nama Sediaan Obat ARV


No Nama Sediaan Obat ARV
1 Abacavir (ABC) 60mg
2 Abacavir (ABC) 300mg
3 Dolutegravir (DTG) 50mg
4 Efavirenz (EFV) 200mg
5 Efavirenz (EFV) 600mg
6 Lamivudine (3TC) 150mg
7 Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 40mg/10mg oral granules
8 Nevirapine (NVP) 200mg
9 Tenofovir (TDF) 300mg
10 Zidovudine (ZDV) 100mg
11 Zidovudine Syrup (ZDV) 50mg/5ml
12 Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 100mg/25mg
13 Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 200mg/50mg
14 Abacavir/Lamivudine 120mg/60mg

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 5
BAB II

No Nama Sediaan Obat ARV


15 Tenofovir (TDF)/Emtricitabine (FTC) 300mg/200mg
16 Zidovudine (ZDV)/Lamivudine (3TC) 300mg/150mg
17 Tenofovir (TDF)/Lamivudine (3TC)/Dolutegravir (DTG) 300mg/300mg/50mg
18 Tenofovir (TDF)/Lamivudine (3TC)/Efavirenz (EFV) 300mg/300mg/600mg
Catatan:
*Dapat bertambah jika ada penambahan obat program.
**Sumber pengadaan dapat berasal dari APBN atau dana hibah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di tahun pengadaan dilakukan.

b. Obat PIMS, Infeksi Opportunistik dan Terapi Pencegahan

Tabel 2. Nama Sediaan Obat PIMS, Infeksi Opportunistik dan Terapi Pencegahan
No Nama Sediaan Obat Satuan
1 Amphotericyn B 50mg Vial
2 Benzatine Penicilin 2,4 juta IU Vial
3 Cotrimoxazole 960mg Kaplet
4 Fluconazole 150mg Kapsul
5 Kombipak (Azithromycin 1000mg + Cefixime 400mg) Paket
6 Micafungin 50mg Vial
7 Pyrimethamine 25mg Tablet
8 INH 300mg Tablet
9 Vitamin B6 25mg Tablet
10 Isoniazid (300mg) + Rifapentine (300mg) Tablet (FDC)
Catatan:
*Dapat bertambah jika ada penambahan obat program
**Sumber pengadaan dapat berasal dari APBN, APBD atau dana hibah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di tahun pengadaan dilakukan.

2. Logistik Non Obat HIV AIDS dan IMS


Logistik non obat (Alat Kesehatan dan Non Alat Kesehatan) yang saat ini digunakan
dalam program pengendalian HIV AIDS dan PIMS terdiri atas:

Tabel 3. Nama Logistik Non Obat HIV AIDS dan PIMS


No Nama Logistik Satuan
1 RDT HIV Tes
2 Rapid Duo HIV Sifilis Tes
3 Reagen dan kartrid pemeriksaan CD4 Tes
4 Reagen dan kartrid PCR RNA Kuantitatif VL Tes
5 Reagen PCR DNA Kualitatif EID Tes
6 RPR Sifilis Tes
7 TP Rapid Sifilis Tes

6 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan PIMS

No Nama Logistik Satuan


8 Kondom Pcs
9 Lubricant (pelicin) Pcs
10 Jarum suntik Pcs
11 Kapas alkohol Pcs
12 Media KIE Pcs
13 Reagen penegak diagnosa untuk IO dan IMS Tes
Catatan:
*Dapat bertambah jika ada penambahan obat program
**Sumber pengadaan dapat berasal dari APBN, APBD atau dana hibah
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di tahun pengadaan dilakukan.

B. Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan PIMS


Pengelolaan logistik dilakukan dengan kerjasama dan koordinasi lintas program, lintas
sektor dan mitra terkait baik di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan fasyankes dengan
tugas sebagai berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan petunjuk teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS
dan PIMS.
2. Menyusun perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
distribusi, monitoring dan evaluasi logistik Program HIV AIDS dan PIMS.
3. Melakukan Bimbingan Teknis pengelolaan logistik.
4. Memfasilitasi kegiatan pelatihan pengelolaan logistik Program HIV AIDS dan PIMS.

Tabel 4. Tanggung Jawab Pengelolaan Logistik Sesuai dengan Kewenangan


No Kegiatan Penanggung Jawab Waktu Dokumen/Keterangan Pendukung
1 Penyusunan dan Subdit HIV AIDS dan Dikaji setiap 2 Petunjuk teknis pengelolaan logistik
Pembaharuan Petunjuk PIMS serta Mitra Kerja tahun
Teknis Pengelolaan Terkait
Logistik
2 Penentuan Kriteria Subdit HIV AIDS dan Dikaji setiap Permenkes terkait Pedoman teknis
Logistik program PIMS, Panel Ahli, Mitra tahun
Kerja Terkait
3 Perencanaan Logistik
Kabupaten/Kota Tim perencanaan Juni - Juli Menghitung kebutuhan tahun
kebutuhan Kabupaten/ berikutnya berdasarkan usulan
Kota kebutuhan fasyankes
Provinsi Tim perencanaan Agustus - Menghitung kebutuhan tahun
kebutuhan Provinsi September berikutnya berdasarkan usulan
kebutuhan kabupaten/kota

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 7
BAB II

No Kegiatan Penanggung Jawab Waktu Dokumen/Keterangan Pendukung


Pusat Tim perencanaan Oktober - Menghitung kebutuhan tahun
kebutuhan Pusat November berikutnya berdasarkan usulan
kebutuhan provinsi
4 Pengadaan Pusat
APBN Direktorat P2PML, Tahun Hasil RKO dari masing-masing
Direktorat Tata Kelola berjalan provinsi dan forecasting pusat
Obat Publik dan
Perbekalan Kesehatan,
Direktorat Penilaian,
Direktorat Pengawasan
Bantuan Luar Negeri Direktorat P2PML Sesuai • SAS
Kebutuhan • COA
• COO
• AWB
• Invoice
• Packing List
5 Penyimpanan
Fasilitas Pelayanan Pengelola Farmasi Sepanjang • Kartu stok manual atau elektronik
Kesehatan tahun • Dokumen penerimaan dan
pengeluaran
• Berita acara stok opname
• Catatan monitoring suhu
• Laporan SIHA Logistik
Kabupaten/Kota Instalasi Farmasi/ Seksi Sepanjang • Kartu stok manual atau elektronik
Farmasi tahun • Dokumen penerimaan dan
pengeluaran
• Berita acara stok opname
• Catatan monitoring suhu
• Laporan SIHA Logistik
Provinsi Instalasi Farmasi/ Seksi Sepanjang • Kartu stok manual atau elektronik
Farmasi tahun • Dokumen penerimaan dan
pengeluaran
• Berita acara stok opname
• Catatan monitoring suhu
• Laporan SIHA Logistik
Pusat Gudang Obat Pusat Sepanjang • Kartu stok manual atau elektronik
tahun • Dokumen penerimaan dan
pengeluaran
• Berita acara stok opname
• Catatan monitoring suhu
• Laporan SIHA Logistik

8 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan PIMS

No Kegiatan Penanggung Jawab Waktu Dokumen/Keterangan Pendukung


6 Distribusi
Kabupaten/Kota ke Instalasi Farmasi/ Seksi Setiap bulan • Surat Permintaan dari fasyankes
Fasyankes Farmasi dan pengelola • SBBK
program HIV AIDS • BAST
• Laporan SIHA Logistik
Provinsi ke Kabupaten/ Instalasi Farmasi/ Seksi Setiap 3 • Surat Permintaan dari kabupaten/
Kota Farmasi dan pengelola bulan sekali kota
program HIV AIDS (Triwulan) • SBBK
• BAST
• Laporan SIHA Logistik
Pusat ke Provinsi Dit. Oblik dan 1. Setahun • Surat Permintaan dari provinsi
Perbekkes untuk obat sekali • SBBK
APBN • BAST
Dit. P2PML untuk buffer 2. Sesuai • SPB
APBN dan dana hibah kebutuhan • Laporan SIHA Logistik

7 Penggunaan
Fasyankes Pengelola Program HIV Setiap Bulan SIHA dan kartu stok manual atau
AIDS dan Pengelola elektronik
Farmasi Fasyankes
8 Monitoring dan Evaluasi
Kabupaten ke Fasyankes Program HIV AIDS dan Monitoring: • Daftar tilik supervisi
Instalasi/ seksi Farmasi Triwulan • Laporan supervisi
Evaluasi: • Laporan analisa kinerja pelaporan
Semester
• Kecukupan stok fasyankes
• Form pendukung lainnya
Provinsi ke Kabupaten/ Program HIV AIDS dan Monitoring: • Daftar tilik supervisi
Kota Instalasi/ seksi Farmasi Triwulan • Laporan supervisi
Evaluasi: • Laporan analisa kinerja pelaporan
Semester
• Kecukupan stok kabupaten/kota
• Form pendukung lainnya
Pusat ke Provinsi Tim Kerja HIV AIDS Monitoring: • Daftar tilik supervisi
dan PIMS dan Sub- Triwulan • Laporan supervisi
Direktorat Perencanaan Evaluasi: • Laporan analisa kinerja pelaporan
dan Penilaian Semester
• Kecukupan stok pelaporan
Ketersediaan
provinsi
• Form pendukung lainnya

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 9
BAB II

No Kegiatan Penanggung Jawab Waktu Dokumen/Keterangan Pendukung


9 Peningkatan Kapasitas
Kabupaten/Kota Bidang P2 dan Bidang Disesuaikan Materi peningkatan kapasitas
Farmasi
Provinsi Bidang P2 dan Bidang Disesuaikan Materi peningkatan kapasitas
Farmasi
Pusat Direktorat P2PML Disesuaikan Materi peningkatan kapasitas
Direktorat Oblik

10 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB III
PERENCANAAN

Kegiatan perencanaan terdiri dari proses pemilihan logistik, persyaratan logistik dan
perencanaan kebutuhan.

A. Pemilihan Jenis Logistik


Pemilihan jenis logistik bertujuan untuk menyediakan daftar logistik program HIV AIDS dan
PIMS yang digunakan sebagai acuan dalam program pengendalian HIV AIDS dan PIMS baik
pengadaan dengan dana pemerintah maupun hibah (dalam dan luar negeri).

Dalam pelaksanaan pemilihan jenis logistik ini melalui tahapan sebagai berikut:
1. Identifikasi jenis logistik HIV AIDS dan PIMS untuk dibuat dalam satu daftar yang akan
di pilih oleh program.
2. Pemilihan jenis logistik program HIV AIDS dan PIMS ditentukan oleh Kemenkes dengan
mempertimbangkan kebutuhan program sesuai peraturan yang berlaku, pedoman
teknis program, pendapat panel ahli dan rekomendasi WHO.
3. Daftar jenis logistik disosialisasikan ke pengguna dan pihak terkait.
4. Dinkes Kabupaten/kota dan Provinsi mengacu pada daftar logistik program HIV AIDS
dan PIMS yang disampaikan dari Kementerian Kesehatan.

B. Persyaratan Logistik Program


1. Persyaratan Logistik Obat ARV dan IO IMS
Persyaratan obat ARV adalah sebagai berikut:
a. Paduan obat ARV dan IO IMS yang digunakan sesuai dengan Pedoman Nasional
Pengobatan ARV di Kementerian Kesehatan.
b. Penggunaan obat ARV berdasarkan Rekomendasi Panel Ahli, sedangkan obat IO
IMS berdasarkan Formularium Nasional.
c. Obat ARV yang telah terdaftar dan atau mempunyai ijin edar dari Kementerian
Kesehatan atau BPOM.
d. Untuk produk impor yang belum terdaftar, proses pemasukan ke dalam negeri
melalui proses SAS.
e. Persyaratan mutu ARV harus sesuai dengan persyaratan mutu yang tercantum
dalam Farmakope Indonesia.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 11
BAB III

2. Persyaratan Logistik Non Obat


a. Reagen RDT HIV
Reagen RDT HIV digunakan untuk melakukan pemeriksaan HIV di berbagai
fasyankes. Setiap RDT mempunyai tingkat sensitivitas dan spesifitas yang berbeda.
Sesuai peraturan yang berlaku, untuk penegakan diagnosis HIV menggunakan
RDT secara serial. Dalam merencanakan RDT HIV perlu dipastikan bahwa produk
telah memenuhi persyaratan berikut:

1) Rapid 1 HIV
a) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan
RI.
b) Hasil akurasi berdasarkan evaluasi Laboratorium Rujukan yang
ditentukan yaitu sensitivitas ≥ 99%.
c) Mudah dikerjakan, hasil mudah dibaca dan cepat, kurang dari 30 menit.
d) Dapat mengidentifikasi antibodi HIV 1 dan HIV 2.
e) Bisa digunakan untuk tiga (3) jenis bahan pemeriksaan yaitu darah
lengkap (whole blood), serum dan plasma sesuai dengan petunjuk dari
reagensia yang dipakai.
f ) Tersedia petunjuk penggunaan dalam Bahasa Indonesia disertai ilustrasi
bergambar.
g) Setiap tes dikemas individual.
h) Tersedia dropper per tes untuk sampel pemeriksaan.
i) Rentang minimal stabilitas reagen pada suhu 2-30°C.
j) Kedaluwarsa minimal 18 bulan pada saat barang diterima panitia.
k) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.
2) Rapid 2 HIV
a) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan
RI.
b) Hasil akurasi berdasarkan evaluasi Laboratorium Rujukan yang
ditentukan yaitu Spesifisitas ≥ 98%.
c) Mudah dikerjakan, hasil mudah dibaca dan cepat, kurang dari 30 menit.
d) Dapat mengidentifikasi antibodi HIV 1 dan HIV 2.
e) Bisa digunakan untuk tiga (3) jenis bahan pemeriksaan yaitu darah
lengkap (whole blood), serum dan plasma sesuai dengan petunjuk dari
reagensia yang dipakai.

12 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Perencanaan

f ) Tersedia petunjuk penggunaan dalam Bahasa Indonesia disertai ilustrasi


bergambar.
g) Setiap tes dikemas individual.
h) Tersedia dropper per tes untuk sampel pemeriksaan.
i) Rentang minimal stabilitas reagen pada suhu 2-30°C.
j) Kedaluwarsa minimal 18 bulan pada saat barang diterima panitia.
k) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.
3) Rapid 3 HIV
a) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan
RI.
b) Hasil akurasi berdasarkan evaluasi Laboratorium Rujukan yang
ditentukan yaitu Spesifisitas ≥ 99%.
c) Mudah dikerjakan, hasil mudah dibaca dan cepat, kurang dari 30 menit.
d) Dapat mengidentifikasi antibodi HIV 1 dan HIV 2.
e) Bisa digunakan untuk tiga (3) jenis bahan pemeriksaan yaitu darah
lengkap (whole blood), serum dan plasma sesuai dengan petunjuk dari
reagensia yang dipakai.
f ) Tersedia petunjuk penggunaan dalam Bahasa Indonesia disertai ilustrasi
bergambar.
g) Setiap tes dikemas individual.
h) Tersedia dropper per tes untuk sampel pemeriksaan.
i) Rentang minimal stabilitas reagen pada suhu 2-30°C.
j) Kedaluwarsa minimal 18 bulan pada saat barang diterima panitia.
k) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.
b. CD4 Station
1) Closed Reagen CD4
a) Kompatibel dengan mesin di layanan.
b) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan
RI.
c) Memiliki petunjuk kit insert dalam bahasa Indonesia disertai ilustrasi
bergambar.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 13
BAB III

d) Reagensia kemasan 50 tes per kit.


e) Kedaluwarsa reagen dan kontrol minimal 18 bulan pada saat barang
diterima, yang terdiri dari:
• Reagen CD4/CD3
• Clean-5L per 10 kit
• Rinse-5L per 10 kit
• Sheath fluid-10L untuk 2 kit reagen
• Kontrol kit (25 T) (IVD)
• Rentang minimal stabilitas reagen dan kontrol 2-8°C.
• Rentang minimal stabilitas clean, rinse dan sheath fluid pada suhu
2-30°C.

2) Open Reagen CD4


a) Kompatibel dengan mesin di layanan.
b) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan
RI.
c) Memiliki petunjuk kit insert dalam bahasa Indonesia disertai ilustrasi
bergambar.
d) Terdiri dari (jenis, jumlah dan distribusi terlampir):
• Tritest CD3/CD4/CD5 dengan trucount
• Lysing solution (IVD/10X-500 test) per 10 kit
• Clean-5L per 10 kit
• Rinse-5L per 10 kit
• Sheath fluid-20L untuk 2 kit reagen
• Calibrite 3 color kit (25 T) (IVD)
• Kemasan 50 tes per pak/kit
e) Rentang minimal stabilitas reagen dan kontrol 2-8°C.
f ) Rentang minimal stabilitas clean, rinse dan sheath fluid pada suhu 2-30°.
g) Kedaluwarsa reagen dan kontrol minimal 18 bulan pada saat barang
diterima, kecuali calibrite lebih dari 4 bulan.
h) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.
c. CD4 Point of Care
1) Reagen Penghitung CD4 POC (Kompatibel dengan mesin di layanan).
2) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.

14 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Perencanaan

3) Memiliki petunjuk kit insert dalam bahasa Indonesia disertai ilustrasi


bergambar.
4) Berisi reagen kering.
5) Rentang minimal stabilitas penyimpanan 2-30°C.
6) Kedaluwarsa reagen tes minimal 10 bulan pada saat barang diterima panitia.
7) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.
d. CD4 – POC Control Beads
1) Kompatibel dengan mesin di layanan.
2) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
3) Memiliki petunjuk kit insert dalam bahasa Indonesia disertai ilustrasi
bergambar.
4) Kemasan 1 kit terdiri dari 1 low dan 1 normal kartrid.
5) Rentang minimal stabilitas penyimpanan 2-30°C.
6) Kedaluwarsa minimal 10 bulan pada saat barang diterima panitia.
7) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.
e. PCR Kualitatif DNA – Konvensional
1) Reagen DNA Kualitatif (Kompatibel dengan mesin di layanan).
2) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
3) Jumlah kemasan 96 tes per kit.
4) Reagen HIV Kualitatif terdiri dari:
• Reagen ekstraksi
• Reagen kontrol: Setiap 1 kontrol dapat digunakan untuk 3 kit reagen tes
• Reagen amplifikasi (reagen tes)
5) Aksesoris lainnya:
• Reaction Vessel
• Disposable 1000 µl
• Disposable 200 µl
• Reagent vessel
• Deep-well plate
• Optical plate

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 15
BAB III

• Master mix tube


• Adhesive cover
6) Rentang minimal stabilitas reagen ekstraksi 15-30°C, reagen kontrol dan
amplifikasi ≤ -10°C.
7) Kedaluwarsa reagen minimal 12 bulan saat barang diterima oleh panitia.
8) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.

f. VL RNA HIV – Konvensional


1) Reagen Viral Load RNA HIV Kuantitatif (Kompatibel dengan mesin di layanan).
2) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
3) Kemasan 96 tes per kit atau lebih kecil.
4) Memiliki kemampuan deteksi minimal 50 kopi virus/ml spesimen plasma.
5) Reagen HIV kuantitatif terdiri dari:
• Kalibrator: Diberikan setiap 1 kit kontrol untuk 2 kit tes (pemeriksaan).
• Reagen kontrol: Setiap 1 kit kontrol untuk 2 kit tes (pemeriksaan).
• Reagen amplifikasi (reagen tes).
6) Aksesoris lainnya, terlampir detail aksesoris jumlah dan daftar distribusinya:
a) Reaction Vessel
b) Disposable 1000 µl
c) Disposable 200 µl
d) Reagent vessel
e) Deep-well plate
f ) Optical plate
g) Master mix tube
h) Adhesive cover
7) Rentang minimal stabilitas reagen ekstraksi 15-30°C, reagen kontrol dan
amplifikasi ≤ -10°C
8) Kedaluwarsa reagen minimal 12 bulan saat barang diterima oleh panitia.
9) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.

16 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Perencanaan

g. VL RNA HIV – TCM


1) Kartrid kompatibel dengan mesin yang ada di layanan.
2) Kartrid Viral Load assay yang memenuhi kriteria:
• Jenis barang merupakan in vitro diagnosis (IVD) PCR kuantitatif untuk
mendeteksi transkrip mRNA dari virus HIV 1.
• Sudah memiliki sertifikasi CE-marked dan FDA approved.
• Bahan/material yang digunakan berupa plasma.
3) Persyaratan lainnya meliputi:
• Rentang minimal stabilitas reagen ekstraksi 2-8°C.
• Memiliki kemampuan deteksi minimal 50 kopi virus/ml spesimen
plasma.
• Setiap kit disertai dengan perangkat lunak.
• Setiap kartrid disertai pipet transfer spesimen.
• Masa kedaluwarsa minimal 8 bulan pada saat produk diterima oleh
panitia penerima.
• Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.
h. Sifilis RPR
1) Reagen pemeriksaan rapid plasma reagen untuk mendeteksi antibodi
terhadap bahan-bahan lipid sel non-treponemal.
2) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
3) Dilengkapi dengan kontrol negatif, kontrol positif, test card, batang
pengaduk, botol/pipet penetes reagen.
4) Menggunakan antigen RPR/VDRL.
5) Bahan pemeriksaan dapat berupa serum atau plasma sesuai dengan
petunjuk dari reagensia yang dipakai dalam bahasa Indonesia disertai
ilustrasi bergambar.
6) Rentang minimal stabilitas reagen 2-8°C.
7) Kedaluwarsa minimal 18 bulan pada saat barang diterima panitia.
8) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 17
BAB III

i. Sifilis RDT
1) Rapid diagnostik tes sifilis merupakan tes yang mendeteksi antibodi yang
bersfiat spesifik terhadap treponema.
2) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
3) Sensitivitas ≥ 85%, spesifisitas ≥ 93%.
4) Bahan pemeriksaan dapat berupa darah lengkap (whole blood), serum dan
plasma sesuai dengan petunjuk dari reagensia yang dipakai harus dalam
bahasa Indonesia disertai ilustrasi bergambar.
5) Pembacaan hasil kurang dari 30 menit.
6) Rentang minimal stabilitas reagen 2-30°C.
7) Setiap tes dikemas individual.
8) Tersedia dropper per tes untuk sampel pemeriksaan.
9) Kedaluwarsa minimal 18 bulan pada saat barang diterima panitia.
10) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.

j. Paket DBS
1) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
2) Sampel yang digunakan berupa darah (whole blood) dengan antikoagulan
EDTA atau tetes darah kering.
3) Paket terdiri dari:
• 1 rak pengering kertas.
• Lembar instruksi dalam bahasa Indonesia.
4) Kit DBS yang berisi:
• 1 (satu) alkohol swab 70%.
• Kasa swab 8 ply ukuran 50mm x 50mm.
• Blade lancet 2 mm sekali pakai.
• Dried blood spot collection card (protein saver card) nomor 903 dengan
minimal 3 sachet silica gel dan 1 indikator kelembaban.
• Sepasang sarung tangan latex bebas bedak (examination gloves) ukuran
medium.
5) Rentang minimal stabilitas paket 2-30°C.
6) Kemasan maksimal 20 tes per pak.
7) Kedaluwarsa minimal 18 bulan pada saat barang diterima panitia.

18 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Perencanaan

8) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan


oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.

k. Rapid Tes HIV/ Sifilis Duo


Kriteria Umum:
a) Telah teregistrasi dan mempunyai izin edar dari Kementerian Kesehatan RI.
b) Tersedia petunjuk penggunaan dalam bahasa Indonesia disertai ilustrasi
bergambar.
c) Rentang minimal stabilitas reagen pada suhu 2-30°C.
d) Kedaluwarsa minimal 18 bulan pada saat barang diterima panitia.
e) Suhu reagen dipastikan dalam rentang stabilitas reagen yang ditentukan
oleh pabrikan, sejak pengiriman dari pabrik hingga diterima di tempat
tujuan pengiriman, di buktikan dengan data logger.

Rapid Tes HIV


a) Hasil akurasi berdasarkan evaluasi Laboratorium Rujukan yang ditentukan
yaitu sensitivitas ≥ 99%.
b) Mudah dikerjakan, hasil mudah dibaca dan cepat, kurang dari 30 menit.
c) Dapat mengidentifikasi antibodi HIV 1 dan HIV 2.
d) Bisa digunakan untuk tiga (3) jenis bahan pemeriksaan yaitu darah lengkap
(whole blood), serum dan plasma sesuai dengan petunjuk dari reagensia
yang dipakai.

Rapid Tes Sifilis


a) Rapid diagnostik tes Sifilis merupakan tes yang mendeteksi antibodi yang
bersfiat spesifik terhadap treponema.
b) Sensitivitas ≥ 85%, spesifisitas ≥ 93%.
c) Setiap tes dikemas individual.
d) Tersedia dropper per tes untuk sampel pemeriksaan.

C. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan kebutuhan ditetapkan dengan memperhatikan beberapa aspek seperti
target nasional, indikator capaian program, serta masukan dari berbagai lintas sektor/
program terkait HIV AIDS dan PIMS. Penetapan kebutuhan adalah hasil kesepakatan semua
pihak terkait mengacu kepada pedoman yang berlaku. Angka kebutuhan mencerminkan

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 19
BAB III

kebutuhan aktual penggunaan berdasarkan data konsumsi dan morbiditas serta


kemampuan pemenuhan target. Proses perencanaan kebutuhan meliputi:
1. Penyusunan perencanaan kebutuhan program HIV AIDS dan PIMS berdasarkan target
dan indikator yang ditetapkan baik nasional maupun di wilayah masing-masing.
2. Perencanaan dilakukan secara berjenjang mulai dari kabupaten/kota, provinsi dan
pusat sesuai dengan jadwal waktu perencanaan kebutuhan.
3. Secara umum, penggunaan data dengan rentang jangka waktu yang lebih panjang
dapat meilhat pola penggunaan logistik. Namun untuk program HIV AIDS dan PIMS
kemungkinan terjadi perubahan rejimen obat maka untuk melihat kestabilan data
dilihat dari data 6 atau 12 bulan terakhir.
4. Perhitungan kebutuhan menggunakan tool ARVFAST untuk perhitungan perkiraan
kebutuhan obat ARV dan tool Non ARVFAST untuk perhitungan kebutuhan selain obat
ARV.
5. Melaksanakan perkiraan kebutuhan dan meninjaunya secara berkala setiap 6 bulan
dengan pembaharuan data penerimaan logistik program, stok obat di pusat, provinsi
dan kabupaten/kota.
6. Data hasil perkiraan kebutuhan yang terakhir di perbaharui adalah data yang
digunakan oleh Subdit HIV AIDS sebagai usulan kebutuhan perencanaan kebutuhan
logistik program HIV AIDS dan PIMS.
7. Subdit HIV AIDS dan PIMS melakukan perencanaan kebutuhan nasional yang telah
dikaji dan dikompilasi berdasarkan perencanaan dari provinsi dan menghitung
kebutuhan buffer stock di gudang pusat.

Perencanaan kebutuhan terdiri dari proses forecasting, supply planning, usulan kebutuhan
dan rencana permintaan, dan alokasi pemenuhan permintaan.

1. Forecasting
Forecasting adalah kegiatan untuk memperkirakan kebutuhan dengan menggunakan
metode tertentu. Tahapan forecasting terdiri dari:
a. Pembaharuan Riwayat Data
Pengumpulan data program dan pengobatan di layanan kesehatan dalam
periode 6 atau 12 bulan terakhir sebagai riwayat data konsumsi. Sumber data
riwayat ini didapat melalui Sistem Informasi HIV AIDS (SIHA). Data program dan
pengobatan terdiri dari jumlah orang yang ditest HIV, jumlah yang dites sifilis,
jumlah ODHIV on ART, jumlah ODHIV di test VL.
b. Pembuatan Konsensus Baseline Data
Melakukan forecasting dengan menggunakan formula yang ada dalam excel
dengan tool ARVFAST dan NonARVFAST.

20 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Perencanaan

c. Pembuatan final konsensus kebutuhan


Melakukan proses penyesuaian dengan menggunakan variabel penyesuaian
(adjustment factors) yang terdiri dari:
1. Jumlah target pasien dan asumsi per indikator pemeriksaan per tahun per
provinsi yang ditetapkan oleh Subdit HIV AIDS.
2. Kemampuan pencapaian target dari masing-masing provinsi terhadap
target yang di buat oleh Subdit HIV AIDS.
d. Konversi dari hasil konsensus kebutuhan (jumlah pasien) ke jumlah logistik.
Urutan proses yang dilakukan dalam langkah ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Bill of Material (BOM) yaitu daftar logistik yang diperlukan untuk
melakukan suatu pemeriksaan atau test atau pengobatan. BOM ini mengacu
pada panduan pengobatan, pemeriksaan tes, algoritma pemeriksaan tes
dan pemberian logistik lainnya.
2. Melakukan pembaharuan jumlah dan tipe mesin pemeriksaan CD4 dan VL
yang tersedia di fasyankes masing-masing provinsi. Data yang diperbaharui
adalah mesin yang dalam kondisi baik dan masih dapat digunakan.
3. Melakukan konversi jumlah pasien ke kebutuhan logistik dalam satuan
terkecil.

2. Supply Planning
Supply Planning adalah kegiatan perencanaan logistik. Tahapan supply planning dimulai
dari penentuan kebijakan inventory level di masing-masing jenjang pemerintahan dan
proses pembaharuan stok.
a. Penentuan kebijakan inventory level di setiap jenjang pemerintahan
Penentuan kebijakan inventory dilakukan untuk menjamin ketersediaan suplai
dan tersedianya stok minimum di setiap jenjang dengan mempertimbangkan
lead time pemenuhan order dari masing-masing jenjang pemerintahan. Proses
yang dilakukan adalah menentukan minimum dan maximum inventory level dan
menentukan titik pemesanan kembali (re-order point). Besarnya minimum dan
maximum inventory level akan mempengaruhi jumlah stok yang akan dipasok,
besarnya pengadaan, frekuensi pengiriman dari pusat ke provinsi dan dari
provinsi ke kabupaten/kota.
b. Proses pembaharuan stok logistik
Melakukan pembaharuan data total stok (jumlah dan tanggal kedaluwarsanya)
yang tersedia di gudang provinsi dan gudang kabupaten/kota yang terdiri dari
stock on hand dan stock in transit termasuk estimasi stok yang akan kedaluwarsa.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 21
BAB III

c. Usulan kebutuhan dan Rencana Permintaan


Usulan kebutuhan adalah total kebutuhan selama 12 bulan ditambah buffer
stock yang diharapkan pada akhir periode perencanaan. Total buffer stock di akhir
periode perencanaan adalah jumlah stok di akhir periode perencanaan yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan selama menunggu kedatangan logistik
berikutnya. Tingkat buffer stock diakhir tahun periode perencanaan sebesar 3
bulan.

Rencana Permintaan: Jumlah usulan kebutuhan dikurangi stock on hand dan


stock in transit ditambah estimasi stok yang akan kedaluwarsa.

Rekapitulasi rencana permintaan dimasing-masing jenjang pemerintahan


dilakukan dengan:
1 Melakukan agregasi (penggabungan) total usulan kebutuhan di jenjang
pemerintahan.
2 Memasukkan sisa stok logistik.
3 Memasukkan rencana penerimaan logistik di tahun berjalan.
4 Mengurangi dengan jumlah obat yang potensi kedaluwarsa.
5 Menambahkan dengan jumlah buffer stock.

d. Alokasi Pemenuhan Kebutuhan


Pemenuhan kebutuhan dilakukan dengan cara:
1. Pemenuhan kebutuhan berdasarkan stok logistik yang ada di instalasi
farmasi jenjang pemerintahan diatasnya.
2. Jika permintaan belum terpenuhi maka dilakukan usulan pengadaan.

22 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB IV
PENGADAAN

Pengadaan logistik program merupakan proses untuk penyediaan logistik yang dibutuhkan
pada institusi maupun fasyankes. Pengadaan logistik program bisa berasal dari APBN, APBD
Provinsi, APBD Kabupaten/kota, Fasyankes dan Bantuan Luar Negeri. Pengadaan yang baik
harus dapat memastikan logistik yang diadakan sesuai dengan jenis, spesifikasi, jumlah, waktu
yang tepat, biaya, dan lokasi yang dituju mengacu pada peraturan yang berlaku.

A. Pengadaan Dalam Negeri


Pengadaan logistik obat program HIV AIDS dan PIMS (ARV, IO, IMS) dilakukan oleh Direktorat
Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sedangkan pengadaan logistik non obat
(RDT HIV, RDT Sifilis, Reagen CD4, VL HIV, dan BHP lainnya), jasa konsultan dan jasa lainnya
dilakukan oleh Direktorat P2PM dan daerah. Pengadaan barang dan jasa mengacu dalam
Perpres No.12 Tahun 2021.

Metode pengadaan dapat berupa e-katalog, lelang, penunjukan langsung, pengadaan


langsung, dan swakelola. Dalam hal pengadaan ini, Subdit HIV AIDS dan PIMS berlaku
sebagai pengguna (user), yang bertugas mengawal proses perhitungan, perencanaan,
distribusi, monitoring dan evaluasi termasuk memberikan masukan spesifikasi logistik.

Alur Pengadaan Barang dan Jasa dalam negeri, mengikuti tahapan di bawah ini:
1. User mengajukan dokumen Rencana Umum Pengadaan (RUP)
a. User mengajukan surat kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) untuk
melaksanakan pengadaan dengan lampiran daftar logistik dan kerangka acuan.
b. KPA memberikan perintah kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk
melaksanakan pengadaan sesuai dengan surat user.
c. PPK meminta kepada Pejabat Pengadaan atau Pokja Pengadaan / Unit Kerja
Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ) untuk melakukan pemilihan penyedia barang
atau jasa dengan melampirkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan spesifikasi teknis
yang sudah ditandatangani.
d. Pejabat Pengadaan atau Pokja Pengadaan / Unit Kerja Pengadaan Barang dan
Jasa (UKPBJ) melakukan proses pemilihan penyedia.
e. Setelah mendapatkan penyedia, PPK melakukan kontrak dengan penyedia.
f. Penerimaan barang atau jasa dilakukan oleh PPK dan tim penerima.
g. PPK membuat BAST dengan penyedia.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 23
BAB IV

h. User mendapatkan laporan terkait pelaksanaan pengadaan yang telah diajukan


dari PPK/ Pejabat Pengadaan/ Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ).

Alur Pengadaan Dalam Negeri

1. User mengajukan surat kepada Kuasa 2. KPA memberikan perintah kepada


Pengguna Anggaran (KPA) untuk melaksanakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
pengadaan dengan lampiran daftar logistik untuk melaksanakan pengadaan
dan kerangka acuan. sesuai dengan surat user.

3. PPK meminta kepada Pejabat Pengadaan atau


Pokja Pengadaan / Unit Layanan Pengadaan 4. Pejabat Pengadaan atau Pokja
(UKPBJ) untuk melakukan pemilihan penyedia Pengadaan / Unit Layanan
barang atau jasa dengan melampirkan Pengadaan (ULP) melakukan proses
Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan spesifikasi pemilihan penyedia
teknis yang sudah ditandatangani.

5. Setelah mendapatkan penyedia, PPK 6. Penerimaan barang atau jasa


melakukan kontrak dengan penyedia. dilakukan oleh PPK dan tim
penerima.

8. User mendapatkan laporan terkait


pelaksanaan pengadaan yang
7. PPK membuat BAST dengan penyedia.
telah diajukan dari PPK/Pejabat
Pengadaan/UKPBJ.

B. Pengadaan Luar Negeri (Pengadaan Impor)


Beberapa logistik program HIV AIDS dan PIMS dari dana hibah memerlukan proses impor
dalam pengadaannya. Pengadaan impor memerlukan dokumen Special Access Scheme
(SAS) untuk produk yang belum memiliki ijin edar atau Surat Kuasa Impor untuk produk
yang sudah memiliki ijin edar yang dikeluarkan oleh Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Pengajuan dokumen SAS ataupun Surat Kuasa Impor memerlukan dokumen seperti di
bawah ini:
• Dari Supplier (Penyedia)
1. Airway bill (AWB)
2. Invoice
3. Packing list
4. Certificate of Analysis (COA)
5. Certificate of Origin (COO)

24 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengadaan

6. Khusus Alkes dibutuhkan brosur, Certificate of Free Sale, Good Manufacturing


Practice

• Dari Kemenkes
1. Surat permohonan rekomendasi ijin SAS dari Dirjen P2P ke Dirjen Farmalkes.
2. Surat pernyataan bahwa produk akan dilabel dengan tulisan nomor SAS, produk
untuk program pemerintah, kualitas produk dan tidak diperjualbelikan.
3. Surat permohonan kuasa import (untuk produk yang telah memiliki ijin edar dari
penyedia yang sama).

Proses pembebasan logistik yang sudah tiba di dalam negeri memerlukan surat bebas
pajak dari Direktorat Jenderal Bea Cukai.
Alur Pengadaan Impor

1. Rencana Perhitungan 2. Placing Order di 3. Persetujuan dari


Kebutuhan Program Wambo Program dan Pemberi
HIV AIDS dan PIMS Hibah

4. Penerimaan 5. Proses penerbitan SAS 6. Proses penerbitan


dokumen Impor dari oleh Ditjen Farmalkes, SK bebas pajak oleh
Procurement Agent Kemenkes Ditjen Bea Cukai,
Kemenkeu

7. Persetujuan pengiriman 8. Proses Custom 9. Diterima dan diperiksa


barang kepada supplier Clearence di gudang P2P
melalui Procurement
Agent

10.Distribusi Ke Dinas
Kesehatan Provinsi/
Fasyankes

Penjelasan Bagan Alur Pengadaan Impor:


1. Rencana Perhitungan Kebutuhan Program HIV AIDS dan PIMS
Program HIV AIDS dan PIMS bersama sama dengan Pengelola Program dan Pengelola
Farmasi di Dinas Kesehatan Provinsi melakukan perhitungan kebutuhan logistik
berdasarkan target, asumsi, historical penggunaaan dan sisa stok yang ada di daerah
masing-masing. Hasilnya menjadi usulan pengadaan tahun berikutnya.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 25
BAB IV

2. Placing Order di Wambo


Usulan pengadaan diatas akan menjadi dasar order dengan dana hibah The Global
Fund (TGF) yang kemudian dipesan melalui sistem wambo.org.

3. Persetujuan dari Program dan Pemberi Hibah


Setelah Placing Order di input dalam wambo.org oleh staf logistik, TGF akan melakukan
review dan persetujuan/ approval, kemudian dilanjutkan dengan konfirmasi
persetujuan dari Program HIV AIDS dan PIMS.

4. Penerimaan Dokumen Impor dari Procurement Agent


Setelah order di setujui oleh Program HIV AIDS & PIMS serta TGF, procurement agent
akan memproses order tersebut melalui Pool Procurement Mechanism (PPM) sampai
mendapatkan supplier, kemudian supplier akan mempersiapkan order dan dokumen
impor/ shipping document. Dokumen impor ini akan dikirimkan ke program HIV dan
PIMS untuk dapat digunakan dalam proses waiver.

5. Proses penerbitan SAS oleh Ditjen Farmalkes, Kemenkes


Proses waiver dimulai dari pengajuan SAS ke Ditjen Farmalkes, dimana Ditjen P2P
bersurat resmi kepada Ditjen Farmalkes dengan melampirkan dokumen impor sebagai
pengajuan SAS.

6. Proses penerbitan SK bebas pajak oleh Ditjen Bea Cukai, Kemenkeu


Pada tahap ini, program HIV akan membawa dokumen antara lain; SAS, dokumen
impor, Grant Confirmation antara pemberi dan penerima hibah sebagai pengajuan
untuk pembebasan pajak/ Surat Keputusan Bebas Pajak.

7. Persetujuan pengiriman barang kepada supplier melalui Procurement Agent


Setelah dokumen SK Bebas Pajak tersedia, Program HIV AIDS dan PIMS akan
memberikan persetujuan kepada procurement agent/ Partnership for Supply Chain
Management (PfSCM) untuk dapat melakukan pengiriman barang. Persetujuan ini
dikenal sebagai green light.

8. Proses Custom Clearance


Setelah menerima green light Program HIV AIDS dan PIMS, PfSCM bersama supplier
akan memberikan rencana keberangkatan barang sampai dengan estimasi
kedatangan barang di pelabuhan. Jika barang sudah sampai di pelabuhan, maka akan
ada notifikasi dari pelabuhan kepada program HIV AIDS dan PIMS, PPJK sebagai pihak
ketiga akan ditunjuk untuk membantu dalam pembebasan barang tersebut.

9. Diterima dan diperiksa di gudang P2P


PPJK selain membebaskan barang di pelabuhan, akan melakukan pengiriman/
transportasi dari pelabuhan ke gudang program HIV AIDS dan PIMS. Setelah diterima

26 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengadaan

di gudang, maka tim HIV akan melakukan pemeriksaan, membuat berita acara dan
menginformasikan kepada procurement agent bahwa barang sudah diterima dan
menyampaikan kesesuaian atau ketidaksesuaian.

10. Distribusi ke Dinas Kesehatan Provinsi/ Fasyankes


Distribusi ke Dinkes Provinsi dilakukan dengan dua cara; secara alokasi/ dropping atau
berdasarkan permintaan resmi. Beberapa barang langsung dikirim ke layanan karena
distribusi khusus (cold chain).

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 27
28 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB V
PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN

A. Penerimaan
Kegiatan penerimaan logisik di mulai dari pusat, provinsi/kabupaten/kota dan fasyankes
untuk pengadaan yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri.

1. Penerimaan di Pusat
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan barang di pusat adalah sebagai
berikut:
a. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memeriksa logistik yang diterima sesuai
dengan dokumen/persyaratan administrasi dan spesifikasi yang tercantum
dalam kontrak. Sebelum melakukan penerimaan logistik, panitia penerima harus
memastikan ketersediaan ruangan yang memadai untuk menyimpan logistik.
b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus melibatkan pengguna dalam proses
penerimaan logistik.
c. Kelengkapan dokumen:
1) Untuk Dana APBN melalui Dit. Oblik dan Perbekkes
Penerimaan obat dari Direktorat Oblik dan Perbekkes dengan melampirkan
dokumen Surat Penerimaan Barang (SPB) dan BAST.
2) Untuk Dana APBN dan Hibah melalui Dit. P2PML
Penerimaan non obat diperiksa oleh PPK dibantu oleh panitia penerima
pengadaan barang dan jasa dengan melampirkan dokumen Surat
Penerimaan Barang (SPB) dan Surat Jalan.
3) Untuk Dana hibah
Penerimaan dilakukan oleh Subdit HIV AIDS dan dibuatkan Berita Acara.
d. Bila terjadi ketidaksesuaian spesifikasi dan jumlah yang ada dalam dokumen
kontrak, panitia penerima berhak menolak logistik tersebut dan tidak
menandatangani dokumen serah terima. Kemudian dibuatkan berita acara
ketidaksesuaian dan ditanda tangani oleh pihak penyedia dan penerima.

2. Penerimaan di Provinsi dan Kabupaten/Kota


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan barang di daerah adalah sebagai
berikut:
a. Kesesuaian jenis dan jumlah logistik yang dikirimkan dengan SBBK dan dokumen
pendukung lainnya. Sebelum melakukan penerimaan logistik, penerima barang

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 29
BAB V

memastikan ketersediaan ruangan yang memadai di Instalasi Farmasi Provinsi/


Kabupaten/Kota untuk menyimpan logistik.
b. Logistik yang sudah diperiksa dicatat di buku mutasi barang dan kartu stok
manual atau elektronik.
c. Kartu stok manual atau elektronik harus dibuat per nama obat dan sumber dana.
d. Dalam kartu stok manual atau elektronik harus tercatat tanggal transaksi, jumlah
transaksi, satuan, tanggal kedaluwarsa, nomor batch dan sumber dana.
e. Penempatan barang yang diterima harus dikelompokkan berdasarkan sumber
dana, jenis, dan tanggal kedaluarsa
f. Penyelesaian administrasi proses serah terima barang milik negara diselesaikan
dengan penandatanganan SBBK dan BAST.
g. Apabila terjadi ketidaksesuaian jenis, jumlah dan nomor batch pada fisik dan
SBBK, petugas penerimaan di gudang farmasi harus berkoordinasi antara
pengelola program dengan pengelola farmasi di masing-masing jenjang.

3. Penerimaan di Fasyankes
Penerimaan logistik program di fasyankes terdiri dari 2 proses yaitu proses penerimaan
dan pemeriksaan :
a. Memeriksa kesesuaian dokumen penerimaan dibandingkan dengan fisik logistik
program yang diterima (nama merk dan jumlah obat yang diterima di fasyankes).
b. Memeriksa kondisi fisik dari barang yang diterima.
c. Jika ditemukan kondisi barang yang tidak sesuai standar maupun tidak sesuai
dokumen, maka berikan catatan keterangan pada bukti tanda terima dan atau
menolak barang tersebut. Bukti tanda terima yang sudah ditanda tangani dan
barang diserahkan kepada ekspedisi kemudian dilanjutkan dengan membuat
Berita Acara Ketidaksesuaian Penerimaan untuk dilaporkan ke penanggung
jawab farmasi.
d. Jika dalam proses penerimaan sesuai dengan standar maupun sesuai dengan
dokumen, maka diberi catatan keterangan ”baik” pada bukti tanda terima.
Bukti tanda terima ditanda tangani dan diserahkan kepada ekspedisi kemudian
dilanjutkan dengan menyerahkan logistik program kepada penanggung jawab
farmasi untuk dilakukan proses pemeriksaan.
e. Memeriksa masa kedaluwarsa masing-masing barang.
f. Memisahkan logistik yang mempunyai merk sama tetapi mempunyai masa
kedaluwarsa yang berbeda.
g. Setelah menyelesaikan pemeriksaan, penanggung jawab farmasi memindahkan
logistik yang telah diperiksa ke lokasi penyimpanan.

30 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Penerimaan dan Penyimpanan

h. Petugas farmasi menyimpan logistik dan memisahkan berdasarkan jenis obat,


merek, masa kedaluwarsa, dan sumber dana.
i. Petugas farmasi melakukan pencatatan jumlah logistik yang diterima dan masa
kedaluwarsa pada kartu stok manual atau elektronik.

B. Kegiatan Penyimpanan dan Pemeliharaan Logistik


Kegiatan penyimpanan dan pemeliharaan logistik dengan cara menempatkan logistik
yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang
dapat mengurangi mutu dan jumlah logistik. Kegiatan meliputi pengaturan tata ruang, rak
dan palet, pencegahan kebakaran, pencahayaan gudang, perlengkapan lain, penyusunan
stok, pencatatan stok, monitoring suhu, monitoring kelembaban, pengendalian hama dan
binatang pengganggu, serta prosedur keamanan dan keselamatan.
1. Tata Ruang
Pengaturan tata ruang Instalasi Farmasi/ gudang yang baik sangat diperlukan
untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian, dan
pengawasan logistik. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan
bergerak dan sirkulasi udara yang baik. Penataan ruang dapat ditata berbentuk huruf
U, L, ataupun garis lurus. Sirkulasi udara dapat menggunakan Air Conditioner (AC), kipas
angin maupun ventilasi melalui atap. Logistik harus disimpan sesuai dengan petunjuk
penyimpanan masing-masing logistik.

2. Rak dan Pallet


Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet akan dapat meningkatkan
sirkulasi udara dan mempermudah perputaran stok obat. Penempatan rak yang tepat
dan penggunaan pallet bertujuan untuk memastikan adanya sirkulasi udara dan
perlindungan terhadap banjir, gempa, dan dapat menampung obat lebih banyak.
Jarak dinding ke pallet 30 cm. Tinggi tumpukan karton maksimal 2 meter. Tinggi palet
minimal 10 cm dari lantai. Jarak dari logistik ke langit-langit minimal 50 cm.

3. Pencegahan Kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus,
karton dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang
mudah dijangkau dan dalam jumlah yang cukup.

4. Pencahayaan Gudang
Pencahayaan dapat diperoleh dengan menggunakan lampu. Hendaknya digunakan
penataan cahaya secara umum (General lighting).

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 31
BAB V

5. Penyusunan Stok
a. Menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dalam penyusunan logistik
program yaitu logistik program yang masa kedaluwarsanya lebih awal atau FIFO
(First In First Out) yang diterima lebih awal harus dikeluarkan lebih awal.
b. Menyusun stok berdasarkan kelompok (misal: kelompok berdasarkan sumber
dana, kedaluwarsa, jenis obat dan abjad)..
c. Mencantumkan nama dan tanggal kedaluwarsa pada setiap logistik program di
kartu stok manual atau elektronik dan pelabelan rak/palet.

6. Suhu Penyimpanan Stok


Suhu penyimpanan untuk obat, reagen dan alat kesehatan lain sesuai dengan
karakteristik dari masing-masing logistik.

7. Pencatatan Stok
a. Setiap bulan harus dilakukan rekonsiliasi pencatatan, mutasi barang atau obat
dan stock opname baik fisik maupun non fisik dilakukan minimal setiap 1 bulan
sekali (layanan) dan minimal 6 bulan sekali (kabupaten/kota/provinsi/pusat).
b. Kartu stok manual atau elektronik digunakan untuk mencatat mutasi logistik
program (penerimaan, pengeluaran, sumber dana, satuan, rusak atau tanggal
kedaluwarsa).
c. Data pada kartu stok manual atau elektronik digunakan untuk menyusun
perencanaan, pengadaan, distribusi, laporan dan sebagai pembanding terhadap
keadaan fisik logistik pada saat melakukan stock opname.

8. Monitoring Suhu
Suhu ruangan dimonitor minimal 2 kali dalam sehari. Hasil monitoring dicatat di form
monitoring suhu yang diletakkan di tempat yang mudah dijangkau. Suhu ruangan
disesuaikan dengan syarat suhu penyimpanan masing-masing logistik.

9. Monitoring Kelembapan
Kelembapan ruangan dimonitor minimal 2 kali dalam sehari. Hasil monitoring dicatat
di kartu monitoring kelembapan yang diletakkan di tempat yang mudah dijangkau.

10. Pengendalian Hama dan Binatang Pengganggu


Perlu dipastikan bahwa gudang terhindar dari hama dan binatang pengganggu.

11. Prosedur Keamanan dan Keselamatan


Untuk menjaga keamanan dan keselamatan logistik dan peralatan di gudang perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut lokasi pergudangan diupayakan aman dari
bencana. Selain itu, sebaiknya dilengkapi dengan pagar keliling, alat pemantau
keamanan seperti alarm atau kamera CCTV, petugas keamanan.

32 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB VI
PERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI

Adapun tujuan dari pengelolaan persediaan dan distribusi antara lain:


1. Mendapatkan tingkat persediaan yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
2. Melakukan proses distribusi ke jenjang dibawahnya berdasarkan sistem tarik (permintaan
dari jenjang dibawahnya) atau sistem dorong (kebutuhan darurat atau penggunaan obat
baru).
3. Terlaksananya pengiriman logistik program sesuai kebutuhan dan tepat waktu.
4. Tersedianya mekanisme relokasi logistik program antar provinsi, antar kabupaten/kota,
ataupun antar fasyankes sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Penguatan koordinasi antara pengelola program dan pengelola farmasi.
6. Menyimpan buffer stock sesuai dengan perkiraan kebutuhan.
7. Tersedianya mekanisme pemusnahan logistik kedaluwarsa.

A. Pengelolaan Persediaan
Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan logistik mengikuti tata cara
sebagai berikut:
1. Monitoring dan Analisa Kecukupan Logistik Program
Dalam pengelolaan persediaan perlu memperhatikan kecukupan persediaan logistik,
yakni sebagai berikut:

Tabel 5. Tingkat Kecukupan Persediaan Logistik di Instalasi Farmasi Pusat/ Provinsi/ Kabkota di
Akhir Bulan
No Tingkat kecukupan persediaan logistik Status
1 Lebih dari 6 bulan kecukupan stok Overstock
2 Lebih dari 3 bulan s/d 6 bulan kecukupan stok Cukup
3 Lebih dari 0 bulan s/d 3 bulan kecukupan stok Kurang
4 0 bulan Stock out

Tabel 6. Tingkat Kecukupan Persediaan Logistik di Instalasi Farmasi Fasyankes di Akhir Bulan
No Tingkat kecukupan persediaan logistik Status
1 Lebih dari 4 bulan kecukupan stok Overstock
2 Lebih dari 2 bulan s/d 4 bulan kecukupan stok Cukup
3 Lebih dari 0 bulan s/d 2 bulan kecukupan stok Kurang
4 0 bulan Stock out
*Stock out terjadi apabila layanan tidak mampu memberikan obat dalam
jenis tertentu atau penggantinya.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 33
BAB VI

2. Dasar Perhitungan Logistik


Dasar penetapan total kebutuhan adalah 18 bulan, berasal dari 12 bulan kebutuhan
dasar selama 1 tahun, dan kebutuhan 6 bulan untuk mengantisipasi estimasi
maksimum waktu tunggu (lead time) pengadaan.

Jumlah logistik dibutuhkan = total kebutuhan 12 Bulan + estimasi buffer stock yang
diharapkan di akhir tahun periode perencanaan – (Stock on hand + Stock in transit).

Dimana:
a. Stock on hand yang dimaksud disini adalah stok yang ada di level kabupaten/
kota, provinsi, dan pusat serta bisa digunakan dalam periode tahun perencanaan.
b. Stock in transit yang dimaksud disini adalah stok yang sudah diorder tetapi masih
dalam perjalanan.
c. Estimasi minimum buffer stock yang diharapkan di akhir tahun periode
perencanaan adalah sebagai berikut: layanan 2 bulan, kabupaten 3 bulan,
provinsi 3 bulan, dan pusat 3 bulan. Penetapan estimasi buffer stock bisa dilakukan
penyesuaian jika terjadi keterlambatan pengadaan atau keterbatasan anggaran.

Contoh:
a. Perhitungan ARV
Total kebutuhan ARV untuk jenis 3TC(150) di Provinsi A selama setahun untuk
100 pasien adalah sebanyak 1.200 botol dengan memperhitungkan buffer stok
minimum untuk kebutuhan 3 bulan (100 orang x 3 bulan = 300 botol) dan stok
yang dimiliki di provinsi dan kabupaten sebanyak 300 botol tanpa adanya stok
yang dalam perjalanan. Maka jumlah logistik yang dibutuhkan adalah seperti
berikut:

Jumlah logistik dibutuhkan = 1.200 botol + 300 botol – (300 botol + 0 botol)
= 1.200 botol

Maka jumlah 3TC(150) yang dibutuhkan adalah sebanyak 1.200 botol.


b. Perhitungan non-ARV
Target jumlah orang di tes HIV di Provinsi B adalah 5.000 orang dengan
500 diantaranya adalah populasi kunci. Apabila diasumsikan target untuk
populasi kunci di tes 2 kali dalam setahun (4.500 orang + (500 populasi kunci
x 2 pemeriksaan/tahun)) maka total kebutuhannya adalah sebanyak 5.500 tes.
Kebutuhan memperhitungkan buffer stock minimum untuk kebutuhan 3 bulan
(5.500 orang/ 12 bulan * 3 bulan = 1.375 tes) dan stok yang dimiliki di provinsi dan

34 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Persediaan dan Distribusi

kabupaten sebanyak 700 tes dengan stok yang dalam perjalanan sebanyak 1.000
tes. Maka jumlah logistik yang dibutuhkan adalah seperti berikut:

Jumlah logistik dibutuhkan = 5.500 tes + 1.375 tes – (700 tes + 1.000 tes)
= 5.175 tes

Maka jumlah Rapid 1 HIV yang dibutuhkan adalah sebanyak 5.175 tes.

3. Pemberian ARV untuk Beberapa Bulan (Multi-Month Dispensing)


Selain dengan pemberian ARV secara regular kepada orang dengan HIV setiap bulan,
pemberian obat dapat diberikan secara multi month dispensing untuk pasien yang
memenuhi kriteria:
a. Kondisi stabil, telah mengkonsumsi obat ARV selama 6 bulan atau lebih, dengan
kepatuhan yang baik, tidak sedang sakit dan memiliki viral load HIV (HIV-
RNA) tidak terdeteksi dalam 6 bulan terakhir. Jika tidak ada pemeriksaan VL:
pemeriksaan CD4>200 sel/mm3 (pada anak 3-5 tahun CD4>350 sel/mm3) atau
ada kenaikan berat badan, tidak ada gejala dan infeksi lain bersamaan. Pasien
dengan kriteria tersebut dapat diberikan pemberian ARV untuk 2 atau 3 bulan.
b. Untuk kasus tertentu, dapat diberikan lebih dari 3 bulan (misal: mengikuti
Pendidikan di luar negeri atau pekerjaan ke luar negeri, dll).

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh fasyankes dalam peresepan multi-
month dispensing:
a. Kriteria pasien terpenuhi.
b. Fasyankes harus merencanakan berapa jumlah pasien yang akan diberikan multi-
month dispensing. Rencana tersebut tertuang dalam permintaan obat ke provinsi
atau kabupaten/kota. SIHA akan memfasilitasi perhitungan kebutuhan multi-
month dispensing dalam modul kalkulator multi-month dispensing sebagai alat
bantu untuk perencanaan multi-month dispensing berdasarkan stok yang tersedia
dan jumlah pasien yang akan direncanakan.
c. Fasyankes memperhatikan buffer stock untuk perkiraan pasien baru, pasien yang
direncanakan atau sedang multi-month dispensing serta memastikan ketersediaan
tempat penyimpanan yang memadai.
d. Pencatatan dan pelaporan yang baik untuk pasien yang menggunakan multi-
month dispensing.

4. Penanganan Stok Berlebih atau Kurang


a. Untuk stok logistik program yang kurang, pengelola program HIV AIDS dan
PIMS dapat mempercepat proses kedatangan barang yang sudah dipesan,

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 35
BAB VI

mengajukan permintaan penambahan stok ke tingkat yang lebih tinggi atau


melakukan proses relokasi.
b. Untuk stok yang berlebih, pengelola program HIV AIDS dan PIMS menyampaikan
analisis apakah stok tersebut sebaiknya direlokasi atau tetap disimpan di Instalasi
Farmasi/ gudang dengan mempertimbangan kemampuan serap dan masa
kedaluwarsa logistik.
c. Relokasi antar kabupaten/kota maupun fasyankes di wilayah provinsi yang sama,
dilakukan dengan menggunakan BAST dan ditembuskan ke Dinkes Provinsi.
Tidak ada proses pinjam meminjam untuk barang atau logistik program HIV AIDS
dan PIMS, yang ada adalah proses penerimaan dan pengeluaran (transfer obat).
d. Relokasi dapat diajukan jika Provinsi/Kabkota/Fasyankes sudah memastikan
kecukupan stoknya dan sudah melakukan koordinasi antara pihak pemberi dan
penerima logistik (kesepakatan mengenai kedaluwarsa, jumlah, dan jenis).

5. Kegiatan Stock Opname


a. Stock opname dilakukan oleh petugas instalasi farmasi dengan melibatkan
pengelola program.
b. Sebelum melakukan stock opname, pastikan semua penerimaan dan pengeluaran
logistik sudah dicatat dan dimasukkan ke dalam sistem pencatatan yang ada di
gudang.
c. Pastikan laporan stok sesuai dengan kartu stok manual atau elektronik dan
dokumen pendukung lainnya.
d. Stock opname wajib dilakukan sebagai berikut:
1. Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota minimum enam bulan sekali
2. Fasyankes minimum setiap bulan
e. Kegiatan stock opname mencakup perhitungan semua stok yang ada di Instalasi
farmasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi jenis dan jumlah logistik.
f. Pengelola instalasi farmasi membandingkan hasil perhitungan stok fisik, kartu
stok manual atau elektronik, serta laporan di SIHA.

6. Penggunaan Logistik
a. Setiap penggunaan logistik dicatat dan dilaporkan dengan pencatatan manual
atau sistem informasi yang digunakan.
b. Penggunaan logistik dicatat pada kartu stok manual atau elektronik secara rutin
setiap terjadi transaksi. Penundaan pencatatan transaksi di kartu stok manual
atau elektronik untuk logistik yang keluar/ masuk dari tempat penyimpanan akan
menyebabkan data yang tidak akurat.

36 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Persediaan dan Distribusi

B. Distribusi
Distribusi adalah proses penyaluran logistik dari pusat hingga ke layanan. Semua jenis
logistik program HIV didorong melalui sistem desentralisasi. Pengiriman logistik dikirim dari
pusat ke provinsi, provinsi ke kabupaten/kota dan kabupaten/kota ke layanan kesehatan
berdasarkan permintaan dari jenjang dibawahnya. Jika karakteristik jenis logistik program
HIV mensyaratkan tempat penyimpanan khusus dan sarana prasarana penyimpanan
tertentu maka logistik tersebut dikirimkan langsung ke layanan kesehatan. Kegiatan
pengelolaan distribusi logistik mengikuti tata cara sebagai berikut:

1. Proses permintaan logistik program HIV AIDS dan PIMS


a. Permintaan logistik dilakukan dari Fasyankes ke kabupaten/kota, kabupaten/kota
ke provinsi dan provinsi ke pusat.
b. Permintaan logistik menggunakan sistem SIHA dengan melampirkan surat resmi
permintaan logistik.
c. Permintaan logistik dilakukan secara regular sesuai dengan waktu permintaan.
d. Permintaan logistik dapat juga dilakukan melalui permintaan khusus (jika
terdapat logistik jenis baru didistribusikan atau terjadi kenaikan jumlah pasien).
e. Permintaan logistik dilakukan oleh pengelola farmasi dengan berkoordinasi
dengan pengelola program HIV.

Tabel 7. Batasan Stok Minimum Untuk Logistik Program HIV


No Jenjang Pemerintahan Stok Minimum Waktu Permintaan
1 Pusat 3 bulan  
2 Provinsi 3 bulan Setiap 6 bulan
3 Kabupaten 3 bulan Setiap 3 bulan
4 Fasyankes 2 bulan Setiap bulan

2. Kegiatan Pemenuhan Permintaan Reguler


a. Pemrosesan permintaan menggunakan sistem SIHA.
b. Pengelola farmasi berkoordinasi dengan pengelola program untuk pemenuhan
permintaan logistik.
c. Pengelola Instalasi Farmasi memeriksa ketersediaan stok di Instalasi Farmasi/
gudang, kemudian melakukan penyiapan stok dan pembuatan dokumen
pengiriman. Jika Instalasi Farmasi/ gudang di tangani oleh pihak ketiga, pengelola
farmasi menerbitkan Delivery Order (DO) sebagai instruksi untuk pengiriman
barang.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 37
d. Pengelola Instalasi Farmasi/ gudang memastikan rencana pengiriman dan
melakukan monitoring pengiriman.
e. Verifikasi setiap permintaan dengan melihat data jumlah pasien.

C. Kegiatan Pemrosesan Permintaan Khusus (CITO)


Permintaan khusus akan diproses melalui proses pengiriman dari permintaan khusus.
Proses permintaan khusus merupakan DO yang dibuat tidak berdasarkan laporan rutin.
Permintaan tetap dilakukan melalui sistem SIHA. Proses permintaan khusus yang berasal
dari Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/kota dan fasyankes.

D. Kegiatan Pengiriman Khusus (Push DO)


Distribusi khusus atau Push DO (Push Delivery Order), merupakan DO yang dibuat dengan
tidak berdasarkan laporan rutin dikarenakan adanya bencana (force majeur) atau permintaan
pengiriman tidak melalui sistem SIHA. Dalam hal ini, Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat
langsung mengirimkan logistik berdasarkan data jumlah pasien.

Selain kondisi diatas, Push DO dilakukan juga untuk pemenuhan logistik program HIV AIDS
dan PIMS (obat ARV, IO, IMS, Terapi Pencegahan, reagen) sebagai starter kit pada layanan
baru PDP sesuai kebutuhan.

38 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB VII
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Pencatatan dan pelaporan program HIV AIDS dan PIMS menggunakan Sistem Informasi HIV AIDS
(SIHA) yang dilakukan di semua jenjang mulai dari Fasyankes, kabupaten/kota, provinsi, sampai
dengan pusat. Pencatatan dan pelaporan ini digunakan untuk permintaan dan pemenuhan
kebutuhan logistik program serta digunakan untuk analisis dan pemantauan ketersediaan
logistik program di semua jenjang.

Pelaporan pengelolaan logistik program dilaporkan secara rutin melalui sistem dengan
melakukan pencatatan pada saat melakukan transaksi, penggunaan, penerimaan dan
pendistribusian.

Tabel 8. Peran dan Tanggung Jawab petugas pencatatan dan pelaporan


Jenjang Pemerintahan
Jenis Dokumen Tugas Fasyankes Kabupaten/ Provinsi Pusat
Kota
LBPHA lembar 1 1. Mengisi formulir LBPHA lembar 1
2. Bersama-sama dengan Farmasi
melakukan review poin 4.5 LBPHA √      
lembar 1 dengan jumlah pasien per
rejimen LBPHA lembar 2
LBPHA lembar 2 1. Mengisi formulir LBPHA lembar 2
2. Bersama-sama dengan RR PDP
√      
melakukan analisis jumlah pasien per
rejimen dengan poin 4.5 LBPHA lembar 1
LBADB 1. Mengisi formulir LBADB bersama- sama
dengan RR PDP, KT, dan IMS √      
2. Dapat menginterpretasikan laporan
Laporan stok Membuat laporan stok opname logistik
Opname Farmasi program HIV (ARV dan non-ARV) Farmasi √ √ √ √
setiap bulan
Rekapitulasi: Melakukan penarikan data Laporan Bulanan
Laporan Bulanan Perawatan HIV dan ART sesuai dengan
  √ √ √
Perawatan HIV dan jenjangnya dari SIHA
ART
Rekapitulasi: Melakukan penarikan data rekapitulasi
  √ √ √
LBADB LBADB sesuai dengan jenjangnya dari SIHA

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 39
BAB VII

Jenjang Pemerintahan
Jenis Dokumen Tugas Fasyankes Kabupaten/ Provinsi Pusat
Kota
Rekapitulasi: Melakukan penarikan dan atau data laporan
Laporan ketersediaan stok sesuai dengan jenjangnya
  √ √ √
ketersediaan stok dari SIHA
Fasyankes
Rekapitulasi: Melakukan analisis kinerja pelaporan
Laporan Ketepatan ketepatan waktu dan keakurasian data
  √ √ √
Waktu dan sesuai dengan jenjangnya dari SIHA
Keakurasian
Rekapitulasi: Melakukan pelaporan stok bulanan sesuai
Laporan Stok dengan jenjangnya   √ √ √
Gudang
Berita Acara stok Melakukan pelaporan stok opname sesuai
  √ √ √
opname farmasi dengan periode per jenjang
Kartu Stock Barang Melakukan pencatatan penerimaan dan
√ √ √ √
pengeluaran barang
Surat Bukti Barang Membuat Surat Bukti Barang Keluar
Keluar (SBBK) untuk logistik HIV AIDS yang dikeluarkan √ √ √
(dikirimkan) dari Gudang
Berita Acara Serah Membuat Berita Acara Serah Terima (BAST)
Terima (BAST) untuk logistik HIV AIDS yang dikeluarkan √ √ √
(dikirimkan) dari Gudang
Memo Pencatatan Membuat dokumen Memo Pencatatan
Hibah Langsung Hibah Langsung (MPHL) untuk logistik HIV

(MPHL) AIDS yang diperoleh dari pengadaan impor

40 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB VIII
PENGELOLAAN ASET PROGRAM

Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/
Daerah Pasal 1 ayat 1 mengamanatkan bahwa aset yang selanjutnya disebut Barang Milik Negara
(BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah meliputi:


1. Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis;
2. Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;
3. Barang yang diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; atau
4. Barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap.

Pengelolaan aset meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,


penggunaan, penerimaan, penyimpanan, pengamanan dan pemeliharaan, pemindahtanganan,
pemusnahan dan penghapusan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian.

Barang Milik Negara (BMN) dapat diserahkan kepada pihak lain yang membutuhkan BMN
tersebut melalui proses hibah. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, antar
Pemerintah Daerah, atau dari Pemerintah Pusat/ Pemerintah Daerah kepada Pihak Lain, tanpa
memperoleh penggantian. Proses Pemindahtanganan aset program mengacu kepada PMK
No.111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtangan Barang Milik Negara.

A. Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran


Perencanaan Kebutuhan dan Penganggaran Aset disusun dengan memperhitungkan
kebutuhan program berdasarkan aset yang telah ada dan kebutuhan aset yang akan
datang. Kebutuhan aset diusulkan oleh masing-masing Satker (Satuan Kerja) sesuai dengan
kebutuhan.

B. Pengadaan Aset Program


Pelaksanaan pengadaan aset program mengacu kepada peraturan tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah. Pengadaan aset program dilakukan sesuai dengan

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 41
BAB VIII

perencanaan kebutuhan yang telah disetujui. Adapun pengelompokan kebutuhan


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang diadakan adalah seperti berikut ini:
1. Barang, yaitu setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun
tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan
oleh pengguna barang.
2. Pekerjaan Konstruksi, yaitu seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
3. Jasa Konsultasi, yaitu jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu
berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
4. Jasa lainnya yaitu jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan
keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di
dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau
penyediaan jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, jasa hotel
dan pengadaan barang.

C. Penggunaan
Penggunaan berarti kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan
menatausahakan aset yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan
(Pasal 1 Angka (9) PP No.27/2014). Setiap barang yang digunakan harus dilakukan penetapan
status penggunaan. Permohonan penetapan status penggunaan aset diajukan tertulis oleh
Pengguna Barang (Menteri Kesehatan) kepada Pengelola Barang (Menteri Keuangan) paling
lama 6 (enam) bulan sejak aset diperoleh.

Distribusi merupakan salah satu dari kegiatan pemindahtanganan karena adanya


pengalihan kepemilikan BMN dengan cara dihibahkan, baik dari jenjang administrasi yang
berbeda maupun dari daerah yang berbeda. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan
dalam distribusi barang:
1. Barang didistribusikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang program.
2. Persetujuan dilakukan setelah adanya surat permintaan dari unit pemakai.
3. Pengiriman barang disertai Surat Pengiriman Barang.
4. Pengiriman barang disertai dengan SBBK dan ditanda tangani oleh yang menerima
barang.
5. Pengiriman Surat Permohonan Hibah dari Penerima Hibah kepada Pemberi Hibah.
6. BAST sebagai bukti serah terima yang sah di rangkap 2 dan harus ditanda tangani
oleh eselon 2, satu untuk dikembalikan ke pusat, dan satu lagi di simpan sebagai arsip
daerah.
7. Barang didistribusikan harus menggunakan alat transportasi yang sesuai dengan
karakteristik barang dan persyaratannya.

42 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengelolaan Aset Program

8. Distribusi harus dilakukan pada hari dan jam kerja atau sesuai perjanjian antar kedua
belah pihak.
9. BAST dan SBBK yang telah ditanda tangani harus dikembalikan ke pusat, dan rangkapnya
di arsip di daerah masing-masing.

Adapun SOP terkait Distribusi Barang mengacu pada SOP subbag pengelolaan BMN bagian
keuangan dan BMN nomor: KN.02.4/I/3017/2017.

D. Penerimaan Aset Program


Penerimaan logistik ada dua jenis yaitu penerimaan dari pengadaan APBN/APBD dan
penerimaan yang berasal dari sumber lain. Yang dimaksud dengan penerimaan dari
sumber lain adalah penerimaan barang logistik yang pengadaanya bukan dari pemerintah
atau Bantuan Luar Negeri.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penerimaan dari pengadaan APBN/APBD:
1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus memeriksa logistik yang diterima dengan
dokumen/ persyaratan administrasi dan spesifikasi yang telah ditentukan.
2. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) harus melibatkan pengelola program dalam proses
penerimaan logistik.
3. Bila terjadi ketidaksesuaian spesifikasi yang telah ditentukan pada penerimaan
logistik, panitia penerima berhak menolak menerima logistik dan melaporkan kepada
Pimpinan mengenai temuan tersebut. Selanjutnya membuat surat penolakan yang
ditujukan kepada pemenang tender dan panitia pengadaan barang/jasa.
4. Untuk barang yang didistribusikan ke luar harus disertakan dengan Berita Acara Serah
Terima Barang (BAST).

E. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara yang mencakup aspek
tempat (Instalasi Farmasi/gudang), barang dan administrasinya. Dengan dilaksanakannya
penyimpanan yang baik dan benar, maka akan terpelihara mutu/kualitas barang,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab dan menjaga kelangsungan.
Aset harus di simpan dan dipelihara dengan baik.

F. Pengamanan dan Pemeliharaan


Pengelola Barang, Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan
pengamanan aset (Barang Milik Negara) yang berada dalam penguasaannya. Pengamanan
Barang Milik Negara meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan
pengamanan hukum.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 43
BAB VIII

1. Pengamanan Administrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
untuk menatausahakan dalam rangka mengamankan BMN Kementerian dari segi
administratif.
2. Pengamanan Fisik adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk
untuk mengamankan BMN Kementerian yang ditujukan untuk mencegah terjadinya
penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang, dan hilangnya barang.
3. Pengamanan Hukum adalah kegiatan untuk mengamankan BMN Kementerian
dengan cara melengkapi bukti status kepemilikan BMN. Pengelola Barang, Pengguna
Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan Barang Milik
Negara/Daerah yang berada dalam penguasaannya.

Pengamanan aset dilakukan dengan cara sebagai berikut:


a. Pengamanan Fisik
1. Bukti kepemilikan aset yang dalam hal ini berupa kendaraan bermotor.
2. Jika bukti kepemilikan dipinjam untuk urusan perpanjang STNK maka agar dibuat
dokumentasi Salinan (fotocopy) bukti kepemilikan.
3. Mencatat di dalam log book.

b. Pengamanan Administrasi
Menghimpun, mencatat, menyimpan, dan menatausahakan secara tertib dan teratur
atas dokumen sebagai berikut:
1. Barang Bersumber APBN/ APBD
a. Surat Perintah Kerja (SPK).
b. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang dengan lampirannya.
c. Berita Acara Serah Terima (BAST).
d. Dicatat dalam aplikasi BMN.
e. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB).
f. SBBK dengan lampirannya.
g. Berita Acara Serah Terima (BAST) ke daerah.

2. Barang Bersumber Donor


a. Hibah langsung
Hibah langsung yang dimaksud adalah barang yang diberikan kepada
Kementerian atau Lembaga langsung berbentuk barang.
1. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang dengan lampirannya.
2. Berita Acara Serah Terima antara pemberi dan penerima hibah.
3. MPHL-BJS Memo Pencatatan Hibah Langsung - Bentuk Barang/ Jasa/
Surat Berharga

44 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengelolaan Aset Program

4. Dicatat dalam aplikasi BMN.


5. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB).
6. SBBK dengan lampirannya.
7. Berita Acara Serah Terima (BAST) ke daerah.

b. Hibah tidak langsung


Hibah tidak langsung yang dimaksud adalah hibah yang diberikan dalam
bentuk uang namun digunakan untuk pengadaan barang/ jasa.
1. Surat Perintah Kerja (SPK).
2. Berita Acara Pemeriksaan dan Penerimaan Barang dengan lampirannya.
3. Berita Acara Serah Terima (BAST).
4. Dicatat dalam aplikasi BMN.
5. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB).
6. SBBK dengan lampirannya.
7. Berita Acara Serah Terima (BAST) ke daerah.

c. Pengamanan Hukum
1. Audit dilakukan secara berkala baik internal maupun eksternal.
2. Melakukan pemrosesan tuntutan ganti rugi berdasarkan hasil investigasi audit.

G. Pemindahtanganan
Pemindahtanganan aset adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara/Daerah.
Bentuk Pemindahtanganan aset meliputi (PMK No.111/PMK.06/2016 pasal 3):
1. Penjualan
2. Tukar menukar
3. Hibah
4. Penyertaan Modal Pemerintah Pusat

Dalam pengelolaan aset yang sejak awal perencanaan dan pengadaan diperuntukan
untuk diserahkan kepada pemerintah daerah, LSM/LS, dan pihak lainnya, maka mekanisme
pemindahtanganan aset yang dilakukan adalah dengan cara hibah.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 45
BAB VIII

H. Pemusnahan dan Penghapusan


Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia no. 83/PMK 06/2016 pada
pasal 6 ayat 1 dan 2, yang dimaksud dengan penghapusan dan pemusnahan adalah:
1. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan BMN.
Pemusnahan BMN dilakukan dalam hal:
a. Aset (BMN) tidak dapat digunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak
dipindahtangankan; atau
b. Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

2. Pemusnahan Aset (BMN) sebagaimana dimaksud:


a. Dilakukan dengan: 1. dibakar; 2. dihancurkan; 3. ditimbun; 4. ditenggelamkan;
5. dirobohkan; atau 6. cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. Dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan.
c. Dilaporkan kepada Pengelola Barang, untuk Pemusnahan BMN yang berada pada
Pengguna Barang.
d. Untuk pengelolaan jarum suntik bekas pakai wajib dikembalikan ke fasyankes
dimana pengguna mengambil jarum suntik tersebut untuk dilakukan
pemusnahan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun) yang merupakan
limbah medis yang infeksius.

3. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan atau Daftar Barang Kuasa
Pengguna dilakukan dalam hal BMN sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna
Barang dan atau Kuasa Pengguna Barang disebabkan karena:
a. Penyerahan kepada Pengelola Barang.
b. Pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain.
c. Pemindahtanganan.
d. Adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
sudah tidak ada upaya hukum lainnya.
e. Menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan.
f. Pemusnahan sebab-sebab lain.

I. Penatausahaan Aset Program


Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi dan
pelaporan Aset sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. Adapun rincian tahapan
kegiatan sebagai berikut:
1. Pembukuan Aset Program
Pembukuan atas aset program wajib dilakukan oleh Pelaksana. Penatausahaan
terhadap kegiatan pengelolaan aset program meliputi: penggunaan, pemanfatan,

46 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengelolaan Aset Program

pemindahtanganan dan penghapusan. Kegiatan pencatatan mengikuti Standar


Akuntansi Pemerintahan. Aset tetap merupakan aset berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan atau dimaksudkan
untuk digunakan dalam kegiatan Pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Kapitalisasi Aset (BMN) merupakan batasan nilai minimum per satuan aset
untuk disajikan sebagai aset tetap.

Batasan nilai kapitalisasi atas pembelian aset tetap (peralatan dan mesin atau renovasi
peralatan dan mesin) sama dengan atau lebih dari Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
Batasan nilai kapitalisasi atas pembelian aset tetap (gedung dan bangunan atau
renovasi gedung dan bangunan) sama dengan atau lebih dari Rp.25.000.000,- (dua
puluh lima juta rupiah) sesuai PMK nomor 181/PMK.06/2016.

Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tidak diperlukan untuk:


a. Aset berupa Tanah.
b. Aset berupa Jalan, Irigasi dan Jaringan.
c. Aset berupa Konstruksi dalam Pengerjaan.
d. Aset tetap lainnya seperti koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian
lainnya.

Pencatatan yang memadai minimal harus menunjukkan nama barang, spesifikasi/


merk, tanggal pembelian, jumlah barang, harga perolehan, kode barang, lokasi aset
tetap, kondisi, penangung jawab. Pemeriksaan fisik (inventarisasi) secara periodik (per
semester) dilakukan untuk memastikan keberadaan dan kondisi aset tetap.

Kelengkapan dokumen untuk proses pembukuan penerimaan aset pada aplikasi SIMAK
BMN (Sistem informasi Manajemen dan Akuntasi Barang Milik Negara) dan Persediaan:
a. Kontrak Pembelian Aset dan Persediaan.
b. BAST (Berita Acara Serah Terima).
c. Dokumen lainnya yang sah sesuai ketentuan.

Kelengkapan dokumen untuk proses pembukuan pengeluaran aset pada aplikasi


SIMAK BMN (Sistem informasi Manajemen dan Akuntasi Barang Milik Negara) dan
Persediaan adalah seperti di bawah ini:
a. BAST (Berita Acara Serah Terima) untuk pengeluaran aset di Lingkungan Kemkes,
seperti UPT, KKP, RS Pusat, dan lainnya.
b. SK Penghapusan Hibah untuk pengeluaran aset di luar Lingkungan Kemkes,
seperti Dinas Kementerian lain, PEMDA, LSM, RS Daerah dan lainnya.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 47
BAB VIII

c. SK Penghapusan Alih Status untuk pengeluaran aset di luar Lingkungan Kemkes di


tingkat Pusat, seperti BPOM, Kementerian lainnya selain Kementerian Kesehatan.
d. SK Penghapusan Aset Rusak untuk pengeluaran aset yang sudah dalam kondisi
rusak.

Pengkodefikasian barang mulai tahun 2019 dan seterusnya harus mengikuti peraturan
yang ada sebagai berikut (saat ini sesuai PMK 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan
dan Kodefikasi BMN):

Kode Lokasi sesuai aturan pemerintah di atas terdiri 18 (delapan belas) angka/digit
dengan susunan sebagai berikut:
a. Tiga angka/digit pertama : menunjukkan kode Pengguna Barang.
b. Dua angka/digit kedua: menunjukkan kode Eselon I.
c. Empat angka/digit ketiga: menunjukkan kode Wilayah.
d. Enam angka/digit keempat: menunjukkan kode Kuasa Pengguna Barang.
e. Tiga angka/digit kelima: menunjukkan kode Pembantu Kuasa Pengguna Barang.
f. Dapat dilihat pada contoh dibawah ini:

Kode PB
Kode PPBEI
Kode PPBW
Kode KPB
Kode PKPB
Jenis Kewenangan
015 10 0199 411792 000 KP 2009 Tahun Perolehan
3 10 01 02 003 000034
Nomor Urut Pendaftaran
Sub-sub Kelompok
Sub Kelompok
Kelompok
Bidang
Golongan

Kode barang baru masih terdiri dari 10 (sepuluh) angka/digit yang terbagi dalam lima
kelompok kode dengan susunan sebagai berikut sesuai aturan pemerintah di atas,
yaitu:
1. Satu angka/digit pertama: menunjukkan kode Golongan Barang.
2. Dua angka/digit kedua: menunjukkan kode Bidang Barang.

48 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Pengelolaan Aset Program

3. Dua angka/digit ketiga: menunjukkan kode Kelompok Barang.


4. Dua angka/digit keempat: menunjukkan kode Sub Kelompok Barang.
5. Tiga angka/digit kelima: menunjukkan kode Sub-sub Kelompok Barang.

015 10 0199 411792 000 KP 2009 Kode


Kode 3 10 01 02 003 000034

2. Inventarisasi Aset Program


Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan dan pelaporan
hasil pendataan aset. Tujuan dilakukan inventarisasi adalah agar tersedianya data aset
secara baik dalam upaya mewujudkan tertib administrasi dan tertib fisik, memudahkan
pelaksanaan pengelolaan aset serta melakukan pencocokan data aset dengan SIMAK
BMN.

3. Pelaporan Aset Program


Setiap semester (6 Bulan) di tahun berjalan (sesuai dengan tanggal yang sudah
ditentukan) minimal dilakukan setiap tahun.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 49
50 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan logistik berfungsi untuk pemantauan kecukupan
logistik program HIV AIDS dan PIMS. Adapun tujuan dilakukannya monitoring dan evaluasi
logistik adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pelaksanaan kegiatan dan dapat melakukan tindakan perbaikan.
2. Mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan logistik.
3. Memberikan masukan untuk pengelolaan dan pemanfaatan logistik program HIV AIDS dan
PIMS.
4. Monitoring dilaksanakan dengan menggunakan panduan yang ditetapkan.
5. Tersedianya dokumentasi pencatatan dan pelaporan logistik program HIV AIDS dan PIMS.
6. Sistem monitoring pengelolaan logistik disusun, ditetapkan, dilaksanakan dan
dikembangkan secara berkala dengan memperhatikan keselarasan dengan sistem di
semua jenjang dan lintas program.

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh semua pihak secara berjenjang oleh:
1. Pusat untuk melihat pengelolaan logistik di provinsi dengan menggunakan data awal dari
sistem SIHA.
2. Dinkes Provinsi untuk melihat pengelolaan logistik di Kabupaten/Kota minimal 6 bulan
sekali.
3. Dinkes Kabupaten/kota untuk melihat pengelolaan logistik di Fasyankes minimal 3 bulan
sekali.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dapat dilakukan melalui:
1. Analisis laporan rutin yang berkaitan dengan pengelolaan logistik program di semua
jenjang.
2. Pertemuan atau workshop (baik daring maupun luring).
3. Supervisi ke lapangan dengan menggunakan form monitoring dan evaluasi terlampir.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 51
52 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes RI. Pedoman Pengelolaan
Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 2005
2. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI. Materi
Pelatihan Manajemen Kefarmasian di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, 2010
3. Ditjen P2P. Panduan Pengelolaan Aset Program Dana Hibah the Global Fund for AIDS, TB
dan Malaria, 2019
4. Kemenkes RI. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di
Indonesia Tahun 2020 – 2024, 2020
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK/.06/2016 tentang Penatahusahaan Barang
Milik Negara
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75 Tahun 2017 Terkait Penilaian Kembali Barang Milik
Negara/Daerah
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/90/2019 tentang Pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat
11. Surat Edaran Dirjen P2PML Nomor : KN.02.04/3014/2017 tentang SOP Penerimaan Barang
Milik Negara di lingkungan P2PML
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020 – 2024

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 53
54 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
LAMPIRAN

Contoh Form
Lampiran 1. Berita Acara Stock Opname

BERITA ACARA STOCK OPNAME


OBAT ARV TAHUN _______
DI GUDANG _______

Pada hari ini ____ tanggal ___ bulan ___ tahun ____ . Kami telah melakukan Stock Opname
obat ARV bersumber ___ berdasarkan Nota Dinas TU P2PML tentang permohonan Stock
Opname Semester 1 (Per ___), Nomor : ____ tanggal ____ dengan rincian sebagai berikut:

dd/mmm/yyyy s.d dd/mmm/yyyy Aplikasi


Stock Akhir Stock Fisik Selisih
Kode Nama Obat Isi Kemasan Kimia Farma Lokasi
dd/mmm/yyyy Penerimaan Pengeluaran dd/mmm/yyyy Pencatatan
dd/mmm/yyyy
Lamivudine 60 Tablets/
3TC Gudang KF
150 Mg Bottles
60 Tablets/
NPV Nevirapine Gudang KF
Bottles
30 Tablets/
TDF Tenofovir Gudang KF
Bottles
Zidovudine 60 Tablets/
ZDV Gudang KF
Tab 100 Mg Bottles

Demikan Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dipergunakan seperlunya.
Adapun lampiran terkait Berita Acara Stock Opname ini sebagaimana terlampir.

PT. Kimia Farma (Persero) Tbk Subdit Staff


HIV AIDS & PIMS

( ……………………… ) ________________
NIP.

Koordinator Logistik Mengetahui,


Kasubdit HIV AIDS & PIMS

_________________ _______________
NIP.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 55
Lampiran 2. Kartu Stok Manual atau Elektronik

KARTU STOK

Nama Barang : .................... Kartu No : ..........................


Kode No : .................... Kode Tempat Barang : ..........................
Satuan : ....................

Nomor Banyaknya
Tanggal Sisa Paraf
S.B.B.M/B.A S.B.B.K Masuk Keluar

56 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 3. Surat Permintaan ARV

KERTAS KOP INSTANSI


______________________________________________________________________

______, dd/mmmm/yyyy


Kepada
Nomor : Yth. Direktur P2PML
Lampiran : - Kementrian Kesehatan RI
Hal : Permintaan Obat ARV untuk ODHIV di Di –
Provinsi ___ Jakarta

Bersama ini kami sampaikan kebutuhan kebutuhan ARV untuk ODHIV di Provinsi ___
untuk 3 (tiga) bulan mendatang yang akan distribusikan kelayanan Perawatan, Dukungan
dan pengobatan (PDP) yang ada di provinsi ___ adalah sebagai berikut:

NO NAMA GENERIK TOTAL PERMINTAAN


1 Evafirenz (EFV) 600 mg ___ Botol
2 Lamivudin (3TC) 150mg ___ Botol
4 Tenofovir (TDF) 300 mg ___ Botol
5 Abacavir 300 mg ___ Botol

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

KEPALA DINAS

______________
NIP.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 57
Lampiran 4. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I. SBBK


DIREKTORAT JENDERAL P2P

Lembar : - kesatu : P2P Pusat


JL. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9
- kedua : Dinkes Prov / Kab / UPT JAKARTA
- ketiga : Arsip Gudang P2P

SURAT BUKTI BARANG KELUAR


Nomor: KN.02.02/4.3/ /2020
Tanggal :
Dialamatkan kepada :

Alamat :

Berdasarkan SPMB Nota : Kasubbag TU Dit P2PML Dikirim melalui / diambil sendiri oleh
Nomor :
Tanggal :

PELAKSANAAN PENGELUARAN BARANG


No Nama Barang Data Teknis Jumlah Satuan Harga Satuan Berat Jumlah Keterangan
( Merk/ Type/ Barang (Rp) Barang Koli / Box
Ukr/SN) ( Kg )

1.

Ekspedisi/ Pengambil User : Subdit HIV AIDS dan PIMS

______________________
NIP ...................................

Mengetahui
Kasubbag TU dan Rumah Tangga Kepala Bagian
Kepegawaian & Umum

_____________________
_____________________
NIP. NIP.

58 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Barang-barang tsb telah dihitung satu persatu dan diterima dengan baik dan cukup.
PENERIMA

N a m a : Mengetahui :

Tanggal : Kepala ………………………………….

Jabatan :

Tanda tangan : ( )

NIP.
Jika barang diterima rusak/pecah/kurang, agar diberi catatan pada Lembaran Lain,
SBBK ini tidak boleh di coret – coret dan apabila tidak ada catatan apa-apa maka
barang dianggap diterima dalam keadaan baik / cukup.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 59
Lampiran 5. Surat Pengiriman Barang

PT _____________

SURAT PENGIRIMAN BARANG / SPB


PAKET PENGADAAN : OBAT AIDS DAN PIMS TAHUN XXXX (PT. XXX)
(EFAVIRENZ TABLET 600 MG DAN TENOVOFIR TABLET 300 MG)
NOMOR : ___ /00/AG/UKL/04/___
TANGGAL : dd/mm/yyyy

Kepada Yth,
Subdit HIV Aids dan PIMS, Dir. Jend. P2P
Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kav. 4-9
Jakarta 12950

NO. NAMA BARANG NO. BATCH ED KEMASAN JUMLAH HARGA JUMLAH HARGA
SATUAN
               
               
               
               
               
               
               
               
               
               
               

Yang Menyerahkan Yang Menerima

( .............................)
( .............................)
Tanggal :
Mengetahui; Nama :
Pejabat Struktural
NIP :
No. Hp :

( ............................... )

60 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 6. Pencatatan Suhu dan Kelembaban

TANGGAL BERLAKU :  
FORMULIR PENCATATAN
TANGGAL REVISI :
SUHU DAN KELEMBABAN
NOMOR DUKUMEN :  

Tahun : Bulan : Gudang / Sumber Dana :


No TANGGAL Pagi Sore TTD

Waktu Suhu Kelembaban (%) Waktu Suhu Kelembaban (%)


(0C) (0C)

1                
2                
3                
4                
5                
6                
7                
8                
9                
10                
11                
12                
13                
14                
15                
16                
17                
18                
19                
20                
21                
22                
23                
24                
25                
26                
27                
28                
29                
30                

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 61
Lampiran 7. Certificate of Origin
Lampiran 7. Certificate of Origin

62 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 8. Certificate of Analysis
Lampiran 8. Certificate of Analysis

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 63

61
Lampiran 9. Airway Bill
Lampiran 9. Airway Bill

64 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 65
Lampiran 10. Invoice
Lampiran 10. Invoice

66 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
64
Lampiran 11. Packing List

Lampiran 11. Packing List

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 67

65
Lampiran 12. Special Access Scheme (SAS)
Lampiran 12. Special Access Scheme (SAS)

68 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
66
Lampiran 13. Sertifikat GMP
Lampiran 13. Sertifikat GMP

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 69
Lampiran 14. Certificate of Free Sale

Lampiran 14. Certificate of Free Sale

70 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
69

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 71
70
72 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 15. Brosur
Lampiran 15. Brosur

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 73

71
Lampiran 16. Kodefikasi Aset Tetap dan Logo Aset Tetap

Labelling HIV

Kode Lokasi terdiri 18 (delapan belas) angka/digit dengan susunan sebagai berikut:
1. Tiga angka/digit pertama : menunjukkan kode Pengguna Barang
2. Dua angka/digit kedua: menunjukkan kode Eselon I
3. Empat angka/digit ketiga: menunjukkan kode Wilayah
4. Enam angka/digit keempat: menunjukkan kode Kuasa Pengguna Barang
5. Tiga angka/digit kelima: menunjukkan kode Pembantu Kuasa Pengguna Barang
6. Dapat dilihat pada contoh dibawah ini:

Kode barang baru masih terdiri dari 10 (sepuluh) angka/digit yang terbagi dalam lima
kelompok kode dengan susunan sebagai beriku :
7. Satu angka/digit pertama: menunjukkan kode Golongan Barang
8. Dua angka/digit kedua: menunjukkan kode Bidang Barang
9. Dua angka/digit ketiga: menunjukkan kode Kelompok Barang
10. Dua angka/digit keempat: menunjukkan kode Sub Kelompok Barang
11. Tiga angka/digit kelima: menunjukkan kode Sub-sub Kelompok Barang

024.05.0199.465833.000.KP 2018
3100203003 001

Pengkodean barang di atas mulai berlaku tahun 2019 dan seterusnya.

74 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 17. Contoh Surat Penunjukan/Penanggung Jawab

SURAT PENUNJUKAN / PENANGGUNG JAWAB

Laptop Lenovo Seri U41-70


Nomor :

Pada hari ini, Senin tanggal dua puluhdelapan bulan Desember tahun Duaribu limabelas,
kami yang bertandatangan dibawah ini :
1. Nama :
Jabatan
:
Selanjutnya disebut sebagai pihak pertama.
2. Nama :
Jabatan
:
Selanjutnya disebut sebagai pihak kedua.

Pihak pertama menunjuk Pihak Kedua untuk merawat / memelihara serta bertanggung
jawab atas keamanan / kebersihan /kerapihan barang-barang seperti tersebut dibawah
ini :
1. Nama barang : Laptop Lenovo seri U41-70
2. Merk/jenis : U41-70 Warna Silver
3. No. Inventaris : 3. 10. 01. 02. 003. 61
4. No. Seri/Model : R90GAWN4
5. Kelengkapan : Kabel Power, Charger + Tas

Barang tersebut diatas beserta kelengkapannya digunakan sebesar-besarnya untuk


pelaksanaan tugas kedinasan. Bila yang bersangkutan pindah tempat, diberhentikan atau
mengundurkan diri, maka barang tersebut agar dikembalikan kepada Project Management
Unit GF-ATM Komponen Malaria dalam keadaan baik selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
terhitung dari tanggal kepindahan atau pemberhentiannya.

Demikian Berita Acara Penunjukan Pemegang/Penanggung Jawab barang dinas untuk


dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta,
Yang Menerima: Yang Menyerahkan :
Pihak Kedua, Pihak Pertama,

__________________ ________________

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 75
Lampiran 18. Contoh Berita Acara Barang (Aset) Hilang/Rusak

BERITA ACARA BARANG HILANG/RUSAK

Nomor :

Pada hari ini, Senin tanggal dua puluh delapan bulan Desember tahun Dua ribu delapan
belas, kami yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : .............................................
Jabatan : Kepala Dinas/Kabid/Kasi
Nama :
Jabatan : Staf

Dengan ini menyatakan barang hilang/rusak dengan data-data sebagai berikut:


1. Nama barang : Laptop Lenovo seri U41-70
2. Merk/jenis : U41-70 Warna Silver
3. No. Inventaris : 3. 10. 01. 02. 003. 62
1. No. Seri/Model : R90GAWJK
2. Kelengkapan : Kabel Power, Charger + Tas
3. Tahun Perolehan :

Demikian Berita Acara barang hilang/barang rusak ini dibuat dengan sebenarnya untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta,
Yang Menyatakan, Mengetahui,

........................................ .........................................

........................................ .........................................
.

76 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 19. Berita Acara Barang Hilang / Rusak

Nomor:
Tanggal:

No. Nomor Model/Seri Nomor Inventaris Kelengkapan

Jakarta,
Yang Menyatakan, Mengetahui,

....................................... ..........................................

........................................ ..........................................

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 77
Lampiran 20. Surat Permohonan Hibah

KERTAS KOP INSTANSI


______________________________________________________________________
Nomor : ...................................1 ...........2, 32020
Lampiran : Satu berkas
Perihal : Permohonan Hibah Barang Milik Negara (BMN)
Ditjen P2P Kementerian Kesehatan

Yth,
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI
Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta Pusat

Sesuai PMK Nomor: 111/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan


Barang Milik Negara, kami menyampaikan permohonan hibah BMN dropping dari Direktorat
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Ditjen P2P) Kementerian Kesehatan sebagai
berikut:
1. Nilai BMN dropping dari Direktorat P2PML Ditjen P2P Kementerian Kesehatan yang
terdapat pada Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota ..................... 4 adalah
senilai Rp....................... 5 ,- ( 6)
2. Dalam rangka tertib administrasi atas BMN tersebut maka kami mengajukan
permohonan hibah BMN tersebut pada butir (1) dengan maksud :
a. Agar dapat tercipta tertib administrasi penatausahaan aset khususnya yang
terdapat pada Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota 7
b. Guna memperjelas status aset dalam pengajuan dan penggunaan anggaran
operasional dan pemeliharaan barang yang bersumber dari APBD.
c. Sebagai penunjang program pengendalian penyakit menular langsung di
wilayah Provinsi/Kabupaten/Kota................. 8

1
Diisi nomor surat
2
Diisi nama kota lokasi satuan kerja penerima barang
3
Diisi tanggal pembuatan surat
4
Diisi nama satuan kerja penerima barang
5
Diisi nilai BMN yang diusulkan untuk dihibahkan (dalam rupiah)
6
Diisi terbilang nilai BMN yang diusulkan untuk dihibahkan (dalam rupiah)
7
Diisi nama satuan kerja penerima barang
8
Diisi daerah penerima barang

78 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
3. Sebagai kelengkapan kami lampirkan:
a. Surat Pernyataan Bersedia Menerima Hibah bermaterai Rp. 6.000,-;
b. Data Calon Penerima Hibah;
c. Data rincian BMN yang diusulkan untuk dihibahkan;
d. Foto berwarna BMN;
e. Salinan STNK dan BPKB atas BMN berupa kendaraan bermotor.
4. Contact person untuk penyelesaian hibah ini dapat menghubungi Bapak/Ibu/
Saudara9
nomor HP: ..................................10, nomor telepon kantor : .............................11,
alamat email 12: ...................................................................................................

Atas perhatian dan kerja samanya, kami ucapkan terima kasih.



An. Gubernur/Bupati/Walikota13
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota14

.......................................15
NIP16

Tembusan:
Gubernur/Bupati/Walikota 17

9
Diisi nama contact person untuk penyelesaian hibah BMN
10
Diisi nomor handphone contact person untuk penyelesaian hibah BMN
11
Diisi nomor telepon contact person untuk penyelesaian hibah BMN
12
Diisi alamat email contact person untuk penyelesaian hibah BMN
13
Diisi nama daerah penerima barang
14
Diisi nama jabatan struktural kepala satuan kerja perangkat daerah penerima barang
15
Diisi nama kepala satuan kerja perangkat daerah penerima barang
16
Diisi NIP kepala satuan kerja perangkat daerah penerima barang
17
Diisi nama daerah penerima barang

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 79
Lampiran 21. Kertas Kerja Inventarisasi

80
KERTAS KERJA INVENTARISASI

No. Nama Merk/Spesifikasi Nomor Seri Kuantitas (Unit) Harga Total Harga Tahun Lokasi Penanggung Kondisi Hasil Inventarisasi Ket.
Barang Barang Perolehan Perolehan Perolehan Jawab
Per Unit
Jumlah Satuan Rupiah Rupiah Baik Rusak Ringan Rusak Berat Hilang
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 22. Berita Acara Hasil Inventarisasi

BERITA ACARA HASIL INVENTARISASI

No. BAHI/[Nomor]/[Bulan]/[Tahun]

Pada hari …………. tanggal ……..bulan,,,,,,,,,,,tahun……. bertempat di kantor Dinas


Kesehatan Propinsi …………………………. dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota* kami
telah melakukan inventarisasi atas aset tetap ........... dengan cara membandingkan hasil
laporan aset pertanggal ……..bulan ….tahun……… dengan keadaan yang sebenarnya
dengan hasil sebagaimana tersebut pada Kertas Kerja Inventarisasi. Demikian berita acara
ini dibuat sebagai laporan pelaksanaan inventarisasi aset ........... di Dinas Kesehatan
Propinsi ……………..... Untuk selanjutnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
Berita Acara ini, dilampirkan Laporan Hasil Inventarisasi Aset.

Demikianlah Berita Acara ini dibuat, sebagai laporan pelaksanaan Inventarisasi Aset pada
...........(nama instansi).................. Apabila ditemukan kesalahan dikemudian hari, maka
akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya

Jakarta (Nama Tempat), Tgl........Bln........Tahun........

Mengetahui

Tim Pelaksana Inventarisasi

1. Nama................................... (..............................................)

2. Nama................................... (..............................................)

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 81
Lampiran 23. BAHI

82
No Nama Barang Merk/Spesifikasi Kode Kuantitas (Unit) Harga Total Harga Tahun Lokasi Penangung Kondisi Dokumentasi
Barang Perolehan Per Perolehan Perolehan Jawab
Unit
Jumlah Satuan Rupiah Rupiah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Mengetahui,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi… Tim Pelaksana Inventarisasi

Nama …............................. (…..) Nama …............................. (…..)


NIP …............................. (…..) Nama …............................. (…..)

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran 24. Surat Kesediaan Menerima Hibah

KERTAS KOP INSTANSI


______________________________________________________________________

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENERIMA HIBAH BARANG MILIK NEGARA


Nomor :.........................................................1

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : .....................................................................................................2
NIP : .....................................................................................................3
Pangkat/Golongan : .....................................................................................................4
Jabatan : Kepala Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota.............................................................5

Unit Kerja : Dinas Kesehatan

Provinsi/Kabupaten/Kota.......................................................... ...6
Dengan ini menyatakan bahwa kami bersedia menerima hibah Barang Milik Negara
dropping dari Direktorat ......................................................................................................7
Ditjen P2P Kementerian Kesehatan
dengan nilai sebesar Rp. .......................................................................................8,- (......9)

Demikian surat pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

10
,...............................11 2020
a.n.Gubernur/Bupati/Walikota
.....................................................................12

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota13

Materai
Rp.

………………………………………..........….14
NIP15

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 83
1
Disi nomor surat
2
Diisi nama kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
3
Diisi NIP kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
4
Diisi pangkat dan golongan kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
5
Diisi nama jabatan struktural kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
6
Diisi nama satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
7
Diisi nama satuan kerja pemberi BMN
8
Diisi nilai total BMN yang dihibahkan
9
Diisi terbilang nilai total BMN yang dihibahkan
10
Diisi nama kota lokasi satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
11
Diisi tanggal pembuatan surat
12
Diisi nama daerah penerima hibah BMN
13
Diisi nama jabatan struktural kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
14
Diisi nama kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
15
Diisi NIP kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN

84 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
DAFTAR RINCIAN BARANG MILIK NEGARA
DIREKTORAT......................................16
TJEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN
YANG DIUSULKAN UNTUK DIHIBAHKAN KEPADA
DINAS KESEHATAN PROVINSI/KABUPATEN/KOTA...............................................17

No NAMA BARANG MERK/ TIPE/ TAHUN JUMLAH SATUAN HARGA HARGA TOTAL
SERI/ UKURAN PEROLEHAN BARANG SATUAN (JUMLAH x HARGA)
...18 ........................19 ...........................20 ....................21 .................22 ...............23 ......................24 ...........................25

JUMLAH ..........................26

................................27, ................................28 2020


a.n. Gubernur/Bupati/Walikota......................................29
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota.................................30

.....................................................31
32
NIP
18
Diisi nomor urut barang
19
Diisi nama barang
20
Diisi merk/tipe/seri/ukuran barang
21
Diisi tahun perolehan barang
22
Diisi jumlah barang
23
Diisi satuan barang
24
Diisi harga satuan barang
25
Diisi harga total barang (jumlah x harga)
26
Diisi jumlah total nilai barang

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
27
Diisi nama kota lokasi satuan kerja penerima hibah BMN
28
Diisi tanggal pembuatan surat
29
Diisi nama daerah penerima hibah BMN
30
Diisi nama jabatan struktural kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
31
Diisi nama kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN

85
32
Diisi NIP kepala satuan kerja perangkat daerah penerima hibah BMN
Lampiran 25. Berita Acara Penelitian Fisik beserta Lampiran Aset Program

86
KOP SURAT DINAS KESEHATAN PROVINSI

BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN PENELITIAN ASET


YANG AKAN DIUSULKAN
PENGHAPUSAN NOMOR:

Pada hari ini…............... Tanggal…........ bulan................. tahun dua ribu delapan belas, kami yang bertandatanagn di bawah ini:

No Nama Jabatan Instansi

Dengan ini menyatakan telah memeriksa/meneliti Aset _________ di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi ......................
yang diusulkan penghapusan dengan hasil pemeriksaan/penelitian terlampir.

Demikian Berita Acara ini dibuat menurut keadaan yang sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui: ……………, ..........2020


Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Pelaksana Inventarisasi
1……….......……………
NIP.
2. ……........…………….
NIP.
................................................. 3……........………………
NIP. NIP.

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lampiran Berita Acara:

Nomor :
Tanggal
:

DAFTAR BARANG MILIK NEGARA YANG DIPERIKSA/TELITI UNTUK DIHAPUSKAN

Unit Kerja: Dinas Kesehatan Provinsi……........………

No Nama Barang Kode Barang Lokasi Barang Tahun Pembelian/ Perolehan Harga Pembelian/Perolehan Kondisi Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8

Jumlah

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
87
Lampiran
Lampiran 26. 26. Hasil
Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan Uji Uji
MutuMutu
daridari
BPOMBPOM

88 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual

86
Lampiran 27. Form Monitoring dan Evaluasi

1. Monitoring dan Evaluasi Logistik HIV AIDS dan PIMS di Fasyankes

Pelaksana : 1. 4.
2. 5.
3. 6.
Provinsi :
Kabupaten/Kota :
Fasyankes :
Tanggal :

BAGIAN 1: Manajemen dan SDM Skor Keterangan


1. Tersedianya tim layanan HIV dan PIMS yang memadai Ya
(dokter, perawat, petugas pencatatan dan pelaporan,
Tidak
petugas farmasi, petugas lab).
2. Tim Layanan HIV dan IMS sudah mendapatkan Ya
pelatihan/ orientasi/ mentoring terkait tatalaksana HIV
Tidak
dan IMS.
3. Tersedianya SK tim. Ya
Tidak
4. Tersedianya SOP layanan tatalaksana HIV dan PIMS. Ya
Tidak
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 2: LBPHA dan LBADB Skor Keterangan


1. LBPHA (Laporan Bulan Perawatan HIV/AIDS) Ya
dikirimkan rutin setiap bulan melalui SIHA ke:
Tidak
• Dinkes Provinsi, atau
• Dinkes Kabupaten/Kota (DKK) jika sudah
desentralisasi tingkat Kabupaten/Kota
2. LBPHA dikirimkan ke Dinkes Provinsi/ DKK melalui Ya
aplikasi SIHA sebelum tanggal 1 setiap bulannya.
Tidak
3. LBPHA dikirim lengkap (lembar Ya
1 dan lembar 2).
Tidak

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 89
BAGIAN 2: LBPHA dan LBADB Skor Keterangan
4. Jumlah Pasien dalam terapi ARV (lembar 1) sesuai Ya
dengan jumlah Pasien yang diberikan obat ARV
Tidak
(lembar 2).
5. Adanya analisa tren penggunaan jenis ARV. Ya
Tidak
6. Laporan pemakaian obat IO IMS, reagen dan alkes Ya
dikirim ke Dinkes Provinsi/ DKK.
Tidak

7. Permintaan Obat IO IMS, reagen dan alkes dilakukan Ya


setiap bulan? Jika tidak tulis di kolom keterangan.
Tidak

8. Adanya analisa tren penggunaan obat IO IMS, reagen Ya


dan alkes.
Tidak
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 3: Manajemen Persediaan Skor Keterangan


1. Melakukan stok opname sebelum proses permintaan Ya
obat ARV.
Tidak
2. Permintaan obat ARV memperhitungkan kebutuhan Ya
stok 2-4 bulan (stok minimal di layanan 2 bulan).
Tidak
3. Pemberian obat ARV ke pasien sesuai FEFO (First Ya
Expired First Out).
Tidak
4. Pengeluaran ARV untuk pasien transit dan profilaksis Ya
tercatat.
Tidak
5. Penerimaan/pengeluaran ARV dari proses transfer stok Ya
antar Fasyankes tercatat.
Tidak
6. Adakah kejadian stock out ARV? Bila ada sebutkan Ya
bulan dan tahun kejadian stock out.
Tidak
Stock out: Pasien tidak mendapatkan obat sama sekali.
7. Jumlah fisik ARV sama dengan catatan stok (kartu stok Ya
manual atau elektronik atau SIHA).
Tidak
8. Permintaan obat IO IMS, reagen dan alkes Ya
memperhitungkan kebutuhan stok 2-4 bulan (stok
Tidak
minimal di layanan 2 bulan).
9. Melakukan stok opname sebelum proses permintaan Ya
obat IO IMS, reagen dan alkes.
Tidak

90 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAGIAN 3: Manajemen Persediaan Skor Keterangan
10. Penggunaan obat IO IMS, reagen dan alkes sesuai Ya
FEFO (First Expired First Out).
Tidak
11. Adakah kejadian stock out obat IO IMS, reagen atau Ya
alkes? Bila ada sebutkan bulan dan tahun kejadian
Tidak
stock out.
12. Jumlah fisik Obat IO IMS, reagen dan alkes sama Ya
dengan catatan stok (kartu stok manual atau
Tidak
elektronik).
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 4: Penerimaan Skor Keterangan


1. ARV yang diterima dari Dinkes Provinsi atau DKK Ya
diperiksa dan dibandingkan dengan:
Tidak
• Surat permintaan
• SBBK
• BAST
2. Ketidaksesuaian penerimaan ARV di koordinasikan Ya
dengan Dinkes Provinsi atau DKK.
Tidak
3. SBBK dan BAST untuk ARV diproses dan dikirimkan Ya
kembali ke Dinkes Provinsi atau DKK.
Tidak
4. ARV yang diterima dicatat pada kartu stok manual atau Ya
elektronik.
Tidak
5. Melakukan proses penerimaan ARV di aplikasi SIHA. Ya
Tidak
6. Obat IO IMS, reagen dan alkes yang diterima dari Ya
Dinkes Provinsi atau DKK diperiksa dan dibandingkan
Tidak
dengan:
• Surat permintaan
• SBBK
• BAST
7. Ketidaksesuaian penerimaan obat IO IMS, reagen dan Ya
alkes di koordinasikan dengan Dinkes Provinsi atau
Tidak
DKK.
8. Dokumen SBBK dan BAST untuk Obat IO IMS, reagen Ya
dan alkes diproses dan dikirimkan kembali ke Dinkes
Tidak
Provinsi atau DKK.
9. Obat IO IMS, reagen dan alkes yang diterima dicatat Ya
pada kartu stok manual atau elektronik.
Tidak

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 91
BAGIAN 4: Penerimaan Skor Keterangan
10. Melakukan proses penerimaan obat IO IMS, reagen Ya Sedang dalam
dan alkes di aplikasi SIHA. proses SIHA 2.1
Tidak
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 5: Penyimpanan dan Pemusnahan Skor Keterangan


1. Obat ARV disimpan di instalasi farmasi. Jika tidak tulis Ya
alasan di kolom keterangan.
Tidak
2. Suhu penyimpanan ARV sesuai dengan suhu ruang Ya
(15-30oC).
Tidak
3. Obat ARV kedaluwarsa tercatat dan diletakkan terpisah Ya
dari ARV lain (yang masih dapat digunakan).
Tidak
4. Penyimpanan obat ARV sesuai dengan jenis obat dan Ya
FEFO (First Expired First Out).
Tidak
5. Fasyankes melakukan penghapusan/pemusnahan obat Ya
ARV sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tidak
6. Obat IO IMS, reagen dan alkes disimpan di instalasi Ya
farmasi atau laboratorium.
Tidak
7. Suhu ruangan penyimpanan jenis Obat IO IMS, reagen Ya
dan alkes sesuai dengan petunjuk penyimpanan
Tidak
masing-masing logistik.
8. Obat IO IMS, reagen dan alkes kedaluwarsa tercatat Ya
dan diletakkan terpisah dengan yang masih dapat
Tidak
digunakan.
9. Penyimpanan Obat IO IMS, Reagen dan Alkes sesuai Ya
dengan jenis dan FEFO (First Expired First Out).
Tidak
10. Fasyankes melakukan Penghapusan/pemusnahan Ya
obat logistik IO IMS, reagen dan alkes sesuai dengan
Tidak
ketentuan yang berlaku.
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

92 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lembar Lampiran

A. Stok Antiretroviral (ARV)

No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai /


perhitungan Fisik Manual/ Elektronik Tidak Sesuai
1 Abacavir (ABC) 60mg Botol    
(60 tab)

2 Abacavir (ABC) 300mg Botol    


(60 tab)
3 Dolutegravir (DTG) 50mg Botol    
(30 tab)
4 Efavirenz (EFV) 200mg Botol    
(90 tab)
5 Efavirenz (EFV) 600mg Botol    
(30 tab)
6 Lamivudine (3TC) 150mg Botol    
(60 tab)
7 Nevirapine (NVP) 200mg Botol    
(60 tab)
8 Tenofovir (TDF) 300mg Botol    
(30 tab)
9 Zidovudine (ZDV) 100mg Botol    
(60 tab)
10 Zidovudine Oral Solution Botol (Syrup)    
(ZDV) 50mg/5ml
11 Lopinavir/ ritonavir (200/50) Botol    
(120 tab)
12 Lopinavir/ ritonavir (100/25) Botol    
(60/120 tab)
13 Lopinavir/ ritonavir (40/10) Botol    
(120 Sct)
14 Abacavir/ Lamivudine Botol    
120mg/60mg (60 tab)
15 Tenofovir (TDF)/Emtricitabine Botol    
(FTC) 300mg/200mg (30 tab)

16 Zidovudine (ZDV)/Lamivudine Botol    


(3TC) 300mg/150mg (60 tab)

17 Tenofovir (TDF)/Lamivudine Botol    


(3TC)/Efavirenz (EFV) (30 tab)
300mg/300mg/600mg
18 Tenofovir (TDF)/Lamivudine Botol    
(3TC)/Dolutegravir (DTG) (30 tab)
300mg/300mg/50mg

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 93
B. Stok non-ARV

No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak


perhitungan fisik Manual/ Elektronik Sesuai
  IO/ IMS  
1 Benzatin Penicilin 2,4 juta IU vial      
2 Fluconazol 150mg kapsul      
3 Azithromicyn 1000mg+ Cefixime paket      
400mg / Kombipak
4 Cotrimoxazole 960 mg kaplet      
5 Micafungin/micamin 50mg vial      
6 Isoniazid 300mg / INH tablet      
7 Vitamin B6 25mg/ Piridoksin tablet      
8 Amphotericin B 50 mg vial      
9 Pyrimetamine 25 mg tablet      
  Alkes/ (BHP Lainnya)  
10 Sarung Tangan buah      
11 Kondom buah      
12 Lubricant buah      
13 Alat Suntik Tuberculin / steril buah      
1 cc
14 Alcohol Swab (BD Swab) buah      
15 DBS Collection tes      
  Reagen/ Lab  
16 Rapid tes HIV 1: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
17 Rapid tes HIV 2: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
18 Rapid tes HIV 3: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      

19 Rapid Tes Sifilis: tes      


a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      

94 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak
perhitungan fisik Manual/ Elektronik Sesuai
20 Reagen HIV EIA: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
21 Oral Fluid Test (OFT)        
22 RPR Sifilis: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
23 Rapid Dual HIV Sifilis tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
24 Cryptococcus Antigen (CrAg) tes      
25 Reagen Viral Load Kuantitatif: tes      
a.     Abbott      
b.     Gen-Xpert (TCM)      
c.     ………………      
d.     ………………      
e.     ………………      
       
26 Reagen Early Infant Diagnosis        
(EID)
27 CD4: tes      

a. BD CD4 Open System      

b. FacsCount CD4 Close           


  System
c. CD4 Mobile Pima      
d. ………………      
e. ………………      
f. ………………      

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 95
C. Informasi Logistik yang Berpotensi akan Kedaluwarsa

No Nama Logistik Satuan Tanggal Kedaluwarsa Jumlah Kebutuhan Jumlah Stok


(ARV dan non-ARV)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
* Cara perhitungan potensi kedaluwarsa; Hitung sisa stok dibandingkan dengan kebutuhan sampai dengan kebutuhan 3 bulan sebelum
kedaluwarsa.

D. Informasi Logistik Kedaluwarsa dan belum Dimusnahkan Pada Saat Supervisi

No Nama Logistik Satuan Sumber Dana Pengadaan Jumlah


(ARV dan non-ARV)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

96 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
E. Analisa Hasil Supervisi

No Hasil Supervisi Rencana Tindak Lanjut

Mengetahui,

_______________, / / 20

Pelaksana Supervisi (Pusat/Dinkes Provinsi/Dinkes Kabupaten/Kota)


No Nama Jabatan TTD

Pelaksana Supervisi (Fasyankes)


No Nama Jabatan TTD

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 97
2. Monitoring dan Evaluasi Logistik HIV AIDS dan PIMS di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota

Pelaksana : 1. 3.
2. 4.
Provinsi :
Kabupaten/Kota :
Tanggal :

BAGIAN 1: LBPHA dan LBADB Skor Keterangan


1. Memastikan LBPHA (Laporan Bulan Perawatan HIV/ Ya
AIDS) dari Fasyankes diterima melalui Aplikasi SIHA
Tidak
setiap bulan paling lambat tanggal 1 setiap bulannya.
2. Melakukan Monitoring Pelaporan LBPHA dari Ya
Fasyankes melalui aplikasi SIHA rutin setiap bulan.
Tidak

3. Melakukan pemeriksaan keakuratan data LBPHA dari


Fasyankes:
a. Ketepatan waktu pengiriman pelaporan. Ya
Tidak
b. Kelengkapan laporan halaman 1 dan 2. Ya
Tidak
c. Jumlah pasien halaman 1 dan 2 sesuai. Ya
Tidak
4. Mencantumkan tanggal kedaluwarsa obat ARV. Ya
Tidak
5. Memperhitungkan stok 4 bulan. Ya
Tidak
4. Mengirimkan laporan rekapitulasi LBPHA ke Dinkes Ya
Provinsi.
Tidak
5. Usulan ARV untuk Fasyankes dibuat oleh Pengelola Ya
Program dan dikirim melalui SIHA setiap bulan paling
Tidak
lambat tanggal 1 setiap bulannya.
6. Melakukan supervisi ARV ke Fasyankes apabila ada Ya
ketidaksesuaian laporan.
Tidak

98 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAGIAN 1: LBPHA dan LBADB Skor Keterangan
7. Melakukan permintaan setiap 3 bulan sekali ke Dinkes
Provinsi:
a. Obat IO IMS Ya
Tidak
b. Reagen Ya
Tidak
c. Alkes (DBS, Jarum suntik, alcohol swab kondom, Ya
lubrikan)
Tidak
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 2: Permintaan dan Pengiriman Logistik Skor Keterangan


1. Alokasi distribusi dan pengiriman obat ARV dibuat oleh Ya
pengelola farmasi melalui aplikasi SIHA; setiap bulan
Tidak
paling lambat tanggal 10 ke Fasyankes.
2. Pengiriman obat ARV ke Fasyankes dilakukan secara Ya
FEFO (First Expired First Out).
Tidak
3. Pengiriman obat ARV ke Fasyankes lengkap dengan Ya
dokumen SBBK dan BAST.
Tidak
4. Obat ARV yang dikirim sesuai dengan permintaan/ Ya
kebutuhan Fasyankes.
Tidak
5. Perbedaan jumlah usulan ARV dengan permintaan dari Ya
Fasyankes dikonfirmasi ke Fasyankes.
Tidak
6. Permintaan obat ARV ke Dinkes Provinsi dilakukan Ya
melalui SIHA setiap 3 bulan dengan memperhitungkan
Tidak
minimal stok di kabupaten/kota 3 bulan. Jika tidak,
tuliskan alasan di kolom keterangan.
7. Melakukan stok opname sebelum proses permintaan Ya
obat ARV ke Dinkes Provinsi.
Tidak
8. Permintaan obat ARV ke Dinkes Provinsi menggunakan Ya
data rekapitulasi laporan dari Fasyankes (LBPHA).
Tidak
9. Permintaan obat ARV ke Dinkes Provinsi berdasarkan Ya
hasil koordinasi antara pengelola program dengan
Tidak
pengelola farmasi.
10. Daftar mutasi obat ARV dan laporan stok instalasi Ya
farmasi kabupaten/kota dibuat setiap bulan.
Tidak

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 99
BAGIAN 2: Permintaan dan Pengiriman Logistik Skor Keterangan
11. Pengeluaran/penerimaan dari redistribusi obat ARV Ya
tercatat.
Tidak
12. Jumlah fisik obat ARV sama dengan kartu stok manual Ya
atau elektronik dan di aplikasi SIHA.
Tidak
13. Melaporkan data stok ARV setiap bulan sebelum Ya
tanggal 5 bulan berikutnya ke pusat.
Tidak
14. Adakah kejadian stock out obat ARV? Bila ada Ya
sebutkan bulan dan tahun kejadian stock out.
Tidak
15. Permintaan obat IO IMS, reagen dan alkes ke pusat Ya
dilakukan setiap 3 bulan dengan memperhitungkan
Tidak
minimal stok di kabupaten/kota 3 bulan? Jika tidak,
tuliskan alasan di kolom keterangan.
16. Melakukan stok opname sebelum proses permintaan Ya
obat IO IMS, reagen dan alkes.
Tidak
17. Penggunaan obat IO IMS, reagen dan alkes sesuai Ya
FEFO (First Expired First Out).
Tidak
18. Adakah kejadian stock out obat IO IMS, reagen atau Ya
alkes? Bila ada sebutkan bulan dan tahun kejadian
Tidak
stock out.
19. Jumlah fisik obat IO IMS, reagen dan alkes sama Ya
dengan catatan stok (kartu stok manual atau
Tidak
elektronik).
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 3: Penerimaan Skor Keterangan


1. Obat ARV yang diterima dari Dinkes Provinsi diperiksa Ya
dan dibandingkan dengan:
Tidak
• Surat permintaan
• SBBK
• BAST
2. Ketidaksesuaian penerimaan obat ARV di Ya
koordinasikan dengan Dinkes Provinsi.
Tidak
3. SBBK dan BAST obat ARV diproses dan dikirimkan Ya
kembali ke Dinkes Provinsi.
Tidak

100 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAGIAN 3: Penerimaan Skor Keterangan
4. Obat ARV yang diterima dicatat pada kartu stok Ya
(manual atau elektronik).
Tidak
5. Proses penerimaan ARV di aplikasi SIHA dilakukan. Ya
Tidak
6. Obat IO IMS, reagen dan alkes yang diterima dari Ya
Dinkes Provinsi diperiksa dan dibandingkan dengan:
Tidak
• Surat permintaan
• SBBK
• BAST
7. Ketidaksesuaian penerimaan obat IO IMS, reagen dan Ya
alkes di koordinasikan dengan Dinkes Provinsi.
Tidak
8. SBBK dan BAST obat IO IMS, reagen dan alkes Ya
diproses dan dikirimkan kembali ke Dinkes Provinsi.
Tidak
9. Obat IO IMS, reagen dan alkes yang diterima dicatat Ya
pada kartu stok manual atau elektronik.
Tidak
10. Proses penerimaan obat IO IMS, reagen dan alkes di Ya Sedang dalam
aplikasi SIHA dilakukan. proses SIHA 2.1
Tidak
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 4: Penyimpanan dan Pemusnahan Skor Keterangan


1. Logistik program HIV AIDS dan PIMS disimpan di Ya
Instalasi Farmasi.
Tidak
2. Suhu penyimpanan logistik program HIV AIDS dan Ya
PIMS sesuai dengan petunjuk penyimpanan masing-
Tidak
masing logistik.
3. Logistik program HIV AIDS dan PIMS kedaluwarsa Ya
tercatat dan diletakkan terpisah (dari yang masih dapat
Tidak
digunakan).
4. Logistik program HIV AIDS dan PIMS dipisahkan Ya
berdasarkan ED dan sumber dana.
Tidak
5. Dinkes Kabupaten/Kota memiliki kemampuan untuk Ya
melakukan penghapusan/pemusnahan logistik program
Tidak
HIV AIDS dan PIMS.
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap
Logistik Program HIV AIDS dan PIMS: Obat ARV, Obat IO, Obat IMS, Reagen dan Alkes

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 101
Lembar Lampiran

A. Stok Antiretroviral (ARV)

No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak


perhitungan Fisik Manual/ Elektronik Sesuai

1 Abacavir (ABC) 60mg Botol    


(60 tab)
2 Abacavir (ABC) 300mg Botol    
(60 tab)
3 Dolutegravir (DTG) 50mg Botol    
(30 tab)
4 Efavirenz (EFV) 200mg Botol    
(90 tab)
5 Efavirenz (EFV) 600mg Botol    
(30 tab)
6 Lamivudine (3TC) 150mg Botol    
(60 tab)
7 Nevirapine (NVP) 200mg Botol    
(60 tab)
8 Tenofovir (TDF) 300mg Botol    
(30 tab)
9 Zidovudine (ZDV) 100mg Botol    
(60 tab)
10 Zidovudine Oral Solution (ZDV) Botol (Syrup)    
50mg/5ml
11 Lopinavir/ ritonavir (200/50) Botol    
(120 tab)
12 Lopinavir/ ritonavir (100/25) Botol    
(60/120 tab)
13 Lopinavir/ ritonavir (40/10) Botol    
(120 Sct)
14 Abacavir/ Lamivudine Botol    
120mg/60mg (60 tab)
15 Tenofovir (TDF)/Emtricitabine Botol    
(FTC) 300mg/200mg (30 tab)

16 Zidovudine (ZDV)/Lamivudine Botol    


(3TC) 300mg/150mg (60 tab)
17 Tenofovir (TDF)/Lamivudine Botol    
(3TC)/Efavirenz (EFV) (30 tab)
300mg/300mg/600mg
18 Tenofovir (TDF)/Lamivudine Botol    
(3TC)/Dolutegravir (DTG) (30 tab)
300mg/300mg/50mg

102 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
B. Stok non-ARV

No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak


perhitungan fisik Manual/ Elektronik Sesuai
  IO/ IMS  

1 Benzatin Penicilin 2,4 juta IU vial      


2 Fluconazol 150mg kapsul      
3 Azithromicyn 1000mg+ Cefixime paket      
400mg / Kombipak
4 Cotrimoxazole 960 mg kaplet      
5 Micafungin/micamin 50mg vial      
6 Isoniazid 300mg / INH tablet      
7 Vitamin B6 25mg/ Piridoksin tablet      
8 Amphotericin B 50 mg vial      
9 Pyrimetamine 25 mg tablet      
  Alkes/ (BHP Lainnya)  
10 Sarung Tangan buah      
11 Kondom buah      
12 Lubricant buah      
13 Alat Suntik Tuberculin / steril buah      
1 cc
14 Alcohol Swab (BD Swab) buah      
15 DBS Collection tes      
  Reagen/ Lab  
16 Rapid tes HIV 1: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
17 Rapid tes HIV 2: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
18 Rapid tes HIV 3: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
19 Rapid Tes Sifilis: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 103
No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak
perhitungan fisik Manual/ Elektronik Sesuai
20 Reagen HIV EIA: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
21 Oral Fluid Test (OFT)        
22 RPR Sifilis: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
23 Rapid Dual HIV Sifilis tes      
a.     ………………      

b.     ………………      
c.     ………………      
24 Cryptococcus Antigen (CrAg) tes      
25 Reagen Viral Load Kuantitatif: tes      
a.     Abbott      
b.     Gen-Xpert (TCM)      
c.     ………………      
d.     ………………      
e.     ………………      
       
26 Reagen Early Infant Diagnosis        
(EID)
27 CD4: tes      
a. BD CD4 Open System      
b. FacsCount CD4 Close      
System
c. CD4 Mobile Pima      

d. ………………      
e. ………………      
f. ………………      

104 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
D. Informasi Logistik yang Berpotensi akan Kedaluwarsa

No Nama Logistik Satuan Tanggal Kedaluwarsa Jumlah Jumlah Stok


(ARV dan non-ARV) Kebutuhan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
*Cara perhitungan potensi kedaluwarsa; Hitung sisa stok dibandingkan dengan kebutuhan sampai dengan kebutuhan 3 bulan sebelum
kedaluwarsa.

E. Informasi Logistik Kedaluwarsa dan belum Dimusnahkan Pada Saat Supervisi

No Nama Logistik Satuan Sumber Dana Pengadaan Jumlah


(ARV dan non-ARV)
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 105
E. Analisa Hasil Supervisi

No Hasil Supervisi Rencana Tindak Lanjut

Mengetahui,

_______________, / / 20

Pelaksana Supervisi (Pusat/Dinkes Provinsi)


No Nama Jabatan TTD

Pelaksana Supervisi (Kabupaten/Kota)


No Nama Jabatan TTD

106 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
3. Monitoring dan Evaluasi Logistik HIV AIDS dan PIMS di Dinas Kesehatan Provinsi

Pelaksana : 1. 3.
2. 4.
Provinsi :
Tanggal :

BAGIAN 1: LBPHA dan LBADB Skor Keterangan


1. Memastikan LBPHA (Laporan Bulan Perawatan HIV/ Ya
AIDS) dari Fasyankes diterima melalui Aplikasi SIHA
Tidak
setiap bulan paling lambat tanggal 1 setiap bulannya.
(Desentralisasi tingkat provinsi)
2. Melakukan Monitoring Pelaporan LBPHA dari Ya
Fasyankes melalui Aplikasi SIHA rutin setiap bulan.
Tidak

3. Melakukan pemeriksaan keakuratan data LBPHA dari


Fasyankes:
a. Ketepatan waktu pengiriman pelaporan. Ya
Tidak
b. Kelengkapan laporan halaman 1 dan 2. Ya
Tidak
c. Jumlah pasien halaman 1 dan 2 sesuai. Ya
Tidak
d. Mencantumkan tanggal kedaluwarsa obat ARV. Ya
Tidak
5. Memperhitungkan stok 4 bulan. Ya
Tidak
4. Mengirimkan laporan rekapitulasi LBPHA ke pusat. Ya
Tidak
5. Usulan ARV untuk Dinkes Kab/ Kota (DKK) atau Ya
Fasyankes dibuat oleh Pengelola Program dan dikirim
Tidak
melalui SIHA setiap bulan paling lambat tanggal 1
setiap bulannya.
6. Melakukan supervisi ARV ke DKK atau Fasyankes Ya
apabila ada ketidaksesuaian laporan.
Tidak

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 107
BAGIAN 1: LBPHA dan LBADB Skor Keterangan
7. Melakukan permintaan setiap 6 bulan sekali ke pusat:
1. Obat IO IMS Ya
Tidak

2. Reagen Ya
Tidak

3. Alkes (DBS, Jarum suntik, alcohol swab kondom, Ya


lubrikan)
Tidak
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 2: Permintaan dan Pengiriman Logistik Skor Keterangan


1. Alokasi distribusi dan pengiriman obat ARV dibuat oleh Ya
pengelola farmasi melalui aplikasi SIHA:
Tidak
a. Setiap bulan paling lambat tanggal 10 setiap
bulannya (ke Fasyankes), atau
b. Setiap 3 bulan (ke DKK).
2. Pengiriman obat ARV ke DKK atau Fasyankes Ya
dilakukan secara FEFO (First Expired First Out).
Tidak
3. Pengiriman obat ARV ke DKK atau Fasyankes lengkap Ya
dengan dokumen SBBK dan BAST.
Tidak
4. Obat ARV yang dikirim sesuai dengan permintaan/ Ya
kebutuhan DKK atau Fasyankes.
Tidak
5. Perbedaan jumlah usulan ARV dengan permintaan Ya
dari DKK atau Fasyankes dikonfirmasi ke DKK atau
Tidak
Fasyankes.
6. Permintaan obat ARV ke pusat dilakukan melalui SIHA Ya
setiap 6 bulan dengan memperhitungkan minimal stok
Tidak
di provinsi 3 bulan. Jika tidak, tuliskan alasan di kolom
keterangan.
7. Melakukan stok opname sebelum proses permintaan Ya
obat ARV ke pusat.
Tidak
8. Permintaan obat ARV ke pusat menggunakan data Ya
rekapitulasi laporan dari DKK atau Fasyankes (LBPHA).
Tidak
9. Permintaan obat ARV ke pusat berdasarkan hasil Ya
koordinasi antara pengelola program dengan pengelola
Tidak
farmasi.

108 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
BAGIAN 2: Permintaan dan Pengiriman Logistik Skor Keterangan
10. Daftar mutasi obat ARV dan laporan stok instalasi Ya
farmasi provinsi dibuat setiap bulan.
Tidak
11. Pengeluaran/penerimaan dari redistribusi obat ARV Ya
tercatat.
Tidak
12. Jumlah fisik obat ARV sama dengan kartu stok manual Ya
atau elektronik dan di aplikasi SIHA.
Tidak
13. Melaporkan data stok ARV setiap bulan sebelum Ya
tanggal 5 bulan berikutnya ke pusat.
Tidak
14. Adakah kejadian stock out obat ARV? Bila ada Ya
sebutkan bulan dan tahun kejadian stock out.
Tidak
15. Permintaan obat IO IMS, reagen dan alkes ke pusat Ya
dilakukan setiap 6 bulan dengan memperhitungkan
Tidak
minimal stok di provinsi 3 bulan? Jika tidak, tuliskan
alasan di kolom keterangan.
16. Melakukan stok opname sebelum proses permintaan Ya
obat IO IMS, reagen dan alkes.
Tidak
17. Penggunaan obat IO IMS, reagen dan alkes sesuai Ya
FEFO (First Expired First Out).
Tidak
18. Adakah kejadian stock out obat IO IMS, reagen atau Ya
alkes? Bila ada sebutkan bulan dan tahun kejadian
Tidak
stock out.
19. Jumlah fisik obat IO IMS, reagen dan alkes sama Ya
dengan catatan stok (kartu stok manual atau
Tidak
elektronik).
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 3: Penerimaan Skor Keterangan


1. Obat ARV yang diterima dari pusat diperiksa dan Ya
dibandingkan dengan:
Tidak
• Surat permintaan
• SBBK
• BAST
2. Ketidaksesuaian penerimaan obat ARV di Ya
koordinasikan dengan pusat.
Tidak
3. SBBK dan BAST obat ARV diproses dan dikirimkan Ya
kembali ke pusat.
Tidak

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 109
BAGIAN 3: Penerimaan Skor Keterangan
4. Obat ARV yang diterima dicatat pada kartu stok Ya
(manual atau elektronik).
Tidak
5. Proses penerimaan ARV di aplikasi SIHA dilakukan. Ya
Tidak
6. Obat IO IMS, reagen dan alkes yang diterima dari pusat Ya
diperiksa dan dibandingkan dengan:
Tidak
• Surat permintaan
• SBBK
• BAST
7. Ketidaksesuaian penerimaan obat IO IMS, reagen dan Ya
alkes di koordinasikan dengan pusat.
Tidak
8. SBBK dan BAST obat IO IMS, reagen dan alkes Ya
diproses dan dikirimkan kembali ke pusat.
Tidak
9. Obat IO IMS, reagen dan alkes yang diterima dicatat Ya
pada kartu stok manual atau elektronik.
Tidak
10. Proses penerimaan obat IO IMS, reagen dan alkes di Ya Sedang dalam
aplikasi SIHA dilakukan. proses SIHA 2.1
Tidak
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap

BAGIAN 4: Penyimpanan dan Pemusnahan Skor Keterangan


1. Logistik program HIV AIDS dan PIMS disimpan di Ya
Instalasi Farmasi.
Tidak
2. Suhu penyimpanan logistik program HIV AIDS dan Ya
PIMS sesuai dengan petunjuk penyimpanan masing-
Tidak
masing logistik.
3. Logistik program HIV AIDS dan PIMS kedaluwarsa Ya
tercatat dan diletakkan terpisah (dari yang masih dapat
Tidak
digunakan).
4. Logistik program HIV AIDS dan PIMS dipisahkan Ya
berdasarkan ED dan sumber dana.
Tidak
5. Dinkes Provinsi memiliki kemampuan untuk melakukan Ya
penghapusan/pemusnahan logistik program HIV AIDS
Tidak
dan PIMS.
Skor Tidak: 0,
Skor Ya: 1: tersedia namun tidak lengkap, 2: tersedia dan lengkap
Logistik Program HIV AIDS dan PIMS: Obat ARV, Obat IO, Obat IMS, Reagen dan Alkes

110 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
Lembar Lampiran

A. Stok Antiretroviral (ARV)

No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak


perhitungan Fisik Manual/ Elektronik Sesuai

1 Abacavir (ABC) 60mg Botol    


(60 tab)
2 Abacavir (ABC) 300mg Botol    
(60 tab)
3 Dolutegravir (DTG) 50mg Botol    
(30 tab)
4 Efavirenz (EFV) 200mg Botol    
(90 tab)
5 Efavirenz (EFV) 600mg Botol    
(30 tab)
6 Lamivudine (3TC) 150mg Botol    
(60 tab)
7 Nevirapine (NVP) 200mg Botol    
(60 tab)
8 Tenofovir (TDF) 300mg Botol    
(30 tab)
9 Zidovudine (ZDV) 100mg Botol    
(60 tab)
10 Zidovudine Oral Solution (ZDV) Botol (Syrup)    
50mg/5ml
11 Lopinavir/ ritonavir (200/50) Botol    
(120 tab)
12 Lopinavir/ ritonavir (100/25) Botol    
(60/120 tab)
13 Lopinavir/ ritonavir (40/10) Botol    
(120 Sct)
14 Abacavir/ Lamivudine Botol    
120mg/60mg (60 tab)
15 Tenofovir (TDF)/Emtricitabine Botol    
(FTC) 300mg/200mg (30 tab)

16 Zidovudine (ZDV)/Lamivudine Botol    


(3TC) 300mg/150mg (60 tab)
17 Tenofovir (TDF)/Lamivudine Botol    
(3TC)/Efavirenz (EFV) (30 tab)
300mg/300mg/600mg
18 Tenofovir (TDF)/Lamivudine Botol    
(3TC)/Dolutegravir (DTG) (30 tab)
300mg/300mg/50mg

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 111
B. Stok non-ARV

No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak


perhitungan fisik Manual/ Elektronik Sesuai
  IO/ IMS  
1 Benzatin Penicilin 2,4 juta IU vial      
2 Fluconazol 150mg kapsul      
3 Azithromicyn 1000mg+ Cefixime paket      
400mg / Kombipak
4 Cotrimoxazole 960 mg kaplet      
5 Micafungin/micamin 50mg vial      
6 Isoniazid 300mg / INH tablet      
7 Vitamin B6 25mg/ Piridoksin tablet      
8 Amphotericin B 50 mg vial      
9 Pyrimetamine 25 mg tablet      
  Alkes/ (BHP Lainnya)  
10 Sarung Tangan buah      
11 Kondom buah      
12 Lubricant buah      
13 Alat Suntik Tuberculin / steril buah      
1 cc
14 Alcohol Swab (BD Swab) buah      
15 DBS Collection tes      
  Reagen/ Lab  
16 Rapid tes HIV 1: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      

c.     ………………      
17 Rapid tes HIV 2: tes      
a.     ………………      

b.     ………………      

c.     ………………      
18 Rapid tes HIV 3: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
19 Rapid Tes Sifilis: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      

112 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
No Nama Logistik Satuan Jumlah Jumlah Kartu Stok Sesuai / Tidak
perhitungan fisik Manual/ Elektronik Sesuai
20 Reagen HIV EIA: tes      

a.     ………………      

b.     ………………      

c.     ………………      

21 Oral Fluid Test (OFT)        


22 RPR Sifilis: tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
23 Rapid Dual HIV Sifilis tes      
a.     ………………      
b.     ………………      
c.     ………………      
24 Cryptococcus Antigen (CrAg) tes      
25 Reagen Viral Load Kuantitatif: tes      
a.     Abbott      
b.     Gen-Xpert (TCM)      
c.     ………………      
d.     ………………      
e.     ………………      
       
26 Reagen Early Infant Diagnosis        
(EID)

27 CD4: tes      

a. BD CD4 Open System      

b. FacsCount CD4 Close      


System
c. CD4 Mobile Pima      

d. ………………      

e. ………………      

f. ………………      

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 113
C. Informasi Logistik yang Berpotensi akan Kedaluwarsa

No Nama Logistik Satuan Tanggal Kedaluwarsa Jumlah Jumlah Stok


(ARV dan non-ARV) Kebutuhan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
*Cara perhitungan potensi kedaluwarsa; Hitung sisa stok dibandingkan dengan kebutuhan sampai dengan kebutuhan 3 bulan sebelum
kedaluwarsa.

D. Informasi Logistik Kedaluwarsa dan belum Dimusnahkan Pada Saat Supervisi

No Nama Logistik Satuan Tanggal Kedaluwarsa Jumlah Jumlah Stok


(ARV dan non-ARV) Kebutuhan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

114 Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual
E. Analisa Hasil Supervisi

No Hasil Supervisi Rencana Tindak Lanjut

Mengetahui,

_______________, / / 20

Pelaksana Supervisi (Pusat)


No Nama Jabatan TTD

Pelaksana Supervisi (Provinsi)


No Nama Jabatan TTD

Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual 115
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

616.979 2
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Petunjuk Teknis Pengelolaan Logistik Program HIV AIDS
dan Penyakit Infeksi Menular Seksual.—
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2021

ISBN 978-623-301-217-1

1. Judul I. HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS –


PREVENTION AND CONTROL
II. ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME
III. SEXUALLY TRANSMITTED DISEASES

616.979
2
Ind
p

Anda mungkin juga menyukai