Anda di halaman 1dari 1

Sepintas, waris merupakan salah satu subject matter of jurisdiction dari Pengadilan Agama, tetapi

Putusan MA RI. Nomor 287 K/AG/2012 Tanggal 12 Juli 2012 menyatakan bahwa perkara kewarisan
adalah perkara harta waris diantara para ahli waris. Harta waris yang belum dibagi kemudian ada ahli
waris yang memindahtangankan, maka ahli waris tersebut harus dihukum dengan mengurangi
bagiannya, atau bila sudah dipindahtangankan semua, maka bukan lagi sengketa waris tetapi sengketa
kepemilikan (yang menjadi wewenang Pengadilan Negeri). Salah satu hal yang penting dalam putusan
tersebut adalah dalam pertimbangannya, Majelis Hakim berpandangan bahwa sengketa waris di
Pengadilan Agama tidak melibatkan pihak diluar ahli waris. Hal ini diperkuat dengan Putusan MA RI
Nomor 177 K/AG/2014 tanggal 26 Mei 2014 bahwa perkara kewarisan di Pengadilan Agama adalah
murni sengketa diantara para ahli waris. Berdasarkan putusan tersebut, terdapat dua hal yang perlu
dicermati, yaitu berkaitan dengan ruang lingkup sengketa kepemilikan dan pihak yang bersengketa
dalam sengketa waris.

1. Bahwa seseorang yang mendalilkan mempunyai hak atas tanah berdasarkan hibah, harus dapat
membuktikan kepemilikan atas hibah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 ayat (1)
Kompilasi Hukum Islam, dan apabila diperoleh berdasarkan hibah, maka segera tanah tersebut
dibaliknamakan atas nama penerima hibah, jika tidak demikian kalau timbul sengketa di kemudian
hari, maka status tanah tersebut tetap seperti semula kecuali benar-benar dapat dibuktikan
perubahan status kepemilikannya {Putusan MARI nomor 27 K/AG/2002 tanggal 26 Pebruari 2004}.

Bahwa oleh karena Pengadilan Agama Mempawah tidak berwenang mengadili perkara ini, maka
sita jaminan yang telah dilakukan oleh Pengadilan Agama Mempawah harus dinyatakan tidak sah
dan tidak berharga, oleh karenanya harus diperintahkan untuk diangkat”. {Putusan MARI nomor 316
K/AG/1995 tanggal 30 Oktober 1995}.

1. “Jika terjadi sengketa mengenai hak milik, maka sesuai dengan ketentuan pasal 50 Undang-Undang
Nomor 7  Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang berwenang mengadili tentang obyek yang
menjadi sengketa tersebut adalah Peradilan Umum/ Pengadilan Negeri”. {Putusan MA nomor 162
K/Pdt/1992 Tanggal 10 Pebruari 1994}; {Sudah dihapus oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama}.
2.
3. “Barang-barang yang sudah dijaminkan hutang kepada Bank Rakyat Indonesia (BRI)
Cabang Gresik tidak dapat dikenakan conservatoir beslag”. {Putusan MARI nomor 394
K/Sip/1984 Tanggal 5 Juli 1985}.

4. “Sita jaminan tidak dapat dilakukan terhadap barang milik pihak ketiga”. {Putusan MARI
nomor 476 K/Sip/1974 Tanggal 14 Nopember 1974}.

Anda mungkin juga menyukai