Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH,

INVESTASI SWASTA, DAN TENAGA KERJA


TEHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA

Disusun oleh :

RADEN MOHAMMAD DEANDRA


NIM. 5553140525

Usulan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian dalam


rangka penyelesaian tugas akhir di Jurusan Ilmu Ekonomi
Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................3
Latar Belakang.............................................................................................3
Rumusan Masalah........................................................................................4
Tujuan Penelitian.........................................................................................5
Manfaat Penelitian.......................................................................................6
Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................7
Teori Pertumbuhan Sollow..........................................................................7
Perhitungan pendapatan nasional................................................................7
Anggaran Belanja Pemerintah.....................................................................7
Belanja Barang Pemerintah......................................................................7
Belanja Modal Pemerintah.......................................................................9
Pembayaran Cicilan Dan Bunga Utang.....................................................10
Transfer ke Daerah....................................................................................10
Subsidi.......................................................................................................11
Investasi Swasta.........................................................................................12
Angkatan Kerja..........................................................................................12
Tingkat Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi..............................................13
Penelitian Terdahulu..................................................................................13
Kerangka Pikir Konseptual........................................................................15
Hipotesis Penelitian...................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN..................................................................17
Jenis dan Sumber Data...............................................................................17
Metode Analisis.........................................................................................18
Regresi Semu dan Regresi Terkointegrasi.................................................19
Uji Stasioneritas data.................................................................................19
Error Correction Mechanism (ECM).........................................................20
Definisi Operasional..................................................................................21
Pertumbuhan Ekonomi...........................................................................21
Belanja Barang.......................................................................................21
Belanja Modal........................................................................................21
Pembayaran Cicilan Dan Bunga Utang..................................................21
Transfer Daerah......................................................................................22
Subsidi....................................................................................................22
Tenaga Kerja..........................................................................................22
Investasi Swasta.....................................................................................22
Inflasi......................................................................................................22
3

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua


komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam
tujuan pembangunan ekonomi yaitu, upaya mewujudkan perekonomian yang
mampu menyediakan kesempatan kerja, penghidupan yang layak serta
memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Menurut
akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai
suatu fenomena ekonomi yang diukur berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Dinyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berhasilnya proses
pembangunan ekonomi. Untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dibutuhkan peran pemerintah, swasta, dan tenaga kerja.
Mulai tahun 1982 terjadi reformasi ekonomi di Indonesia. Reformasi ini
diakibatkan perubahan arah perekonomian yang sebelumnya tergantung kepada
sumberdaya alam yaitu minyak dan gas bumi, beralih kepada berkembangnya
sektor industri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan kepada tujuan dan
realisasi anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja menuju
pengembangan sektor industri (Wardhana, 2004). Oleh karena itu perlu dilihat
mulai periode tahun 1982 sampai dengan realisasi tahun 2012 perkembangan dan
pengaruh dari anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja
kepada pertumbuhan ekonomi.
Peran pemerintah sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, karena mencakup dalam menyediakan kebutuhan publik dan pelayanan
kepada masyarakat yang tidak dapat disediakan oleh pihak swasta. Peran ini
tertuang dalam pengeluaran pemerintah yaitu Anggaran belanja pemerintah yang
setiap tahun dilaporkan sebagai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
selanjutnya disingkat APBN. Belanja pemerintah tersebut merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
APBN dilaksanakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sesuai dengan
kemampuan menghimpun pendapatan negara dalam rangka mendukung
terwujudnya perekonomian nasional yang berkelanjutan. Termasuk peran
pemerintah dalam meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) melalui kualitas
pendidikan, kesehatan, dan perluasan kesempatan usaha atau lapangan pekerjaan.
Anggaran ini merupakan modal pembangunan infrastruktur dan fasilitas
penunjang kegiatan perekonomian bagi masyarakat seperti jalan raya, jembatan,
rumah sakit, gedung sekolah, pasar, bantuan langsung pada masyarakat ataupun
subsidi pendapatan.
Anggaran belanja pemerintah adalah kewajiban Pemerintah Pusat yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih yang terdiri atas belanja
Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah. Belanja Pemerintah Pusat menurut jenis
dirinci dalam bentuk belanja modal, belanja barang, pembayaran cicilan dan
bunga utang, dan subsidi. Transfer ke daerah adalah bagian dari belanja
pemerintah dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana
perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian.
4

baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Penanaman Modal ini
diawasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Dibentuknya
lembaga pengawas BKPM adalah untuk mengatur kebijakan yang dapat
meningkatkan minat investasi di Indonesia dan meningkatkan pelayanan, fasilitas,
dan advokasi pelaksanaan penanaman modal. Melalui investasi swasta terjadi
aliran modal yang berdampak kepada perubahan iklim bisnis, dan tentunya
mengurangi hambatan kurangnya modal pembangunan yang terjadi di Indonesia.
Tenaga kerja merupakan modal bagi bergeraknya roda pembangunan.
Pertumbuhan tenaga kerja merupakan faktor positif yang memacu pertumbuhan
ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah tingkat produksi,
karena untuk dapat menggerakan sistem produksi sangat diperlukan peran tenaga
kerja yang mengatur dan mengoperasikan sistem tersebut. Dengan berjalan sistem
produksi dengan baik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
pertumbuhan tenaga kerja yang semakin besar juga bearti menggambarkan ukuran
pasar domestik yang semakin luas, meningkatkan konsumsi domestik. Tanpa
adanya tenaga kerja sistem produksi tidak dapat dijalankan.
Dijelaskan pentingnya peran pemerintah dalam anggaran belanja
pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Untuk dapat melihat lebih lanjut pengaruh dari anggaran belanja
pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
maka, perlu dilakukan penelitian berjudul Analisis Pengaruh Pengeluaran
Pemerintah, Investasi Swasta, Dan Tenaga Kerja Tehadap Pertumbuhan Ekonomi
Di Indonesia.

Rumusan Masalah

Kebijakan pemerintah sebagai perangkat kebijakan ekonomi makro untuk


mencapai sasaran pembangunan yaitu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
fungsi stabilisasi ekonomi makro di dalam upaya peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Sebagai stabilisator ekonomi, APBN sebagai instrumen kebijakan fiskal,
diupayakan dapat berfungsi secara optimal untuk meredam siklus bisnis atau
fluktuasi ekonomi, atau dengan kata lain bersifat kontra-siklis (countercyclical).
Hal tersebut berarti bahwa dalam kondisi perekonomian yang lesu, pengeluaran
pemerintah yang bersifat autonomous, khususnya belanja barang dan jasa serta
belanja modal, dapat memberikan stimulasi kepada perekonomian untuk tumbuh
lebih tinggi. Meningkatnya anggaran belanja pemerintah meningkatnya sarana dan
prasaran penunjang, pelayanan pemerintah yang lebih luas akan menstimulasi
masuknya investasi swasta. Meningkatnya investasi swasta akan meningkatkan
lapangan pekerjaan baru. Meningkatnya produktifitas, maka akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi (Nota Keuangan 2012).

Data menunjukan anggaran belanja Pemerintah, investasi swasta, dan


tenaga kerja tahun 1982 sampai 2012 menunjukan peningkatan. Data anggaran
belanja pemerintah dirinci berdasarkan jenis Belanja Pemerintah Pusat yang
terdiri dari belanja barang pemerintah, belanja modal pemerintah, pembayaran
cicilan dan bunga utang, transfer daerah, dan subsidi masing-masing mengalami
peningkatan. Anggaran belanja barang pemerintah rata-rata meningkat sebesar
Rp4 404 miliar setiap tahunnya. Anggaran belanja modal pemerintah mengalami
5

peningkatan rata-rata sebesar Rp5 349 miliar setiap tahunnya. Pembayaran cicilan
dan bunga utang negara rata-rata meningkat sebesar Rp3 949 miliar setiap
tahunnya. Peningkatan yang paling besar terdapat pada anggaran transfer daerah,
rata-rata sebesar Rp15 151 miliar per tahun. Anggaran belanja subsidi rata-rata
meningkat sebesar Rp6 704 miliar per tahun. Akumulasi anggaran belanja
pemerintah secara keseluruhan meningkat rata-rata Rp35 559 miliar per tahunnya
sampai tahun 2012. Data ini menunjukan upaya dari pemerintah untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Seperti yang dijelaskan diatas peningkatan pengeluaran pemerintah akan
menstimulsi peningkatan masuknya investasi swasta. Investasi Swasta adalah
modal pembangunan yang terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Data menunjukan terjadi peningkatan
secara signifikan mulai tahun 1982 sampai tahun 2007 dalam investasi swasta.
Laju pertumbuhan mulai tahun 1982 sampai dengan tahun 2007 rata-rata
meningkat Rp20 026 miliar per tahun. Terjadi peningkatan sebesar 27 kali lipat
dalam 30 tahun sampai tahun 2012.
Semakin berkembangnya investasi swasta akan membuka lapangan
pekerjaanTenaga kerja berdasarkan golongan umur dari lima belas tahun sampai
enam puluh lima tahun, dan berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama satu
minggu terakhir. Tenaga kerja termasuk sebagai modal pembangunan juga
digambarkan terus mengalami peningkatan setiap tahun. Selama 30 tahun mulai
tahun 1982 sampai dengan tahun 2012. Jumlah tenaga kerja meningkat rata-rata
sebesar 211.32 ribu pekerja setiap tahun.
Anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, maupun tenaga kerja yang
terus meningkat selama 30 tahun ini seharusnya sejalan dengan laju pertumbuhan
yang merupakan indikator keberhasilan dari proses pembangunan. Sebagaimana
anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga kerja dibutuhkan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut. Akan tetapi data menunjukan
bahwa pertumbuhan ekonomi di Indonesia berfluktuasi, bahkan sempat
mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 1997 yaitu -13.31 persen.
Permasalahan dalam penelitian ini lebih difokuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana perkembangan anggaran belanja pemerintah dan investasi swasta
dalam rencana pembangunan 30 tahun sampai tahun 2012?
2. Bagaimana pengaruh anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan
tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi ?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Menganalisis perkembangan anggaran belanja pemerintah dan investasi
swasta dalam rencana pembangunan 30 tahun terakhir sampai tahun 2012.
2. Menganalisis pengaruh anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan
tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi?
6

Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya adalah :
1. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
khususnya yang berkaitan dengan anggaran belanja pemerintah, investasi, dan
ketenagakerja.
2. Memberikan informasi aktual bagi pihak lainnya sebagai bahan referensi
untuk penelitian lebih jauh atau sebagai pelengkap penelitian lain.
3. Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana pembelajaran dalam memahami
perkembangan investasi swasta, belanja pemerintah, tenaga kerja dalam
mendukung pertumbuhan ekonomi secara mendalam.

Ruang Lingkup Penelitian

Cakupan dari studi yang dilakukan pada tulisan ini bersifat nasional,
menggunakan data investasi swasta, belanja pemerintah dalam APBN Republik
Indonesia, dan tenaga kerja dalam kurun waktu tahun 1982 sampai dengan 2012.
Penelitian ini juga melihat bagaimana pengaruh investasi swasta, yaitu penanaman
modal luar negeri dan penanaman modal dalam negeri terhadap kinerja
perekonomian di Indonesia. Data tenaga kerja merupakan data nasional per tahun
digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi secara
agregat nasional Indonesia.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pertumbuhan Sollow

Teori pertumbuhan ekonomi Solow dalam Mankiw (2005), pada dasarnya


bertujuan untuk menerangkan faktor-faktor utama yang menentukan pertumbuhan
ekonomi dan sumbangan relatif dari berbagai faktor ini dalam menciptakan
pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan ekonomi Solow menunjukan
bagaimana tiga jenis input, yaitu modal, teknologi, dan tenaga kerja menentukan
tingkat kegiatan ekonomi, dan peranan modal dan perkembangan tekologi dalam
menentukan pertumbuhan ekonomi. Dengan mengetahui jumlah permintaan dan
penawaran barang dan jasa. Penawaran barang dalam model Solow didasarkan
pada fungsi produksi yang menyatakan bahwa output bergantung pada persediaan
modal dan angkatan kerja. Model tersebut dinyatakan dalam bentuk umum
sebagai berikut:
Y = F ( K, L )

Perhitungan pendapatan nasional

pasar dari seluruh permintaan akhir (final demand) atas output yang dihasilkan di
dalam perekonomian, diukur dengan harga pasar yang berlaku. Produk nasional
bruto adalah penjumlahan nilai pasar dari permintaan sektor rumah tangga untuk
barang-barang konsumsi dan jasa-jasa (C), permintaan sektor bisnis untuk barang-
barang investasi (I), pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa
(G), dan pengeluaran luar negeri untuk ekspor dan impor (X-M).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = C + I + G + (X-
M) Dimana :
Y = Pendapatan nasional (GDP)
C = Nilai pasar pengeluaran konsumsi barang-barang dan jasa-jasa oleh
rumah
tangga
I = Nilai pasar untuk investasi
G = Nilai pasar pengeluaran pemerintah untuk barang-barang dan jasa-jasa
X = Nilai pasar pengeluaran atas barang-barang dan jasa-jasa diekspor
M = Nilai pasar pengeluaran untuk barang-barang dan jasa-jasa yang
diimpor
8

Anggaran Belanja Pemerintah

Belanja Barang Pemerintah

Belanja barang adalah pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk
memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan
serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja barang ini terdiri dari belanja
pengadaan barang dan jasa, belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan.
Pengadaan barang dan jasa merupakan pengeluaran yang antara lain
dilakukan untuk membiayai keperluan kantor sehari-hari, pengadaan barang yang
habis pakai seperti Alat Tulis Kantor (ATK), pengadaan/penggantian peralatan
kantor, langganan daya dan jasa, lain-lain pengeluaran untuk membiayai
pekerjaan yang bersifat non-fisik dan secara langsung menunjang tugas pokok
fungsi Kementerian/Lembaga, pengadaan kantor yang nilainya tidak memenuhi
syarat nilai kapitalisasi minimum yang diatur Pemerintah Pusat dan pengeluaran
jasa nonfisik (contoh biaya pelatihan dan penelitian).
Belanja pemeliharaan adalah pengeluaran yang dimaksudkan untuk
mempertahankan asset tetap atau asset lainnya yang sudah ada ke dalam kondisi
normal tanpa memperhatikan besar kecilnya jumlah belanja, contoh: pemeliharaan
tanah, pemeliharaan gedung dan bangunan kantor, rumah dinas, kendaraan
bermotor dinas, dan lain-lain sarana yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pemerintahan. Belanja perjalanan merupakan pengeluaran yang dilakukan untuk
membiayai perjalanan dinas dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatan
9

Belanja Modal Pemerintah

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka


memperoleh atau menambah asset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi asset
tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Suatu belanja dikategorikan
sebagai belanja modal apabila :
a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau aset
lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas.
b. Pengeluaran tersebut melebihi minimum kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
c. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual.
d. Pengeluaran tersebut dilakukan sesudah perolehan aset tetap atau aset lainnya
dengan syarat pengeluaran mengakibatkan masa, manfaat, kapasitas, kualitas
dan volume aset yang dimiliki bertambah serta pengeluaran tersebut
memenuhi batasan minimum nilai kapitalisasi asset tetap / asset lainnya.

Ada lima kategori utama belanja modal yaitu :


1. Belanja modal tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk
pengadaan/pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,
pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat
tanah, serta lain-lain yang bersifat administratif sehubungan dengan perolehan
hak atas tanah dan sampai tanah tersebut siap pakai.
2. Belanja modal peralatan dan mesin adalah pengeluaran yang diperlukan untuk
pengadaaan alat-alat dan mesin-mesin yang dipergunakan dalam kegiatan
pembentukan modal termasuk biaya untuk penambahan, penggantian dan
peningkatan kualitas peralatan dan mesin, serta inventaris kantor yang
memberikan manfaat lebih dari dua belas bulan dan sampai peralatan dan
mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.
3. Belanja modal gedung dan bangunan adalah pengeluaran yang digunakan
untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembentukan modal untuk
pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai
gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai termasuk di
dalamnya pengadaan berbagai barang kebutuhan pembangunan gedung dan
bangunan.
4. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan adalah pengeluaran yang digunakan
untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan,
pembuatan serta perawatan prasarana dan sarana termasuk pengeluaran untuk
perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang
menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dalam kondisi siap
pakai.
5. Belanja modal fisik lainnya adalah pengeluaran yang digunakan untuk
pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan
serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan ke
dalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan irigasi dan jaringan, misalnya belanja modal kontrak sewa
beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk
museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku dan jurnal ilmiah.
10

Pembayaran Cicilan Dan Bunga Utang

Menurut Barsky, et. Al ekonom Klasik/Neo Klasik mengindikasikan


bahwa kenaikan utang luar negeri untuk membiayai pengeluaran pemerintah
hanya menaikkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, namun dalam
jangka panjang tidak akan mempunyai dampak yang signifikan akibat adanya
crowding-out, yaitu keadaan di mana terjadi overheated dalam perekonomian
yang menyebabkan investasi swasta berkurang yang pada akhirnya akan
menurunkan produk domestik bruto. Kelompok Neo Klasik berpendapat bahwa
setiap individu mempunyai informasi yang cukup, sehingga mereka dapat
merencanakan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran
pemerintah yang dibiayai oleh utang luar negeri akan meningkatkan konsumsi
individu. Pembayaran pokok utang dan cicilannya dalam jangka panjang akan
membebankan kenaikan pajak untuk generasi berikutnya, dengan asumsi bahwa
seluruh sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi
akan menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Peningkatan
suku bunga akan mendorong permintaan swasta menurun, sehingga kaum Neo
Klasik menyimpulkan bahwa dalam kondisi full employment, defisit anggaran
pemerintah yang permanen dan penyelesaiannya dengan utang luar negeri akan
menyebabkan investasi swasta tergusur (Rachmadi 2013).

Transfer ke Daerah

Transfer ke Daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari Dana Perimbangan dan Dana
Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Kebijakan dana perimbangan yang terdiri dari
Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Dana Bagi Hasil merupakan bagian daerah yang bersumber dari
penerimaan yang dihasilkan oleh daerah (by origin), baik penerimaan perpajakan,
maupun penerimaan sumber daya alam. Dana Alokasi Umum diberikan kepada
daerah dengan tujuan terutama untuk mengatasi kesenjangan horisontal
(horizontal imbalance) antardaerah, dan dialokasikan dalam bentuk block grant.
Namun demikian, penggunaan DAU harus disesuaikan dengan prioritas dan
kebutuhan masing-masing daerah, yang merupakan tugas dan kewenangan daerah.
DAK dialokasikan kepada daerah untuk memenuhi kebutuhan khusus dengan
memperhatikan ketersediaan dana dari APBN. Kriteria kebutuhan khusus tersebut
meliputi, pertama, kebutuhan yang tidak dapat diperhitungkan dengan
menggunakan rumus alokasi umum, kedua, kebutuhan yang merupakan komitmen
atau prioritas nasional, dan ketiga, kebutuhan untuk membiayai kegiatan reboisasi
dan penghijauan oleh daerah penghasil. Berdasarkan kriteria kebutuhan khusus
tersebut, DAK dibedakan atas DAK dana reboisasi (DAK DR) dan DAK non-
dana reboisasi (DAK Non-DR).
Dana otonomi khusus dan penyesuaian dialokasikan ke daerah sejak tahun
2002. Dana otonomi khusus disediakan khusus untuk Provinsi Papua.
11

penggunaannya diarahkan terutama untuk pembiayaan pendidikan dan kesehatan.


Dana penyesuaian yang dialokasikan ke daerah mencakup dana penyesuaian
murni dan ad-hoc. Dana penyesuaian murni dialokasikan sebagai pelaksanaan
kebijakan agar penerapan formula DAU tidak menimbulkan adanya daerah yang
memperoleh DAU lebih kecil dari DAU tahun sebelumnya ditambah dana
penyesuaian murni tahun sebelumnya (hold harmless). Dana penyesuaian murni
ini secara bertahap diupayakan pengurangannya untuk mempercepat tujuan DAU
sebagai alat pemerataan kemampuan keuangan antardaerah.
Transfer ke Daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden, dan
Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna
Anggaran untuk tiap jenis Transfer ke Daerah dengan dilampiri rincian alokasi per
daerah.

Subsidi

Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada


perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa yang
memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarakat. Terdiri dari Belanja Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi
BBM, Belanja Subsidi Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non BBM–
Bunga Kredit, Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja Subsidi Non Pajak-
Lainnya, dan Belanja Subsidi PSO.
P
S

B
P* t-1 t-0
A C

P Max
Excess demand D
Qs Q* Qd Q
Sumber : Kajian Terhadap Reformasi Kebijakan Subsidi
Gambar 1 Kurva Keseimbangan Harga Dengan Subsidi

Gambar 1 menunjukan Mekanisme kerja subsidi dalam menciptakan harga


jual yang terjangkau oleh masyarakat. pengurangan subsidi dari titik t0 ke titik t1
akan menurunkan keseimbangan output, menaikan harga yang dibayar konsumen
dan menurunkan harga yang diterima produsen. Sebaliknya jika subsidi
ditingkatkan dari titik t1 ke titik to maka harga yang dibayar konsumen akan turun
dan meningkatkan harga yang diterima produsen. Penetapan subsidi setiap tahun
bertujuan untuk meringankan beban masyarakat yang kurang atau tidak mampu
guna memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM), listrik murah, beras murah,
pupuk murah, dan lainnya. Untuk menjaga APBN yang sehat dan
12

meningkatkan dana untuk pembangunan, maka subsidi perlu dikurangi secara


bertahap sejalan meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia dengan
meyakini subsidi tersebut betul-betul diperuntukan bagi rakyat kurang atau tidak
mampu sesuai sasaran.

Investasi Swasta
Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang
dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di
masa mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara menurut
Todaro (1981)
adalah:
1. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah, peralatan fisik
dan sumber daya manusia;
2. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan tenaga kerja dan
keahliannya;
3. Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi
pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk (output)
dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya mengalihkan
sumber-sumber dari arus konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi
dalam bentuk ”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar.
Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia, sehingga menjadi tenaga ahli yang terampil yang
dapat memperlancar kegiatan produktif.

Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15 – 64 tahun


yang sudah bekerja, yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak
bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Angkatan kerja
dikelompokan menjadi empat golongan, yaitu :
1. Mereka yang bekerja penuh adalah angkatan kerja yang aktif menyumbang
tenaganya dalam kegiatan produksi.
2. Pengangguran terbuka atau open uneployment adalah mereka yang sama sekali
tidak bekerja, tetapi sedang mencari pekerjaan (sewaktu-waktu siap bekerja)
3. Setengah menganggur atau under unemployment adalah mereka yang bekerja
tidak sesuai dengan pendidikan/keahlian atau tidak menggunakan sepenuhnya
tenaga karena kekurangan lapangan pekerjaan. Contoh, seorang sarjana
bekerja tidak sesuai dengan pendidikannya.
4. Pengangguran tersembunyi/tersamar atau disebut disguise employment artinya
suatu pekerjaan dikerjakan oleh pekerja yang berlebihan sehingga mereka
tidak bekerja maksimal.
13

Tingkat Inflasi Dan Pertumbuhan Ekonomi

Dampak inflasi terhadap kegiatan ekonomi masyarakat terbagi menjadi


dua yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif dari inflasi
menyebabkan peredaran dan perputaran barang lebih cepat di masyarakat
sehingga produksi barang-barang bertambah, dan keuntungan pengusaha
bertambah. Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi yang
tercipta berarti membuka banyak lapangan kerja baru sehingga masalah
pengangguran dapat berkurang. Ketika inflasinya terkendali dan diikuti dengan
pendapatan nominal yang bertambah, maka pendapatan rill masyarakat
meningkat.
Dampak yang negatif inflasi terhadap perekonomian seperti kenaikan
harga kebutuhan hidup, nilai dan kepercayaan terhadap uang akan berkurang.
Menimbulkan tindakan spekulasi terhadap investasi portofolio terutama portofolio
asing yang paling diminati sehingga berdampak terhadap melemahnya nilai tukar
mata uang domestik. Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar karena
tidak sanggup membayar input dalam proyek yang harganya mengalami
peningkatan. Dengan terjadinya inflasi menjadikan minat menabung masyarakat
berkurang sebagai akibat dari turunnya nilai mata uang jika hal ini terjadi secara
terus-menerus maka akan mematikan industri perbankan nasional.

Penelitian Terdahulu

Kwenka dan Morissey (2000), meneliti tentang pengeluaran pemerintah


dan pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyelidiki dampak dari pengeluaran publik untuk pertumbuhan ekonomi dengan
menggunakan data time series pada Tanzania selama 32 tahun. Menggunakan
model pertumbuhan sederhana, mengadaptasi Ram (1986) dimana total
pengeluaran pemerintah dipilah ke dalam pengeluaran investasi fisik, pengeluaran
konsumsi, dan investasi modal manusia. Metode analisis yang digunakan yaitu
metode Error Correction Model untuk analisis keseimbangan jangka pendek dan
pendekatan kointegrasi Johansen serta engel-granger. Pengeluaran investasi fisik
memiliki dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran konsumsi
memiliki hubungan positif terhadap pertumbuhan, dan khususnya tampak terkait
dengan peningkatan konsumsi swasta. Pengeluaran atas investasi modal manusia
tidak signifikan dalam regresi.

Utami (2007), meneliti tentang pengaruh pengeluaran rutin pemerintah,


pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Menggunakan data runtun waktu 30
tahun periode 1976 – 2004. Terdapat enam peubah yang digunakan dalam
menganalisis pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu
pertumbuhan ekonomi, pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan
pemerintah, pekerja, inflasi, dan investasi swasta. Koefisien pengeluaran rutin
pemerintah bernilai negatif menunjukan bahwa apabila pengeluaran pemerintah
meningkat maka akan menurunkan atau menghambat pertumbuhan ekonomi. Hal
ini dikarenakan pengeluaran rutin pemerintah lebih bersifat konsumtif dan tidak
14
pembangunan pemerintah) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi karena adanya ketidakefisienan dalam pelaksanaannya. Hubungan yang
positif antara investasi swasta dan pertumbuhan ekonomi. Pekerja mempunyai
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Kenaikan inflasi dalam
jangka panjang akan menghambat investasi karena mempersulit harapan-harapan
rasional yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan hasil estimasi model jangka pendek diketahui bahwa variabel
pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi
swasta, pekerja, dan inflasi siginifikan atau berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan. Variabel dummy krisis ekonomi tidak signifikan dalam jangka
pendek. Interpretasi hasil estimasi pengeluaran rutin pemerintah berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Koefisien pengeluaran
pembangunan pemerintah bernilai positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam
jangka pendek. Dalam jangka pendek investasi swasta berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pekerja berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek. Secara keseluruhan inflasi
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Candra (2012), meneliti peranan pengeluaran pemerintah, tenaga kerja dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap pertumbuhan ekonomi
Provinsi Jawa Timur tahun 2001-2010. Hubungan dan pengaruh dari variabel
independent terhadap variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi. Data yang
dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder . Dalam penelitian ini
menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil dari penelitian
menunjukkan variabel independent yaitu pengeluaran pemerintah, tenaga kerja
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tidak mempunyai hubungan
dengan variabel dependent yaitu pertumbuhan ekonomi, kecuali pertumbuhan
ekonomi yang mempunyai hubungan dengan tenaga kerja. Variabel independent
berpengaruh positif dan signifikan kecuali variabel penanaman modal dalam
negeri yang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Malau (2005), meneliti pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penelitian ini menggunakan data time series
yaitu data dari tahun 1984-2003. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran
pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menggunakan metode OLS
(Ordinary Least Square) dengan regresi linear berganda. Menggunakan variabel
independent pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dengan variabel
dependent pertumbuhan ekonomi. Hasil dari penelitian ini pengeluaran rutin
berpengaruh negarif terhadap pertumbuhan ekonomi tidak sesuai dengan hipotesa
semula yang menyatakan bahwa pengeluaran rutin positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Pengeluaran pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi, sesuai dengan hipotesa semula yang menyatakan pengeluaran
pembangunan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Rustiono (2008), menganalisis pengaruh angkatan kerja, investasi dan
belanja pemerintah daerah terhadap PDRB Propinsi Jawa Tengah selama kurun
waktu 1985-2006. Penelitian ini menggunakan data runtut waktu tahun 1985-2006
dan menggunakan analisa regresi “Ordinary Least Square” (OLS). Alat analisis
dipakai untuk mengetahui pengaruh variabel realisasi penanaman modal asing
(PMA), realisasi penanaman modal dalam negeri (PDMN), jumlah angkatan kerja
15

(AK), dan realisasi pengeluaran pemerintah (EXP). Temuan dari penelitian ini
menunjukkan bahwa angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan PMDN) dan
belanja pemerintah daerah memberi dampak positif terhadap perkembangan
PDRB Propinsi Jawa Tengah. Krisis ekonomi menyebabkan perbedaan yang nyata
kondisi antara sebelum dan sesudah krisis dan memberi arah yang negatif. Sebagai
upaya meningkatkan PDRB Propinsi Jawa Tengah maka diperlukan kebijakan
mendorong minat berinvestasi di daerah. Pengembangan usaha sebaiknya
diarahkan pada kegiatan yang bersifat padat karya agar mampu menyerap tenaga
kerja sebanyak mungkin. Pada akhirnya peran pemerintah daerah melalui
pengeluaran pemerintah yang dapat merangsang peningkatan variabel investasi
dan penyerapan angkatan kerja diharapkan mampu meningkatkan kegiatan
ekonomi daerah guna tercapainya pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan perkapita masyarakat.

Kerangka Pikir Konseptual

Berdasarkan teori pertumbuhan Sollow bahwa pertumbuhan ekonomi


merupakan fungsi dari akumulasi modal dan tenaga kerja, maka penelitian ini
membagai modal pertumbuhan ekonomi dalam peran pemerintah yaitu anggaran
belanja dan peran swasta dalam investasi swasta. Anggaran belanja pemerintah
berdasarkan format baru tahun 2004 membagi belanja pemerintah berdasarkan
jenis belanja menjadi belanja pegawai, belanja modal, belanja barang, cicilan dan
bungan utang, subsidi, dan transfer daerah. Belanja pegawai pemerintah tidak
dimasukan kedalam variabel penelitian karena anggaran tersebut merupakan
konsumsi dari pemerintah dan tidak berperan dalam akumulasi modal dalam
kegiatan produksi.

Belanja Pemerintah Tenaga Kerja

Gambar 2 Kerangka Pemikiran


16

Metode error correction mechanism (ECM) digunakan akibat dalam data


runtut waktu 31 tahun diduga terdapat autokoreklasi pada data menyebabkan data
lancung, maka digunakan model ECM agar hasil penelitian yang didapat terbebas
dari dugaan terdjadinya hal tersebut. Penelitian ini menggunakan sembilan
variabel yaitu pertumbuhan sebagai varibel tetap (Y) dan belanja barang, belanja
barang, pembayaran cicilan dan bungan utang, subsidi, dan tranfer daerah,
investasi swasta, tenaga kerja,dan inflasi sebagai variabel bebas (X). Hasil dari
analisis tersebut dapat digunakan dalam menciptakan rekomendasi kebijakan
kepada pemerintah Indonesia.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan konsep yang relevan serta hasil penelitian terdahulu
mengenai pengaruh anggaran belanja pemerintah, investasi swasta, dan tenaga
kerja terhadap pertumbuhan ekonomi di Indoneia, maka dapat diberikan jawaban
sementara atas permasalahan yang ada. Hipotesis tersebut adalah:
1. Investasi swasta memiliki pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan
ekonomi.
2. Belanja barang pemerintah memiliki pengaruh positif terhadap laju
pertumbuhan ekonomi.
3. Belanja modal pemerintah memiliki pengaruh positif terhadap laju
pertumbuhan ekonomi.
4. Pembayaran cicilan dan bunga utang memiliki pengaruh negatif terhadap laju
pertumbuhan ekonomi.
5. Subsidi memiliki pengaruh positif dalam keseimbangan jangka pendek
terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Subsidi memiliki pengaruh negatif dalam
jangka panjang terhadap pertumbuhan ekonomi.
6. Anggaran transfer daerah memilik pengaruh positif terhadap laju pertumbuhan
ekonomi.
7. Tenaga kerja memiliki pengaruh positif terhadap peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi.
8. Tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap laju pertumbuhan
ekonomi.
17

BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data

Data merupakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa lembaga yaitu Kementrian
Keuangan Republik Indonesia untuk data realisasi anggaran belanja pemerintah, Bank Dunia
untuk data laju pertumbuhan ekonomi per tahun, Dan Badan Pusat Statistika untuk data laju
tingkat inflasi dan data tenaga kerja. Data yang tercakup dalam penelitian merupakan data
Nasional Republik Indonesia dalam rentang tahun 1982 sampai dengan tahun 2012.
18

Tabel 1 Jenis dan Sumber Data

Nomor Variabel penelitian Sumber data Satuan


1 Pertumbuhan World Bank (growth domestic Persen
Ekonomi product annual) tahun 1982-2012
2 Belanja barang Kementrian Keuangan (realisasi Miliar rupiah
Pemerintah APBN) tahun 1982-2012
3 Belanja modal Kementrian Keuangan (realisasi Miliar rupiah
Pemerintah APBN) tahun 1982-2012
4 Pembayaran cicilan Kementrian Keuangan (realisasi Miliar rupiah
dan bunga utang APBN) tahun 1982-2012
5 Subsidi Kementrian Keuangan (realisasi Miliar rupiah
APBN) tahun 1982-2012
6 Transfer daerah Kementrian Keuangan (realisasi Miliar rupiah
APBN) tahun 1982-2012
7 Investasi swasta BKPM realisasi PMDN dan Miliar rupiah
PMLN tahun 1982-2012
8 Tenaga kerja BPS (proyeksi angkatan kerja Orang
kelompok umur 15-64 tahun)
tahun 1982-2012
9 Inflasi BPS tahun 1982-2012 Persen

Metode Analisis

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis Engel-


Grangger untuk keseimbangan ekonomi jangka panjang, dan model Error
Cerrection Mechanism (ECM) untuk keseimbangan ekonomi jangka pendek.
Digunakan data tahunan mengenai pertumbuhan ekonomi, investai swasta, tenaga
kerja, belanja barang pemerintah, belanja modal pemerintah, pembayaran cicilan
bunga utang negara, tranfer daerah, subsidi, dan tingkat inflasi selama periode
tahun 1982 sampai tahun 2012.
Sebelum metode ECM Konsep terkini banyak dipakai untuk menguji
kestasioneran data runtun waktu adalah uji akar unit (unit root test) atau dikenal
juga dengan uji Dickey Fuller (DF) dan Uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Jika
semua variabel lolos dari uji akar unit, maka selanjutnya dilakukan uji kointegrasi
(cointegrasi test) untuk mengetahui keseimbangan atau kestabilan jangka panjang
antara variabel-variabel yang diamati dan arah pengaruh yang diberikan oleh
variabel-variabel tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.
Salah satu asumsi penting dalam pendugaan parameter model regresi
dengan metode kuadrat terkecil (least square) adalah error (residual) yang
2
homoskedastis, artinya ragam peubah tak bebas (Yt) harus konstan (Var(Yt)= ).
Asumsi lainnya adalah tidak ada korelasi antar-error, yang juga bearti tidak ada
korelasi diantara peubah Yt dengan Yt-1 atau Yt yang lain (tidak ada autokorelasi)
19

Regresi Semu dan Regresi Terkointegrasi

Penekanan regresi semu adalah pada fakta tidak adanya teori atau logika
yang mendasari hubungan kausalitas langsung antara dua atau lebih peubah.
Mosteller dan Tukey dalam Juanda (2012) menyatakan bahwa untuk menetukan
apakah hubungan antara dua peubah merupakan hubungan sebab-akibat harus
memenuhi kriteria :
- Kekonsistenan : apakah hubungan tersebut berlaku pada kondisi yang lain
juga?
- Mekanistik : bagaimana menentukan suatu model yang menggambarkan
proses hubungan sebab akibat tersebut ?
Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya regresi semu, sebelum
mengembangkan model yang menggambarkan hubungan sebab-akibat, peneliti
harus mengkaji latar belakang teori hubungan sebab-akibat tersebut. Untuk
menganalisis pengaruh investasi swasta, anggaran belanja pemerintah, tingkat
inflasi, dan tenaga Kerja terhadap pertumbuhan dengan model berikut.
Spesifikasi model
= +1 + 2 +3
+ 4 + 5+ 6
+ 7+ 8+

Dimana
GROWTH : pertumbuhan ekonomi
LNCAPITAL : belanja modal pemerintah
LNDEBT : pembayaran cicilan dan bunga utang
LNGOODS : belanja barang pemerintah
LNSUBSIDIES : subsidi
LNTRANSFER : transfer daerah
LNINV : investasi swasta
LNLABOUR : tenaga kerja
INF : tingkat inflasi

Uji Stasioneritas data

Dilakukan uji ADF dan PP, didapat bahwa pertumbuhan ekonomi,


investasi swasta, tenaga kerja, belanja barang pemerintah, belanja modal
pemerintah, pembayaran cicilan bunga utang negara, transfer daerah, subsidi, dan
tingkat inflasi tidak stasioner pada level, tetapi peubah-peubah tersebut stasioner
pada diferensiasi pertama. Stasionernya data pada diferensiasi pertama, maka
dapat dikatakan terkointegrasi pada derajat satu. Dengan demikian syarat perlu
terjadinya hubungan regresi yang terkointegrasi telah dipenuhi.
Dilakukan uji formal untuk mengetahui apakah syarat cukup bagi regresi
terkointegrasi terpenuhi. Syarat cukup tersebut adalah et harus stasioner, sama
dengan prosedur pendekatan klasik (Juanda 2012) yang tahapan pertama adalah
membangun model dulu dan kemudian menguji asumsi error.sementara pada
pendekatan time series yang berkembang saat ini adalah menguji kestasioneran
yang difokuskan pada peubah (X dan Y). Jika pengembangan model ini
20

berdasarkan peubah telah stasioner, maka secara otomatis error-nya juga akan
stasioner.
Regresi GROWTH terhadap CAPITAL, DEBT, GOODS, SUBSIDIES,
TRANSFER, INV, LABOUR, INF dan C. GDP mengacu kepada peubah tak
bebas pertumbuhan ekonomi, CAPITAL mengacu pada peubah bebas belanja
modal pemerintah, DEBT mengacu pada peubah bebas pembayaran cicilan dan
bunga utang, GOODS mengacu kepada peubah bebas belanja barang pemerintah,
SUBSIDIES mengacu kepada peubah bebas subsidi, TRANSFER mengacu
kepada peubah bebas transfer daerah, INV mengacu kepada peubah bebas
investasi swasta, LABOUR mengacu kepada peubah bebas tenaga kerja, INF
mengacu kepada peubah bebas inflasi, dan C adalah konstanta. Regresi persamaan
sebagai berikut.
GROWTH = C + LNCAPITAL + LNDEBT - LNGOODS + LNSUBSIDIES +
LNTRANSFER + LNINV + LNLABOUR + LNINF + et
Apabila et stasioner maka GROWTH, LNCAPITAL, LNDEBT, LNGOODS,
LNSUBSIDIES, LNTRANSFER, LNINV, LNLABOUR, dan INF terkointegrasi.
Uji terhadap kestasioneran et dapat dilakukan dengan uji ADF dan PP.

Error Correction Mechanism (ECM)

Secara ekonomi adanya kointegrasi menunjukan adanya hubungan


keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium relationship) antara peubah-
peubah. Namun demikian, walaupun terdapat keseimbangan jangka panjang,
dalam jangka pendek mungkin saja keduanya tidak mencapai keseimbangan.
Artinya, dalam jangka pendek apa yang diinginkan pelaku ekonomi (desired)
belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Model yang memasukan
penyesuaian untuk melakukan koreksi ketidakseimbnagan jangka pendek menuju
keseimbangan jangka panjang disebut Error Correction Mechanism (ECM).
Secara sederhana ECM untuk model GROWTH, LNCAPITAL, LNDEBT,
LNGOODS, LNSUBSIDIES, LNTRANSFER, LNINV, LNLABOUR, dan INF
adalah sebagai berikut.
Di mana
component) dari periode waktu sebelumnya (t-1)
et = adalah error yang memenuhi asumsi klasik

Persamaan merupakan model ECM tingkat pertama (first order error


correction model) karena menggunakan lag 1 dari error correction. Tidak tertutup
kemungkinan menggunakan ordo lag yang lebih besar dari sehingga memperoleh
model ECM tingkat kedua atau tingkat ketiga. Persamaan tersebut menjelaskan
bahwa perubahan GROWTH akibat perubahan CAPITAL, DEBT, GOODS,
21

SUBSIDIES, TRANSFER, INV, LABOUR, dan INF dalam jangka panjang akan
diseimbangkan oleh error correction component pada periode sebelumnya. Dalam
regresi ini,

Definisi Operasional

Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia (GDP), yaitu persentase perubahan
PDB Indonesia yang merefleksikan kinerja ekonomi dari tahun ke tahun. Data
diperoleh dari World Bank dalam satuan persen.

Belanja Barang
Belanja barang adalah belanja pemerintah yang diarahkan pada pembelian
barang-barang hasil produksi dalam negeri. Penyempurnaan peraturan tersebut
diharapkan dapat lebih menciptakan kesempatan kerja dan berusaha bagi
golongan ekonomi lemah dengan jalan lebih mengikutsertakan mereka dalam
pembanguan proyek-proyek pemerintah. Sejalan dengan makin banyak proyek-
proyek yang telah dapat diselesaikan memerlukan biaya operasi dan pemeliharaan
yang lebih besar pula. Data merupakan data tahunan yang diperoleh dari
Kementrian Keuangan dalam satuan miliar rupiah.

Belanja Modal
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran pemerintah yang digunakan
dalam rangka memperoleh atau menambah asset tetap dan aset lainnya yang
memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi asset tetap atau asset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Data
merupakan data tahunan diperoleh dari Kementrian Keuangan dalam satuan miliar
rupiah.

Pembayaran Cicilan Dan Bunga Utang


Pembayaran bunga utang adalah pengeluaran pemerintah yang dilakukan
atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding), baik utang
dalam negeri maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman. Data
merupakan data tahunan diperoleh dari Kementrian Keuangan dalam satuan miliar
rupiah.
22

Transfer Daerah
Pembiayaan untuk daerah sebelum pelaksanaan otonomi daerah dibiayai
dari APBN melalui Dana Rutin Daerah (DRD), Dana Pembanguna Daerah (DPD),
dan Dana Bagi Hasil (DBH), sedangkan setelah pelaksanaan otonomi daerah
disediakan melalui Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Data
diperoleh Kementrian Keuangan dalam satuan Miliar Rupiah.

Subsidi
Subsidi adalah alokasi anggaran yang diberikan pemerintah kepada
perusahaan Negara, lembaga pemerintah atau pihak ketiga lainnya yang
memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa yang
memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarakat. Terdiri dari Belanja Subsidi Lembaga Keuangan, Belanja Subsidi
BBM, Belanja Subsidi Non BBM-Harga/Biaya, Belanja Subsidi Non BBM–
Bunga Kredit, Belanja Subsidi Non BBM – Pajak, Belanja Subsidi Non Pajak-
Lainnya, dan Belanja Subsidi PSO. Data merupakan data tahunan, diperoleh dai
Kementrian Keuangan dalam satuan miliar rupiah

Tenaga Kerja
Merupakan data angkatan kerja berdasarkan golongan umur dari lima
belas tahun sampai enam puluh lima tahun, dan berdasarkan kegiatan yang
dilakukan selama satu minggu terakhir diluar data pengangguran. Data adalah data
tahunan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dalam satuan ribu pekerja.

Investasi Swasta
Merupakan data realisasi penanaman modal dari pihak swasta yaitu
investasi publik diluar anggaran belanja pemerintah, terdiri dari Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Luar Negeri (PMLN). Data
adalah data tahunan diperoleh dari Badan Koordinasi dan Penanaman Modal
(BKPM) dalam satuan miliar rupiah.

Inflasi
Laju inflasi Indonesia pertahun dihitung berdasarkan persentase perubahan
indeks harga konsumen dari tahun ke tahun dalam kurun waktu 30 tahun. Satuan
laju pertumbuhan inflasi dinyatakan dalam persen. Data diperoleh dari Badan
Pusat Statistik.
DAFTAR PUSTAKA

Biro Komunikasi Dan Layanan Informasi Departemen Keuangan. APBN 2012


Perpaduan Hasil Kerja Keras Menghimpun Penerimaan Dan Upaya
Bijak Membangun Indonesia Sejahtera Dan Berkeadilan. Jakarta :
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Candra EW. 2012. Analisis Peranan Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja Dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2010. [Jurnal Ilmiah].
Malang : Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Univeritas Brawijaya
Depatemen Perdagangan Republik Indonesia. 2010 . Pelayanan Publik, Good
Governance, dan AAUPB Dalam Diskresi. [itjen-depdagri.go.id]
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan . 1982 . Nota Keuangan
1982 dan RAPBN 1983. Jakarta : Kementrian Keuangan Republik
Indonesia
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan. 1985. Nota Keuangan
Republik Indonesia Tahun 1985. Jakarta :Kementrian Keuangan
Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan. 1998. Nota Keuangan 1998
dan RAPBN 1999. Jakarta : Kementrian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan. 2004 . Nota Keuangan 2004
dan RAPBN 2005. Jakarta : Kementrian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan. 2008 . Nota Keuangan 2008
dan RAPBN 2009. Jakarta : Kementrian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan. 2012 . Nota Keuangan 2012
dan RAPBN 2013. Jakarta : Kementrian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Anggaran Kementrian Keuangan. Kajian Terhadap Reformasi
Kebijakan Subsidi : Subsidi BBM. Jakarta : Kementrian Keuangan
Republik Indonesia
IMF. 2013 . IMF Calls for Global Reform of Energy Subsidies: Sees Major Gains
for Economic Growth and the Environment. [ www.imf.org]

Juanda, Bambang. 2012. Ekonometrika Deret Waktu : Teori dan Aplikasi. Bogor :
IPB Press
Kweka, J. P. Dan O. Morissey. 2000. Government Spending and Economic
Growth in Tanzania, 1965-1996. Credit Reserch Paper, 00/6:1-37
Malau CM. 2005. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. [Skripsi]. Medan : Ekonomi
Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara
Mankiw NG. 2005. Teori Makro Ekonomi Terjemahan. Jakarta : Erlangga
Mangkoesoebrata, G. 1993. Ekonomi publik . Yogyakarta : BPFE. Edisi ketiga
Rachmadi AL. 2013. Analisis Pengaruh Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia studi kasus tahun 2001-2011. Jurnal Ilmiah
Rustiono D. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa Tengah.
[Tesis]. Semarang : Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Univesitas Dipenogoro
Todaro MP, Stephen CS. 2006. Pembangunan Ekonomi Edisi Kesembilan. Hendri
Yelfi [Penerjemah]. Jakarta: Erlangga.
Utami D. 2007. Analisis Pengaruh Pengeluaran Rutin dan Pengeluaran.
Pembangunan Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai